Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT DUSTIRA/FAK KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL


ACHMAD YANI
CIMAHI

Nama penderita : Sutiya Ruangan : XI Med.Rec : 1107/H/V/2003

Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 73 th Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan Pusdik Armed Bangsa: Indonesia

Nama & alamat keluarga : Kp. Cibogo No.220 Rt 04/ 06 Leuwigajah - Cimahi

Dikirim oleh : Sendiri Tgl dirawat : 28 Mei 2003 Jam : 11.00

Tgl diperiksa Co-ass : 3 Juni 2003 Keluar tanggal : -

Diagnosa/diagnosa kerja :

Dokter : DM Tipe II + Bronchitis kronis Co-ass : DM Tipe II + Bronchitis kronis

A. ANAMNESA

KELUHAN UTAMA : Lemah Badan

ANAMNESA KHUSUS :
Sejak 1 bulan yang lalu penderita merasa lemah badan, terutama apabila melakukan
aktivitas ringan seperti jalan +/- 10 m sudah merasa lelah. Keluhan tidak dirasa berubah
walaupun penderita sudah makan dalam jumlah yang cukup banyak. Keluhan tidak
disertai sesak napas maupun nyeri dada, juga tidak disertai keluhan mata kuning. Keluhan
lain yang dirasa yaitu bertambahnya nafsu makan sehingga penderita yang biasanya
makan 3x sehari menjadi lebih dari 5x sehari. Bertambahnya nafsu makan diikuti pula
dengan rasa haus yang sering dirasa oleh penderita. Penderita juga menjadi sering buang
air kecil lebih banyak dari biasa, baik dari jumlah maupun frekwensinya. Penurunan berat
badan terjadi pula pada penderita, ini bisa dirasakan dari celana penderita yang menjadi
lebih longgar. Keluhan gatal pada kulit dan penglihatan yang menjadi buram disangkal
oleh penderita. Keluhan tidur tak nyeyak disangkal. Keluhan mata berkunang-kunang
disangkal.

Sejak 2 minggu yang lalu penderita mengeluh batuk-batuk disertai dahak yang berwarna
putih. Batuk dan dahak tidak berdarah dan tidak disertai rasa sakit dada maupun sesak
napas. Keluhan batuk tidak disertai keringat malam maupun panas badan.

ANAMNESA TAMBAHAN:
-Riwayat muka sembab disangkal
-Riwayat hipertensi disangkal
-Riwayat penyakit jantung disangkal
-Riwayat sakit kuning disangkal
-Riwayat batuk berdahak selama 3 bulan dalam 2 tahun terakhir diakui

RIWAYAT PENYAKIT:
-Riwayat DM diakui sejak 1,5 tahun yang lalu dengan kontrol tidak teratur

RIWAYAT PERAWATAN:
-Penderita telah dirawat selama 1 minggu dan diberi obat DM
a. Keluhan keadaan umum
Panas badan : Tidak ada
Nafsu makan : Ada, meningkat
Tidur : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Haus : Ada, meningkat
Berat badan : Ada, menurun

b. Keluhan organ kepala


Penglihatan : Ada, kabur
Hidung : Tidak ada
Lidah : Tidak ada
Gangguan menelan : Tidak ada
Pendengaran : Tidak ada
Mulut : Tidak ada
Gigi : Tidak ada
Suara : Tidak ada

c.Keluhan organ di leher


Rasa sesak dileher : Tidak ada
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada

d. Keluhan organ di thorax


Sesak nafas : Tidak ada
Sakit dada : Tidak ada
Nafas berbunyi : Tidak ada
Batuk : Tidak ada
Jantung berdebar : Tidak ada

e.Keluhan di perut
Nyeri lokal : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Nyeri seluruh perut : Tidak ada
Nyeri berhubungan dengan
- Makanan : Tidak ada
- Bab : Tidak ada
Perasaan tumor di perut : Tidak ada
Muntah muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Obstipasi : Tidak ada
Tenesmi ad anum : Tidak ada
Perubahan dalam bab : Tidak ada
Perubahan dalam miksi : Ada, meningkat
f. Keluhan tangan dan kaki
Rasa kaku : Tidak ada
Rasa lelah : Ada
Mialgia / artralgia : Tidak ada
Parestesi / estesi : Tidak ada
Parese / paraparese : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Claudicatio : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Luka / Bekas luka : Tidak ada
Edema : Tidak ada

g.Keluhan lainnya
Kulit : Tidak ada
Ketiak : Tidak ada
Keluhan kelenjar limfe : Tidak ada
Keluhan kelenjar endokrin
1. DM : Ada
2. Tiroid : Tidak ada
3. Lainnya : Tidak ada

ANAMNESA TAMBAHAN
a. Gizi : Kwantitas : Cukup
Kwalitas : Cukup
b. Penyakit menular : Tidak ada
c. Penyakit keturunan : Tidak ada
d. Ketagihan : Tidak ada
e. Penyakit venerik : Tidak ada
B. STATUS PRAESEN

I. KESAN UMUM
a. Keadaan umum
Kesan sakitnya : Sedang
Kesadarannya : Composmentis
Pergerakanya : Kurang aktif
Keadaan gizi : Cukup
Tinggi badan : 160 cm
Gizi kulit : Cukup
Tidur : Terlentang dengan satu bantal
Watak : Kooperatif
Umur yang ditaksir : Sesuai
Bentuk badan : Astenik
Berat badan : 54 kg
Gizi otot : Cukup
Kulit : Turgor cukup

b. Keadaan sirkulasi
Suhu : 36,2°C
Tekanan darah Kanan : 110/70 mmHg Kiri : 110/70 mmHg
Nadi kanan : 76x/menit, reguler equal isi cukup
Nadi kiri : 76x/menit, reguler equal isi cukup
Keringat dingin : Tidak ada Sianose : Tidak ada

c. Keadaan pernafasan
Tipe : Abdominal thorakal
Frekuensi : 22x/menit
Corak : Normal
Hawa / bau nafas : Fetor uremicum tidak ada
Bunyi nafas : Tidak ada

II. PEMERIKSAAN KHUSUS


a. Kepala
1. Tengkorak
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada kelainan
2. Muka
- Inpeksi : Puffy face tidak ada
- Palpasi : Tidak ada kelainan
3. Mata
Letak : Simetris
Kelopak mata : Oedem palpebrae tidak ada
Kornea : Tidak ada kelainan
Pupil : Bulat isokhor
Reaksi konvergen :+/+
Refleks kornea :+/+
Sclera : Ikterik - / -
Pergerakan : Simetris, segala arah
Konjungtiva : Anemis -/-
Iris : Tidak ada kelainan
Reaksi cahaya : Direk + / + Indirek +/+
Visus : Berkurang
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada kelainan
Pendengaran : Tidak ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Sumbatan : Tidak ada
Ingus : Tidak ada
Bentuk : Tidak ada kelainan
6. Bibir
Sianosis : Tidak ada
Khelitis : Tidak ada
Stomatitis angularis : Tidak ada
Rhagaden : Tidak ada
Perleche : Tidak ada

7. Gigi dan gusi : 00000321 12345078 0 = Tanggal


00054320 00345678 X = Patah

8. Lidah
Sianosis : Tidak ada
Besar : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Tidak ada kelainan
Bentuk : Tidak ada kelainan
Permukaan : Bersih, tidak kering
9. Rongga mulut
Selaput lendir
Hiperemis : Tidak ada
Lichen : Tidak ada
Apthea : Tidak ada
Bercak : Tidak ada
10. Rongga leher
Selaput lendir : Tidak ada kelainan
Dinding blk pharynx : Tidak hiperemis
Tonsil : T1 – T1 tenang
b. Leher
Inspeksi
Glandula tiroid : Tidak membesar
Pembesaran vena : Tidak ada
Pulsasi vena leher : Tidak ada
Tekanan vena : Tidak meningkat (5 + 0 cm H2O)

Palpasi
Trachea : Tidak ada kelainan
Glandula tiroid : Tidak ada kelainan
Otot leher : Tidak ada kelainan
Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar
Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada

c. Ketiak
Inspeksi
Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada

Palpasi
Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar
Tumor : Tidak ada

d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan
Inspeksi
Bentuk umum : Simetris
Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Sudut epigastrium : < 90° C
Diameter frontal-sagital : Øfrontal < Øsagital
Pergerakan : Simetris
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada
Ictus cordis : Tidak terlihat
Pulsasi lain : Tidak ada
Pelebaran vena : Tidak ada

Palpasi
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Mamae : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Thorax dan paru
- Pergerakan : Simetris Kanan = Kiri
- Vokal Fremitus : Kanan < Kiri
Iktus kordis
- Lokalisasi : ICS V Linea midclavicula sinistra
- Intensitas : Tidak kuat angkat
- Pelebaran : Tidak ada
- Thrill : Tidak ada

Perkusi
Paru-paru
Batas paru hepar : ICS V Linea midclavicula dextra
Peranjakan : 2 cm
Suara perkusi : Sonor Paru kanan = Paru kiri
Suara pernafasan pokok : Vesikuler Kanan = Kiri
Suara tambahan : Tidak ada
Vokal resonansi : VR Kanan < Kiri

Jantung
Batas atas : ICS II Linea sternalis sinistra
Batas kanan : Linea sternalis
Batas kiri : ICS V Linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler
Irama : Reguler
Bunyi jantung pokok : M1 > M2 ; P1 < P2
T1 > T2 ; A2 > P2
A1 < A2
Splitting : Tidak ada Bunyi jantung I : Tunggal
Bunyi jantung II : Tunggal
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising jantung
Bising gesek jantung : Tidak ada

Thorak Belakang
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Simetrisasi : Simetris
Kulit : Tidak ada kelaunan

Palpasi
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak melebar, tidak menyempit
Vokal fremitus : Paru Kanan < Paru Kiri

Perkusi
Batas bawah : Paru Kanan Vertebrae Th X
Paru Kiri Vertebrae Th X
Peranjakan : 2 cm
Auskultasi
Suara pernafasan : Vesikuler Paru kanan = Paru kiri
Suara tambahan : Tidak ada
Vocal resonansi : VR Kanan < Kiri
Bunyi gesek pleural : Tidak ada

e. Abdomen
Bentuk : Datar
Kulit : Tidak ada kelainan
Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
Pergerakan waktu nafas : Tidak ada kelainan
Pergerakan usus : Tidak tampak
Pulsasi : Tidak ada

Palpasi
Dinding perut : Lembut
Nyeri tekan lokal : Tidak ada
Nyeri tekan difus : Tidak ada
Nyeri lepas : Tidak ada
Defance muskuler : Tidak ada

Hepar
Teraba / tidak : Tidak teraba
Besar : -
Konsistensi : -
Permukaan : -
Tepi : -
Nyeri tekan : -

Lien
Pembesaran : Tidak ada
Konsistensi : -
Permukaan : -
Insisura : -
Nyeri tekan : -

Tumor / masa
Ginjal : Tidak teraba
Pembesaran : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada

Perkusi
Suara perkusi : Tympani
Dullness : Tidak ada
Ascites
Shifting dullness : Tidak ada
Fluid wave : Tidak ada

Auskultasi
Bising usus : Ada, normal
Bruit : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

f. CVA (Costo Vertebra Angle) : Nyeri ketok -/-

g. Lipat paha
Inspeksi
Tumor : Tidak ada
Pembesaran kelanjar : Tidak ada
Hernia : Tidak ada
Auskultasi : Tidak ada

Palpasi
Tumor : Tidak ada
Pembesaran kelanjar : Tidak ada
Pulsasi A femoralis : Tidak ada
Hernia : Tidak ada
Auskultasi A. Femoralis : Tidak dilakukan pemeriksaan

h. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

i. Sakrum : Tidak dilakukan pemeriksaan

j. Rektum & anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

k. Kaki & tangan


Inspeksi
Kulit : Tidak ada kelainan
Pergeakan : Tidak ada kelainan
Bentuk : Tidak ada kelainan
Clubing fingger : Tidak ada
Otot-otot : Tidak ada kelainan
Palmar eritema : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Rasa sakit : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pitting edema : Tidak ada
Lain - lain : Turgor kulit cukup

l. Sendi-sendi
Inpeksi
Kelainan bentuk : Tidak ada.
Tanda radang kulit : Tidak ada
Kulit : Tidak ada kelainan
Otot sendi : Tidak ada kelainan

Palpasi
Bentuk : Tidak ada kelainan
Cairan dalam sendi : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada

m. Neurologi
Reflek fisiologi KPR-APR :+/+ +/+
Reflek patologi :-/-
Rangsang meningen :-
III. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM

DARAH URINE FESES

Hb : 14 gr % warna : kuning warna : kuning


kecoklatan
Leukosit : 6100/mm³ kekeruhan : jernih bau : indol,skatol
Eritrosit : 4,8 juta/mm3 bau : amoniak konsistensi : lunak
Hitung jenis BJ : 1,017 lendir :-
Baso : 0% Reaksi : asam Darah :-
Eos : 3% Albumin :- parasit :-
Staff : 5% Reduksi : +2 Eritrosit :-
Segmen : 64% Uro :- Leukosit :-
Limfo : 26% Bil :- telur cacing :-
Mono : 2% sediment : sisa makanan : -
Leukosit : 3-5/Lp
Eritrosit : 1-2/Lp
Epitel : 1-3/Lp

L.E.D :70 / 100 mm/jam


Trombosit : 190.000 /mm3
C. R E S U M E

Penderita seorang laki-laki, berumur 73 tahun pensiunan PusDik Armed, sudah


berkeluarga masuk Rumah Sakit Dustira 7 hari yang lalu dengan keluhan utama lemah
badan. Pada anamnesa lebih lanjut didapatkan:
Sejak 1 bulan yang lalu penderita merasa lemah badan disertai peningkatan nafsu makan
dan sering merasa haus. Sering buang air kecil dan penurunan berat badan terjadi pula
pada penderita. Dan sejak 2 minggu yang lalu penderita mengeluh sering batuk-batuk
disertai dahak yang berwarna putih.
-Riwayat batuk berdahak selama 3 bulan dalam 2 tahun terakhir diakui
-Riwayat DM diakui sejak 1.5 tahun yang lalu dengan kontrol tak teratur

ANAMNESA TAMBAHAN
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
KU kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76x/menit, reguler, equal, isi cukup
Temperatur : 36,2°C
Pernafasan : 22x/menit
Sianose : tidak ada
Pucat : tidak ada
Keringat dingin : tidak ada
Pada pemeriksaan lebih lanjut :
Kepala : Muka : Puffy face tak ada
Mata : Sklera tidak ikterik
Konjungtiva tidak anemis
Oedem palpebrae tidak ada
Lidah : Bersih, tidak kering
Leher : KGB : Tidak membesar
Tonsil: T1-T1 Tenang
Pharing: Tidak hiperemis
JVP : Tak meningkat ( 5+0 cm H2O )
Thorax : Bentuk dan gerak simetris
Cor : BJ I dan II murni, reguler
Pulmo: VBS kiri = kanan
VF kanan menurun
VR kanan menurun
Abdomen : Datar, lembut
Hati, Hepar, Lien tak teraba
Ekstremitas : Dalam batas normal
Kulit : Turgor cukup
Pem. Lab : Darah: Dalam batas normal
Urine : Reduksi +2
Feses : Dalam batas normal

IV. DIAGNOSA BANDING :


DM tipe 2 + Bronkhitis kronis
DM tipe 2 + TBC Paru

Diagnosa Kerja:
DM tipe 2 + Bronkhitis kronis

Usul Pemeriksaan:
Kadar gula darah puasa dan postprandial
Kolesterol total/trigliserida
Ureum/Kreatinin
Thorax Photo PA

V. PENGOBATAN :
Umum : Diet DM 1700 kalori

Khusus : - OAD Short acting Glibencamid 5 mg (menunggu


pemeriksaan gula darah)
- OBH
- Ciprofloxasin 500mg 1-0-1

VI. PROGNOSA : Quo ad Vitam ad bonam


Quo ad functionam dubia ad bonam
Diabetes Melitus Tipe II
+ Bronkhitis Kronis
Diajukan sebagai tugas responsi
di bagian Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing:
H. Hikmat Permana dr.Sp.PD

Disusun oleh :
Deasy Ekayanti (41021091)
Aries Herawan (41021092)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CI MAHI
2003
Tinjauan Pustaka

Definisi Diabetes Melitus


Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif.

Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke
usus. Dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar. Karbohidrat
menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.semua itu
akan diserap oleh usus dan masuk kedalam pembuluh darah untuk diedarkan keseluruh
tubuh. Zat makanan tersebut akan mengalami proses metabolisme. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peranan dalam memasukkan glukosa kedalam sel, untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini merupakan suatu zat atau hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas.

Pankreas

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung. Didalamnya


terdapat pulau – pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon
insulin. Insulin inilah yang berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Disamping sel
beta ada juga sel yang memproduksi glukagon yaitu sel alfa. Glukagon ini bekerja
sebaliknya dari insulin.
Kerja Insulin

Insulin berfungsi untuk membuka pintu masuk glukosa kedalam sel, untuk kemudian
didalam sel dan dimetabolisasikan menjadi energi. Biloa insulin tidak ada maka glukosa
tidak dapat masuk kedalam sel, yang mengakibatkan glukosa tetap berada didalam
pembuluh darah, sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan kadar glukosa di
dalam darah. Dalam keadaan ini tubuh akan menjadi lemah karena tidak ada sumber
energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes tipe I atau IDDM (Insulin Dependan
Diabetes Mellitus).

IDDM atau DM tipe I

Pada tipe ini terjadi peradangan pada sel betainsulitis. Apabila terjadi reaksi autoimun
yang menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell
Antibody) maka sel beta akan dihancurkan. Selain akibat dari reaksi antibodi, insulitis
bisa disebabkan oleh virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes, dll. Yang
diserang pada insulitis itu biasanya hanyalah sel beta, sedangkan sel alfa dan delta (yang
mengeluarkan somastostatin) tetap utuh.

NIDDM atau DM tipe II

Pada diabetes jenis NIDDM (Non Insulin Dependan Diabetes Mellitus) jumlah insulin
normal, malah mungkin lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel lah yang berkurang. Resetor insulinyang berkurang akan mengakibatkan
kurangnya pula glukosa yang masuk kedalam sel, sehingga selain kekurangan bahan
bakar (glukosa), terjadi pula peningkatan glukosa dan insulin di dalam darah. Keadan ini
disebut resistensi insulin.
Faktor Resiko Diabetes

Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan. Namun faktor
keturunan saja tidak cukup. Diperlukan faktor lain yang disebut faktor resiko atau faktor
pencetus, misalnya infeksi virus, kegemukan, pola makan yang salah, konsumsi obat
yang menaikkan kadar glukosa darah, proses menua, stres, dll.

Epidemiologi

Jenis Diabetes

Diabetes Millitus tipe I

Kekerapan DM tipe I di negara barat kurang lebih 10 % dari DM tipe II. Di negara tropik
jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan
puncaknya pada masa akhil balig tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
Kekerapanb tertinggi ditemukan di Eropa Utara dengan Selatan, atau dengan kata lain ada
gradien antara utara dengan selatan dimana utara lebih banyak dari selatan. Dan akhir-
akhir ini tampak kekerapan DM tipe I meningkat di eropa, tidak seperti di AS yang rata-
rata stabil.

Diabetes Millitus tipe II

DM tipe II adalah jenis yang sering ditemukan. Timbul makin sering setelah umur 40
dengan catatan pada dekade ketujuh, kekerapan diabetes mencapai 3-4 kali lebih tinggi
daripada rata-rata orang dewasa. Pada keadaan dengan kadar gula tidak terlalu tinggi atau
belum ada kompilasi biasanya pasien tidak berobat kerumag sakit atau kedokter. Ada juga
yang sudah didiagnosis sebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien
tidak berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien diabetes yang tidak terdiagnosis
lebih banyak daripada yang terdiagnosis. Keadaan seperti ini masih terdapat di negara
maju. Kalau di negara maju saja sudah > 50% yang tidak terdiagnosis, dapat dibayangkan
berapa besar angka itu di negara berkembang, termasuk Indonesia. Pasti lebih besar dari
50%, jauh melebihi angka yang terdiagnosis. Ini berarti usaha pengobatan apalagi
pencegahan komplikasi akan mengalami hambatan. Kekerapan DM di Eropa n dan di
Amerika Utara berkisar antara 2-5%, sedangkan di negara berkembang antara 1,5-2%. Di
Indonesia berkisar antara 1,5-2,3% kurang lebih 15 tahun yang lalu, tetapi pada tahun
1993, survei terakhir di Jakarta menunjukkan kanaikan yang sangat nyata yaitu menjadi
5,7% tanpa intervensi yang efektiof, kekerapan DM tipe II akan meningkat disebabkan
oleh berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian
akibat infeksi dan meningkatnya faktor risiko yangdisebabkan oleh karena cara hidup
(lifestyle) yang salah seperti kegemukan, kurang gerak dan pola makan tidak sehat.

MRDM (Malnutrition Related DM)

Jenis ini sering ditemukan di daerah tropik dan negara berkembang. Bentuk ini biasanya
disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat
sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi sumber karbohidrat di
beberapa kawasan di Asia dan Afrika berperan dalam proses terjadinya penyakit ini. Di
Jawa Timur sudah dilakukan survei dan didapatkan bahwa kekerapan diabetes di
pedesaan adalah 1,47% sama dengan di perkotaan(1,43%). Sebesar 21,2% dari kasus
diabetes di pedesaan adalah MRDM.

Diabetes Gestasi

Diabetes gestasi adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini meliputi 2-5%
daripada seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada
janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.

Jenis diabetes lain

Ada beberapa jenis diabetes yang lain seperti tipe pankreas, karena kelainan endokrin,
insulinopati, resistensi insulin yang benar yang primer.
Gambaran Klinis

Dari sudt pasien diabetes melitus sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang
berobat ke dokter dan kemudian didiagnosis sebagai diabetes melitus ialah keluhan:

-Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul

-Kelainan ginekologis : keputihan

-Kesemutan, rasa gatal

-Kelemahan tubuh

-Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

-Infeksi saluran kemih

Dari berbagai penyelidikan diperoleh kekerapan terdapatnya keluhan yang berbeda-beda.


Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun daerah lipatan kulit
lain seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering
pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama tidak mau sembuh.luka ini
dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti,dsb.
Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien
datang kedokter ahli kebidanan dan sesudah diperiksa lebih lanjut ternyata diabetes
melitus yang menjadi latar belakang keluhan tersebut. Juga dalm hal ini, jamur, terutama
candida, merupakan sebab tersering timbulnya keluhan keputihan ini. Rasa baal dan
kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan juga keluhan pasien, disamping
keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki terkadang keluhan
impotensi menyebabkan ia datang berobat ke dokter. Keluhan lain yang mungkin
menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan
katarak, ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia. Mungkin pula keluhan kabur tersebut disebabkan kelainan pada corpus
vitreum. Diplopia binokular akibat kelumpuhan sementara otot bola mata dapat pula
merupakan salah satu sebab pasien berobat ke dokter mata.
Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnisis Dm
harys diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai.
Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan
cara enzimatik dengan bahan plasma vena. Untuk memastikan deiagnisis DM,
pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya
(yang melakukan program pemantapan kendali mutu secara teratur). Untuk memantau
kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Saat ini banyak dipasarkan alat
pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah
dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat
dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan dillakukan sesuai
dengan cara standar yang dianjurkan, terutama untuk memantau kadar glukosa darah.
Secara berkala, hasil pemantauan dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan
cara konvensional.

Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk umumnya


(mass-screening = pemeriksaan penjaring) tidak dianjurkan karena di samping biaya yang
mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada. Bagi mereka yang
mendapat kesempatan untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain (general
check-up), adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan
tersebut sangat dianjurkan. Pemeriksaan penyaringan berguna untuk menjaring pasien
DM, TGT (toleransi glukosa terganggu), dan GDPT (Glukosa darah puasa terganggu),
sehingga kemudian dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Peran aktif para
pengelola kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM dapat ditegakkan sedini mungkin
dan pencegahan sekunder dapat segera diterapkan. Pemeriksaan penyaring perlu
dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor resiko untuk DM, yaitu :

-Kelompok usia dewasa tua (> 45 tahun)

-Kegemukan [BB(kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)]


-Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)

-Riwayat keluarga DM

-Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram

-Riwayat DM pada kehamilan

-Dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl).

-Pernah TGT atan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)

Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah


sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan
penyaringnya negatif , pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan
bagi mereka yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan setiap 3 tahun.

Pasien dengan Toleransi Glukosa Terganggu dan Glukosa Darah Puasa Terganggu
merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok
TGT akan berkembang menjadi DM, 1/3 tetap TGT dan 1/3 lainnya kembali normal.

Adanya TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. Pada kelompok TGT ini tesiko
terjadinya arterosklerosis lebih tinggi daripada kelompok normal. TGT sering berkaitan
dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi dan dislipidemia.

Langkah-Langkah Untunk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien
wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih dari 200mg/dl sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
lebih dari 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa
keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal,
belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih
lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa
>126 mg/dl, kadar glukosadarah sewaktu >200mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil
tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rifai Amirudin, Ilmu Penyakit Dalam jilid I


Penerbit FKUI, Edisi ke 3 Tahun 2001.

2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,


Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia 1998

3. FKUI, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu


Penerbit Balai Penerbit FKUI Jakarta. Cetakan ke-2 2002.

Anda mungkin juga menyukai