Anda di halaman 1dari 52

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI


MA ANNAJAH YAMRA MERAUKE

SKRIPSI

AHMAD IRFANGI
NPM:201484203006

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2019
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI
MA ANNAJAH YAMRA MERAUKE

SKRIPSI

AHMAD IRFANGI
NPM:201484203006

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2019

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan sumber daya

manusia ke arah yang lebih baik. Karena itu, pendidikan sangat perlu untuk

dikembangkan dari berbagai ilmu pengetahuan. Seperti yang tercantum dalam

undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang

menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara

yang demokratis serta bertangung jawab.

Ilmu yang diberikan pada jenjang pendidikan di sekolah menengah salah

satunya yaitu fisika. Fisika merupakan proses dan produk. Proses artinya prosedur

untuk menemukan produk fisika (fakta, konsep, prinsip, teori atau hukum) yang

dilakukan melalui langkah-langkah ilmiah (Indrawati, 2011). Menerangkan konsep

fisika yang berhubungan dengan alam dibutuhkan interaksi antara guru dengan

siswa yang baik. Oleh karena itu, isi pendidikan perlu disampaikan dengan cara

yang sesuai dan gaya guru melaksanakan pembelajaran mempengaruhi hasil belajar

peserta didik. Karena Interaksi dapat terselenggara dengan baik jika siswa

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Mengembangkan kreativitas pada

1
diri siswa itu sendiri maka akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep, serta pemecahan masalah (Bajongga, 2014). Sehingga siswa

memahami dan dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa, ia akan termotivasi

untuk mempelajari, bahkan ingin mencari lebih banyak lagi (Supriyadi, 2016).

Faktanya penerapan pembelajaran fisika di sekolah yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran fisika masih kurang efektif. Fisika merupakan salah satu mata

pelajaran di sekolah yang dianggap sulit, sehingga nilai rata-rata fisika lebih rendah

dibandingkan mata pelajaran lain khususnya dibidang Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) (Sartika, 2013). Mata pelajaran fisika masih dianggap sebagai pelajaran yang

sulit dipahami, tidak menyenangkan, menakutkan bahkan sebagian

menganggapnya sebagai momok, sehingga kebanyakan siswa kurang tertarik akan

pelajaran fisika (Febrianti, 2012). Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru

dan hanya melihat rumus-rumus fisika yang sangat banyak, susah untuk dihafalkan

dan sulit dipahami sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang diajarkan oleh

guru (Baktiarso, 2015). Hal tersebut membuat hampir setiap siswa beranggapan

bahwa fisika sebagai mata pelajaran yang sulit. Ditambah lagi kurangnya keinginan

belajar dari siswa terhadap mata pelajaran fisika. Hal tersebut memberikan dampak

hasil belajar fisika menjadi menurun. Untuk dapat menghilangkan kesan fisika

sebagai mata pelajaran yang sulit dibutuhkan strategi belajar yang efektif. Salah

satunya strategi yang efektif yaitu dengan penerapan peta konsep.

Peta konsep dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat memudahkan belajar

siswa. Banyak para ahli yang mengemukakan tentang peta konsep. Konsep adalah

ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan

2
yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata

Soedja(Junaidi, 2011). Konsep adalah pemikiran seseorang atau kelompok orang

yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi

prinsip, hukum, dan teori (Sagala, 2011). Peta konsep mendatangkan banyak

manfaat, peta konsep menghemat waktu, memungkinkan menyusun dan

menjelaskan pikiran, menghasilkan ide-ide baru, memperbaiki ingatan dan

konsentrasi, lebih merangsang otak, mudah dilihat serta dibaca. Jadi dari pendapat

para ahli tentang peta konsep dapat disimpulkan bahwa Peta konsep merupakan

suatu karya kreatif yang menarik dan unik, bersifat individual yang dapat

memetakan pikiran sehingga dengan mudah membentuk konsep dalam ingatan

siswa (Buzan, 2010). Melalui penerapan peta konsep dalam pembelajaran fisika

diharapkan dapat memudahkan siswa dalam belajar karena peta konsep selain

menggambarkan konsep-konsep yang penting juga menghubungkan antara konsep-

konsep itu sehingga siswa dapat menguasai materi yang sedang dipelajari.

Penelitian pendidikan dengan menggunakan peta konsep sudah banyak

dilakukan, Salah satu hasil penelitian yang pernah menggunakan peta konsep yaitu

penelitian yang dilakukan Pangat dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan

Efektivitas Pembelajaran Fisika Teknik Melalui Strategi Peta Konsep menunjukkan

bahwa peta konsep sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar (Pangat

Hendro, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Artini menunjukan perbedaan

hasil belajar antara sebelum diterapkanya strategi peta konsep dan sesudah

penerapan strategi peta konsep (Isra dkk, 2017). Hal ini dilihat dari hasil rerata

kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding rerata kelompok kontrol (eksperimen

3
= 23,26 > kontrol = 18,24) dan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan

thitung sebesar 1,95146, lebih besar dari ttabel yaitu 1,67109. Dengan demikian,

kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran peta

konsep menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Ini menjadi bukti bahwa

penerapan peta konsep dalam pembelajaran fisika memang dapat meningkatkan

pemahaman siswa

Hasil Pengalaman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilakukan oleh

peneliti selama 2 bulan di MA Annajah Yamra Merauke dilihat dari nilai ulangan

rata-rata siswa mendapatkan nilai 65. Sebagian siswa belum mencapai kriteria

ketuntasan minimal yaitu 70. Salah satu faktor rendahnya hasil belajar adalah

kurangnya kemampuan siswa dalam menghubungkan konsep, masih kesulitan

menghubungkan materi yang satu dengan yang lainya. Menurut (Suyono, 2015)

konsep adalah suatu gugusan atau sekelompok fakta/keterangan yang memiliki

makna.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah rendahnya kemampuan

membaca siswa. Ditambah lagi kurangnya keinginan belajar siswa terhadap

pelajaran fisika. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan, karena dikhawatirkan akan

berdampak pada hasil belajar. Dalam proses membaca seseorang akan mengalami

proses berpikir untuk memahami ide dan gagasannya secara luas. Sehingga perlu

cara untuk penyelesaiannya. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa siswa adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran

yang di dalamnya terdapat kegiatan yang mengharuskan siswa untuk membaca.

Model pembelajaran yang sesuai dengan siswa yaitu dengan strategi peta konsep

4
pohon jaringan. Karena penyusunan peta konsep siswa diharuskan siswa untuk

membaca materi.

Hal-hal tersebut mendorong peneliti untuk menggunakan strategi peta konsep

untuk membantu siswa dalam meningkatka hasil belajar . Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Penggunaan Strategi

Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas XI MA Annajah

Yamra Merauke”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah terdapat efektifitas

penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika pada siswa kelas XI

MA Annajah Yamra Merauke ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan

strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika pada siswa kelas XI MA Annajah

Yamra Merauke.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

pembelajaran fisika sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh strategi

peta konsep terhadapt hasil belajar fisika.

2. Secara praktis

5
a. Bagi peneliti selanjutnya : penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dan sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya.

b. Bagi guru : adanya penelitian ini diharapkan sebagai acuan atau sebagai contoh

penerapan metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk meningkatkan

pemahaman konsep fisiska

c. Bagi siswa : memberikan masukan pada siswa untuk lebih mendalami

pemahaman materi dan menghubungkannya pada materi lain sehingga dapat

berpikir kritis sesuai dengan kemampuanya masing-masing.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Strategi Peta Konsep
Pemetaan konsep menurut Martin, merupakan inovasi baru yang penting untuk

membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas (Trianto,

2011). Peta konsep merupakan suatu strategi yang mengaitkan konsep-konsep

menjadi proposisi dengan menggunakan kata penghubung. Peta konsep

memperlihatkan bagaimana konsep-konsep saling dikaitkan. Adapaun yang

dimaksud peta konsep menurut Martin adalah ilustrasi grafis konkret yang

mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-

konsep lain pada kategori yang sama ( Trianto, 2011). Jadi, untuk menyusun suatu

peta konsep dibutuhkan konsep-konsep atau kejadian-kejadian dan kata atau kata-

kata penghubung yang akan mengaitkan konsep-konsep menjadi proposisi yang

bermakna. Proposisi adalah dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan garis

yang diberi label sehingga memiliki sebuah arti.

Cara lain untuk menguatkan pengetahuan pemahaman peserta didik terhadap

bahan-bahan yang telah dibacanya adalah dengan model pembelajaran peta konsep,

dimana peta konsep ini dapat membantu peserta didik lebih cepat memahami materi

yang mereka pelajari, karena peta konsep menghubungkan garis-garis besar dalam

materi yang dipelajari sehigga berkesan lebih jelas dan sederhana. Hal ini selaras

dengan pendapat Suprijono yang mengemukakan cara lain untuk menguatkan

pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah

7
dibacanya adalah strategi pembelajaran peta konsep (Suprijono, 2014). Strategi

peta konsep dapat digunakan oleh guru untuk menambah pengetahuan siswa.

Novak dan Gowin menggemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep

yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan

dengan pertolongan peta konsep (Trianto, 2011 ).

Belajar yang bermakna bukanlah menghafal fakta-fakta yang terlepas-lepas,

melainkan mengaitkan konsep yang baru pada konsep yang telah ada dalam struktur

kognitif atau mengaitkan konsep-konsep pada umumnya menjadi proposisi yang

bermakna. Oleh karena belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep baru

dikaitkan pada konsep yang lebih eksklusif, maka peta konsep harus disusun secara

hirarki, ini berarti bahwa konsep yang lebih umum ada di puncak peta dan semakin

kebawah konsep diurutkan makin menjadi khusus.

Michael Michalko (Buzan, 2010) peta konsep dapat dimanfaatkan untuk

berbagai bidang termasuk pendidikan. Manfaat peta konsep dalam bidang

pendidikan antara lain:

1. Dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep , belajar menjadi

bermakna karena pengetahuan/informasi baru dengan pengetahuan terstruktur

yang telah dimiliki sisiwa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap

siswa.

2. Keterkaitan antara konsep dapat diketahui scara baik oleh siswa dan guru. Ini

berarti konsep menjadi saling tidak terisolasi yang sekaligus memberikan

gambaran baik kedalam maupun keluasan konsep yang akan dipelajari siswa

belajar. Dengan peta konsep tutor dapat memberi remidi pemahaman terhadap

8
suatu konsep yang sulit dipahami siswa karena tutor dapat menelusuri konsep

yang belum dipahami.

3. Lebih mudah menyiapkan urutan pembelajaran dengan mengacu pada peta

konsep yang disesuaikan dengan pengalamanya.

4. Siswa mengerti keterkaitan antar konsep yang akan dipelajari dan akan lebih

mudah merangkum setelahselesai pembelajaran.

5. Siswa akan lebih kuat memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan

konsep-konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian “problem solving”

bukan lagi menyulitkan

Peta konsep dapat digunakan untuk berbagai tujuan. beberapa tujuan

digunakannya peta konsep, antara lain:

1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merangkum materi yang telah ia

pelajari.

2. Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi

3. Untuk mengetahui perbedaan siswa dalam memahami suatu materi

4. Untuk merefleksikan kemampuan berfikir

5. Untuk menilai hasil belajar siswa

6. Untuk memahami proses seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuan

2. Ciri-Ciri Peta Konsep

1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan

konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi.

2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bidang

studi.

9
3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-

konsep.

4. Cara keempat adalah hierarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah

suatu konsep yang lebih eksklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep

tersebut.

3. Langkah-Langkah Strategi Peta Konsep

Membuat peta konsep dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah

adapun langkah-langkah yang dikemukakan oleh Arends dalam membeuat peta

konsep sebagai berikut: ( Trianto, 2011 )

1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide

utama.

3. Tempatkan ide-ide utama ditengah atau dipuncak peta tersebut.

4. Kelompokkan ide-ide sekunder disekeliling ide utama yang scara visual

menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Untuk membuat peta konsep disesuaikan dengan tujuan pengajaran. Konsep-

konsep yang sudah dipilih disusun secara berurutan, Kata penghubung harus

digunakan untuk menghubungkan antara konsep yang menggunakan garis atau

tanda panah yang menuju pada konsep yang terkait dengannya.

4. Macam-Macam Peta Konsep

(Trianto, 2010) Peta konsep dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu

pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus

(cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).

10
1. Pohon jaringan (network tree)

Karakteristik dalam peta konsep pohon jaringan adalah ide-ide pokok dibuat

dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dituliskan pada garis-garis

penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antar ide-ide

itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep.

Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah

konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan

mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum

ke khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan

berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk

menvisualisasikan hal-hal berikut: menunjukkan sebab akibat, suatu hierarki,

prosedur yang bercabang dan istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan

untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

2. Rantai kejadian (events chain)

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan

kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu

proses. Dalam membuat rangkaian kejadian, hal pertama yang harus dilakukan

adalah menemukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut

kejadian awal. Kemudian akan berlanjut ke kejadian selanjutnya sampai mencapai

suatu hasil. Rantai kejadian ini cocok digunakan untuk menvisualisasikan: tahap-

tahap dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu

urutan kejadian.

11
3. Peta konsep siklus (cycle concept map)

Rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir merupakan ciri dari

peta konsep siklus. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali

kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan

kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya.

4. Peta konsep laba-laba (spider concept map)

Strategi pembelajaran peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk tukar

pendapat. Melakukan tukar pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral,

sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang campur aduk. Peta konsep

laba-laba ini cocok digunakan untuk menvisualisasikan konsep yang tidak menurut

hierarki, kategori yang tidak pararel, dan hasil dari tukar pendapat.

Dalam penelitian ini peta konsep yang akan digunakan adalah peta konsep

pohon jaringan (network free), dimana dalam peta konsep pohon jaringan ini siswa

dituntut untuk menghubungkan antara konsep yang satu dengan yang lainya. Peta

konsep pohon jaringan dirancang untuk menjelaskan sebab akibat serta

menjelaskan hubungan -hubungan yang berkaitan.

5. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Peta Konsep

Peta konsep dalam pemebelajaran fisika banyak memberikan manfaat yang

berguna terutama bagi siswa. Ada beberapa kelebihan dalam peta konsep (Hadi,

2014) yaitu: 1) metode ini dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang

muncul; Dapt membantu siswa dalam memahami ide-ide yang lebih hirarki. 2)

proses menggambar peta konsep dapat memunculkan ide-ide yang lain dan menjadi

panduan untuk menulis; 3) dapat bekerjasama dengan teman lainya; 4) catatan lebih

12
mudah , jelas dan lebih focus pada inti materi, lebih meringkas materi yang

dipelajari; 5) mudah melihat gambaran keseluruhan dan lebih mudah melihat

catatan jika diperlukan; 6) membantu otak untuk mengatur, mengingat,

membandingkan, dan membuat hubungan materi; 7) memudahkan penambahan

informasi baru dan pengkajian ulang bisa lebih cepat.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki peta konsep itu sendiri yaitu: 1) hanya

siswa yang aktif yang terlibat; 2) tidak sepenuhnya murid yang belajar; 3) jumlah

detail informasi tidak dapat dimasukka; 4) peta konsep siswa bervariasi sehingga

guru akan kewalahan.

6. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai nilai yang dicapai siswa setelah proses

pembelajaran. Istilah hasil belajar terdiri atas dua kata yakni “hasil” dan “belajar”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “hasil” berarti suatu yang diadakan

(dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh suatu usaha, sedangkan secara etimologis

‘belajar” memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Hasil belajar

merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya.

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan

yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar atau kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pelajaran. Hasil belajar akan tampak pada perubahan aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, aspek kebiasaan dan sikap. Hasil belajar digunakan oleh guru

untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran

13
yang ingin dicapai seperti yang telah dirumuskan dalam indikator. Hal ini dapat

tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan

dalam pemahaman, kemampuan dan sikap siswa yang lebih baik lagi.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pelajaran.

Kualitas pelajaran yang dimaksud adalah professional yang dimiliki oleh guru,

artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang efektif

(sikap), dan bidang psikomotorik (perilaku). Dengan demikian hasil belajar adalah

sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang

mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga nampak

pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pelajaran. Hasil belajar akan tampak pada perubahan aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, aspek kebiasaan dan sikap. Hasil belajar digunakan oleh guru

untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai seperti yang telah dirumuskan dalam indikator. Hal ini dapat

tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan

dalam pemahaman, kemampuan dan sikap siswa yang lebih baik lagi.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh siswa setelah mengikuti

aktivitas pembelajaran yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri siswa itu

sendiri. Hasil belajar fisika merupakan hasil yang diperoleh atau didapatkan oleh

seorang siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika.

14
7. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran fisika di ambil dari buku Bimbingan Pemantapan Fisika
(Cunayah & Irawan, 2013).
a. Suhu

Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau

dinginnya suatu benda. Untuk mengetahui dengan pasti dingin atau panasnya suatu

benda, kita memerlukian suatu besaran yang dapat diukur dengan alat ukur. Sebagai

contoh apa yang kamu rasakan ketika kita minum es, dingin bukan, ketika kita

merebus air, lama kelamaan air yang kamu rebus akan menjadi panas bukan setelah

itu bisakah kita mengukur suhu? Bisakah tangan kita digunakan untuk mengukur

panas atau dinginnya suatu benda dengan tepat? Kita tentu memerlukan cara untuk

membedakan derajat panas atau dingin benda tersebut untuk itu kita perlu

mengetahui cara untuk mengukur suhu secara akurat.

1. Alat Pengukuran Suhu

Alat untuk pengukur suhu disebut Termometer. Termemoter ini disebut

termometer udara. Termometer udara terdiriu dari sebuah bola kaca yang

dilengkapi dengan sebatang pipa kaca yang panjang , pipa tersebut dicelupkan

kedalam cairan berwarna. Jika bola kaca dipanaskan, udara didalam pipa akan

mengembang sehingga udara keluar dari pipa. Namun ketika bola didinginkan

udara didalam pipa menyusut sehingga sebagian air naik kedalam pipa. Termometer

udara peka terhadap perubahan suhu sehingga udara saat itu segera dapat diketahui.

Termometer dibuat berdasarkan prinsip perubahan volume. Termometer yang

tabungnya diisi dengan raksa kita sebut thermometer raksa. Termometer raksa

dengan skala Celcius adalah termometer yang umum dijumpai dalam keseharian.

15
Selain raksa terdapat pula termometer alkohol. Adapun perbedaan atau kelemahan

dan kelebihan dari masing-masing termometer yang dibuat dari Raksa atau alkohol

adalah sebagai berikut:

keuntungan:

1. Raksa mudah dilihat karna mengkilat.

2. Volume raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu.

3. Raksa tidak membasahi kaca ketika memuai atau menyusut.

4. Jangkauan suhu raksa cukup lebar dan sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan

laboratorium (-400 C sampai dengan 3500 C).

5. raksa dapat panas secara merata sehingga menunjukkan suhu dengan cepat dan

tepat.

kerugian

1. Raksa mahal.

2. Raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah ( seperti

di kutub utara dan selatan)

3. Raksa termasuk zat berbahaya sehingga ketika pecah akan membahayakan

kulit.

2. Macam-macam Termometer

Ada beberapa termometer yang kita kenal, yaitu termometer laboratorium,

termometer ruang, termometer klinis, dan termometer Six-Bellani.

a. Termometer Laboratorium

Termometer laboratorium dapat dijumpai dilaboratorium. Alat ini biasanya

digunakan untuk mengukur suhu air dingin atau air yang sedang dipanaskan.

16
Termometer laboratorium menggunakan raksa atau alkohol sebagai penunjuk suhu.

Raksa dimasukkan kedalam pipa yang sangat kecil (pipa kapiler). Kemudian pipa

dibungkus dengan kaca yang tipis. Tujuannya agar panas dapat diserap dengan

cepat oleh termometer.

Suhu pada termometer laboratorium biasanya 00 C sampai 1000 C. Suhu 00 C

menyatakan suhu es yang sedang mencair, sedangkan suhu 1000 C menyatakan suhu

air sedang membeku.

b. Termometer Ruang

Termometer ruang dipasang pada tembok rumah atau kantor. Termometer ini

mengukur suhu udara pada suatu saat. Skala thermometer ruang adalah -500 C

sampai 500 C. Mengapa menggunakan skala seperti itu? Karena suhu udara

dibeberapa tempat bisa dibawah 00 C misalnya di Eropa. Sementara pada sisi lain

suhu udara tidak pernah melebihi 500 C.

c. Termometer Klinis

Termometer klinis disebut juga thermometer demam. Termometer ini biasanya

digunakan oleh dokter untuk mengukur suhu badan. Pada keadaan sehat suhu tubuh

kita sekitar 300 C namun pada keadaan demam suhu tubuh kita melebihi suhu

tersebut. Suhu tubuh kita pada saat demam dapat melebihi 400 C. Skala suhu pada

termometer klinis hanya 350 C sampai 430 C. Hal ini sesuai dengan keadaan suhu

tubuh kita. Suhu tubuh kita tidak mungkin dibawah 350 C dan melebihi 450 C.

termometer klinis biasanya dijepit pada ketiak, tapi ada pula yang nempel didahi,

dan ditempel dimulut. Ketika termometer dijepit suhu tubuh kita membuat raksa

17
naik dipipa kapiler. Raksa akan berhenti bila suhu raksa sudah sama dengan suhu

tubuh kita dan tinggal membaca berapa suhu yang ditunjukkan oleh raksa.

d. Termometer Six-Bellani

Termometer Six-bellani disebut juga termometer maxsimum minimum.

Termometer ini dapat mencatat suhu tertinggi dan terendah pada jangka waktu

tertentu.

3. Skala Suhu

Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.

a. Termometer Celcius

Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara titik

tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.

b. Termometer Reamur

Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik

tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.

c. Termometer Fahrenheit

Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang

dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0º F. Di antara titik tetap bawah dan

titik tetap atas dibagi 180 skala.

d. Termometer Kelvin

Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu

mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda

tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air

18
mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas

termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Gambar 2.1 perbandingan skala termometer

Perbandingan skala antara termometer Celcius, termometer Reamur, dan

termometer Fahrenheit adalah

C : R : F = 100 : 80 : 180

C:R:F= 5 : 4 : 9

Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0º C = 0º R = 32º F, maka hubungan

skala C, R, dan F dapat ditulis sebagai berikut:

4 0
𝑡0 = 𝑡 𝑅
5

5 0
𝑡0 = (𝑡 𝐹 − 32) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.1)
9
4 0
𝑡0 = (𝑡 𝐹 − 32)
9

b. Kalor

1. Pengertian Kalor

Kalor merupakan bentuk energi yang pindah karena adanya perbedaan suhu.

Secara alamiah, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu

rendah. Sebelum abad ke – 17, orang beranggapan bahwa kalor merupakan zat yang

pindah dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Jika kalor

19
merupakan zat, tentu mempunyai masa. Ternyata benda yang suhunya naik,

massanya tidak berubah, jadi kalor bukan zat.

2. Satuan kalor

Satuan untuk menyatakan kalor adalah Joule (J) atau Kalori (kal). Joule

menyatakan satuan usaha atau energi. Satuan Joule merupakan satuan kalor yang

umum digunakan dalam fisika. Sedangkan Kalori menyatakan satuan kalor. Kalori

(kal) merupakan satuan kalor yang biasa digunakan untuk menyatakan kandungan

energi dalam bahan makanan. Contohnya: sepotong roti memiliki kandungan energi

200 kalori dan sepotong daging memiliki kandungan energi 600 kalori. Nilai 1

kalori (1 kal) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg air

agar suhunya nai 1°C. Hubungan satuan kalori dengan joule adalah 1 kal = 4,2 J

atau 1 J = 0,24 kal.

3. Pengaruh Kalor Terhadap Benda

a. Pengaruh kalor terhadap suhu benda

Kalor merupakan energi yang diterima atau dilepaskan suatu benda. Kalor yang

diterima suatu benda bisa berasal dari matahari, api, atau benda lain. Kalor yang

diterima oleh benda dapat mengubah suhu benda. Ketika kalor diberikan kepada

air, maka suhu air bertambah. Makin banyak kalor yang diberikan makin banyak

pula perubahan pada suhu air. Bila kalor terus diberikan, lama kelamaan air akan

mendidih. Ketika air sudah mendidih suhu air tidak akan bertambah melainkan

tetap. Dapat disimpulkan bahwa kalor mengubah suhu benda.

Benda yang melepaskan kalor seperti air panas dalam gelas. Air panas yang kita

letakkan diatas meja akan melepaskan kalor keudara titik karena air panas

20
melepaskan kalor, maka suhu air panas makin lama makin turun. Air panas berubah

menjadi air dingin. Hal ini menunjukkan bahwa kalor merubah suhu benda.

b. Pengaruh kalor terhadap wujud benda

Kalor menyebabkan perubahan wujud pada benda-benda, seperti cokelat dan es

batu. Coklat yang kita genggam dengan tangan dapat meleleh. Hal ini terjadi karena

coklat mendapat kalor dari tangan kita dan udara. Demikian juga dengan es batu

yang diletakkan dalam piring di atas meja. Lama-kelamaan es batu mencair karena

pengaruh kalor dari udara. Ketika es batu dipanaskan maka lama-kelamaan es batu

berubah menjadi air. Berarti es batu berubah wujud dari padat menjadi cair.

Logam seperti besi dan emas juga dapat berubah wujud bila mendapat panas. Hal

ini terjadi misalnya ditempat peleburan logam. Pada fenomena lain bila pemanasan

berlangsung terus maka suatu saat air mendidih. Setelah mendidih cukup lama air

seakan-akan lenyap. Disekitar panci banyak terdapat uap air berarti air telah

berubah wujud dari air menjadi gas. Dapat disimpulkan bahwa kalor dapat merubah

wujud gas. Perubahan wujud gas yang disebabkan oleh kalor diantara : 1)

Perubahan wujud dari padat menjadi cair dan sebaliknya. Contoh fenomena ini

terjadi pada lilin yang sedang menyala. 2) Perubahan wujud dari cair menjadi gas

dan sebaliknya. Fenomena ini terjadi pada peristiwa memasak air dan terjadinya

fenomena hujan. 3) Perubahan wujud dari padat menjadi gas dan sebaliknya.

Peristiwa ini terjadi pada kapur barus yang menyublin, yang mengubah kapur barus

menjadi gas. Sedangkan benda gas yang berubah menjadi benda padat dicontohkan

pada asap kenalpot. Asap kenalpot berubah menjadi jelaga (benda padat) ketika

menyentuh permukaan dalam kenalpot.

21
4. Melebur dan Membeku

Melebur merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair.

Sedangkan membeku adalah kebalikannya, yaitu perubahan bentuk zat dari cair

menjadi padat. Peristiwa melebur dan membeku sering kita jumpai dalam hidup

kita, misalnya saja peristiwa meleburnya keju yang dipanaskan di atas wajan, es

krim yang meleleh saat di tangan. dan peristiwa membeku kita jumpai pada saat

membuat es batu. Untuk melebur, zat memerlukan kalor, dan pada waktu melebur

suhu zat tetap. Sebaliknya untuk membeku, zat melepaskan kalor, dan pada waktu

membeku, suhu zat tetap. Kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 Kg zat padat

menjadi 1 Kg zat cair pada titik leburnya dinamakan kalor lebur. Sebaliknya, kalor

yang dilepaskan pada waktu 1 Kg zat cair membeku menjadi 1 Kg zat padat pada

titik bekunya dinamakan kalor beku. Jika banyaknya kalor yang diperlukan oleh zat

yang massanya m Kg untuk melebur adalah Q Joule, maka kalor lebur (L) dapat

kita tulis:

𝑄
𝐿= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . . (2.2)
𝑀

Dimana:

L = Kalor Lebur (J/Kg)


Q = Banyaknya kalor (J)
m = Massa (Kg)

Nilai kalor lebur Berbeda untuk zat yang berbeda, seperti digambarkan pada

table berikut:

22
Titil Lebur Kalor Lebur
Zat
(oC) (J/Kg)

Air 0 336.000
Alcohol -97 69.000
Raksa -39 120.000
Aluminium 660 403.000
Tembaga 1.083 206.000
Platina 1.769 113.000
Timbale 327 25.000

Tabel 2.1 Nilai kalor lebur

5. Persamaan Kalor

Kalor menyatakan banyaknya panas, sedangkan suhu menyatakan derajat panas

suatu benda. Misalnya kita memiliki dua panic yang identik. Panic pertama berisi

100 g air, sedangkan panic kedua berisi 50 g air. Suhu air dalam kedua panic

tersebut sama. bila kedua air ini dipanaskan, maka air 100 g memerlukan kalor lebih

banyak dibandingkan air 50 g. Itu berarti kalor sebanding dengan massa.

Pemberian kalor menyebabkan suhu benda berubah. Makin banyak kalor yang

diberikan pada suatu benda, maka suhu benda tersebut makin tinggi. Berarti kalor

sebanding dengan perubahan suhu. Selain bergantung pada massa dan perubahan

suhu, kalor yang diperlukan agar suhu benda naik juga bergantung pada jenis zat.

Bila kita merangkum semua faktor tersebut, maka kalor yang diperlukan agar suhu

benda naik adalah:

𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑡 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3)

Dimana:

Q = Banyaknya Kalor (J)


m = Massa (Kg)
c = Kalor jenis benda (J/Kg 0C)
Δt = Perubaha suhu (0C)

23
Kalor jenis menyatakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan
suhu 1 Kg zat sebesar 1 oC. beberapa contoh kalor jenis dari beberapa zat adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.2 Nilai Kalor Jenis

Kalor Jenis/c
Zat
(J/Kg oC)
Timbel 128
Emas 129
Raksa 140
Tembaga 400
Besi 460
Baja 500
Kaca 700

Kalor Jenis
Zat
(J/Kg oC)
Aluminium 900
Es 2100
Eter 2190
Alcohol (Etil) 2500
Air (15oC) 4200
Beton 800

6. Bunyi Asas Black

Besarya kalor yang dilepas dan kalor yang diterima oleh benda yang bercampur

pertama kali diketahui oleh Joseph Black (1720-1799), seorang ilmuan Inggris. Ia

melakukkan serangkaian eksperimen dan mendapatkan hasil berikut. Berikut ini

adalah bunyi dari asas black : “Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang

dilepaskan zat yang suhunya lebih tinggi itu sama dengan banyaknya kalor yang

diterima zat yang memiliki suhu yang lebih rendah”. secara umum rumus asas

black ini adalah

24
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.4)

dimana :

Qlepas itu adalah jumlah dari kalor yang dilepaskan oleh zat

Qterima adalah jumlah dari kalor yang diterima oleh zat

dibawah ini adalah penjabaran rumus asas black :

(M1 X C1) (T1-Ta) = (M2 X C2) (Ta-T2)

Atau

(M1 X T1 + M2 X T2) / (M1 + M2)

dimana :

M1 adalah masa dari benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi

C1 adalah kalor jenis benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi

T1 adalah temperatur benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih tinggi

Ta adalah temperatur akhir dari pencampuran kedua buah benda

M2 adalah massa dari benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih rendah

C2 adalah kalor jenis benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih rendah

T2 adalah temperatur dari benda yang memiliki tingkat temperatur yang lebih

rendah

c. Perpindahan Kalor

1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat perantara. Namun, zat tersebut

tidak ikut berpindah ataupun bergerak. contoh sederhana dalam kehidupan sehari-

hari misalnya, ketika kita membuat kopi atau minuman panas, lalu kita

mencelupkan sendok untuk mengaduk gulanya. Biarkan beberapa menit, maka

25
sendok tersebut akan ikut panas. Panas dari air mengalir ke seluruh bagian sendok.

atau contoh lain misalnya saat kita membakar besi logam dan sejenisnya. Walau

hanya salah satu ujung dari besi logam tersebut yang dipanaskan, namun panasnya

akan menyebar ke seluruh bagian logam sampai ke ujung logam yang tidak ikut

dipanasi. hal ini menunjukkan panas berpindah dengan perantara besi logam

tersebut.

2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas yang disertai dengan perpindahan zat

perantaranya. Perpindahan panas secara Konveksi terjadi melalui aliran zat. Contoh

yang sederhana adalah proses mencairnya es batu yang dimasukkan ke dalam air

panas. Panas pada air berpindah bersamaan dengan mengalirnya air panas ke es

batu. Panas tersebut kemudian menyebabkan es batunya meleleh.

3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas tanpa melalui perantara. Untuk memahami

ini, dapat kita lihat kehidupan kita sehari-hari. ketika matahari bersinar terik pada

siang hari, maka kita akan merasakan gerah atau kepanasan. Atau ketika kita duduk

dan mengelilingi api unggun, kita merasakan hangat walaupun kita tidak

bersentukan dengan apinya secara langsung. Dalam kedua peristiwa di atas, terjadi

perpindahan panas yang dipancarkan oleh asal panas tersebut sehingga disebut

dengan Radiasi.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Artini dkk (2014) menunjukan perbedaan

26
hasil belajar antara sebelum diterapkanya strategi peta konsep dan sesudah

penerapan strategi peta konsep. Hal ini dilihat dari hasil rerata kelompok

eksperimen lebih tinggi dibanding rerata kelompok kontrol (eksperimen= 23,26

> kontrol = 18,24) dan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan

thitung sebesar 1,95146, lebih besar dari ttabel yaitu 1,67109. Berdasarkan hasil

analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif

dan singnifikan pada penerapan strategi peta konsep terhadap hasil belajar

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Maryanti (2011) hasil penelitian

menunjukkan bahwa melalui pembelajaran peta konsep dalam pembelajaran

fisika dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas X TKR (Teknik

Kendaraan Ringan) SMK Muhammadiyah Kroya. Hal tersebut terlihat dari data

hasil observasi pemahaman belajar siswa selama proses pembelajaran

meningkat dari persentase sebesar 46,47% pada pra siklus menjadi 56,18% pada

siklus I dan meningkat lagi menjadi 70,74% pada siklus II. Persentase angket

pemahaman siswa juga meningkat dari 50,29% pada pra siklus menjadi 59,41%

pada siklus I dan naik lagi menjadi 71,18% pada siklus II. Sementara itu rata-

rata peningkatan pemahaman belajar siswa meningkat dari 61,03 dengan

ketuntasan 55,88% pada siklus I menjadi 70,88 dengan ketuntasan 76,47% pada

siklus II. Sehingga model pembelajaran dengan penerapan peta konsep dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran fisika untuk

meningkatkan pemahaman belajar siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fathan Hadi (2014). Terdapat

perbedaan rata-rata antara hasil belajar siswa yang menerapkan strategi peta

27
konsep dengan strategi ekspositori. Dari rata-rata hasil belajar kelas experiment

yaitu 74,71 lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar kelas control yaitu

61,65. Berdasarkan hasil analisa data tesebut dapat di simpulkan bahwa terdpat

pengaruh yang positif dan singnifikan pada penerapan strategi peta konsep

terhadap hasil belajar matematika pada materi garis dan sudut siswa kelas VII

di MTsN Langkapan Srengat Kabupaten Blitar tahun ajaran 2013/2014.

C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang masih

rendah sehingga perlu untuk diberikan solusi. Maka disini peneliti mencoban untuk

memberikan solusi agar siswa tidak merasa bosan dan pembelajaran jadi

menyenangkan. Dengan penerapan strategi peta konsep ini siswa dituntut untuk

berpikir kreatif, inovatif, dan berpikir kritis. Kemudian setelah diterapkanya strategi

peta konsep ini diharapkan dapat membantu siswa dan hasil belajar sisiwa kelas X

dapat meningkat.

Berdasarkan uraian kerangka pikir penelitian ini, alur kerangka piker dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

28
Observasi sekolah

Hasil

Hasil belajar fisika Solusi Strategi peta konsep


yang rendah

Hasil

Terdapat pengaruh
positif

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan dan kerangka pikir, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat efektifitas penggunaan strategi peta

konsep terhadap hasil belajar kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Eksperimental

Designs. Desain penelitian yaitu One-Group Pretest-Posttest Design yaitu

eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok

pembanding. Pada penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol maupun kelas

eksperimen, tetapi hanya menggunakan satu kelas saja. Desain One Grup Pre-test

post-test (Sugiyono, 2011), desain dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

O1 X 02

Gambar 3.1 Design Penelitian

Keterangan:

O1 = Tes Awal (Pre-test)


O2 = Tes Akhir (Post-test)
X = Perlakuan yaitu belajar dengan penggunan sratregi peta konsep

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Annajah Yamra Merauke yang berlokasi

di Jln. Parako, Kabupaten Merauke, Propinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan

pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri atau objek yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari

30
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa MA Annajah Yamra Merauke kelas XI yaitu sebanyak 27 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Non Probability Sampling. Desain sampel yang digunakan yaitu Sampling Jenuh.

sampling Jenuh digunakan karena teknik pengambilan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi

relatif kecil. Sampel yang digunakan yaitu berjumlah 27 siswa.

D. Variable Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variable yang di teliti yaitu :

1. Variabel independen (variabel bebas ), merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab setelah perubahan atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan strategi

peta konsep.

2. Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen pada

penelitian ini adalah hasil belajar fisika kelas IX MA Annajah Yamra Merauke

berupa skor dari prettest maupun posttest. Sedangkan hasil belajar adalah

sesuatu yang didapat setelah melakukan proses pembelajaran atau proses

belajar. Penelitian ini menggunakan ranah kongnitif dan psikomotor untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

Hubungan antara variabel independen dan dependen dapat dilihat dibawah ini :

31
Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2 Hubungan antara variabel Independen dengan Dependen

Keterangan :
Variabel Independen : penggunaaan strategi peta konsep
Variabel Dependen : Hasil belajar fisika kelas IX.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tes

Tes akan digunakan adalah tes tertulis yang berisi tentang pertanyaan yang

mewakili indikator yang ingin dicapai. Dari hasil tes tersebut dilihat perbedaan

signifikan setelah Strategi peta konsep tersebut diterapkan.

b. Lembar Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian tujuannya untuk memperoleh data

atau keterangan secara akurat melalui pengamatan di lapangan ini dimaksudkan

untuk memperoleh informasi tentang keadaan atau suasana pada saat proses

pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis peta konsep.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian

untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang

32
digunakan yaitu dengan tes. Tes tersebut berfungsi untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa dan pemahaman siswa tentang materi yang sudah dipelajari

setelah diterapkan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI

MA Annajah Yamra Merauke.

F. Validitas Instrument
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Validitas yang

digunakan yaitu validitas isi. Validitas isi diperoleh setelah dilakukan penelusuran

atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes tersebut. Validitas isi dapat

dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan

yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011).

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian digunakan untuk menjawab rumusan

masalah atau hipotesis. Adapun teknik anaslisi yang digunakan sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku atau

generalisasi (Sugiyono, 2011). Data yang terkumpul pada penelitian ini data hasil

belajar yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk

mendeskripsikan karakteristik distribusi nilai hasil belajar siswa. Yang disajikan

dalam penelitian ini berupa rerata (M), mean (Me), modus (Mo), standar deviasi

(SD).

33
2. Statistik Interferensial

Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan uji-t, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk melihat data yang digunakan

apakah sampel yang digunakan normal atau tidak.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang digunakan

merupakan data terdistribusi normal atau tidak. Jenis uji normalitas yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Kolmogorove SPSS. Uji ini dilakukan terhadap data

prestest dan posttest dari kelas yang diberi perlakuan. Untuk menghitung uji

Kolmogorove suatu data dapat menggunakan bantuan aplikasi SPSS ver. 20.0

Dalam pengambilan keputusan hipotesis diterima atau tidak, jika nilai

singnifikani > 0,05, maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal dan

singnifikansi < 0,05, maka dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Hipotesis

Selanjutnya pengujian dalam penelitian ini adalah uji hipotesis. Langkah atau

prosedur untuk menentukan apakah data menerima atau menolak hipotesis

dinamakan pengujian hipotesis. Hipotesis statistik dinyatakan sebagai berikut:

Ha : µ0 > 0

H0 : µ0 ≤ 0

Dimana:

Ha = tidak terdapat efektifitas penggunaan strategi peta Konsep terhadap

hasil belajar fisika kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

H0 = terdapat efektifitas penggunaan strategi peta konsep Terhadap hasil

34
belajar fisiska siswa kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

Dengan taraf singnifikasi sebesar 5%. Untuk menjawab pengujian hipotesisi

dalam penelitian ini adalah uji-t dengan mengunakan satu sampel dengan

menggunakan aplikasi SPSS ver. 20.0. Dengan kriteria pengujian hipotesis yaitu

data diterima H0 jika thitung ≤ ttabel .

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Deskripsi data berfungsi untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan

dari sumber data di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di MA Annajah Yamra

Merauke, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas

penggunakan strategi peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas XI MA

Annajah Yamra Merauke.

Kurikulum yang digunakan di MA Annajah Yamra Merauke adalah Kurikulum

13 ( K 13) dengan jumlah populasi kelas XI adalah 27 siswa. Proses pembelajaran

dengan diberi perlakuan dilaksanakan selama empat pertemuan. Setiap pertemuan

berdurasi waktu 2 x 40 menit pada hari selasa dan sabtu. Dalam pengumpulan data

pada penelitian ini, kemudian data yang sudah diperoleh disajikan dalam bentuk

tabel, harga rerata atau mean, modus, median, simpangan baku atau standar deviasi,

varians, nilai tertinggi dan nilai terendah. Data tersebut kemudian dianalisis dan

diinterpretasikan peneliti guna menjawab permasalahan penelitian.

a. Data Pretest

Data pretest digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dilakukan

perlakuan. Pengambilan data pretest ini dilakukan satu kali dalam waktu 2 x40

menit sebelum siswa diberi perlakuan. Instrument yang digunakan pada penelitian

36
ini adalah instrument tes yang berupa tes uraian. Hasil pretest dapat di lihat pada

tabel 4.1:

Tabel 4.1 Data nilai pretest

Nilai statistika
N0 Statistika
Pretest
1 Populasi 27
2 Mean 19,4815
3 Modus 20
4 Median 20
5 Standar devisi 6,85212
6 Nilai tertinggi 30
7 Nilai terendah 10

Hasil perhitungan nilai pretest yang didapat dari jumlah siswa 27 orang

didapatkan nilai rata-rata masih rendah, dari 27 siswa belum ada yang mencapai

nilai KKM yaitu 70. Nilai rata-rata hasil pretest adalah 19,4815 dan modus sebesar

20 dan median sebesar 20 serta standar deviasi sebesar 6,85212. nilai tertinggi 30

dan nilai terendah 10. Berdasarkan data yang sudah diperoleh hal ini menunjukkan

bahwa siswa belum memahami materi yang ada pada soal pretest.

b. Data posttest

Data posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah

dilakukan perlakuan. pengambilan data posttest ini dilakukan satu kali dalam waktu

2 x 40 menit sesudah siswa diberi perlakuan. Instrument yang digunakan pada

penelitian ini adalah instrument tes yang berupa tes uraian. Hasil pretest dapat di

lihat pada tabel 4.2:

37
Tabel 4.2 Data nilai posttest

Nilai statistika
N0 Statistika
pretest
1 Populasi 27
2 Mean 80,7407
3 Modus 80
4 Median 80
5 Standar devisi 10,9811
6 Nilai tertinggi 100
7 Nilai terendah 60

Hasil perhitungan nilai posttest yang didapat dari jumlah siswa 27 orang

didapatkan nilai rata-rata meningkat. Nilai rata-rata hasil posttest adalah 80,7407

dan modus sebesar 80 dan median sebesar 80 serta standar deviasi sebesar 10,9811.

Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Berdasarkan data yang sudah diperoleh

hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memahami materi yang sudah diberikan.

Sehingga dapat dilihat dari 27 siswa terdapat 23 siswa yang sudah mencapai nilai

KKM yaitu 70.

2. Uji Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu melakukan pengujian

persyratan yaitu uji normalitas data terhadap data hasil pretest sebelum perlakuan

dan posttest sesudah perlakuan. Pengujian persyaratan analisis ini bertujuan untuk

menentukan jenis statistik yang akan digunakan untuk analisis data.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui data tersebut

berdistribusi normal atau tidak. Dalam pengambilan keputusan hipotesis diterima

atau tidak, jika nilai singnifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan data tersebut

38
berdistribusi normal dan singnifikansi < 0,05, maka dapat disimpulkan data tidak

berdistribusi normal. Adapun hasil perhitungan uji normalitas data dapat dilihat

pada table 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Perhitungan Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest posttest

N 27 27

Mean 19.48 80.74


Normal Parametersa,b
Std. Deviation 6.852 10.981

Absolute .160 .214

Most Extreme Differences Positive .139 .127

Negative -.160 -.214

Kolmogorov-Smirnov Z .830 1.111

Asymp. Sig. (2-tailed) .496 .169

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil data tabel 4.3, harga data signifikansi pretest = 0,496 dan harga

singnifikansi posttest = 0,169 lebih besar dibandingkan 0,05. Berdasarkan hasil

perhitungan data tersebut Jadi dapat disimpulkan bahwa data pretest dan data

posttest berdistribusi normal.

c. Analisis Uji-t

Setelah dilakukan pengujian persyaratan, langkah selanjutnya adalah pengujian

hipotesis. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

strategi peta konsep sebelum diberi perlakuan pretest dan sesudah diberi perlakuan

posttest. Kriteria pengujian hipotesis yaitu data diterima H0 jika thitung ≤ ttabel hasil

39
perhitungan uji-t data pretest dan posttest dapat di lihat pada tabel 4.4 sebagai

berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji-t

One-Sample Test
Test Value = 0

T df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of the


Difference Difference

Lower Upper

Pretest 14.773 26 .000 19.481 16.77 22.19


Posttest 38.206 26 .000 80.741 76.40 85.08

Ha = tidak terdapat efektifitas penggunaan strategi peta Konsep terhadap hasil

belajar kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

H0 = terdapat efektifitas penggunaan strategi peta konsep Terhadap hasil

belajar siswa kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

Hasil perhitungan Signifikansi Hitung data pretest dan posttest adalah

sebesar 0,00. Signifikansi hitung tersebut kurang dari sama dengan 0,05 (0,00 ≤

0,05), selain itu berdasarkan tabel diatas diperoleh harga thitung pretest = 14,773 dan

thitung posttest = 38,206 dan harga ttabel 1,706 pada taraf signifikansi 5% dengan

dk = 26, sehingga dapat disimpulkan ttabel ≤ thitung . Sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat efektifitas penggunaan strategi peta konsep Terhadap hasil belajar

fisiska siswa kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

40
B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu pre-experimen desain

dengan desain one group pretest-posttest.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektifitas penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika

kelas XI MA Annajah Yamra Merauke.

Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan strategi peta konsep

di laksanakan sebanyak 5 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit pada

hari selasa dan sabtu. Pada RPP pertemuan pertama materi yang akan diajarkan

oleh peneliti yaitu suhu. Kemudian pada pertemuan kedua materi yang diajarkan

yaitu perubahan wujud. Sedangkan pada pertemuan ketiga materi yang diajarkan

yaitu kalor. Kemudian pertemuan keempat materi yang diajarkan yaitu

perpindahan kalor. Sedangkan pertemuan kelima dilaksanakan posttest untuk

melihat hasil pemahaman siswa setelah diterapkanya strategi peta konsep..

Pertemuan pertama pada tanggal 16 oktober di lakukan pretest sebelum

diterapkanya perlakuan dengan strategi peta konsep. Peneliti memberikan pretest

yang berlangsung selama 15 menit untuk melihat kemampuan awal siswa. setelah

data dari hasil pretest diperoleh ternyata hasil yang diperoleh siswa belum

memuaskan, hal ini ditunjukkanya dengan tidak adanya siswa yang mencapai nilai

KKM 70. Hal ini terjadi karna siswa belum memahami materi dengan seluruhnya,

maka disini peneliti berusaha untuk mengajarkan dan menjelaskan materi yang

belum dimengerti oleh siswa dengan menerapkan strategi peta konsep.

Proses belajar mengajar dengan menerapkan strategi peta konsep dianggap

membuat siswa lebih paham. Hal ini terlihat sebelum diterapkanya peta konsep

41
siswa terlihat kebingungan dan kesusahan menjelaskan pada saat diberi pertanyaan.

Salah satu contoh siswa diberi pertanyan untuk menjelaskan jenis alat ukur untuk

mengukur panas matahari. Siswa mengalami kebingungan dan kesusahan karena

siswa berpikir termometer semuanya sama. Bukan hanya masalah itu saja pada

materi lain siswa terlihat kesulitan memahami arah konsep fisikanya, hal ini terlihat

pada saat siswa ditanya materi perpindahan kalor tentang mengapa kalor dapat

berpindah. Siswa mengalami kebigungan karena siswa berpikir bahan tersebut

terbuat dengan konduktor oleh sebab itu dapat berpindah. Oleh sebab itu, setelah

menerapkan strategi peta konsep dengan memberi tanda panah sebagai arahan dan

kata penghubung membuat siswa lebih memahami arah dan tujuan konsep

fisikanya, lebih memudahkan siswa mengetahui arah pengaplikasian dalam

kehidupan shari-hari, memudahkan megetahui arah contoh soal yang diberikan.

Penerapan strategi peta konsep ini dilaksanakan selama 5 kali pertemuan.

Tahap selanjutnya siswa diberikan posttest. Soal posttest ini bertujuan untuk

melihat hasil belajar siswa setelah diterapkanya strategi peta konsep. Dari data hasil

posttest menunjukkan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas XI MA Annajah

Yamra Merauke. Dimana dari 27 siswa 22 siswa sudah mencapai nilai KKM yaitu

dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. sedangkan 7 siswa masi

memperoleh hasil yang rendah, hal ini dikarenakan siswa kurang belajar, siswa

kurang memahami materi dan siswa kurang aktif untuk bertanya. Dengan hasil

tersebut menunjukkan bahwa dengan diterapkannya strategi peta konsep dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karna strategi peta konsep

menuntut siswa untuk lebih kreatif, mudah diingat oleh siswa dan lebih keinti pokok

42
materi serta dapat dengan mudah dilihat kembali catatan saat diperlukan. Sehingga

siswa dengan mudah dapat mengingat seluruh inti materi dengan keseluruhan.

Uji hipotesis dilakukan setelah uji prasyarat yaitu uji normalitas data. Uji

normalitas data bertujuan untuk melihat data yang sudah diperoleh berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas data dikatakan normal apabila memenuhi kriteria

X2 hitung < X2 tabel . Setelah uji prasyarat terpenuhi maka selanjutnya akan dilakukan

pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji-t untuk mengetahui

adanya pengaruh dari strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika kelas XI MA

Annajah Yamra Merauke. Dari hasil pengujian maka akan didapatkan H0 ditolak

dan Ha diterima, dengan kriteria pengujian hipotesis yaitu data diterima H0 jika thitung

≤ ttabel. Sehingga dapat disimpulkan analisis ini menunjukkan bahwa dengan

penerapan strategi peta konsep ini berpengaruh terhadap hasil belajar fisika . kelas

XI MA Annajah Yamra Merauke.

Hasil penelitian ini sejenis yang dilakukan oleh (Artini, 2014) menunjukan

perbedaan hasil belajar antara sebelum diterapkanya strategi peta konsep dan

sesudah penerapan strategi peta konsep. Hal ini dilihat dari hasil rerata kelompok

eksperimen lebih tinggi dibanding rerata kelompok kontrol dan hasil uji hipotesis

dengan menggunakan uji-t. Kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan

strategi pembelajaran peta konsep menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Ini

menjadi bukti bahwa penerapan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar.

Pembelajaran fisika kurang efektif jika diajarkan hanya dengan metode

konvensional saja , namun harus lebih banyak mengikut sertakan keterlibatan siswa

secara aktif. Dalam pembelajaran yang dilakukan siswa secara mandiri maka akan

43
memacu keaktifan siswa tersebut dalam belajar, dan timbul rasa ingin tahu,

sehingga dapat dengan mudah dipahami. Berdasarkan hasil penelitian, tampak

bahwa keterlibatan peserta didik untuk turut belajar dengan cara menggunakan peta

konsep merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Hal ini sejalan dengan

ungkapan , bahwa penggunaan peta konsep dalam pembelajaran fisika lebih efektif

dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Ridwan dalam Kusumah (2011)

bahwa membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri apa yang ingin diketahui,

membuat anak akan selalu ingat dengan apa yang pernah mereka temukan. Oleh

karena itu memungkinkan siswa meningkat.

Peta konsep sendiri dalam penelitian ini digunakan sebagai media dan

digunakan sebagai penguatan materi. Peta konsep diisi oleh siswa dengan acuan

yang dibuat guru, sehingga siswa harus menghubungkan materi satu dengan materi

lainnya yang secara tidak langsung akan membuat siswa mengingat lebih lama

materi yang ada. Menurut Ausubel dalam (Parno, 2011).

Membuat peta konsep disesuaikan dengan tujuan pengajaran. Konsep-konsep

yang sudah dipilih disusun secara berurutan, Kata penghubung harus digunakan

untuk menghubungkan antara konsep yang menggunakan garis atau tanda panah

yang menuju pada konsep yang terkait dengannya. Belajar yang bermakna

bukanlah menghafal fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep

yang baru pada konsep yang telah ada dalam struktur kognitif atau mengaitkan

konsep-konsep pada umumnya menjadi proposisi yang bermakna (Hartianti, 2014).

Oleh karena belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep baru dikaitkan

pada konsep yang lebih eksklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki,

44
ini berarti bahwa konsep yang lebih umum ada di puncak peta dan semakin

kebawah konsep diurutkan makin menjadi khusus.

Peningkatan hasil belajar kognitif tersebut disebabkan oleh penerapan peta

konsep dalam kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan suhu dan kalor.

Penerapan strategi peta konsep pada pembelajaran melibatkan siswa untuk ikut

berperan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa terbiasa pada proses

pembelajaran berlangsung. Penyusunan peta konsep melibatkan siswa harus banyak

membaca kemudian harus menyusunya dan menghubungkanya menjadi kalimat

yang bermakna, dengan membiarkan siswa membaca dan mencari apa yang ingin

diketahui membuat siswa akan selalu ingat apa yang mereka temukan. Prinsip

keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran dengan menerapkan peta

konsep terbukti menjadi pendukung bagi peningkatan hasil belajar dan aktivitas

siswa, karena dengan strategi peta konsep pemahaman terhadap materi pelajaran

lebih meningkat. (Imaduddin, 2012), yang mengatakan bahwa peta konsep sangat

efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Penggunaan peta konsep dalam

pembelajaran dapat memenuhi semua prinsip pembelajaran. Siswa diarahkan untuk

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman. Konsep merupakan hasil

pengalaman dan kejadian. Penerapan peta konsep dapat meningkatkan penguasaan

konsep siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Kriteria penilaian konsep

berkenaan dengan proposisi, hierarki, hubungan, garis penghubung dan contoh. Jika

peta konsep siswa sesuai dengan kriteria penilaian dapat di beri skor 100, peta

konsep siswa kurang lengkap dapat diberi skor 80 dan siswa hanya menyebutkan

tanpa memberi penjelasan dapat diberi skor 70, peta konsep siswa kurang terinci

45
antar konsep tidak saling berhubungan dapat diberi skor 50. Artinya kemampuan

siswa diukur dengan menilai peta konsep yang dibuat siswa. Berdasarkan hasil peta

konsep siswa yang diperoleh dari 27 siswa, menunjukkan dengan nilai tertinggi 85

dan nilai terendah 65. Nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 19 siswa yaitu rata-

rata nilai sebesar 70 dan jumlah siswa dengan nilai di atas rata-rata sebanyak 5

siswa dengan perolehan nilai sebesar 80 dan 85. Sehingga dari data yang sudah

diperoleh, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memahami materi dan langkah-

langkah maupun penyusunan peta konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

dengan menerapkan strategi peta konsep dapat meningkatkan pemahaman materi

serta konsep-konsep yang berhubungan dengan materi dapat dipahami dengan baik.

Hasil penelitian yang sudah diperoleh oleh peneliti, dapat dilihat pada

lampiran 13 halaman 102 yaitu hasil peta konsep yang dibuat oleh siswa. Hasil peta

konsep siswa menunjukkan ide-ide atau konsep yang telah terkumpul, kemudian

siswa menghubungkan konsep-konsep tersebut sehingga konsep yang telah

dihubungkan dengan garis penghubung membentuk konsep yamg memiliki makna

atau hierarki. Hasil peta konsep yang dibuat siswa bermacam-macam sehingga

antar siswa memiliki peta konsep yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan siswa

masing-masing. peta konsep juga sudah menunjukan adanya hubungan antara

konsep yang satu dengan konsep yang lain dan penyusunan peta konsep yang dibuat

siswa sudah sesuai dari yang umum semakin kebawah semakin khusus. Sehingga

dapat dikatakan hasil peta konsep yang dibuat siswa sudah benar. Artinya hasil

peta konsep siswa sudah sesuai dengan kriterian penilaian .

46
C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas

adanya kesalahan dan kekurangan. Adapan keterbatasan yang dialami peneliti

dalam penelitian ini ada dalam beberapa tinjauan, terdapat beberapa keterbatasan

selama pelaksanaan penelitian, diantaranya:

1. Keterbatasan Waktu

Penelitian yang dilakukan selama mengajar tepatnya semester ganjil

2018. Waktu yang singkat termasuk salah satu yang dapat mempersempit ruang

gerak peneliti dan siswa. Sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian

yang peneliti lakukan.

2. Keterbatasan Kemampuan

Penelitian tidak bisa lepas dari pengetahuan, oleh karena itu peneliti

menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi

peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian

sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing.

3. Keterbatasan Tempat

Penelitian yang peneliti lakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu

MA Annajah Yamra Merauke dijadikan tempat penelitian. Apabila ada hasil

penelitian di tempat lain yang berbeda, tatapi kemungkinan tidak jauh

menyimpang dari hasil penelitian yang peneliti lakukan.

4. Keterbatasan dalam Objek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti pembelajaran dengan

menggunakan peta konsep pada pembelajaran suhu dan kalor.

47
Terdapat beberapa keterbatasan yang dipaparkan peneliti. Diharapkan untuk

peneliti selanjutnya pelaksanaan penggunaan strategi peta konsep tidak terbatas

pada hasil belajar fisika materi suhu dan kalor saja, malainkan dapat diterapkan

pada materi fisika lain yang dianggap sesuai dengan model pembelajaran tersebut.

Hal ini dimaksudkan adanya tindak lanjut sehingga mampu membantu

mengarahkan pengetahuan guru dalam memudahkan siswa dalam menuntut ilmu.

Maka dapat disimpulkan bahwa inilah kekurangan dari peneliti yang dilakukan

peneliti di MA Annajah Yamra Merauke. Meskipun banyak hambatan dan

tantangan yang dihadapi dalam melakukan penelitian, peneliti bersyukur bahwa

penelitian ini dapat terselesaikan.

48
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang singnifikan dengan menggunakan strategi peta konsep

terhadap hasil belajar fisika kelas XI MA Annajah Yamra Merauke. Hasil analisa

tersebut tersebut dapat dilihat dari hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkanya

strategi peta konsep. Strategi peta konsep menuntut siswa untuk lebih kreatif,

mudah diingat oleh siswa dan lebih keinti pokok materi serta dapat dengan mudah

dilihat kembali catatan saat diperlukan dan siswa dengan mudah dapat mengingat

seluruh inti materi dengan keseluruhan. Menerapkan peta konsep terbukti menjadi

pendukung bagi peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa, karena dengan

strategi peta konsep pemahaman terhadap materi pelajaran lebih meningkat.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah sebagai berikut:

1. Penerapan strategi peta konsep dapat dijadikan sebagai referensi dalam

meningkatkan hasil belajar fisika di sekolah, agar siswa dapat lebih memahami

materi yang disampaikan, dengan adanya peta konsep siswa akan lebih mudah

mengingat dan melihat keseluruhan inti materi. Sehingga hasil pembelajaran

yang diperoleh akan memuaskan.

49
2. Diharapkan guru di sekolah dan peneliti selanjutnya agar lebih mandiri dalam

belajar, melatih komunikasi. Serta bertangung jawab dan saling mendorong

untuk satu sama laian untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan

sebagai salah satu referensi untuk peneliti selanjutnya. Lebih mengembangkan

dan menjadi pembeda dari peneliti sebelumya dengan hal-hal yang baru dengan

melihat faktor lainya. Hal tersebut akan memberikan sumbangan yang lebih

baik bagi dunia pendidikan.

50

Anda mungkin juga menyukai