Anda di halaman 1dari 4

PERBEDAAN SKOR PENANDA FIBROSIS NON-INVASIF PADA PENDERITA SIROSIS HATI DENGAN

DAN TANPA DIABETES


MELLITUS
RIZKA FADILA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Sirosis hati adalah suatu keadaan terjadinya

perubahan dari fibrosis menuju terjadinya gangguan

arsitektural hati yang disertai dengan pembentukan

nodulus regeneratif. Keadaan ini akan menyebabkan

penurunan massa dan fungsi sel hati serta gangguan pada

aliran darah. Proses patologis ini dipandang sebagai

hasil akhir dari beberapa tipe kerusakan hati kronik

(Bacon, 2010).

Pada tahun 2004, sirosis hati menjadi penyebab

kematian nomor 18 tertinggi dimana terdapat 772 ribu

kematian yang merupakan 1.3 persen dari total kematian

pada semua usia. Data menunjukkan dari 772 ribu

kematian, 210 ribu terjadi di Asia Tenggara. Di

Indonesia, pada tahun 2004, total kematian akibat

sirosis adalah 23.983 orang sedangkan total disability-

adjusted life year (DALYs) akibat sirosis adalah

473.200 orang (WHO, 2004; World Hepatitis Alliance,

2010).

Diabetes mellitus (DM) sendiri dapat menyebabkan

penyakit hati yang diawali dari keadaan metabolik yang


1
PERBEDAAN SKOR PENANDA FIBROSIS NON-INVASIF PADA PENDERITA SIROSIS HATI DENGAN
DAN TANPA DIABETES 2
MELLITUS
RIZKA FADILA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

disebut NAFLD (Non Alcoholic Fatty Liver Disease).

Kondisi DM ini dapat diiringi dengan obesitas,

dyslipidemia, dan hipertensi. NAFLD merupakan

manifestasi hepatik dari sindroma metabolik dan dialami

oleh sekitar 20% pasien DM tipe 2. Pada NAFLD, DM

menjadi faktor risiko untuk steatohepatitis non-

alkoholik dan penyakit hati progresif lanjutan. Pasien

dengan diagnosis fatty liver sebelumnya akan

meningkatkan risiko untuk mengalami penyakit hati yang

bermakna dan karsinoma hepatoseluler pada tingkat yang

lebih lanjut. Risiko relatif kematian dari sirosis

lebih besar dibanding penyakit kardiovaskular pada

pasien diabetes (De Marco et al., 1999; Moscatiello et

al., 2007).

Selain sebagai penyebab, diabetes juga dapat

menjadi komplikasi dari sirosis hati. Keadaan

resistensi insulin bisa dilihat pada sekitar 80% pasien

dengan sirosis, dan 20-63% dari keadaan ini akan

berkembang menjadi diabetes (diabetes hepatogen).

Resistensi insulin yang terjadi pada kasus diabetes

hepatogen akan meningkatkan kegagalan respons terhadap

pengobatan sirosis dan meningkatkan risiko fibrosis.

Selain itu, pasien dengan sirosis yang disertai

diabetes lebih sering terkena komplikasi penyakit


PERBEDAAN SKOR PENANDA FIBROSIS NON-INVASIF PADA PENDERITA SIROSIS HATI DENGAN
DAN TANPA DIABETES 3
MELLITUS
RIZKA FADILA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sehingga akan menyebabkan tingkat kematian yang lebih

besar pula (Moscatiello et al., 2007; Garcia-Compean et

al., 2009).

Test fibrosis non-invasif seperti indeks FIB-4

atau aspartate aminotransferase(AST) to platelet ratio

index (APRI) merupakan metode baru dalam menilai

tingkat fibrosis hati. Sistem skoring ini dikembangkan

mengingat selama ini biopsi hati, yang merupakan teknik

yang invasif, mahal, dan memiliki risiko komplikasi

serta kemungkinan terjadinya variasi intra dan inter-

observer dalam interpretasinya, masih menjadi baku emas

untuk menilai tingkat fibrosis. Analisis sebelumnya

menunjukkan bahwa indeks FIB-4 dan APRI merupakan

prediktor yang kuat untuk penilaian fibrosis hati pada

pasien dengan hepatitis C kronik dan hepatitis B kronik

dengan kenaikan enzim hati (Wang et al., 2012).

1.2 Perumusan Masalah


Apakah terdapat perbedaan skor FIB-4 dan atau

APRI pada penderita sirosis hati dengan dan tanpa

diabetes mellitus?
PERBEDAAN SKOR PENANDA FIBROSIS NON-INVASIF PADA PENDERITA SIROSIS HATI DENGAN
DAN TANPA DIABETES 4
MELLITUS
RIZKA FADILA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui apakah terdapat perbedaan skor FIB-4

dan atau APRI pada penderita sirosis hati dengan dan

tanpa diabetes mellitus.

1.4 Manfaat Penelitian


Bagi pasien, hasil penelitian ini dapat membantu

dalam menentukan prognosis penyakit sirosis hati. Bagi

peneliti, hasil berupa pembuktian hipotesis dapat

bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya

maupun aplikasi dalam praktik kedokteran. Sedangkan

bagi institusi dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan kedokteran.

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan

penelitian-penelitian yang terdahulu. Dalam penelitian

ini, akan dilihat perbedaan skor penanda fibrosis non-

invasif (FIB-4 dan APRI) pada pasien sirosis dengan dan

tanpa diabetes mellitus. Penelitian terdahulu dengan

fokus penelitian sirosis hati yang terkait diabetes

adalah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai