Imbang Penelitian
Imbang Penelitian
PENDAHULUAN
Era Globalisasi yang melanda seluruh dunia mempengaruhi semua bidang kehidupan. Namun
yang paling tampak dan terasa adalah bidang ekonomi, khususnya perdagangan . Era ini ditandai dengan
lahirnya berbagai macam perjanjian multilateral dan bi lateral maupun pembentukan blok-blok ekonomi
yang menjurus kepada kondisi yang b orderless dalam dunia perdagangan, sudah saatnya kita
mempersiapkan diri untuk m engantisipasinya. Majunya perdangangan dunia ini, disatu sisi memang
memberikan dampak positif, na mun disisi lain dapat menimbulkan perbedaan paham, perselisihan
pendapat maupun pertentangan atau sengketa sebagai akibat dari adanya salah satu pihak yang bers
elisih terhadap kontrak dagang tersebut. Perbedaan paham, perselisihan pendapat, pertentangan maupun
sengketa tersebut tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan harus diselesaikan secara memuaskan bagi
semua pihak.
perselisihan tersebut, aka n tetapi perkembangan dunia usaha yang berkembang secara universal dan
mem berikan rasa “aman” dan keadilan bagi para pihak. Salah satu yang cukup populer dan banyak
diminati kini adalah cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Bahkan kini pihak dunia maju enggan
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
diselenggarakan dan diputuskan oleh arbiter atau majelis arbitrase, yang merupaka n “hakim swasta”
Jika dibandingkan dengan mediasi, maka arbitrase ini memberikan suatu putusan be rkenaan dengan
hak-hak dari para pihak. Putusan itu dijatuhkan oleh suatu Dewan Arbitrase yang bisa secara tunggal
maupun terdiri dari beberapa arbitrator. Putu san mereka mengikat para pihak. Prosedur yang dipakai
diatur dalam “WIPO Arbitrasi on Rules”. Para pihak dapat memilih sendiri apa yang mereka kehendaki:
Jika tidak terpilih sendiri oleh para pihak, maka menurut ketentuan arbitrase WIPO (WIPO
arbitration Rules akan diangk at seorang arbitrator tunggal, kecuali apabila ternyata dari keadaan sekitar
per soalan bersangkutan, bahwa menurut Pusat Arbitrase ini perlu diangkat 3 orang ar bitrator. Menurut
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.30 Tahun 1999, arbitrase adalah cara pe nyelesaian suatu sengketa
perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada p erjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa . Landasan lain dari arbitrase ini juga ada di dalam Al-qur’an surah
An-nisa’ ayat 35 dan 128 sebagai berikut : “ dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, Maka kirimlah seora ng hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi tau
fik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengen al.” …… ……
“ dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabia tnya kikir ”
B. JENIS ARBITRASE
Yang dimaksud dengan jenis arbitrase ialah macam-macam arbitrase yang diakui eks istensi
dan kewenangannya untu memeriksa dan memutus perselisihan yang terjadi a ntara pihak yang
mengadakan perjanjian. Jenis arbitrase yang diakui dan memiliki validitas, diatur dan disebut dalam
peraturan dan berbagai konvensi. Secara umum orang mengenal dua macam arbitrase dalam praktek
adalah arbitrase yang dibentuk khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan
tertentu. Arbitrase ini bersifat insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu diputuskan.
Arbitrase institusional merupakan lembaga atau badan arbitrase yang sifatnya permanen.
Disebut juga dengan arbitrase Ad-Hoc atau Volunteer Arbitrase karena sifat dari arbitrase ini
yang tidak permanen atau insidentil. Arbitrase ini keberadaannya h anya untuk memutus dan
menyelesaikan satu kasus sengketa tertentu saja. Setelah sengketa selesai diputus, maka arbitrase Ad-
Hoc inipun lenyap dan berakhir denga n sendirinya. Para arbiter yang menangani penyelesaian sengketa
ini ditentukan d an dipilih sendiri oleh para pihak yang bersengketa, demikian pula tata cara pen
gangkatan para arbiter, pemeriksaan, penyelesaian sengketa dan tenggang waktu pe nyelesaian sengketa
tidak memiliki bentuk yang baku. Hanya saja dapat dijadikan patokan bahwa pemilihan dan penentuan
hal-hal tersebut terdahulu tidak boleh men yimpang dari apa yang telah ditemukan oleh undang-undang.
Dalam arbitrase Ad-Hoc, proses beracara dala arbitrase dapat ditentukan sendiri oleh para pihak
menurut ketentuan yang lazim berlaku, atau jika dikehendaki dapa t diikuti proses beracara pengadilan.
Arbitrase institusional adalah lembaga atau badan arbitrase yang bersifat perman.
Pasal 1 ayat (2) Konvensi New Work 1958 menyebutkan l ng sengaja diadakan atau didirikan
untuk menyelesaikan sengketa atau perselisiha n.Menurut Pasal 1 angka 8 UU Nomor 30 Tahun
1999,lembaga arbitrase adalah: “Badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang
ditunjuk oleh Penga dilan Negeri atau lembaga arbitrase untuk memberikan putusan mengenai sengketa
t ertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase”. Ciri dari arbitrase institusional yang dapat
pula dikatakan sebagai perbedaan an tara arbitrase institusional dengan arbitrase ad hoc adalah sebagai
berikut:
a. Arbitrase institusional sengaja didirikan untuk bersifat permanen atau selama nya, sedangkan
arbitrase ad hoc bersifat sementara dan akan bubar setelah persel isihan selesai diputus.
b. Arbitrase institusional sudah ada atau sudah bersiri sebelum suatu perselisih an timbul,oleh pihak
yang bersangkutan
c. Karena bersifat permanen atau selamanya,maka arbitrase institusional didirika n lengkap dengan
susunan organisasi,tata cara pengangkatan arbiter,dan tata cara pemeriksaan pada umumnya tercantum
dalam anggaran dasar pendirian lembaga terse but, sedangkan arbitrase ad hoc tidak ada sama sekali.
Badan arbitrase institusional ini apabila dilihat dari sudut ruang lingkupnya, m aka dapat
arbitrase nasional yaitu penyelesaian suatu sengketa melalui badan arbitrase yang dilakukan di dalam
satu atau negara dimana unsur-un sur yang terdapat didalamnya memiliki nasionalitas yang sama.
Pengertian nasiona litas yang sama menurut beliau dalam hal ini adalah seperti; adanya persamaan ke
warganegaraan diantara para pihak, domisili yang sama, sistem dan budaya hukum y ang sama.
Sedangkan menurut Gunawan Wijaya arbitrase nasional adalah arbitrase y ang ruang lingkup
keberadaan dan yurisdiksinya hanya meliputi kawasan negara yan g bersangkutan. Dari uraian di atas
tentang arbitrase nasional, maka dapat ditar ik kesimpulan bahwa suatu arbitrase dapat dikatakan
1. Unsur-unsur yang terdapat di dalam perjanjian arbitrasenya hanya bersifat nas ional.
2. Arbitrase tersebut hanya berskala nasional bila dilihat dari kawasan atau ter itorialnya. Beberapa
a. Badan Arbitrase Nasional Indonesia, merupakan badan arbitrase nasional negara Indonesia yang
b. The Netherlands Arbitration Institute, yaitu pusat arbitrase nasional negara Belanda.
c. The Japanese Commercial Arbitration Association, sebagai pusat arbitrase nasi onal Jepang dalam
menurut Riwan Widiastoro adalah kebalikan dari arbit rase nasional yaitu penyelesaian sengketa
melalui badan arbitrase yang dapat dil akukan di luar maupun di dalam suatu negara salah satu pihak
yang bersengketa di mana unsur-unsur yang terdapat didalamnya memiliki nasionalitas yang berbeda
sat u sama lain (foreign element). Menurut Sudargo Gautama yang dimaksud dengan unsu r asing
(foreign element) dalam suatu perjanjian arbitrase adalah sebagai beriku t: Pertama, para pihak yang
membuat klausula atau perjanjian arbitrase pada saat me mbuat perjanjian itu mempunyai tempata usaha
(place of business) mereka di negar a-negara yang berbeda. Kedua, jika tempat arbitrase yang
ditentukan dalam perjanjian arbitrase ini leta knya di luar negara tempat para pihak mempunyai usaha
mereka. Ketiga, jika suatu tempat dimana bagian terpenting kewajiban atau hubungan dagan g para
pihak harus dilaksanakan atau tempat dimana obyek sengketa paling erat hu bungannya (most closely
Keempat, apabila para pihak secara tegas telah menyetujui bahwa obyek perjanjian arbitrase
mereka ini berhubungan dengan lebih dari satu negara. Dari uraian tersebut terlihat jelas perbedaan
antara arbitrase nasional dengan a rbitrase internasional. Perbedaan kedua jenis arbitrase ini terletak
pada unsur- unsur yang terdapat di dalam perjanjian arbitrase itu sendiri. Seperti telah diu raikan di atas,
bahwa suatu arbitrase dikatakan bersifat nasional apabila unsurunsur yang terdapat di dalam perjanjian
arbitrase tersebut hanya mengandung unsu r-unsur yang bersifat nasional, sedangkan arbitrase
internasional adalah suatu a rbitrase yang di dalam perjanjian arbitrasenya terdapat unsur-unsur asing.
1. Court of Arbitration of the International Chamber of Commerce (ICC). Merupaka n pusat arbitrase
arbitrase yang bersifat internasional yang mengatur tentan g sengketa investasi yang berskala
internasional.
adalah suatu lembaga arbitrase yang lingkup keb eradaan dan yurisdiksinya berwawasan regional
seperti ; Regional Center for Arbi tration yang didirikan oleh Asia-Afrika Legal Consultative
Committee (AAALC).
4. Arbitrase Khusus, dalam bidang muamalat, perdagangan, ketenaga kerjaan, lingkungan hidup.
perdagangan, ketenaga kerja an dan lingkungan hidup. Di kalangan dunia bisnis misalnya, umumnya
lebih menday a gunakan arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa bisnis yang terjadi diantara
para pihak, dari pada penyelesaiannya melalui lembaga litigasi atau pe radilan. Hal ini terjadi karena
saat sekarang ini ada suatu tendensi bahwa hampi r di setiap kontrak dagang mencantumkan klausul
penyelesaian sengketa melalui ar bitrase, dimana arbitrase merupakan suatu lembaga penyelesaian
sengketa yang sed ang populer dan paling dianjurkan untuk digunakan dibandingkan dengan lembaga
pe nyelesaian sengketa lainnya. Dalam menentukan cara penyelesaian sengketa tersebut, tentunya
banyak pertimbang an yang mendasari para pelaku bisnis untuk memilih arbitrase sebagai upaya penye
lesaian sengketa yang akan atau sedang dihadapi. Namun demikian, kadangkala pert imbangan para
pelaku bisnis dalam memilih lembaga arbitrase sebagai alternatif p enyelesaian sengketa para pihak
tidaklah sama, karena itu perlu diketahui dasar pertimbangan para pihak yang bersengketa dalam
memilih arbitrase sebagai alterna tif penyelesaian sengketa dalam kontrak dagang. Secara umum dalam
alinea keempat Penjelasan Umum UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesai
an Sengketa dinyatakan dalam lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan lembaga
2. Dapat dihindarkan kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedur dan adminis trative.
3. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetah uan,
pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengket akan, jujur dan adil.
4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalah serta p roses dan tempat
penyelenggaraan arbitrase.
5. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara