1995
Pesta
Pesta merupakan sebuah acara yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
sebagai perayaan moment tertentu sebagai ungkapan kebahagiaan. Pesta sangat
identik dengan perjamuan makan, minum dan hiburan musik. Senyuman dan
canda tawa merupakan pencerminan suasana pesta yang penuh kebagagiaan.
Hampir setiap orang pastinya sudah pernah mengikuti perjamuan pesta.. “Ketika
Pesta Selesai” karya Nenden Lilis A. ini merupakan puisi yang menggambarkan
keadaan pesta ketika selesai. Diungkapkan dalam salah satu baris puisinya
yaitu /Denting gelas itu masih tersisa di meja/ . Pada larik dengan citraan audio
tersebut seolah aku lirik merekam dan memotret keadaan pesta yang sudah usai.
1
Budaya pesta sebenarnya sudah lama dilaksanakan oleh leluhur kita. Budaya kita
mengenal ”selamatan” atau tasyakuran sebagai bentuk sebauh pesta. Tasyakuran
adalah selamatan untuk berterima kasih kepada Sang Pencipta karena cita-citanya
terlaksana atau hajadnya tercapai. Tentunya hal itu diwujudkan agar segala
sesuatunya yang telah tercapai lebih mendapat berkah. Idealnya tujuan baik juga
harus dilaksanakan dengan cara yang baik pula.
Bagaimanakah realitas pesta di kehidupan modern sekarang ini? Pesta sudah tidak
lagi dijalankan dengan cara yang baik. Di kalangan kaum hedonis pesta
merupakan bentuk gaya hidup yang menjadi sebuah keharusan. Tempat pesta
bukan lagi di rumah, melainkan di hotel-hotel mewah atau diskotik. Sudah barang
tentu sajian yang dihadirkan juga seperti minuman keras, musik, wanita penghibur
atau hal-hal lain yang memabukkan. Puisi ”Ketika Pesta Selesai” karya Nenden
Lilis A. juga menyoroti hal tersebut dalam puisinya di bait kedua dengan
larik /Kilat lampu, dentum irama, aroma minuman/Wangi parfum dan mata yang
menggoda/Seperti berbaur dalam debar jantungku/Dan aku mabuk/. Adapun di
bait kedua, Nenden Lilis A. juga menanyakan sipakah orang-orang yang membuat
pesta yang demikian? Ditulisnya dalam larik puisinya / siapakah yang telah
menghidangkan pesta di sini?/. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya
bahwa pesta-pesta yang demikian merupakan acara yang sering diselenggarakan
2
oleh kaum hedonis yang selalu mencari kesenangan dan kenikmatan materi
sebagai tujuan utama dalam hidupnya. Demikian gambaran pesta yang sudah
mulai melenceng dari nilai-nilai luhur bangsa kita yang diungkapkan oleh Nenden
lilis A. dalam puisinya.
3
Pesta yang diikuti oleh si aku lirik seperti yang diungkapkan pada bait kedua yaitu
bukanlah pesta yang baik. Adapun pesta tersebut justru penuh dengan hal-hal yang
memabukkan seperti minuman dan tatapan-tatapan mata yang menggoda. Sudah
menjadi barang tentu bahwa pesta kaum hedonis pastinya dipenuhi oleh wanita-
wanita penghibur. Di sinilah Nenden Lilis A. sebagai wanita merasa sangat ironis
dengan kaumnya. Wanita yang semestinya mempunyai kedukukan yang terhormat
dan mengemban tugas mulia di sisi keluarga justru hanya menjadi objek hiburan
atau pemuas nafsu pada sebuah pesta hedonis. Hal ironis tersebut dituangkan
dalam perasaan si aku lirik yaitu / Ketika aku beranjak pergi dengan hati tersayat/.
Adapun pesta yang diungkapakan oleh Nenden Lilis A. tentunya juga bentuk
pemborosan. Islam memvonis bahwa: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya (QS. Al Israa’:27).
”Ketika Pesta Selesai” merupakan kritik sosial mengenai kondisi ekonomi, sosial,
dan politik yang buruk pada tahun 1995 atau masa Orde Baru. Kondisi ekonomi
kala itu mulai di ambang krisis. Penguasa memerintah secara sentralisasi dan
aspirasi dari para cendikia terkesan dimatikan. Penguasa dengan mudahnya
melakukan KKN dengan tujunan memperkaya diri dan golongan. Penguasa yang
demikian merupakan para penganut hidonis yang hanya mencari kesenganan
hidup pribadi. Adapun salah satu kecendrungan kaum hedonis yaitu dengan
melakukan tindakan pesta pora.
4
Masalah yang demikian sebenarnya juga sudah jauh sebelumnya disinggung oleh
penyair wanita juga yaitu Toeti Heraty dalam puisinya yang berjudul ”Coktail
Party”. Puisi tersebut juga membicarakan tentang ironi dari sebuah pesta. Berikut
ini puisi ”Coktail Party” karya Toeti Heraty yang ditulis pada tahun 1974.
COCKTAIL PARTY
5
dalam akrab dan lelap
kepanjangan mimpi tanpa derita
dan amuk badai antara insan?
gumam, senyum dan berjabatan tangan
Antara puisi ”Ketika Pesta Selesai” dan ”Coktal Party” merupakan dua buah puisi
yang mempunyai kesamaan ide. Kesamaan ide tersebut yaitu menceritakan sebauh
pesta yang kemudian dirasakan menjadi sebuah ironi oleh si aku lirik. Melalui
istilah lain dapat dikatakan bahwa puisi ”Ketika Pesta Selesai” karya Nenden Lilis
A. merupakan bentuk intertekstual dari puisi ”Coktail Party” karya Toeti Heraty.
Interteks secara luas diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan
teks yang lain. Berkaitan dengan interteks, Kristeva mengatakan bahwa setiap teks
harus dibaca atas dasar latar belakang teks-teks lain (Ratna, 2004:173).
Berdasarkan pandangan interteks tersebut maka puisi ”Ketika Pesta Selesai” karya
Nenden Lilis A. mempunyai jaringan hubungan dengan puisi ”Coktail Party”
karya Toeti Heraty.
Adapun selanjutnya dapat disebut bahwa ide ataupun teks-teks dalam puisi
”Coktail Party” karya Toeti Heraty merupakan sebuah hypogram atas puisi
”Ketika Pesta Selesai” karya Nenden Lilis A.. Berikut beberapa hypogram puisi
”Ketika Pesta Selesai” yang terdapat pada puisi ”Cocktatail Party”. Party dalam
bahasa Indonesia padanannya yaitu pesta, merupakan hypogram yang pertama.
Hypogram selanjutnya ditunjukkan dengan larik /aku terjebak, gelas anggur di
tangan/. Lagi-lagi pesta dalam puisi diidentikkan dengan minuman anggur.
Nenden Lilis A. menulis hal senada yaitu /Denting gelas itu masih tersisa di meja/,
dan juga / Kilat lampu, dentum irama, aroma minuman/.
Bentuk pesta itu digambarkan dalam puisi ”Cocktail Party” sebagai sebuah bentuk
kamuflase kaum hedonis. Adapun hal itu diungkapkan dengan larik puisi / Ruang
menggema/ dengan gumam hormat, sapa-menyapa/ dengan mengibas pelangi
perempuan/itu pergi, hadirin mengagumi/. Larik tersebut merupakan gambaran
ironi seorang wanita dalam pesta yang seolah menjadi objek keindahan. Adapun
tingkah laku wanita yang berlebihan sebenarnya telah dilarang oleh agama. Islam
dalam Al Quran memerintahkan bahwa:
6
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka…(QS. An Nuur:31).
Pesta yang ironis demikian tentunya sangat buruk karena menimbulkan berbagai
dampak negatif. Sebut saja prostitusi, miras dan narkoba adalah hal-hal yang
terlarang namun seakan legal dalam pesta di dunia modern sekarang ini. Akibat
7
negatif lainnya yaitu apabila pesta tersebut mengakibatkan kerugian pada orang
lain yang tidak mengikuti pesta. Belum lama ini kita dikejutkan dengan insiden
kecelakaan maut di kawasan Tugu Tani, Jakarta, di mana Afriyani Susanti
menabrak kerumunan pejalan kaki hingga 9 orang meninggal. Hasil penyelidikkan
menunjukkan bahwa Afriyani saat itu sedang mabuk akiabat mengonsumsi
narkoba pada sebuah acara pesta di diskotik, sebuah hal yang sangat disayangkan
tentunya.
Sebagai bangsa yang berkarakter tentunya kita mempunyai tradisi yang lebih
bijak. Ada berbagai pilihan bentuk ungkapan rasa bersyukur kepada sang
Pencipta. Tasyakuran dengan bersedekah kepada kaum yang lebih membutuhkan
merupakan pilihan yang lebih baik dan mempunyai nilai ibadah yang mulia.
8
sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Bagaimana tanggapan saudara akan
hal yang demikaian?
Dalam esai ini memang menyoroti bentuk pesta yang ironi dan negatif
dampaknya. Tentunya pesta yang demikian adalah pesta yang tidak baik
dan dengan tujuan yang tidak tepat. Adapun pesta yang didasari atas tujuan
bersyukur dengan jalan bersedekah adalah pesta yang baik seperti
bersedekah untuk memohonkan doa atas kerabat yang meninggal dunia
adalah pesta yang baik, ataupun seseorang yang besyukur atas lepasnya
sebuah jabatan adalah bentuk rasa syukur yang baik untuk lebih
mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
9
Daftar Bacaan
Alquran/http://geocities.com/alquran_indo
Lilis, A. Nenden. 1997. Negeri Sihir. Bandung: Diwan Pustaka.
Official Site of Bandung Tourism Ofiice/ http://bandungtourism.com/
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Denpasar: Pustaka Pelajar.
10