Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


GANGGUAN OKSIGENASI

DISUSUN OLEH:
Irvan Fatoni

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2018
A. PENGERTIAN
Salah satu kebutuhan dasar pada manusia adalah kebutuhan
oksigenasi. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi berguna untuk menjaga
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan
melakukan aktivitas bagi berbagai organ dan sel. Sistem pernapasan
berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam
kehidupan manusia. Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Kekurangan
oksigen akan berdampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin
agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu setiap perawat
harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada pasien
serta mampu mengatasi berbagai masalah terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tersebut (Mubarak dkk., 2008)
B. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2011) yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energi/ kelelahan,
kerusakan neuromuskular, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan kognitif/
persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot
pernafasan dan adanya perubahan membran kapiler alveoli.
C. FUNGSI
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfir ke sel tubuh dan
pengeluaran CO2 dari sel tubuh ke luar tubuh. Proses pernafasan
mencakup ventilasi, difusi, transportasi dan perfusi.

1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru
sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernafas
atau inspirasi dan ekspirasi.
Selama inspirasi, diafragma dan otot intercostal eksternal
berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak dan menurunkan
tekanan intrathorak. Pelebaran dinding dada mendorong paru ekspansi,
menyebabkan tekanan jalan napas turun di bawah tekanan atmosfir,
dan udara masuk paru. Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot
intrcostal relaksasi, menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke
ukuran lebih kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara
mengalir keluar dari paru
2. Difusi Gas
Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak
dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara alveoli dan darah.
Bernapas secara kontinyu menambah supply oksigen paru, sehingga
tekanan partial oksigen (PO2) di alveoli relatif tinggi. Sebaliknya
bernapas mengeluarkan karbon dioksida dari paru, sehingga tekanan
partial karbon dioksida (PCO2) di alveoli rendah. Oksigen berdifusi
dari alveoli ke darah karena PO2 lebih tinggi di alveoli daripada di
darah kapiler. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke alveoli.
3. Transportasi dan Perfusi Gas
Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke
darah kemudian ke jaringan dan karbondioksida ditransportasikan dari
jaringan ke paru kembali. Oksigen diangkut dalam darah melalui
hemoglobin. Metabolisme meningkat maka akan mengakibatkan
peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah oksigen yang disampaikan ke
sel disebut perfusi gas.

D. ANATOMI FISIOLOGI
Bernapas membawa udara ke paru, dimana terjadi pertukaran gas.
Udara masuk ke paru melalui saluran pernapasan. Organ saluran
pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus, dan
bronkiolus (Rahayu dan Harnanto, 2016).
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
Udara yang masuk akan disaring oleh rambut yang ada
didalam vestibulum (bagian dari ronggga hidung) lalu udara
tersebut dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak
sampai esofagus. Faring dibagi menjadi tiga, yaitu nasofaring
(dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), dan
laringofaring (dibelakang laring).
c. Laring (tenggorokan)
Laring terdiri dari bagian tulang rawan yang diikat bersama
ligamen dan membran dengan dua lamina yang bersambung digaris
tengah. Epiglotis Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang
bertugas menutup laring saat proses menelan.
d. Trakhea (Batang tenggorok)
Trakhea merupakan kelanjutan dari laring yang dilapisi selaput
lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu
atau benda asing.
e. Bronkhus
Merupakan kelanjutan dari Trakhea yang bercabang menjadi
bronkhus kanan dan kiri. Bronkhus bagian kanan lebih pendek dan
lebar dari pada yang kiri dan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas,
tengah dan bawah. Sementara bronkhus kiri lebih panjang dari
yang kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.

f. Bronkiolus
Merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
E. POLA PERNAPASAN NORMAL
Pola pernapasan normal tergantung pada usia. Rata-rata pernapasan
menurut kelompok usia
Kelompok Usia Rata-rata pernapasan/menit

Bayi baru lahir dan bayi 30 – 60


I – 5 tahun 20 – 30
6 – 10 18 – 26
10 tahun – dewasa 12 – 20
Dewasa tua (60 tahu ke atas) 16-25

F. JENIS PERNAPASAN
1. Pernafasan Eupnoe: pernafasan normal, tenang dan teratur.
2. Pernafasan Kussmaul: Pernafasan kadang-kadang cepat dan kadang-
kadang lambat sehingga frekuensi tidak teratur
3. Pernafasan Cheyene stokes: Pernafasan kadang-kadang apnoe
(berhenti), frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit
4. Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak teratur iramanya dan kadang-
kadang diikuti apnoe
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAFASAN
1. Posisi Tubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karena organ
abdominal tidak menekan/mendorong diafragma. Pernapasan lebih
kuat saat berbaring karena isi abdomen mendorong diafragma. Pada
minggu-minggu terakhir kehamilan, pernapasan meningkat dan sulit
pada posisi berbaring karena janin mendorong diafragma.

2. Lingkungan
a. Ketinggian tempat
Tempat lebih tinggi mempunyai tekanan oksigen lebih rendah,
sehingga darah arteri mempunyai tekanan oksigen yang rendah.
Akibatnya orang di dataran tinggi mempunyai pernafasan dan denyut
nadi yang meningkat dan peningkatan kedalaman napas.
b. Polusi udara
Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan oksigen
membahayakan paru. Karbon monoksida menghambat ikatan oksigen
dalam hemoglobin. Polutan menyebabkan peningkatan produksi
mukus, bronkhitis dan asma.
c. Alergen
Alergen (pollen, debu, makanan) menyebabkan jalan napas sempit
akibat udem, produksi mukus meningkat, dan bronkhospasme. Hal ini
menyebabkan kesulitan bernapas sehingga meningkatkan kebutuhan
oksigen
d. Suhu
Panas menyebabkan delatasi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan aliran darah ke kulit dan meningkatkan sejumlah
panas yang hilang dari permukaan tubuh. Vasodilatasi kapiler
menurunkan resistensi atau hambatan aliran darah. Respons jantung
meningkatkan output untuk mempertahankan tekanan darah.
Peningkatan cardiac output membutuhkan tambahan oksigen sehingga
kedalaman napas meningkat. Lingkungan yang dingin menyebabkan
kapiler perifer kontriksi, sehingga meningkatkan tekanan darah yang
menurunkan kerja jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen.
H. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam hiperventilasi dapat
disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/ sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidak seimbangan asam basa seperti asidosis metabolik
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, nafas
pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup.
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler
hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan
sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pnemonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
f. Kerusakan gangguan ventilasi
Tanda-tanda dan gejala hipoksia adalah kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan clubbing.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. EKG : menghasilkan rekaman grafik aktifitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stress latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond
jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan
informasi tentang respon miokard terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan
oksigenasi: pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
H. PATOFISIOLOGI OKSIGENASI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
transportasi gas. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini
terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka
kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

I. PATHWAY
Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernapasan terganggu

Ventilasi pernapasan Obs jalan napas Perubahan volume sekuncup,


Pengeluaran mukus preload, dan afterload serta
yang banyak kontraktilitas
Hipoventilasi/
hiperventilasi Perub. Volume sekuncup,
Obstruksi jalan preload dan afterload serta
nafas/ pengeluaran
kontraktilitas
mukus yang banyak
Takipneu/ brakipneu
Terganggunya difusi
pertukaran O2 dan CO2 di
Pola napas tidak Bersihan jalan
alveolus
efektif nafas tidak
efektif Gangguan pertukaran gas

g. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aspek biologis
1) Usia.
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang
perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai
dengan tahap pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan.
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya
gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan
terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan
atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot,
sikap tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
b. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah
bagaimana respons psikologis klien terhadap masalah gangguan
aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan
klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.

