Laporan Pendahuluan Oksigenasi
Laporan Pendahuluan Oksigenasi
DISUSUN OLEH:
Irvan Fatoni
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru
sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernafas
atau inspirasi dan ekspirasi.
Selama inspirasi, diafragma dan otot intercostal eksternal
berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak dan menurunkan
tekanan intrathorak. Pelebaran dinding dada mendorong paru ekspansi,
menyebabkan tekanan jalan napas turun di bawah tekanan atmosfir,
dan udara masuk paru. Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot
intrcostal relaksasi, menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke
ukuran lebih kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara
mengalir keluar dari paru
2. Difusi Gas
Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak
dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara alveoli dan darah.
Bernapas secara kontinyu menambah supply oksigen paru, sehingga
tekanan partial oksigen (PO2) di alveoli relatif tinggi. Sebaliknya
bernapas mengeluarkan karbon dioksida dari paru, sehingga tekanan
partial karbon dioksida (PCO2) di alveoli rendah. Oksigen berdifusi
dari alveoli ke darah karena PO2 lebih tinggi di alveoli daripada di
darah kapiler. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke alveoli.
3. Transportasi dan Perfusi Gas
Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke
darah kemudian ke jaringan dan karbondioksida ditransportasikan dari
jaringan ke paru kembali. Oksigen diangkut dalam darah melalui
hemoglobin. Metabolisme meningkat maka akan mengakibatkan
peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah oksigen yang disampaikan ke
sel disebut perfusi gas.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Bernapas membawa udara ke paru, dimana terjadi pertukaran gas.
Udara masuk ke paru melalui saluran pernapasan. Organ saluran
pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus, dan
bronkiolus (Rahayu dan Harnanto, 2016).
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
Udara yang masuk akan disaring oleh rambut yang ada
didalam vestibulum (bagian dari ronggga hidung) lalu udara
tersebut dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak
sampai esofagus. Faring dibagi menjadi tiga, yaitu nasofaring
(dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), dan
laringofaring (dibelakang laring).
c. Laring (tenggorokan)
Laring terdiri dari bagian tulang rawan yang diikat bersama
ligamen dan membran dengan dua lamina yang bersambung digaris
tengah. Epiglotis Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang
bertugas menutup laring saat proses menelan.
d. Trakhea (Batang tenggorok)
Trakhea merupakan kelanjutan dari laring yang dilapisi selaput
lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu
atau benda asing.
e. Bronkhus
Merupakan kelanjutan dari Trakhea yang bercabang menjadi
bronkhus kanan dan kiri. Bronkhus bagian kanan lebih pendek dan
lebar dari pada yang kiri dan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas,
tengah dan bawah. Sementara bronkhus kiri lebih panjang dari
yang kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
f. Bronkiolus
Merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
E. POLA PERNAPASAN NORMAL
Pola pernapasan normal tergantung pada usia. Rata-rata pernapasan
menurut kelompok usia
Kelompok Usia Rata-rata pernapasan/menit
F. JENIS PERNAPASAN
1. Pernafasan Eupnoe: pernafasan normal, tenang dan teratur.
2. Pernafasan Kussmaul: Pernafasan kadang-kadang cepat dan kadang-
kadang lambat sehingga frekuensi tidak teratur
3. Pernafasan Cheyene stokes: Pernafasan kadang-kadang apnoe
(berhenti), frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit
4. Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak teratur iramanya dan kadang-
kadang diikuti apnoe
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAFASAN
1. Posisi Tubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena organ
abdominal tidak menekan/mendorong diafragma. Pernapasan lebih
kuat saat berbaring karena isi abdomen mendorong diafragma. Pada
minggu-minggu terakhir kehamilan, pernapasan meningkat dan sulit
pada posisi berbaring karena janin mendorong diafragma.
2. Lingkungan
a. Ketinggian tempat
Tempat lebih tinggi mempunyai tekanan oksigen lebih rendah,
sehingga darah arteri mempunyai tekanan oksigen yang rendah.
Akibatnya orang di dataran tinggi mempunyai pernafasan dan denyut
nadi yang meningkat dan peningkatan kedalaman napas.
b. Polusi udara
Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan oksigen
membahayakan paru. Karbon monoksida menghambat ikatan oksigen
dalam hemoglobin. Polutan menyebabkan peningkatan produksi
mukus, bronkhitis dan asma.
c. Alergen
Alergen (pollen, debu, makanan) menyebabkan jalan napas sempit
akibat udem, produksi mukus meningkat, dan bronkhospasme. Hal ini
menyebabkan kesulitan bernapas sehingga meningkatkan kebutuhan
oksigen
d. Suhu
Panas menyebabkan delatasi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan aliran darah ke kulit dan meningkatkan sejumlah
panas yang hilang dari permukaan tubuh. Vasodilatasi kapiler
menurunkan resistensi atau hambatan aliran darah. Respons jantung
meningkatkan output untuk mempertahankan tekanan darah.
Peningkatan cardiac output membutuhkan tambahan oksigen sehingga
kedalaman napas meningkat. Lingkungan yang dingin menyebabkan
kapiler perifer kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang
menurunkan kerja jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen.
H. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam hiperventilasi dapat
disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/ sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidak seimbangan asam basa seperti asidosis metabolik
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, nafas
pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup.
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler
hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan
sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pnemonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
f. Kerusakan gangguan ventilasi
Tanda-tanda dan gejala hipoksia adalah kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan clubbing.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. EKG : menghasilkan rekaman grafik aktifitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stress latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond
jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan
informasi tentang respon miokard terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan
oksigenasi: pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
H. PATOFISIOLOGI OKSIGENASI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
transportasi gas. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini
terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka
kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
I. PATHWAY
Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi
g. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aspek biologis
1) Usia.
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang
perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai
dengan tahap pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan.
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya
gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan
terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan
atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot,
sikap tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
b. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah
bagaimana respons psikologis klien terhadap masalah gangguan
aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan
klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
Terapi Aktivitas
Latihan Keseimbangan
- Mengosongkan
- Berikan terapi untuk
kandung kemih dan
mengurangi nyeri sebelum
bowel
melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi
h. DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta :
Salemba Medika.
Mubarak, W Iqbal, Chayatin N,. (2008) Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.
Perry & Potter. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses
dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Rahayu, Sunarsih dan Harnanto, Addi M. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia