Anda di halaman 1dari 13

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Batang Kecombrang (Etlingera elatior

(Jack))
Anita Halimah1, Asep Supriadin, Tety Sudiarti
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Bandung, Indonesia
e-mail: anitahalimah7@gmail.com

ABSTRACT

ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF KECOMBRANG (Etlingera elatior (Jack))


STEM n-HEXANE FRACTION

Kecombrang plant (Etlingera elatior (Jack)) is a spice plant which has not been much
researched the content of secondary metabolite compounds and its bioactivity as
antibacterialulis, especially in the stem. The research aims to determine what secondary
metabolite compounds contained in the fraction and its activity as antibacterial to
bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Concentrated extract of n-hexane
are separated using Liquid Vacuum Chromatography (LVC), Gravity Column
Chromatography (GCC) and Thin Layer Chromatography (TLC). Phytochemical test
were carried out on concentrated extracts of n-hexane which showed positive results of
alkaloids and steroid, as well fractionation results show positive terpenoids. Antibacterial
activity test results of fraction of GGC number 1 of kecombrang stem againts bacteria
Staphylococcus aureus have weak antebacterial potential proven from the diameter of
the inhibitory power <5mm and inactive in Escherichia coli. While the results of the
fraction of GGC number 2 are not active in bacteria Staphylococcus aureus and
Escherichia coli.

Keywords: Etlingera elatior (Jack); Chromatography; Staphylococcus aureus;


Escherichia coli; Antibacterial.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang juga banyak dimanfaatkan sebagai
kaya akan sumber daya alam. Sekitar penghilang bau badan dan mulut, serta
30.000 spesies tanaman tumbuh di obat luka. Tanaman ini merupakan
Indonesia dan sekitar 1.260 spesies tanaman rempah-rempah yang termasuk
berkhasiat sebagai obat. Kajian ilmiah ke dalam golongan Zingiberaceae.
mengenai tanaman obat-obatan di Kecombrang memiliki dua varietas yaitu
Indonesia masih sangat terbatas. berdaun merah (Etlingera
Umumnya masyarakat memanfaatkan hemisphaerica (Blume)) yang biasa
tanaman obat-obatan berdasarkan digunakan untuk obat demam dan
pengetahuan tradisional. Selain berdaun hijau (Etlingera elatior (Jack)
berkhasiat sebagai obat, beberapa yang biasa digunakan dalam bumbu
tanaman banyak dimanfaatkan sebagai masakan dan obat-obatan tradisional.
pemberi citarasa pada masakan [1]. Penggunaannya sebagai sumber obat-
Tanaman kecombrang merupakan obatan hanya didasarkan pada
salah satu tanaman obat-obatan yang pengetahuan tradisional. Sehingga perlu
kajian imiah mengenai khasiatnya pendeteksi senyawa bahan alam, bakteri
sebagai tanaman obat dan senyawa Escherichia coli ATCC 11229 dan
bioaktif yang terkandung di dalamnya Staphylococcus aureus ATCC 6538,
[2]. Mueller Hinton Broth (MHB), Nutrient
Berbagai penelitian telah Broth (NB), AB (Agar Bacterial),
dilakukan mengenai kandungan DMSO, n-heksana, amoxicilin.
senyawa dalam tumbuhan kecombrang. Alat-alat yang digunakan meliputi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bejana maserasi, kaca arloji, spatula,
Naufalin dkk (2009), dilaporkan bahwa blender, neraca analitik, filter 20 mikron,
batang kecombrang bagian dalam corong, botol vial, tabung reaksi,
mengandung senyawa alkaloid, saponin, seperangkat alat kromatografi kolom
fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, berbagai ukuran, botol semprot, sprayer,
dan glikosida yang dapat berfungsi tisu, lampu UV 315-400 nm dan 100-280
sebagai antimikroba [3]. Penelitian yang nm, rotatory evaporator, plat silika
dilakukan Hudaya (2010) menyatakan GF254, mikro tube, cawan petri, tips,
bahwa ekstrak air bunga kecombrang mikropipet, kertas cakram, kapas lidi,
bersifat antibakteri terhadap inkubator, vortex, laminar, autoklap,
Staphylococcus aureus dan Escherichia jangka sorong, dan colony counter.
coli. Penelitian lain mengungkapkan
bahwa fraksi n-heksana ekstrak batang Instrumentasi
kecombrang dapat memberikan efek Instrumen yang digunakan dalam
larvasida pada larva III Aedes aegypty penelitian ini yaitu UV-VIS.
yang menyebabkan kematian pada larva
tersebut [4]. Prosedur
Informasi mengenai pengujian zat
Preparasi Sampel
antibakteri batang kecombrang masih
sangat terbatas. Berdasarkan hal Batang Kecombrang dipotong
tersebut, maka perlu adanya penelitian menjadi ukuran yang lebih kecil dan
lebih lanjut terhadap batang kecombrang dikeringkan dengan cara diangin-
untuk mengetahui senyawa metabolit anginkan. Batang kecombrang kering
sekunder dan bioaktivitasnya. Maka dari dihaluskan menggunakan blender
itu, dalam penelitian ini akan dilakukan hingga menjadi serbuk. Serbuk kering
uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana yang diperoleh sebanyak 2,5 kg
batang kecombrang (Etlingera elatior
(Jack)). Pemisahan Senyawa Metabolit Sekunder
Serbuk kering sebanyak 2,5 kg
EKSPERIMEN dimaserasi dengan n-heksana selama
3x24 jam pada suhu ruang. Ekstrak kasar
Material disaring dan dipekatkan, sehingga
Sampel yang digunakan dalam menghasilkan ekstrak pekat n-heksana
penelitian ini adalah batang kecombrang 13,7487 gram.
merah (Etlingera elatior (Jack)) yang Ekstrak pekat yang didapat
diperoleh dari Pangandaran, Jawa Barat. selanjutnya dipisahkan dengan
Bahan bahan yang digunakan kromatografi vakum cair (KVC) yang
dalam penelitian ini adalah n-heksana menghasilkan 14 fraksi senyawa. Fraksi
p.a, etilasetat p.a, H2SO4 pekat, FeCl3 tersebut dipisahkan dengan kromatografi
1%, dan HCl pekat, pita Mg, amil kolom gravitasi yang menghasilkan 140
alkohol, anhidrida asetat, reagensia fraksi. Fraksi tersebut dikelompokkan
sesuai dengan noda yang sama. Fraksi pekat. Timbulnya warna kuning, orange
30-70 memiliki noda target yang atau merah menunjukkan adanya
selanjutnya dipisahkan kembali dengan flavonoid [7].
KKG menghasilkan 26 fraksi. Setiap d. Tanin
selesai pemisahan dilakukan monitoring Sebanyak 1 mL ekstrak
dengan KLT. Noda target terdapat pada ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%.
fraksi 3- yang sudah berbentuk kristal. Timbulnya warna hijau, ungu, atau hitam
Selanjutnya kristal digabungkan dan menunjukkan adanya senyawa tanin [8].
dimurnikan. Isolat yang dihasilkan diuji e. Saponin
fitokimia dan diuji aktivitasnya sebagai Sebanyak 1 mL ekstrak
antibakteri. dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dikocok secara vertikal
Uji Fitokimia selama satu detik. Lalu diamati
Uji fitokimia dilakukan terhadap perubahan yang terjadi. Terbentuknya
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, busa atau buih setelah penambahan HCl
terpenoid, steroid, tanin, dan saponin. 2 N menunjukkan reaksi yang positif
Prosedur kerjanya sebagai berikut: untuk saponin [8].
a. Terpenoid dan Steroid
Sebanyak 1 mL ekstrak Uji Aktivitas Antibakteri
ditambahkan 2 tetes anhidrida asetat dan Uji aktivitas antibakteri dilakukan
diaduk. Setelah itu diteteskan 1-2 tetes dengan metode cakram kertas terhadap
H2SO4 pekat kemudian diamati warna bakteri Staphylococcus aureus ATCC
yang terbentuk. Adanya steroid 6538 dan Escherichia coli ATCC 11229
ditunjukkan oleh warna biru atau hijau, [9].
sedangkan terpenoid memberikan warna a. Pembuatan Media Mueller Hinton
merah atau ungu [5]. Agar (MHA)
b. Alkaloid Serbuk Mueller Hinton Broth
Pengujian alkaloid dilakukan (MHB) dan Agar Bacterial (AB)
dengan 3 metode yaitu dengan pereaksi ditimbang masing-masing sebanyak 2,3
Bouchardat, pereaksi Meyer dan gram dan 2 gram. Kedua serbuk tersebut
pereaksi Dragendorff. Sebanyak 1 mL dicampurkan dan dilarutkan dengan 100
ekstrak ditambahkan dengan 1-2 tetes mL akuabides dalam erlenmeyer
pereaksi Bouchardat, Meyer dan kemudian dihomogenkan serta
Dragendorff pada masing-masing disterilisasikan dalam autoklaf. Media
tabung reaksi kemudian diamati yang telah steril dituangkan ke dalam
perubahan yang terjadi. Pada uji dengan
cawan petri steril. Cawan petri kemudian
pereaksi Bouchardat, bila terbentuk digoyangkan berlawanan arah jarum jam
endapan maka positif alkaloid. Pada uji sebanyak 5-10x dan digoyangkan lagi
dengan pereaksi Meyer, adanya alkaloid searah jarum jam sebanyak 5-10x agar
ditandai dengan terbentuknya endapan media. Selanjutnya dibiarkan hingga
kuning muda. Pada uji dengan pereaksi memadat.
Dragendorff, adanya alkaloid ditandai b. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
dengan terbentuknya endapan jingga [6]. Serbuk Nutrient Broth (NB) dan
c. Flavonoid Agar Bacterial (AB) ditimbang masing-
Sebanyak 1 mL ekstrak masing sebanyak 0,8 gram dan 2 gram,
ditambahkan 5 tetes etanol dan dikocok keduanya dicampurkan dan dilarutkan
sampai homogen, kemudian dengan 100 mL akuabides dalam
ditambahkan serbuk Mg dan 5 tetes HCl
erlenmeyer kemudian dihomogenkan.
Media yang homogen disterilisasi dalam cakram kertas. Prosedur pengujiannya
autoklaf. Setelah media disterilisasi, yaitu dengan mengambil suspensi
kemudian dituangkan ke dalam cawan bakteri uji dengan kapas lidi dan
petri steril. Cawan petri kemudian dioleskan ke dalam media agar.
digoyangkan berlawanan arah jarum jam Selanjutnya variasi konsentrasi larutan
sebanyak 5-10x dan digoyangkan lagi uji, kontrol positif dan kontrol negatif
searah jarum jam sebanyak 5-10x agar diteteskan pada kertas cakram steril
media. Selanjutnya dibiarkan hingga sebanyak 15 µL dan dibiarkan beberapa
memadat. saat. Kertas cakram yang telah ditetesi
c. Sterilisasi Alat dan Bahan diletakan secara teratur di atas medium
Semua alat dan bahan yang agar dan diinkubasi selama 24 jam pada
digunakan dalam pengujian antibakteri suhu 37 ˚C. Uji antibakteri ini dilakukan
dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. pengulangan dua kali. Diameter zona
Cawan petri, tabung reaksi, vial, tip, hambat diukur dengan menggunakan
mikro tube, beserta wadah yang telah jangka sorong dan dibandingkan dengan
dicuci bersih dan dikeringkan dibungkus zona hambat pada kontrol positif
dengan kertas sedangkan kertas cakram amoxicillin. Daya hambat ditentukan
dimasukkan ke dalam cawan petri dengan cara mengurangi diameter zona
bersih. Semua alat serta media Mueller hambat yang terbentuk dengan diameter
Hinton Broth (MHB) dan media Nutrient kertas cakram.
Agar (NA) disterilisasi dalam autoklaf
121 ℃ selama 120 menit. HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus Ekstraksi Batang Kecombrang
ATCC 6538 yang telah diinokulasi
diambil dengan kawat ose steril lalu Ekstraksi merupakan proses
disuspensikan ke dalam tabung yang pemisahan suatu komponen kimia yang
berisi 7 mL Nutrient Broth (NB) dan 3 terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini
mL bakteri. Perlakuan sama dilakuka didasarkan pada perpindahan massa
pada bakteri Escherichia coli ATCC komponen zat padat kedalam pelarut
11229 namun disuspensikan ke dalam dimana perpindahan mulai terjadi pada
tabung yang berisi 8 mL Mueller Hinton lapisan antar muka, kemudian berdisfusi
Broth (MHB) dan 2 ml bakteri. masuk kedalam pelarut. Metode yang
e. Pembuatan Larutan Uji digunakan dalam penelitian ini yaitu
Larutan uji dibuat dengan metode ekstraksi maserasi. Maserasi
melarutkan fraksi n-heksana batang dilakukan dengan cara perendaman
kecombrang pada pelarut DMSO untuk simplisia dalam pelarut. Proses
fraksi KKG ke-2 (C3-C6) dan pelarut n- perendaman akan mengakibatkan
heksana untuk fraksi KKG ke-1 (B20- perbedaan konsentrasi antara diluar sel
B29). Kedua fraksi dibuat dengan dan didalam sel akan menyebabkan
mengencerkannya menjadi 10%, 7,5%, terjadinya pemecahan dinding dan
dan 5%. Sebagai kontrol positif berupa membran sel pada sampel tumbuhan,
larutan amoxicillin dan kontrol negatif sehingga senyawa metabolit sekunder
berupa pelarut sampel larutan uji. yang ada dalam membran sel akan
f. Prosedur Uji Antibakteri terlarut dalam pelarut. Pelarut akan
Pengujian aktivitas antibakteri masuk ke dalam sel melewati dinding
fraksi n-heksana batang kecombrang sel. Isi sel akan larut karena adanya
dilakukan dengan menggunakan metode perbedaan konsentrasi antara larutan di
dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan menggunakan eluen n-heksana:etil
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut asetat (9:1) yang dapat dilihat pada
dengan konsentrasi rendah (proses Gambar 1.
difusi). Peristiwa tersebut berulang Hasil KLT dapat dilihat dengan
sampai terjadi keseimbangan menggunakan sinar UV dekat dengan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan λ=254 nm dan sinar UV jauh λ=365 nm.

a b
Gambar 1 a. KLT hasil KVC A1-A14 di bawah sinar UV dekat (λ=254 nm), b. KLT hasil KVC A1-
A14 di bawah sinar UV jauh (λ=365 nm)

di dalam sel. Pada UV dekat, lempeng akan


berflourensi sedangkan noda sampel
Fraksinasi Senyawa
akan berwarna gelap. Penampakan noda
Ekstrak pekat batang kecombrang terjadi karena adanya daya interaksi
(Etlingera elatior (Jack)) sebanyak antara sinar UV dengan indikator
13,7487 gram dipisahkan dengan fluoresensi yang terdapat pada lempeng.
menggunakan metode kromatografi Fluoresensi cahaya tampak merupakan
yang didasarkan pada perbedaan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
kepolaran antara fasa gerak dan fasa komponen tersebut ketika elektron yang
diam. tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
Pemisahan dilakukan dengan tingkat energi yang lebih tinggi
kromatografi vakum cair (KVC), kemudian kembali ke keadaan semula
kromatografi kolom gravitasi (KKG), sambil melepaskan energi.
dan kromatografi lapis tipis (KLT). Sementara itu, pada sinar UV jauh
Pemisahan dengan kromatografi vakum noda sampel akan berfluoresensi dan
cair (KVC) dilakukan untuk lempeng akan berwarna gelap.
mempercepat pemisahan karena sampel Penampakan noda pada lampu UV365
yang akan dipisahkan relatif banyak. karena adanya interaksi antara sinar UV
Hasil pemisahan dari kromatografi dengan gugus kromofor yang terikat oleh
vakum cair adalah fraksi-fraksi yang ausokrom yang ada pada noda sampel
dapat dikelompokkan menjadi kelompok tersebut. Sehingga noda yang tampak
senyawa non poar, semi polar dan polar. terlihat terang karena silika gel tidak
Proses pemisahan dengan KVC ini berfluoresensi pada sinar tersebut.
menghasilkan 14 fraksi yang selanjutnya Hasil KVC fraksi A2-A6 memiliki
dianalisis dengan kromatografi lapis plot noda, yang selanjutnya dianalisis
tipis (KLT) pada plat silika GF254
a b
Gambar 2 a. KLT hasil KVC A3-A6 di bawah sinar UV dekat (λ=254 nm), b. KLT hasil
KVC A3-A6 di bawah sinar UV jauh (λ=365 nm)

kembali dengan KLT untuk mengetahui polar akan keluar terlebih dahulu karena
noda yang sama sehingga bisa akan terelusi atau terbawa oleh pelarut
digabungkan. Hasilnya menunjukkan pengelusi (fasa gerak). Pemisahan KKG
bahwa fraksi A3-A6 memiliki noda yang ini menghasilkan 140 tampungan.
sama yang dapat dilihat pada Gambar 2. Senyawa target yang akan diuji
Fraksi A3-A6 digabungkan dan aktivitas antibakterinya berada pada
dievaporasi sehingga didapat fraksi n- tampungan B30-B70 yang dapat dilihat
heksana pekat sebanyak 5,2965 gram. pada Gambar 3, dan tampungan B20-
Fraksi A3-A6 yang telah pekat dilakukan B29 menjadi pembanding dalam uji
pemisahan dengan kromatografi kolom aktivitas antibakteri yang dapat dilihat
gravitasi (KKG). pada Gambar 4. Fraksi pada tampungan

a b
Gambar 3 a. KLT hasil KKG B1-B140 di bawah sinar UV dekat (λ=254 nm), b. KLT hasil KKG B1-
B140 di bawah sinar UV jauh (λ=365 nm)

Prinsip dasar dari kromatografi B30-B70 digabungkan dan dievaporasi


kolom gravitasi adalah perbedaan sehingga didapat fraksi n–heksana pekat
kecepatan gerak antara komponen dalam sebanyak 0,5361 gram.
sampel dengan fasa diam. Sehingga
senyawa yang lebih polar akan tertahan
oleh fasa diam dan senyawa yang kurang
dicuci dianalisis dengan KLT yang
dielusi dengan eluen n-heksana:etil
asetat (7:3) yang dapat dilihat pada
Gambar 6. Kristal ini selanjutnya
dilakukan pengujian antibakteri dengan

Gambar 4 KLT hasil KKG B20-B29

Fraksi B30-B70 yang telah pekat


dilakukan pemisahan kembali dengan
KKG karena memiliki noda yang relatif
masih banyak. Pemisahan KKG ke-2 ini
menghasilkan 26 tampungan yang
dianalisis dengan KLT yang dielusi
dengan eluen n–heksana:etil asetat (7:3) Gambar 6 KLT hasil rekristalisasi
yang dapat dilihat pada. Hasil KLT
menunjukkan noda yang sama pada metode cakram kertas.
tampungan C3-C6 yang telah berbentuk Uji Fitokimia
kristal yang dapat dilihat pada Gambar
5. Uji fitokimia merupakan uji
kualitatif yang dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada
sampel. Uji fitokimia dilakukan pada
ekstrak kasar dan hasil fraksi KKG ke 1
(B20-B29) serta hasil fraksi KKG ke-2
(C3-C6). Hasil skrining fitokimia
ekstrak dan fraksi n-heksana batang
Gambar 5 Kristal C3-C6 kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
disajikan dalam Tabel 1.
Kristal yang terbentuk masih Berdasarkan uji fitokimia pada
terlihat adanya bercak warna hijau ekstrak menunjukkan hasil positif
sehingga perlu proses pemurnian dengan steroid dan alkaloid pada uji
menggunakan metode rekristalisasi. Dragendroff. Sedangkan pada fraksi
Rekristalisasi yaitu pemurnian suatu zat KKG ke-1 (B20-B29) dan fraksi KKG
padat berdasarkan perbedaan kelarutan. ke-2 (C3-C6) menunjukkan hasil positif
Pelarut yang digunakan dipilih terpenoid. Identikasi terpenoid dan
berdasarkan kemampuan melarutkan zat steroid dalam percobaan ini
yang akan dimurnikan. menggunakan uji Lieberman-Burchard
Setelah rekristalisasi, dilakukan (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang
proses pencucian menggunakan pelarut memberikan warna hijau-biru.
metanol agar sisa pengotor yang Perubahan warna yang terjadi
menempel pada sampel bisa terpisah dikarenakan adanya oksidasi pada
sehingga didapatkan kristal yang lebih golongan senyawa terpenoid/steroid
murni, ditandai dengan warna kristal melalui pembentukan ikatan rangkap
yang lebih putih. Kristal yang telah terkonjugasi.
Tabel 1 Hasil skrining fitokimia batang (Etlingera elatior (Jack))
Uji Fitokimia Pereaksi Hasil
Ekstrak KKG ke-1 KKG ke-2
Terpenoid +++ ++ +
Steroid - - -
Saponin Dikocok - - -
Tanin FeCl3 1% - - -
Alkaloid Bouchardat - - -
Meyer - - -
Dragendroff + - -
Flavonoid Etanol+HCl - - -
encer+serbuk Mg