c. Aspek sosial kultural


Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas
yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya
bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik
dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain
d. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana
keyakinan dan nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan
yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien menunjukan
keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan
keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
e. Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system
musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan
ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal.
Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk
memantau perubahan dan keefektifan intervensi.
f. Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti
langsung atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi
imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostic yang dapat
diandalkan pada pembentukan trombosis. Tanda-tanda
tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda
homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu
gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut
jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan,
berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah dan sinkop
g. Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan
gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi
peningkatan temperature dan denyut jantung. Perubahan-
perubahan dalam pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas
arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan beratnya kondisi
yang terjadi.
h. Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama
adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan
kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan
sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam
waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan
i. Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk
tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi
abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat
diraba. Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan
ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan atau nyeri pada
abdomen bagian bawah
j. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak
nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan.
Pengosonganh rectum yang tidak sempurna, anoreksia, mual
gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
k. Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk
intervensi. Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet
yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi,
lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat
menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan institusional
terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat
tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan
penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat
meningkatakan mobilitas.
2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas
b. Gangguan mobilitas fisik
b. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)
3. Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum
N Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
o Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Intoleransi Setelah dilakukan AsuhanManagemen Energi
aktivitas keperawatan selama …. x
- Tentukan penyebab
berhubungan 24 jam :
keletihan: :nyeri,
dengan
- Klien mampu aktifitas, perawatan ,
Kelemahan
mengidentifikasi pengobatan
umum
aktifitas dan situasi yang
- Kaji respon emosi, sosial
menimbulkan
dan spiritual terhadap
kecemasan yang
aktifitas.
berkonstribusi pada
intoleransi aktifitas.
- Evaluasi motivasi dan
keinginan klien untuk
- Klien mampu
meningkatkan aktifitas.
berpartisipasi dalam
aktifitas fisik tanpa
- Monitor respon
disertai peningkatan TD,
kardiorespirasi terhadap
N, RR dan perubahan
aktifitas : takikardi,
ECG
disritmia, dispnea,
diaforesis, pucat.
- Klien mengungkapkan
secara verbal,
- Monitor asupan nutrisi
pemahaman tentang
untuk memastikan ke
kebutuhan oksigen,
adekuatan sumber
pengobatan dan atau alat
energi.
yang dapat
meningkatkan toleransi- Monitor respon terhadap
terhadap aktifitas. pemberian oksigen :
nadi, irama jantung,
- Klien mampu
frekuensi Respirasi
berpartisipasi dalam
terhadap aktifitas
perawatan diri tanpa
perawatan diri.
bantuan atau dengan
bantuan minimal tanpa
- Letakkan benda-benda
menunjukkan kelelahan
yang sering digunakan
pada tempat yang mudah
dijangkau

- Kelola energi pada klien


dengan pemenuhan
kebutuhan makanan,
cairan, kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan yang
menurunkan energi.

- Kaji pola istirahat klien


dan adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.

Terapi Aktivitas

- Bantu klien melakukan


ambulasi yang dapat
ditoleransi.

- Rencanakan jadwal antara


aktifitas dan istirahat.

- Bantu dengan aktifitas


fisik teratur : misal:
ambulasi, berubah
posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.

- Minimalkan anxietas dan


stress, dan berikan
istirahat yang adekuat

- Kolaborasi dengan medis


untuk pemberian terapi,
sesuai indikasi
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan
sensori persepsi.
N Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
o Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Gangguan Setelah dilakukan asuhanLatihan Kekuatan
mobilitas keperawatan selama ...x 24
- Ajarkan dan berikan
fisik jam klien menunjukkan:
dorongan pada klien untuk
berhubungan
- Mampu mandiri total melakukan program
dengan :
latihan secara rutin
Kerusakan
- Membutuhkan alat bantu
sensori
Latihan untuk ambulasi
persepsi. - Membutuhkan bantuan
orang lain - Ajarkan teknik Ambulasi &
perpindahan yang aman
- Membutuhkan bantuan
kepada klien dan keluarga.
orang lain dan alat
- Sediakan alat bantu untuk
- Tergantung total
klien seperti kruk, kursi
Dalam hal : roda, dan walker

- Penampilan posisi tubuh- Beri penguatan positif


yang benar untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang aman.
- Pergerakan sendi dan otot
Latihan mobilisasi dengan
- Melakukan perpindahan/
kursi roda
ambulasi : miring
kanan-kiri, berjalan,- Ajarkan pada klien &
kursi roda keluarga tentang cara
pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.

- Dorong klien melakukan


latihan untuk memperkuat
anggota tubuh

- Ajarkan pada klien/


keluarga tentang cara
penggunaan kursi roda

Latihan Keseimbangan

- Ajarkan pada klien &


keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.

Perbaikan Posisi Tubuh


yang Benar

- Ajarkan pada klien/


keluarga untuk mem
perhatikan postur tubuh yg
benar untuk menghindari
kelelahan, keram &
cedera.

- Kolaborasi ke ahli terapi


fisik untuk program
latihan.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan


neurovaskuler
N Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
o Keperawatan
( NOC ) (NIC )
(NANDA)
Defisit Setelah dilakukanBantuan Perawatan Diri:
perawatan diri asuhan keperawatanMandi, higiene mulut,
berhubungan selama... x24 jm penil/vulva, rambut, kulit
dengan
Klien mampu : - Kaji kebersihan kulit, kuku,
:Kerusakan
rambut, gigi, mulut,
neurovaskuler
- Melakukan ADL
perineal, anus
mandiri : mandi,
hygiene mulut - Bantu klien untuk mandi,
,kuku, penis/vulva, tawarkan pemakaian
rambut, berpakaian, lotion, perawatan kuku,
toileting, makan- rambut, gigi dan mulut,
minum, ambulasi perineal dan anus, sesuai
kondisi
- Mandi sendiri atau
dengan bantuan- Anjurkan klien dan keluarga
tanpa kecemasan untuk melakukan oral
hygiene sesudah makan
- Terbebas dari bau
dan bila perlu
badan dan
mempertahankan - Kolaborasi dgn Tim Medis /
kulit utuh dokter gigi bila ada lesi,
iritasi, kekeringan mukosa
- Mempertahankan
mulut, dan gangguan
kebersihan area
integritas kulit.
perineal dan anus
Bantuan perawatan diri :
- Berpakaian dan
berpakaian
melepaskan pakaian
sendiri - Kaji dan dukung
kemampuan klien untuk
- Melakukan keramas,
berpakaian sendiri
bersisir, bercukur,
membersihkan kuku,- Ganti pakaian klien setelah
berdandan personal hygiene, dan
pakaikan pada ektremitas
- Makan dan minum
yang sakit/ terbatas
sendiri, meminta
terlebih dahulu, Gunakan
bantuan bila perlu
pakaian yang longgar

- Mengosongkan
- Berikan terapi untuk
kandung kemih dan
mengurangi nyeri sebelum
bowel
melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi

Bantuan perawatan diri :


Makan-minum

- Kaji kemampuan klien untuk


makan : mengunyah dan
menelan makanan

- Fasilitasi alat bantu yg


mudah digunakan klien

- Dampingi dan dorong


keluarga untuk membantu
klien saat makan

Bantuan Perawatan Diri:


Toileting

- Kaji kemampuan toileting:


defisit sensorik
(inkontinensia),kognitif(m
enahan untuk toileting),
fisik (kelemahan fungsi/
aktivitas)

- Ciptakan lingkungan yang


aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan
jaga privasi selama
toileting

- Sediakan alat bantu (pispot,


urinal) di tempat yang
mudah dijangkau

- Ajarkan pada klien dan


keluarga untuk melakukan
toileting secara teratur

h. DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta :
Salemba Medika.
Mubarak, W Iqbal, Chayatin N,. (2008) Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.
Perry & Potter. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses
dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Rahayu, Sunarsih dan Harnanto, Addi M. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai