PENYUSUN:
KATA PENGANTAR
dokter muda atau dokter dalam pelayanan primer yang dididik di Fakultas Kedokteran
Univesitas Hang Tuah yang sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2012.
Keterampilan klinik adalah keterampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa
kedokteran sebelum melakukan kepaniteraan klinik di rumah sakit, polikinik, puskesmas
atau tempat lainnya. Untuk itu mahasiswa/dokter muda diperkenalkan kepada kondisi klinik
sedini mungkin dan dibekali keterampilan klinik untuk dapat bekerja secara professional.
ModuL keterampilan klinik Kardiovaskuler ini meliputi beberapa keterampilan
diantaranya prinsip dan tehnik anamnesa/ wawancara medis, pemeriksaan kardiovaskuler dan
pembacaan EKG. Pelaksanaan di lakukan di ruang skill lab, dimana mahasiswa atau dokter
muda dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Tahap pembelajaran meliputi skill lab
terbimbing, yaitu mahasiswa/dokter muda dibimbing oleh seorang instruktur, dan bersifat
mandiri yaitu mahasiswa/dokter muda diberi kesempatan untuk belajar sendiri, sedangkan
pada saat responsi, mahasiswa diharapkan sudah mampu melakukan sendiri sambil
melakukan “peer assessment”.
Besar harapan penyusun “MODUL KETERAMPILAN KLINIK
KARDIOVASKULER” ini dapat mendukung proses pendidikan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hang Tuah. Terima kasih penyusun ucapkan kepada pihak-pihak
yang telah membantu penyusunan modul ini. Saran dan kritik akan kami diterima untuk
perbaikan dan kemajuan modul ini.
Tim penyusun.
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4
2. KURIKULUM KETERAMPILAN KLINIK KARDIOLOGI
………………....5
2.1 Tujuan pembelajaran umum …………………………………..……..…...5
2.2 Tujuan pembelajaran khusus ..…..………………………………...…….…5
3
1. PENDAHULUAN
Dalam bidang kedokteran, Kardiovaskuler merupakan bagian ilmu kedokteran yang harus
dipelajari, baik mengenai struktur anatomi, fungsi, kelainan/gangguan fungsi, penyakit
kardiovaskuler maupun kondisi lain yang berhubungan dengan system kardiovaskuler.
Dalam melakukan penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler, diagnosis penyakit harus
terlebih dahulu ditegakkan.
Akhir-akhir ini ilmu dan tehnologi kedokteran berkembang dan maju dengan pesat.
Terdapat banyak alat-alat dan fasilitas kedokteran yang tersedia, dan memberikan bantuan
4
yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit. Disamping kemajuan ilmu dan tehnologi
yang pesat ini, pemeriksaan fisik maasih mempunyai peranan yang penting dengan biaya
yang lebih murah.
Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit pernafasan, diperlukan pemeriksaan mulai
dari anamnesis, pemeriksaan fisik sampai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik
kardiovaskuler merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa/sarjana
kedokteran dalam menyelesaikan pendidikannya. Juga merupakan modal dasar untuk tingkat
klinik dalam menegakan diagnosis penyakit-penyakit sistem sirkulasi.
Modul ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa/dokter muda untuk mencapai
kempotensi dalam pemeriksaan sistem kardiovaskuler. Dengan mempelajari modul ini
diharapkan mahasiswa/dokter muda menguasai kemampuan dalam melakukan pemeriksaan
fisik jantung dan pembuluh darah sebagaimana tercantum dalam tujuan pembelajaran berikut.
Evaluasi diri adalah dalam bentuk ujian OSCE dimana mahasiwa berperan sebagai dosen
yang memeriksa pasien simulasi sesuai dengan kasus yang dibawakannya. Mahasiswa
akan dinilai oleh penguji berdasarkan ceklist yang telah disediakan
4. PEMERIKSAAN ANAMNESA
Anamnesa adalah menanyakan riwayat penyakit yang dilakukan dengan cermat.
Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan seksama merupakan modal
dasar yang tinggi nilainya (tingkatnya) dalam praktek kedokteran. Oleh karena itu setiap
dokter muda atau dokter harus menguasai sungguh-sungguh kedua hal yang mendasar
tersebut. Ketika melakukan anamnesa dan memeriksa penderita, pada saat itu pula harus
mencari keterangan tentang penderita tersebut.
Sebagai sumber riwayat sakit bisa penderita sendiri (autoanamnesis,
alloanamnesis), namun bisa juga orang lain (heteroanamnesis) : anggota keluarga, teman,
atau surat referal. Harus diperhatikan validitas data/ reliabilitas data yang diperoleh,
karena anamnesis seringkali dipengaruhi oleh daya ingat, pendapat pribadi, anggapan,
kepercayaan serta perasaan penderita.
Komponen anamnesis meliputi :
a. Identitas penderita
b. Keluhan utama
c. Riwayat sakit sekarang : anamnesis khusus
12
a. Identitas penderita
Identitas penderita seperti: nama, umur, alamat, pekerjaan, perkawinan, agama penting
diketahui, karena distribusi suatu penyakit tertentu lebih sering dijumpai pada profil
tertentu. Penyakit degenerative seperti hipertensi dan penyakit arteri koroner sering
dijumpai pada usia lanjut. Penyakit virus tertentu hanya dijumpai pada anak -
anak.Pekerjaan berperan penting atas penyakit misalnya asbestosis dapat menimbulkan
cor pulmonale.Suku bangsa tertentu lebih sering menderita penyakit tertentu karena
pengaruh ras
b. Keluhan utama (CC/ Chief complaint )
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa penderita untuk memperoleh
pertolongan.Biasanya diutarakan dalam bahasa penderita, singkat, satu atau 2 kata
saja.Keluhan utama diharapkan hilang setelah penderita sembuh.
c. Riwayat penyakit sekarang ( history of present illness, anamnesis khusus )
Dalam anamnesis khusus ini dianalisa keluhan utama serta gejala lain yang disampaikan.
Anamnesis khusus menguraikan bagaimana setiap keluhan yang timbul, deskripsi keluhan
tersebut sejak awal / timbul, dan perjalanan keluhan.
Diketahui pula tanggapan atas keluhan penderita tersebut.
Suatu keluhan, sperti keluhan nyeri dada misalnya, perlu dirinci mengenai :
- lokasi / dimana dirasakan
- menyebar kemana
- kwalitas : seperti apa
- kwantitas atau beratnya
- waktunya : kapan mulai, berapa lama
- sifat hilang timbul atau terus menerus
- faktor yang meringankan atau memberatkan, atau apa yang menimbulkannya
Karena anamnesis merupakan awal dari suatu usaha menengakkan diagnosis, maka
dalam anamnesis khusus paling tidak sudah harus diperoleh informasi mengenai
diagnosis banding.
13
Ditanyakan kesehatan anggota keluarga dekat. Adakah anggota keluarga yang sakit
jantung atau mati mendadak di usia muda? Kematian – kesakitan saudara, orang tua,
nenek – kakek juga penting diketahui antara lain mengenai penyebabnya.
g. Anamnesis system ( Review of the System / ROS )
Anamnesis system (Review of the System / ROS ) berguna untuk menjaring keluhan lain.
Biasanya dicatatan medik dituliskan dalam bahasa medik, namun menanyakannya pada
penderita harus dengan bahasa penderita. Agar tidak terlewatkan, ROS dilakukan dengan
menanyakan keluhan anggota badan dari atas ke bawah atau sesuai sistem organ.
1. Dari atas ke bawah
Kepala, dada, abdomen, extremitas
2. Anamnesis per sistem
- Sistem kardiovakuler : orthopnoe, edema, PND, dyspnea d’effort, nyeri angina
- Sistim respirasi : sesak nafas, batuk sputum, batuk darah, nyeri dada, demam
- Sistim urogenital :kencing sering, kencing malam, nyeri kencing, sulit kencing
- Sistim otot, persendian : edema, nyeri sendi, nyeri gerak
- Sistim saraf dan pancaindera : sakit kepala, kelumpuhan, aphasia
- Sistim pencernaan : nafsu makan, mual, muntah, diare, obstipasi
- Sistim endokrin : berat badan
- sesak makin berat dalam posisi terlentang sehingga pasen memilih posisi tegak atau
setengah duduk (orthopneu)
- saat tidur malam pasen tiba-tiba terbangun akibat sesak dan merasa kekurangan
oksigen sehingga membuat pasen mencari posisi tegak atau membuka jendela untuk
berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya (paroxysmal nocturnal dysneu)
Diagnosa banding sesak yang harus disingkirkan dg. anamnesa adalah
- penyakit paru (batuk, dahak -produktif berwarna, panas, kumat2an, nafas berbunyi)
- emboli paru massif ( sesak, nyeri dada, syok)
- cedera otak ( CVA, trauma kepala)
- hipertensi pulmonal
- kelainan metabolik asidosis/alkalosis ( ginjal/uremia, diabetes-KAD, peny hati,
keracunan)
- kelainan psikis (sindroma hiperventilasi)
- tempat ketinggian dengan kadar oksigen rendah
- obesitas atau kurang gerak
- lansia
- kehamilan
- anemia.
Apabila sudah dipastikan sesak nafas akibat gangguan fungsi jantung berdasarkan data
subjektif dan objektif misalnya:
- kardiomegali,
- bising,
- aritmia,
maka diagnosa fungsional diklasifikasikan sbb:
CATATAN:
16
Setiap keluhan gangguan pernafasan, ingat pada teori anatomi dan fungsi sistem pernafasan,
terdiri dari saluran nafas; organ pembantu pernafasan, dipengaruhi sistem saraf sentral,
psikhis, metabolik asam basa. Urutkan penyakit saluran pernafasan dari mulut sampai ke
alveoli, parenkhim dan pleura.
-pankreatitis akut,
-perikarditis, pleuritis,
-nyeri muskuloskeletal,
-gastritis, gastroenteritis akut,
-neurosa psikogenik,
-pasca Herpes Zoster,
-hernia hiatal.
CATATAN:
Memudahkan sistimatika diagnosa banding nyeri dada adalah sbb
a. cardiac :
- penyakit koroner :
- kronik atau AP stabil
- Akut ( sindrom koroner akut)
- non-koroner :
- penyakit katup (stenosis aorta/pulmonal/mitral; Mvprolaps)
- cardiomyopathy hypertrophic
b. non-cardiac : sda
Dugaan angina pektoris harus selalu diikuti rincian faktor risiko yang memungkinkan
terjadinya insufisiensi arteri koroner, tentukan stratifikasi risikonya; bila risiko sngat tinggi
maka keluhan yang tidak khas atau ringan tetapi ada gangguan perfusi, harus dievaluasi
kemungkinan gejala sindrom koroner akut.
Apabila sudah dipastikan bahwa nyeri dada akibat insufisiensi koroner maka harus
ditentukan apakah akut (sindrom koroner akut) atau kronis ( Angina stabil); bila akut harus
dibedakan apakah kemungkinan mengarah ke angina pektoris tidak stabil/preinfark atau
infark miokard akut, selanjutnya ditentukan STEMI atau NSTEMI. Bila angina pektoris
menahun yang kumat-kumatan, disebut angina pektoris stabil, maka harus ditentukan berat
ringannya menurut CCS sbb.
Klasifikasi angina pektoris menurut Canadian Cardiovascular Society:
Kelas I : angina saat aktifias berat, tidak timbul pada aktifitas rutin
Kelas II : angina timbul saat aktifitas rutin sehari-hari
Kelas III : angina timbul saat aktifitas ringan sehingga aktifitas rutin sangat terhambat
Kelas IV : angina timbul saat istirahat
18
Mekanisme timbulnya nyeri pada angina pektoris tidak jelas, diduga iskemi miokard
menimbulkan rangsang mekanik atau kimiawi pada reseptor miokard dan di transmisikan ke
korteks serebral kemudian dijalarkan ke permukaan dada dan seterusnya.
5.3. Berdebar
Yaitu sensasi yang berhubungan dengan denyut jantung, sangat dipengaruhi faktor psikis,
dapat berupa perasaan debar jantung yang cepat atau tidak teratur, serasa denyut jantung ada
yang hilang/terhenti, rasa berdentam didada dll.
Harus dipikirkan adanya aritmia berupa denyut ekstra/ekstra sistol atrium/ventrikel,
takiaritmia, bradiaritmia dll.
Yang paling penting adalah apabila ada aritmia menentukan apakah mengganggu sirkulasi
yaitu gejala insufisiensi serebral (mbliyur, sinkop); angina, sesak nafas, hipotensi, akral
dingin, lemah.
5.4. Sinkop
Sering didahului perasaan mbliyur, gelap sekejap, sampai jatuh tidak sadar beberapa saat,
biasanya tidak lebih dari 5 menit.
Penyebab umum sinkop bisa kelainan saraf (mis.RIND, epilepsi), gangguan psikis (neurosa)
atau kelainan jantung
Kelainan jantung dengan gejala sinkop biasanya akibat:
stenosis aorta
stenosis pulmonal
kardiomiopati hipertropik
Tetralogy of Fallot
hipertensi pulmonal primer
aritmia - bradi-takiaritmia (Sick sinus syndrome dengan serangan Adam-Stokes = hilang
kesadaran sesaat akibat berkurangnya aliran darah ke otak).
Kasus terbanyak adalah karena reaksi vasomotor atau vasodepresor, biasanya terjadi saat
posisi berdiri, dapat akibat rasa nyeri hebat, emosi, melihat sesuatu yang mengerikan dll.
Reaksi ini menyebabkan penurunan tahanan perifer dan penurunan tekanan darah, membaik
bila berbaring.
Pada neuropati diabetik terjadi ganggun sistem saraf otonom sehingga refleks vasokonstriksi
hilang pada saat berdiri.
19
Terdapat pula pada orang yang tengah menggunakan obat diuretik, vasodilator atau
antihipertensi.
Sinkop sinus karotikus terjadi akibat rangsang tonus vagus sehingga timbul hipotensi dan
bradikardia, bahkan pada kasus berat terjadi sinus arrest yang dapat berakibat fatal dan sering
diperlukan pemasangan pacu jantung permanen
5.5. Sianosis
Harus dibedakan jenis sianosis perifer / vasokonstriksi perifer akibat faktor tertentu (takut,
dingin, syok ) atau sianosis sentral ( warna kebiruan akibat hipoksi sistemik, tampak di
tempat hangat seperti mukosa mulut, konyuktiva, lidah dll. )
Penyebabnya : penyakit jantung bawaan dengan pirau / shunt dari kanan ke kiri (Tetralogy of
Fallot, sindrom Eisenmenger), edema paru dan penyakit paru.
5.6. Edema
Biasanya edema tungkai makin berat sore hari, berkurang pagi hari, bila payah jantung tidak
segera diatasi akan terjadi tumpukan cairan berupa asites, hepatomegali, efusi pleura, skrotum
membengkak, gangguan saluran cerna.
Paling sering terjadi pada kardiomiopati dilatatif baik primer atau sekunder, stenosis
mitral dan Cor-pulmonale dekompensata
Diagnosa banding :
hipoalbumin (sirosis hati , sindrom nefrotik, nefropati),
miksedema,
angioneuretik edema,
obstruksi saluran limfe/vena.
5.7. Lain-lain
Sputa rubra/frothy sputum : batuk dengan sputum berbuih kemerahan akibat sembab paru
atau hipertensi pulmonal.
Lemah dan kurus akibat curah jantung yang rendah
Nocturia (kencing malam hari) karena saat tidur posisi tubuh datar sehingga arus balik darah
ke atrium kanan meningkat menimbulkan ketegangan dan merangsang hormon diuretik
atrium
Sulit menelan akibat tertekannya esofagus oleh pembesaran atrium kiri
20
Suara serak bila ada penekanan nervus laryngeous recurent pada anurisma aorta dan
pembesaran atrium kiri.
TEKANAN DARAH merupakan hasil kelipatan dari 2 faktor; pembuluh darah dan
volume darah
Tekanan Darah = Volume darah/menit X tahanan perifer
Tingginya tekanan darah hampir selalu akibat tahanan pembuluh darah perifer yang
meningkat sebab volume darah biasanya konstan kecuali pada kelebihan cairan misalnya
pada gagal ginjal kronik.
Pemeriksaan dilakukan pada lengan kanan dan bila perlu bandingkan dengan lengan kiri atau
paha, terutama pada anak muda dengan hipertensi.
Lebar manset disesuaikan dengan lengan penderita, bayi (1,5 in.), anak (3in.), dewasa (5 in.=
12,5 cm), obesitas (8 in.), paha (10 in.).