Prinsip reaksi dalam mekanisme berpindah. Senyawa ini mengalami


reaksi uji terpenoid adalah kondensasi resonansi yang bertindak sebagai
atau pelepasan H2O dan penggabungan elektrofil atau karbokation. Serangan
karbokation yang disajikan dalam karbokation menyebabkan adisi
Gambar 7. Reaksinya diawali dengan elektrofilik, diikuti dengan pelepasan
proses asetilasi gugus hidroksil hidrogen. Kemudian gugus hidrogen
menggunakan asam asetat anhidrida. beserta elektronnya dilepas akibatnya
Gugus asetil yang merupakan gugus senyawa mengalami perpanjangan
pergi yang baik akan lepas, sehingga konjugasi. Hasil positif alkaloid pada uji
terbentuk ikatan rangkap. Dragendroff ditandai dengan

HOAc/H2SO4

HO
+
Ion Karbonium 3,5-Diena

Ac2O
(SO3)

+ SO2

SO3H
Kation Pentanilik
Asam Sulfonik Kolestanheksana

Gambar 7 Reaksi fitokimia terpenoid/steroid


Sumber: Tiwari dkk, 2011

Selanjutnya terjadi pelepasan terbentuknya endapan coklat muda


gugus hidrogen beserta elektronnya sampai kuning yang merupakan kalium-
mengakibatkan ikatan rangkap