Pengukuran dilakukan 3 X dan diambil rata-rata, alat yg dianjurkan Spygmomanometer air
raksa (tensimeter aeroid boleh dipakai tapi harus sering di tera).
pertama kali ketukan paling lemah ( Korotkoff-1 ), mulai jelas ( Korotkoff -2 ) , paling
keras ( Korotkoff-3 ), mulai melemah ( Korotkoff-4 ), mulai menghilang ( Korotkoff-5 ).
- Tekanan sistol adalah Korotkoff-1, diastol adalah Korotkoff-5, kecuali pada kasus beda
tekanan sistol-diastol yang menyolok (insufisiensi aorta, hipertiroid. anaemi, beri-beri)
dipakai Korotkoff-4 dan yang dicantumkan 2 angka diastol Korotkoff 4-5 (mis.160/60-0
mmHg)
7.4.1. PALPASI
Hasil inspeksi selanjutnya dilengkapi dengan palpasi
Pada palpasi yang perlu diperhatikan:
a. Letak trakea dan letak iktus kordis.
b. Adanya denyutan pembuluh darah, getaran (thrill), masa, edema dan nyeri tekan.
Gunakan seluruh telapak tangan untuk meraba sepenuh perasaan agar supaya dapat
ditentukan letak iktus, adanya pulsasi, getaran, pukulan penutupan 4 katup jantung.
Ujung jari dipakai untuk meraba iktus yg lemah, telapak tangan distal baik untuk meraba
getaran/thrill (bising keras =/>derajat-4) bagian proksimal baik untuk meraba iktus yg kuat
angkat.
25
Iktus kordis ditentukan letaknya / punctum maksimum untuk menentukan besar jantung,
normal tidak melewati midklavikula, kuat angkat bila jari diatasnya tampak jelas bergerak
turun naik, melebar bila lebih dari 2 jari.
Hipertrofi ventrikel kiri akibat beban tekanan menyebabkan kuat angkat tetapi tidak melebar
sedangkan dilatasi karena isi sekuncup besar, beban pengisian meningkat mengakibatkan kuat
angkat, melebar, prekordial hiperaktif karena iktus menyatu dengan pulsasi.
Suara jantung –1 teraba mengeras di apeks pada stenosis mitral, P2 mengeras di basis kordis
pada hipertensi pulmonal atau orang kurus.
Thrill di apeks akibat kelainan katup mitral, di basis akibat kelainan pulmonal dan aorta
(stenosis), VSD,PDA,Koarktasio aorta. Tentukan fasenya ,penjalarannya, lebarnya.
Hati-hati adanya perubahan letak iktus akibat dextroposisi pada tumor paru yg mendesak
jantung atau fibrosis yg menarik jantung dan dextrocardia.
7.3 PERKUSI
Perkusi merupakan salah satu pemeriksaan yang penting dalam melakukan
pemeriksaan fisik pada penderita. Perkusi berguna untuk menentukan densitas jaringan
dibawah rongga dada, apakah jaringan dibawah rongga dada terdiri dari udara, cairan atau
bentuk padat, dan juga untuk menentukan batas-batas paru hepar, batas-batas jantung dan
peranjakan diafragma. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan perkusi
adalah : suara-suara perkusi paru normal, patologis seperti redup, pekak, hipersonor dan
timpani. Selain itu juga untuk menentukan ada tidaknya keredupan di belakang sternum
bagian atas.
Macam-macam cara melakukan perkusi:
1. Cara langsung (“immediate percussion”): yaitu dengan satu atau dua ujung jari
langsung memukul dinding dada.
2. Cara tidak langsung (“mediate percussion”) Yaitu dengan cara jari tengah bagian
volar tangan kiri sebagai landasan perkusi (“pleksimeter”), dan ujung jari tengah
kanan sebagai alat pemukul (“pleksor”)
3. Perkusi palpatoir : Bagian volar dari ujung jari sebagai pemukul dirasakan
getarannya.
Cara melakukan perkusi:
Hanya ruas ujung (phalanx II-III) jari tengah yang diletakkan pada dinding dada dengan
sedikit ditekan (“Hyperextend”), sedangkan jari-jari lain sedikit diangkat, supaya tidak
menghambat getaran. Sendi siku di fiksasi pada posisi setengah fleksi, hanya
26
pergelangan tangan saja yang bergerak sebagai titik tumpu (fulcum). Pleksor bergerak
tegak lurus ke bawah memukul pleksimeter dengan sentakan (staccato). Pukulan harus
singkat, tajam dan ringan dengan “recoil” yang segera.(Hood Alsagaff)
Bila “recoil” lambat, maka getaran akan terhambat, sebaliknya bila perkusi terlalu keras,
maka getaran akan luas dan menembus jauh kedalam, sehingga kelainannya akan luput.
Pada perkusi dinding dada, hanya dapat menentukan densitas dibawahnya sedalam 5-7
cm, sedangkan kedalaman lebih dari itu, tidak dapat ditentukan dengan perkusi. (Bates’)
Dengan perubahan posisi, maka suara yang ditimbulkan pada perkusi dapat berubah
karena perubahan letak organ. Oleh karena itu perkusi dilakukan dengan posisi tegak,
kecuali dalam keadaan tertentu seperti pasien dalam kondisi lemah atau tidak dapat
duduk. Perkusi perbandingan dilakukan pada daerah-daerah yang simetris dan identik
yang dalam keadaan normal terdapat struktur yang sama. Untuk mendapatkan perkusi
hipersonor pada orang yang sehat dapat dilakukan pada daerah kanan bawah belakang
pada keadaan inspirasi maksimal.(Hood Alsagaff)
Setelah dipahami suara-suara perkusi, kemudian dilakukan perkusi diseluruh lapangan
paru, dan ditentukan batas-batas (beri tanda) dan macam-macam suara perkusi yang
ditemukan baik pada waktu bernafas biasa, maupun pada waktu akhir inspirasi.
Perkusi pada efusi pleura dengan jumlah cairan kira-kira mengisi sebagian hemitoraks
akan ditemukan batas (keredupan) berbentuk garis lengkung yang berjalan dari lateral
atas ke medial bawah yang disebut garis “Ellis-Damaisseaux”
27
AUSKULTASI
Urutan auskultasi : apeks-lateral-aksila; paraternal kiri bawah ke basis / sela iga-2; dan
sepanjang parasternal kanan.
Dengarkan SJ-1;2;3;4, bising, gunakan bergantian stetoskop diafragma dan bell Stetoskop
bell untuk nada rendah (SJ 3 + 4, bising mid diastol pada stenosis mitral), diafragma untuk
nada tinggi (SJ-1;2, opening snap, klik ejeksi, bising regurgitasi).
Suara jantung –1 (S1) : menandai mulainya fase sistol terutama karena menutupnya mitral
(M1), hampir bersamaan bunyi ringan menutupnya trikuspid (T1). Splitting S1 jarang karena
komponen T1 lemah, yg sering S4 akhir diastol dikira splitting S1, splitting akibat T1
menjauh bila ada gangguan konduksi di ventrikel kanan (RBBB, pacemaker di ventrikel kiri,
ekstrasistol ventrikel kiri) atau kelainan mekanik (ASD, stenosis trikuspid, anomali Ebstein).
Intensitas S1 tergantung pada:
- posisi katup AV saat sistol ventrikel
- struktur katup (normal/ menebal)
- peningkatan tegangan dan tekanan ventrikel
Pada sindrom preeksitasi terjadi kontraksi dini ventrikel saat katup AV membuka lebar maka
S1 keras, bila P-R memanjang maka katup AV mulai saling mendekat/menutup saat kontraksi
ventrikel sehingga S1 lemah. Pada hipertensi berat tegangan ventrikel kiri tinggi dan M1
menutup lebih cepat diikuti kontraksi sehingga lemah.
28
Bila kontraksi atrial hilang ( fibrilasi atrium dan ekstrasistol ventrikel yg terjadi setelah
S2/fase diastol) maka S1 mengeras.
Penebalan katup (stenosis mitral) tanpa gangguan gerakan membuka katup menimbulkan S1
mengeras, tetapi bila sudah terjadi kalsifikasi dan gerakan sangat terbatas maka S1 melemah.
Peningkatan tekanan dan tegangan ventrikel dalam waktu cepat pada olah raga, hipertiroid,
anaemi, kehamilan maka S1 mengeras.
Suara jantung –2 (S2) : akibat menutupnya katup aorta (A2) diikuti pulmonal (P2) dan
menandai mulainya fse diastol.
Intensitas tinggi bila tekanan diastol ventrikel meningkat (hipertensi), melemah bila pola
penutupan katup semilunar berubah akibat penebalan dan kalsifikasi atau dilatasi ring dan
melebarnya komisura pada arteritis sifilis (Takayashu). P2 disebut mengeras bila inten
sitasnya melebihi A2, mis. hipertensi pulmonal (pulmonal dan ventrikel kanan mendekati
dinding dada), giant left atrium dg hipertensi pulmonal ringan pada insufisiensi mitral dapat
mendorong jantung ke anterior.
S2 tunggal pada kalsifikasi stenosis aorta/pulmonal, TOF, anomali Ebstein, efusi perikard,
emfisema, obesitas.
Splitting fisiologis terjadi karena pengaruh respirasi terhadap arus balik darah vena ke
jantung. Inspirasi menurunkan tahanan vaskuler paru karena volume rongga dada bertambah,
tahanan sistemik tetap sehingga yg terpengaruh pengisian ventrikel kanan sehingga
meningkat dan pengosongannya terlambat, berakibat P2 menjauhi A2, saat ekspirasi
perbedaan waktu ejeksi kedua ventrkel tidak terjadi, A2 dan P2 saling mendekat, splitting
hilang.
Splitting lebar terjadi bila waktu ejeksi kanan terlambat mis. RBBB, stenosis infundibuler
/ pulmonal / supravalvuler, hipertensi pulmonal berat, waktu ejeksi kiri memendek
(regurgitasi mitral berat, VSD)
Splitting “fixed” pada ASD karena adanya 2 sumber pengisian atrium kanan (venous return
dan dari atrium kiri) terjadi kelebihan beban pengisian ventrikel kanan; saat inspirasi dari
vena meningkat sedang dari atrium kiri berkurang, saat ekspirasi dari vena berkurang, dari
kiri bertambah, akibatnya volume pengisian ventrikel kanan konstan dg waktu ejeksi
memanjang. Hal seperti ini terjadi pada pirau bidirectional dan payah jantung kanan.
Spliting paradoxal bila aorta terlambat menutup sehingga didahului P2 mis. LBBB, stenosis
aorta, PDA, pacemaker ventrikel kanan.
29
Klik Sistolik terjadi saat sistol karena tegangan mendadak dinding aorta/pulmonal saat
ejeksi/pembukaan katup stenosis diikuti semburan darah dg kecepatan tinggi.
Klik aorta terdengar di basis, kadang di apeks lebih kers, tidak dipengaruhi respiras, terjadi
pada aneurisma aorta asenden, koarkasio aorta, hipertensi dg dilatasi aorta stenosis katup dan
insufisiensi aorta.
Klik pulmonal terdengar di daerah pulmonal,tidak menjalar, intensitas dipengaruhi respirasi
(lemah/hilang saat inspirasi,keras saat ekspirasi) terdapat pada hipertensi pulmonal (PHT),
stenosis katup ringan, dilatasi a.pulmonal, tidak ada pada stenosis infundibuler. Pada TOF
adanya klik pulmonal mengesankan stenosis katup pulmonal.
Klik mid/late sistol umumnya berasal dari prolaps katup mitral, dipengaruhi volume
diastolik seperti mengepal-kepalkan tangan, tindakan Valsava, perubahan posisi.
Klik katup prostetik biasanya intensitasnya tinggi, bila menurun berarti ada gangguan fungsi.
Opening snap (OS) pada stenosis mitral (90%),di apeks dan basis, beda dari S3,4 karena
lebih dini, tajam, frekuensi tinggi,kadang teraba,sulit dibedakan dg P2, diduga akibat gerakan
menurun anulus saat mitral akan membuka.Jarak dg A2 menentukan beratnya stenosis, makin
dekat makin berat, OS hilang pada kalsifikasi mitral dan gerakan yg sangat jelek. Hal sama
terjadi pada trikuspid.
Suara jantung –3 (S3): akibat pengisian cepat / aliran pasif awal diastol saat beda tekanan
atrioventrikel tinggi, disebut gallop ventrikel, terdengar di apeks pada posisi badan miring
kekiri. Normal pada orang muda, abnormal pada umur >40 th ( gangguan elastisitas ventrikel,
menurunnya fraksi ejeksi dan peningkatan volume diastol ). S3 ventrikel kanan lebih sulit
terdengar, biasanya di xyphoid atau parasternal kiri bawah
Suara jantung –4 (S4): akibat kontraksi atrium disebut gallop atrial/presistolik, abnor mal,
terjadi bila tahanan pengisian ventrikel meningkat, menurunnya kemampuan kembang
(distensibility), gangguan hemodinamik. Terdengar pada hipertensi, PJK, kardiomiopati, aorta
stenosis, infark akut, angina pektoris, anemia,hipertiroid, fistula perifer, cor pulmonale,
hipertensi pulmonal, stenosis pulmonal.
Gallop sumasi bila S3 dan S4 berhimpitan/menyatu, keras, terjadi pada takikardi, bila S3 dan
S4 terdengar terpisah maka terdengar irama seperti tapak kaki kuda (quadruple).
Pericardial knock atau bunyi saat diastol pada perikarditis konstriktif, mirip OS atau S3,
terdengar disemua area, menyolok karena intensitas tinggi, diduga sama dg S3.
Friction rub pada perikarditis, intensitas tinggi, tajam, keras dekat telinga, terutama dg posisi
condong kedepan saat ekspirasi dalam, terjadi pada 3 fase siklus jantung akibat perubahan
kedudukan jantung terhadap perikard saat sistol atrial, iktus kordis, pengisian cepat ventrikel.
30
Hilang bila efusi banyak, bisa terdapat pada minggu I IMA karena sindrom Dressler (efusi
pasca IMA).
Bising:timbul bila ada aliran turbulensi, sifatnya tergantung pada aliran dan celah katup,
intensitasnya tidak tergantung pada beratnya kerusakan. Pada kasus berat aliran jadi lambat
dan bising yang timbul melemah tetapi adanya lesi kecil dengan aliran yang tinggi
menimbulkan bising yang keras.
Derajad intensitas bising dibagi menjadi 4 :
Derajat 1: sulit didengar
Derajat 2: terdengar lemah
Derajat 3: intensitas sedang
Derajat 4: keras, ada thrill
Derajat 5: lebih keras dan thrill tapi tetap harus didengar dengan stetoskop
Derajat 6: terdengar tanpa stetoskop
Bising sistolik ejeksi : asal dari stenosis pulmonal atau aorta di basis jantung, frekuensinya
tinggi sehingga baik dengan stetoskop diafragma, meninggi ntensitasnya
pada midsistol, makin lama terdengarnya puncak bising menunjukkan
stenosis makin berat. Pada orang tua akibat penebalan dan fibrosis.
Bising pansistol : asal dari regurgitasi mitral atau trikuspid, dimulai dengan S1 dan terdengar
selama fase sistol, dengan latihan, bisa ditentukan akhir bising apakah saat
A2 atau P2 untuk menentukan asalnya dari kanan atau kiri.
Membedakan bising sistolik ejeksi dengan pansistol sering sulit namun dengan konsentrasi
pada suara jantung biasanya akan dapat dibedakan bila
-A2 terdengar jelas di apeks mumgkin bising ejeksi
-A2 terdengar di basis tapi tidak di apeks maka mungkin mitral regurgitasi
-mengeras setelah denyut ektopik, sedangkan bising regurgitasi tidak
berubah bising ejeksi
-gerakan tangan mengepal terus menerus meningkatkan tekanan darah akan
memperkeras bising regurgitasi tapi memperlemah bising ejeksi. -bising
sistolik aorta menjalar ke leher
-bising sistolik regurgitasi mitral menjalar ke aksila
Bising sistolik fisiologis (innocent murmur) akibat aliran meningkat melalui katup normal
misalnya kehamilan, anemia, tirotoksikosis. Intensitasnya berubah sesuai respirasi, postur
tubuh dan latihan/exercise. Sering pada anak dengan dada tipis
31
Bising muskulus papilaris akibat robek atau disfungsi, atau ruptur khorda menimbulkan
bising kresendo dekresendo akibat insufisinsi mitral yang terdengar luas di prekordium.
Bising awal diastol : mulai segera setelah S2 asal dari regurgitasi aorta atau pulmonal dan
berakhir segera dengan pola dekresendo. Bila berasal dari aorta akan terdengar baik di RSI 3-
4 dengan posisi pasien duduk membungkuk kedepan dan menahan ekspirasi
Bising mid-diastol timbul karena pengisian cepat ventrikel melalui stenosis mitral/ trikuspid
atau miksoma atrial dan regurgitasi aorta yang berat menimbulkan hambatan pengisian
ventrikel kiri (bising Austin Flint) dan di pulmonal disebut bising Graham Steel. Posisi
miring kekiri akan memperjelas bising.
Bising akhir diastol / presistolik : asal dari kontraksi atrial pada stenosis mitral/trikuspid,
Tidak terdapat pada fibrilasi atrium.
Bising kontinyu / machinery terdengar pada fase sistol dan diastole pada PDA, sering S2
tidak terdengar karena tertutup bising yang keras.
S1 A2 P2 M1t1 P2A2 S4 S1 S2
SJ normal, split normal split paradoksal S4/SJ presistolik
32
S1 S2 S3 S1 K S2 S1 S2 OS
Ronki kering
Ronki kering disebabkan lewatnya udara melalui penyempitan saluran nafas, inflamasi
atau spasme saluran nafas seperti pada bronchitis atau asma bronchial. Ronki kering lebih
dominant pada fase expirasi terdengar “squeking” dan “grouning”, pada saluran yang
lebih besar adalah deep tone grouning (sonorous) dan pada saluran yang lebih kecil
terdengar squeking dan whistling (sibilant). Ronchi kering dengan berbagai kwalitas
frekwensi pitchnya disebut musical rales (seperti pada penderita asma bronchial)
Pemeriksaan nadi
5 Periksa nadi radialais dan tentukan
- Frekwensi
- Teratur atau tidak, denyut ekstra
- Isi
- Simetri
- Equalitas
- Amplitudo tentukan pulsus alternans
- Bandingkan dengan denyut jantung adakah pulsus defisit
6 Pemeriksaan nadi dorsalis pedis kanan dan kiri bandingkan
36
12 Ukur tinggi garis tegak lurus dari titik angulus Luis ke garis yang
ditarik datar setinggi puncak pengisian vena
INSPEKSI DADA
19 Tentukan bentuk dada yang mengarah ke penyakit
kardiovaskuler
20 Tentukan jenis pernafasan apakan ada pernapasan abnormal
(Kusmaull, Cheyne Stokes, Biot dll)
40
36 Adakah Bising ?
Tentukan :
- Punctum maximumnya di area apa
- Fase sistol diastol atau kontinyu
- Sifat bisingnya meniup halus atau menggenderang, kasar
- Penjalaran sesuai turbulensinya
- Intensitasnya keras atau lemah, bila 4 lebih timbul getar
- Nadanya tinggi atau rendah
43
Keterangan Skor
Surabaya, ………………………..20….
0 Tidak dilakukan sama sekali Instruktur
1 Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 Dilakukan dengan sempurna (………………………)
I. PENGANTAR
A. Definisi
Elektrokardiogram adalah gambaran aktifitas listrik jantung yang direkam diatas kertas
grafik yang harus diketahui oleh dokter muda cara merekam dan interpretasi
sederhananya
B. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu menyiapkan,
melaksanakan, membaca serta menginterpretasikan hasil elektrokardiogram secara benar.
Tujuan khusus :
1. Mampu menentukan diagnosa terutama kondisi gawat jantung
2. Mampu membuat rekaman EKG
44
C. Waktu :
Minggu I : setiap dokter muda telah mengerjakan EKG dan menginterpretasikan
secara mandiri
D. Tempat :
Ruang Pav jantung RSAL Dr Ramelan, berkolaborasi dengan perawat ruangan
II. PRASYARAT :
Memiliki pengetahuan penggunaan alat perekam EKG
Mengerjakan EKG pada penderita dengan etika dan tata cara yang benar berkolaborasi
dengan perawat ruangan
2. Sistim konduksi
45
Sel miokard dapat menjawab rangsang dengan menunjukkan perubahan potensial aksi
(depolarisasi) diikuti kontraksi sel miokard dan proses repolarisasi disertai relaksasi.
Sekumpulan sel miokard dapat menimbulkan potensial aksi atau menjadi generator, dalam
keadaan normal diselenggarakan oleh nodus SA yg terletak pada batas vena cava superior dan
atrium kanan, memiliki sifat otomatisitas yg tertinggi dalam sistim konduksi jantung. Melalui
sistim konduksi aksi potensial ini akan diteruskan ke seluruh atrium kanan dan kiri dan lewat
konduksi internodal akan menuju ke ventrikel melalui nodus AV. Konduksi dalam nodus AV
lebih lambat sehingga dibutuhkan waktu lebih lama sampai ke ventrikel. Berkas His yg
pendek keluar dari nodus AV menembus annulus fibrosus dan septum interventrikel untuk
selanjutnya terpisah menjadi 2 cabang His kanan dan kiri dan akan berakhir di serabut
Purkinye yg bersinggungan dengan sel miokard. Nodus AV dan awal berkas His disebut
sebagai area juntional
atrium dan gelombang QRS – T sebagai aktifitas ventrikel ( ingatlah bahwa gelombang QRS
selalu memiliki gelombang T, maka jangan lupa untuk dideteksi bersama QRS, terutama pada
irama yg cepat)
proyeksi sesuai dengan vektor listrik, selanjutnya arah sumbu listrik dapat ditentukan
angkanya
Gambar bidang frontal dan sumbu listrik pada bidang frontal serta gambaran komplek satu
siklus kardiak:
KRITERIA EKG
3. ARITMIA ATRIUM
A. SupraVentricle Tachycardia (SVT):
- QRS sempit (diikuti gel.T), cepat (≥150), teratur
- Gel p tidak tampak
B. Atrial Fibrilation (AF) :
50
- QRS sempit (gel.T jelas/tdk); tidak teratur, bisa tampak cepat normal lambat
bersamaan
- Gel p sangat cepat, sangat tidak beraturan, kadang bisa tidak jelas / hampir
isoelektrik
- Bila gel. P teratur, sangat cepat, seperti gergaji, disebut atrial FLUTTER
C. Junctional Rythm/tachycardia :
- Gel. P arahnya (-) / kebawah di I,II, frekwensi bisa normal/cepat
- Lain-lain normal
4. ARITMIA VENTRIKEL
A. Ventricle tachycardia (monomorphy) :
- QRS jelas, lebar/bizzare, cepat, teratur/tidak
- Gel.p tidak tampak
B. Ventricle fibrilation
- QRS jelas/tidak, sangat cepat, sangat tidak teratur
- Kadang hanya tampak sebagai getaran
C. Polymorphy VT ( Torsade d’ Pointes / Td’P)
- QRS jelas, lebar/bizzare, cepat, teratur/tidak
- Arah gel.QRS berpilin pd sumbu isoelektrik, berubah-ubah arah dari
positif/negatif kearah negatif/positif, amplitudo gel QRS berubah
5. BLOCK
A. AtrioVentricle block (AVB) – gelombang P teratur, letak kelainan di interval PR
1. 1st °-AVB :
- Interval PR > 0,20sec
2. 2nd °-AVB
- Tipe I : interval PR normal dan memanjang, ada gel.P tanpa QRS
- Tipe II: interval PR konstan, normal/memanjang, ada gel P tanpa QRS
- 2:1 – AVB : gel.p teratur, setiap 2 gel.p berurutan, hanya 1 yg diikuti gel
QRS
3. 3rd ° / high °- AVB :
- 3 atau 4 gel.p yg berurutan, hanya gel.p terakhir yg diikuti gel QRS
4. TOTAL – AVB
- Gel.P muncul teratur dg frekwensi tertentu
51
5. PENYAKIT KORONER
A. Iskemia
- Segmen ST depresi lebih dr 1mm
- Bentuk depresi horisontal, landai keatas, landai keatas
B. Infark akut
- Gel.T tinggi dan lebar
- Segmen ST-T elevasi
- Gelombang Q patologis
C. Infark lama
- Gel.Q patologis
- Segmen ST isoelektris
- Gel T positif atau inversi
D. Lokasi
- Inferior : II, III, avF
- Posterior : V1 bayangan kaca
- Septal : V1-4
- Anterior : V2-5-6; luas + I, avL
- Lateral : V5-6 ; high lateral I,avL
52
6. EXTRA SYSTOLE
A. Atrial : AES – PAC
- Irama dasar sinus disela oleh aktifitas ekstra dari atrium sehingga muncul gel.P yg
berbeda dari irama dasar dg gel QRS sesuai dg qrs dasar
- Irama dasar berikut berjarak kurang dari 2xPP normal – kompensatori inkomplit
B. Ventricle : VES – PVC
- Irama dasar sinus tetap tidak terganggu ( gel.P mungkin tertutup VES)
- QRST lebar dan bizzare
- Tidak didahului gel.p
- Jarak QRS didepan dan dibelakang VES = 2xRR – kompensatori komplit
C. Ekstrasistol bigemini, tigemini; pairing/couplet, salvo, nonsustained
7. ABNORMALITAS ATRIUM
A. ABNORMALITAS ATRIUM KANAN – RAA
1. Gel.P tinggi lebih dari 2,5 mV di II, II, avF
2. Lebar ≤0,11sec
3. P dominan positif di V1 ≥ 1,5mm
B. Abnormalitas atirum kiri
1. Gel P lebar ≥ 0,12 sec di II
2. Gel.P berlekuk, ada 2 puncak
3. Gel. P dominan negatif di V1; lebar 0,04 sec dalam 1 mm
8. ABNORMALITAS VENTRIKEL
A. Abnormalitas ventrikel kanan
1. Rasio R/S yang terbalik :
• R/S di V1 >1
• R/S di V6 <1
2. Sumbu QRS pada bidang Frontal bergeser ke kanan, meskipun belum RAD.
3. Beberapa kriteria tambahan (tak begitu kuat):
- WAV di V1 >=0,035 detik,
- depresi ST dan inversi T di V1;S di I, II, dan III.
53
CATATAN: kelainan segmen ST-T tidak boleh dibaca sebagai PJK (IMA/iskemia)
Keterangan
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan dengan cara yang tidak berurutan atau melupakan bagian
tertentu
2 = Melakukan dengan beruntun tetapi tidak lancer
3 = Melakukan dengan sistematis, berurutan dan lancer
PENILAIAN :
18
Surabaya, ……………………….20..
Instruktur
(…………………..)
DAFTAR PUSTAKA :
10. Essentials of ACLS; Textbook of Advanced cardiac life support, AHA 1994 p-1-40-47
11. Essential of ACLS; Advance cardiac life support; AHA 1997 p.1-40-47
12. The Acute Pulmonary Edema, Hypotension and Shock; ACLS – The reference
textbook; ACLS for experience providers; AHA 2003 p.37
13. Handbook of Emergency Cardiovascular care for healthcare providers; AHA updated
2006
14. ESC guideline. Executive summary of the guidelines on the diagnosis and treatment
of acute heart failure.The task force on acute heart failure of the ESC; European heart
journal; p 384;26/4-2005
15. THE ALAN E. LINDSAY ECG LEARNING CENTER Frank G. Yanowitz,
M,Professor of Medicine University of Utah School of Medicine Medical Director,
ECG Department LDS Hospital, Salt Lake City, Utah
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------