Gambar IV.5 KLT hasil rekristalisasi


alkaloid yang reaksinya ditunjukkan ATCC 1229. Metode tersebut dilakukan
pada Gambar 8. dengan cara mengukur diameter daerah
Pereaksi Dragendroff terbuat dari bening di sekitar kertas cakram yang
bismut nitrat yang dilarutkan dalam HCl menunjukkan aktivitas antibakteri.
agar tidak terjadi hidrolisis karena Daerah bening merupakan petunjuk
garam-garam bismut mudah terhidrolisis kepekaan bakteri terhadap antibiotik
membentuk ion bismutil (BiO+). Agar atau bahan antibakteri lainnya yang
ion Bi3+ teteap berada dalam larutan, digunakan sebagai bahan uji yang
dinyatakan dengan lebar diameter zona
Bi(NO3)3 + 3KI BiI3 + 3KNO3 hambat. Diameter zona hambat diukur
Coklat
dalam satuan millimeter (mm)
menggunakan jangka sorong dengan
BiI3 + KI K[BiI4]
cara diameter keseluruhan dikurangi
Kalium tetraiodobismut diameter kertas cakram sebesar 6 mm.
Kemudian diameter zona hambat
+ K[BiI4] + [BiI4] tersebut dikategorikan kekuatan daya
N N oranye
anti bakterinya berdasarkan
K+
Kalium-Alkaloid
penggolongan Davis and Stout (1971)
endapan
[10].
Gambar 8 Reaksi alkaloid dengan reagen Bakteri S. Aureus dan E. Coli
Dragendroff diinokulasikan pada media yang
berbeda. S. aureus diinokulasikan pada
Sumber: Tiwari dkk, 2011
media MHA (Mueller Hinton Agar),
sedangkan E. coli diinokulasikan pada
media NA (NutrientAgar) . Media MHA
terdiri dari campuran MHB (Mueller
Hinton Broth) dan AB (Agar Bacterial),
sedangkan media NA terdiri dari
maka larutan ditambah asam sehingga campuran NB (Nutrient Broth) dan AB
kesetimbangan akan bergeser ke arah (Agar Bacterial). Media MHA memiliki
kiri. Gambar IV.6ion
Selanjutnya Bi3+hasil
a. KLT dari KVC di
bismut komposisi yaitu ekstrak beef, kasein
nitrat bereaksi
bawah dengan
sinar UV dekatkalium iodideb.
(λ=254 nm), hidrolisat, pati dan agar. Sementara itu,
membentuk endapan hitam Bismut(III) media NA terdiri dari ekstrak beef,
KLT yang
iodida hasil KVC di bawah
kemudian sinar UV
melarut jauh
dalam pepton, NaCl, dan agar. Ekstrak beef dan
kalium iodida (λ=365berlebih
nm) membentuk pepton berfungsi sebagai sumber
kalium tetraiodobismutat [26]. Pada uji protein, nitrogen, vitamin dan
alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, karbohidrat bagi bakteri. NaCl berfungsi
nitrogen digunakan untuk membentuk untuk mempertahankan keseimbangan
ikatan kovalen koordinat dengan K+ osmotik, dan agar digunakan sebagai
yang merupakan ion logam. medium pembeku yang mengandung
karbohidrat berupa galaktam yang tidak
Uji Aktivitas Antibakteri mudah diurai oleh mikroorganisme.
Pengujian antibakteri batang Penentuan media tumbuh ini
kecombrang (Etlingera elatior (Jack)) didasarkan pada product sheet ATCC
dilakukan dengan mengukur Diameter bakteri tersebut dimana media untuk
Daya Hambat (DDH) terhadap bakteri E. coli ATCC 1229 yaitu NA dan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus media untuk bakteri S. aureus yaitu
aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli MHA. Sebenarnya, media MHA dan NA
merupakan media yang umum untuk DMSO karena sampel tidak larut dalam
pertumbuhan mikroorganisme tidak fraksinya yaitu n-heksana. Penggunaan
selektif (heterotrof) seperti E. coli dan S. DMSO sebagai pelarut dikarenakan
aureus. Artinya baik E. coli maupun S. dapat melarutkan hampir semua
aureus dapat tumbuh pada kedua media senyawa baik polar maupun non-polar.
tersebut. Akan tetapi berdasarkan nutrisi Selain itu, DMSO tidak mempunyai
yang dibutuhkannya, S. aureus akan daya hambat terhadap bakteri sehingga
tumbuh optimal pada media MHA tidak mempengaruhi aktivitas
dibandingkan NA. Media MHA antibakteri batang kecombrang. Kontrol
mengandung kasein hidrolisat sebagai negatif yang berbeda tidak
sumber asam amino prolin yang mana mempengaruhi hasil kontrol, karena
asam amino tersebut merupakan salah kedua pelarut tidak mempunyai daya
satu faktor yang dapat mengoptimalkan hambat terhadap bakteri.
pertumbuhan bakteri aureus. Pengujian antibakteri dilakukan
Uji aktivitas antibakteri pada hasil secara duplo untuk mendapatkan hasil
fraksi KKG ke-1 dan fraksi KKG ke-2 yang baik. Penentuan konsentrasi
menggunakan variasi konsentrasi sampel ditentukan oleh banyaknya
dengan kontrol positif amoxicillin dan sampel. Konsentrasi sampel pada fraksi
kontrol negatif yang berbeda sesuai KKG ke-1 dan KKG ke-2 yaitu 10%,
dengan pelarut yang dapat melarutkan 7,5% dan 5%. Variasi konsentrasi
sampel. Kontrol negatif n-heksana sampel ditujukan untuk mengetahui
digunakan pada fraksi KKG ke-1 dan pengaruhnya terhadap penghambatan
kontrol negatif DMSO digunakan pada pertumbuhan bakteri uji. Hasil uji
fraksi KKG ke-2. Sampel KKG ke-2 aktivitas antibakteri disajikan pada
(tampungan 3-6) menggunakan pelarut Tabel 2.

Tabel 02 Aktivitas Antibakteri batang Etlingera elatior terhadap


bakteri E.Coli dan S.aureus
Zona Hambat E. coli Zona Hambat S. aureus
Konsentrasi
KKG ke-1 KKG ke-2 KKG ke-1 KKG ke-2
Kontrol + 7,05 mm 4,85 mm 25,1 mm 7,31 mm
Kontrol - - - - -
10% - - 2,9 mm -
7,5% - - 2,08 mm -
5% - - 1,5 mm -

bening di sekitar kertas cakram yang


Berdasarkan data Tabel 0.2 terjadi menunjukkan terjadinya penghambatan
aktivitas antibakteri pada bakteri S. pertumbuhan koloni bakteri akibat
aureus oleh fraksi KKG ke-1, sebaliknya pengaruh senyawa bioaktif yang terdapat
tidak terjadi aktivitas antibakteri atau pada fraksi batang kecombrang.
penghambatan oleh fraksi KKG ke-2. Aktivitasnya dikategorikan lemah
Sementara itu, pada bakteri E. coli tidak karena memiliki diameter zona hambat
terjadi penghambatan baik oleh sampel <5 mm. Pengkategorian tersebut
fraksi KKG ke-1 maupun sampel fraksi berdasarkan Davis and Stout (1971),
KKG ke-2. yang menyatakan kriteria kekuatan daya
Aktivitas antibakteri yang terjadi antibakteri dengan diameter zona
pada bakteri S. aureus oleh fraksi KKG hambat <5 mm dikategorikan lemah,
ke-1 dapat dilihat dari adanya daerah zona hambat 5-10 mm dikategorikan
sedang, zona hambat 10-20 mm sampel. Kepekatan sampel
dikategorikan kuat, dan zona hambat mengindikasikan banyaknya kandungan
>20 mm dikategorikan sangat kuat. senyawa bioaktif dalam sampel.
Zona hambat pada konsentrasi Semakin meningkat kepekatan sampel
10%, 7,5% dan 5% berturut-turut sebesar maka kandungan senyawa bioaktif
2,9 mm, 2,08 mm dan1,5 mm. Semakin semakin banyak, sebaliknya semakin
besar konsentrasi fraksi maka semakin menurun kepekatan sampel maka
baik dalam proses menghambat kandungan senyawa bioaktif semakin
pertumbuhan bakteri. Fraksi dengan sedikit. Berdasarkan hasil uji fitokimia,
konsentrasi yang lebih kecil memiliki fraksi KKG ke-2 memiliki kepekatan
jumlah kandungan senyawa metabolit yang lebih rendah dibandingkan fraksi
sekunder bersifat bioaktif yang lebih KKG ke-1. Artinya bahwa kandungan
sedikit sehingga memiliki daya hambat senyawa bioakif pada fraksi KKG ke-2
yang lebih kecil dibandingkan fraksi lebih sedikit dibandingkan fraksi KKG
dengan konsentrasi yang lebih besar. ke-1. Hal tersebut mempengaruhi hasil
Senyawa bioaktif yang berperan uji aktivitas antibakteri.
sebagai antibakteri yaitu terpenoid. Sementara itu, pada bakteri E. coli
Berdasarkan uji fitokimia, sampel fraksi tidak terjadi penghambatan baik oleh
KKG ke-1 dan ke-2 memiliki senyawa fraksi KKG ke-1 maupun fraksi KKG
bioaktif yang sama yaitu terpenoid. ke-2. Menurut Jenie dan Kuswanto
Mekanisme terpenoid sebagai (1994), keefektifan suatu zat antibakteri
antibakteri berhubungan dengan selain dipengaruhi oleh konsentrasi juga
membran lipid dan sensitivitas terhadap dipengaruhi oleh sifat bakteri uji yang
komponen non polar yang menyebabkan disebabkan oleh perbedaan kepekaan
kebocoran pada liposom. Terpenoid dari masing-masing bakteri terhadap zat
dapat berinteraksi dengan membran antimikroba karena mempunyai struktur
fosfolipid yang bersifat permeabel dan komposisi sel yang berbeda. S.
terhadap senyawa-senyawa lipofilik aureus merupakan bakteri gram positif
sehingga menyebabkan integritas yang memiliki struktur dinding sel yang
membran menurun serta morfologi lebih sederhana yang terdiri dari lapisan
membran sel berubah yang peptidoglikan dan membran plasma.
menyebabkan sel rapuh dan lisis. Adapun bakteri E. coli merupakan
Fosfolipid merupakan golongan bakteri gram negatif yeng mempunyai
senyawa lipid dan merupakan bagian sifat kurang rentan terhadap beberapa
dari membran sel. Molekul fosfolipid antibiotik. Hal ini dikarenakan struktur
mempunyai sebuah “kepala” yang polar dinding sel yang lebih kompleks dan
dan hidrofilik yaitu gugus fosfatnya berlapis tiga dimana lapisan luar berupa
sendiri dan dua buah “ekor” yang lipoprotein, lapisan tengah berupa
nonpolar dan hidropobis yakni bagian lipopolisakarida, dan lapisan dalam
asam lemaknya. Bagian “ekor” inilah berupa peptidoglikan.
yang dapat berinteraksi dengan senyawa Jika dibandingkan dengan kontrol
terpenoid dan menyebabkan sel lisis positif, sampel uji fraksi KKG ke-1 dan
sehingga terjadi kerusakan pada dinding KKG ke-2 kurang efektif sebagai
sel bakteri. antibakteri. Kontrol positf pada bakteri
Sebaliknya, tidak terjadi aktivitas uji E. coli dengan sampel uji KKG ke-1
antibakteri pada bakteri S. aureus oleh dan KKG ke-2 berturut-turut 7,05 mm
fraksi KKG ke-2. Hal tersebut dapat yang dikategorikan sedang dan 4,85 mm
disebabkan karena faktor kepekatan yang dikategorikan lemah. Sedangkan
kontrol positf pada bakteri uji S. aureus Tak lupa juga penulis mengucapkan
dengan sampel uji KKG ke-1 dan KKG terima kasih kepada:
ke-2 berturut-turut 25,1 mm yang 1. Bapak Dr. Asep Supriadin, M.Si.
dikategorikan sangat kuat dan 7,31 mm selaku pembimbing I yang telah sabar
yang dikategorikan sedang. Kontrol membimbing, memberi saran dan
positif pada kedua bakteri ini adalah arahan juga motivasi kepada penulis
amoxicillin. Amoxicillin merupakan selama penelitian hingga
antibiotik yang digunakan dalam terselesaikannya skripsi ini.
pengobatan berbagai infeksi bakteri. 2. Ibu Dr. Tety Sudiarti, M.Si. selaku
Amoxicillin akan menginhibisi pembimbing II sekaligus ketua
biosintesis dinding sel bakteri dan dapat Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
menembus pori-pori di membran Teknologi, Universitas Islam Negeri
posfolipid pada bakteri gram negatif. (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
yang telah memberi saran dan arahan
SIMPULAN kepada penulis dalam penyusunan
Dari hasil penelitian ini dapat tugas akhir ini.
ditarik kesimpulan sebagai berikut: 3. Ibu Meita Kartika S, S.Pt. dan Lidya
1. Berdasarkan hasil uji fitokimia Agustina B, S.Si., selaku Analis di
terhadap hasil fraksi batang Laboratorium Mikrobiologi
kecombrang (Etlingera elatior Laboratorium Sentral Universitas
(Jack)) menunjukkan positif Padjajaran UNPAD) yang telah
terpenoid, membimbing dan memberi arahan
2. Hasil penelitian uji aktivitas selama penelitian.
antibakteri hasil fraksi KKG ke-1 4. Ibu Tsani Adiyanti, S.Si. dan Bapak
batang kecombrang (Etlingera elatior Yusuf Rohmatullah, S.S., selaku
(Jack)) terhadap bakteri Laboran Laboratorium Kimia
Staphylococcus aureus memiliki Fakultas Sains dan Teknologi
potensi antibakteri yang lemah unversitas Islam Negeri Sunan
terbukti dari diameter daya hambat <5 Gunung Djati Bandung atas bantuan
mm dan tidak aktif pada bakteri yang telah diberikan kepada penulis.
Escherichia coli. Sementara itu, hasil 5. Seluruh Dosen Jurusan Kimia
fraksi KKG ke-2 tidak aktif pada Fakultas Sains dan Teknologi yang
bakteri Staphylococcus aureus dan telah memberikan banyak ilmu yang
bakteri Escherichia coli. sangat bermanfaat baik selama
perkuliahan maupun di luar
UCAPAN TERIMA KASIH perkuliahan.
6. Rekan-rekan seperjuangan penelitian
Puji dan Syukur penulis panjatkan organik dan teman-teman angkatan
kehadirat Allah SWT yang telah 2014 yang tidak bisa disebutkan satu
memberi limpahan nikmat dan kasih persatu yang telah berjuang bersama-
sayang. Shalawat dan salam senantiasa sama dalam penelitian dan
tercurah limpahkan kepada Baginda memberikan motivasi, bantuan dan
Nabi Muhammad SAW. dukungannya.
Pada kesempatan ini penulis 7. Semua pihak yang tidak dapat
menyampaikan terima kasih khususnya penulis sebutkan satu persatu yang
kepada orang tua yang telah memberikan telah memberikan banyak bantuan
dukungan baik moril maupun materil. dalam kelancaran penyusunan dan
penulisan skripsi ini, terimakasih yang [9] Kusmiyati dan N. W. S. Agustini,
sebesar-besarnya. "Skripsi Uji Aktivitas Senyawa
Antibakteri dari Mikrolaga
REFERENSI Porphyridium cruentum", Cibinong:
Pusat Penelitian Bioteknologi,
[1] A. Syamsul, E.H. Hakim. L.D. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Juliawati, L. Makmur, S. Kusuma Indonesia (LIPI), 2006.
dan Y.M. Syah, “Eksplorasi Kimia [10] M. Pelezar dan E. Chan, "Dasar-
Tumbuhan Hutan Tropis Indonesia: dasar Mikrobiologi Edisi Ke-2",
beberapa data mikromolekul Jakarta: Universitas Indonesia, 1988.
tumbuhan Laucaceae sebagai
komplemen etnobotani,” dalam
Prosiding Seminar Etnobotani,
Fakultas Biologi UGM,
Yogyakarta, 1995.
[2] A. Dharma, "Tanaman Obat
Tradisional Indonesia", Jakarta: P.N
Balai Pustaka, 1985.
[3] R. Naufalin, H.S. Rukmini, T. Yanto
dan Erminawati, “Formulasi dan
Produksi Pengawet Alami dari
Kecombrang (Nicolaia speciosa
Horan),” dalam Laporan Penelitian
Hibah Kompetensi, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi, Bogor,
2009.
[4] N. Habsah, “Antitumor Promoting
and Cytotoxic Constituens of
Etlingera Elatior,” Malaysian
Journal of Medical Science, vol. 12,
pp. 6-12, 2005.
[5] S. Lenny, "Senyawa Terpenoid dan
Steroid", Medan: Univeritas
Sumatra Utara, 2006.
[6] R. Sunarminingsih, "Metabolit
Sekunder: Manfaat dan
Perkembangannya dalam Dunia
Farmasi", Yogyakarta, 2002.
[7] H. R. Akbar, “Isolasi dan Identifikasi
golongan Flavonoid Daun Dandan
Gendis (Clinacanthus Nutans)
Berpotensi sebagai Antioksidan,”
ITB, Bandung, 2010.
[8] Robinson, "Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi Edisi Keenam
Terjemahan Kosasih Padmawinata",
Bandung: ITB, 1995.

Anda mungkin juga menyukai