Anda di halaman 1dari 50

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (alveoli), terjadinya pneumonia pada balita sering kali kebersamaan

proses infeksi akut bronkus, bisa disebut bronkopneumoni (Misniadiarly,

2012).

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada

masa kanak-kanak dan sering terjadi pada bayi, yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur dan benda asing (Hidayat, 2012).

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Somabtri,

2014).

Dari berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa, pneumonia

adalah peradangan yang terjadi pada parenkim paru baik itu disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur dan benda asing yang sering terjadi pada anak-anak

ataupun balita.

2.1.2 Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh:

1. Bermacam golonga microorganisme, yaitu:

a. Bakteri : setoptococus pneumonia, stephylococus aureus

b. Virus : influenza, parainfluenza,adenofirus


c. Jamur :kandidiasis,histoplasmosis, aspergiposis, cocidioidoimicocis,

criptococosis, pneumocytiscarini.

d. Aspirasi : makanan, cairan lambung.

e. Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas

2. Virus antara lain :

a. Virus influenza

b. Virus parainfluenza

c. Adenovirus

d. Rhenovirus

e. Virus herpes simpleks

f. Mikroplasma (menyerang anak diatas usia belita)

(Misnadiarly,2012).

2.1.3 Tanda Dan Gejala

Menurut Nursalam (2008), tanda dan gejala pneumonia berdasarkan

kelasifikasinya :

1. Pneumonia berat ditandai dengan gejala seperti:

a. Adanya tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau

menetek dan selalu memuntahkan semuanya,kejang-kejang atau anak

tidak sadar (letargis).

b. Terdapat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, suara whizing

dan ronchi.

c. Terdapat stridor atau suara bunyi nafas saat inspirasi.

d. Pernfasan cuping hidung.


e. Terdapat gejala sianosis atau kulit kebiru-biruan kekurangan oksigen.

f. Umur bayi kurang dari dua bulan yang disertai nafas cepat 60

x/menit.

2. Pneumonia sedang ditandai apabila terdapat gejala:

a. Nafas cepat (sesak nafas) yang dimaksud adalah:

1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50x/menit atau lebih.

2) Anak 1-5 tahun frekuensi nafas 40x/menit atau lebih.

b. Ada tarikan dinding dada bagian bawah.

c. Ada gejala whizing.

d. Ada demam.

e. Kesadaran masih baik.

3. Bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau

penyakit sangat berat (Nursalam, 2011) tanda dan gejala bukan

pneumonia:

a. Batuk dan filek biasa

b. Tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah

c. Tidak ditemukan nafas cepat

d. Tidak ada sesak nafas

2.1.4 Patofisiologi dan WOC

Bakteri, virus, jamur atau benda asing penyebab pneumonia terhisap

lalu masuk ke dalam alveoli, di dalam alveoli terjadi proses peradangan

sehingga mengakibatkan peningkatan suhu dan infeksi, karena terjadinya

infeksi menyebabkan kerja sel goblet menjadi meningkat dan memicu


peningkatan jumlah sputum sehingga terjadi akumulasi sputum di jalan nafas.

Meningkatnya jumlah sputum di jalan nafas mengakibatkan sputum tertelan ke

lambung, sehingga terjadilah peningkatan ke asaman di lambung karena

sputum yang bersifat basa, sehingga mengakibatkan mual dan muntah

(Sumarti, 2014).

Eksudat dan serous masuk ke dalam alveoli, mengakibatkan

peningkatan konsentrasi protein cairan alveoli yang mempengaruhi tekanan

hidrostatik dan osmosis meningkat dan mengakibatkan akumulasi cairan di

alveoli dapat mengakibatkan gangguan pertukaran gas, cairan di alveoli yang

dapat menekan syaraf mengakibatkan timbulnya nyeri pleuritik. Eritrosit dan

leukosit yang mengisi alveoli mengakibatkan konsolidasi di alveoli dan paru,

compliantce paru menurun sehingga mengakibatkan pola nafas tidak efektif

(Nursalam,2011).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan menunjang menurut Egram (2011), meliputi:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositesis

dengan predominan polimorfonuklear.Leukosit menunjukan prognosis

yang buruk.

b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm.

Protein diatas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa

darah.

c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan

dapat menyokong diagnosa.

d. Kadang ditemukan anemia ringan dan berat.

2. Pemeriksaan mikrobiologi

a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau

sputum darah,aspirasi trakhea fungsi pleura, aspirasi paru.

b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura

atau aspirasi paru.

3. Pemeriksaan imunologis

a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat.

b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman

penyebab pneumonia.

c. Spesimen: darah atau urin.


4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap

mikroorganisme penyebab pneumonia:

a. Pneumonia pneumonokokus: gambaran radiologinya bervariasi dari

infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata

(bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu

lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran konsolidasi

lobus jarang ditemukan.

b. Pneumonia streptokokus, gambaran radiologik menunjukan

bronkopneumonia difus atau infiltrate interstialis. Sering diderita efusi

pleura yang berat, kadang terdapat adenopatihilus.

c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologinya tidak khas pada

pemulaan penyakit, infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak

kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau

hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya penekanan (65%),

<20% mengenai kedua paru.

Diagnosa pneumonia dipastikan dengan poto dada (X-ray) dan

uji laboratorium, namuntempat-tempat yang tidak mampu

dilaksanakannya, kasusu dugaaan pneumonia dapat ditetapkan secara

klinis dari gejala klinis yang ada. Pedoman untuk yemuankasus

pneumonia dari WHO telah ada sehingga dengan cara sedehana dan

mudah, pemberian dapat berperan penting dalam mengenal secara dini

gejala pneumonia pada anak dan memberikan pengobatan secara

cepat
2.1.6 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Menurut Ngastiah, penatalaksanaan medis pada pneumonia adalah:

Pengobatan berdasarkan etiologi dan uji resitensi, akan tetapi, karena hal

itu perlu waktu dan klien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang

diberikan:

a. Penisilin 50000 u/kg bb/hari, ditambah dengan cluoromfenikol 50-70

mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum

luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas

demam 4-5 hari.

b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan

campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 :1

ditambah larutan HCl 10%, 500 ml/ botol infus.

c. Karena sebagian klien jatuh kedalam metabolik akibat kurang

makanan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan

hasil analisis gas darah arteri.

d. Klien pneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.

2. Penatalaksanaan keperawatan

1. Menjaga kelancaran

1. Pernafasan pada anak

Pernafasan pada anak dengan pneumonia berat dalam keadaan

dispneu dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya

lendir didalam broncus/paru:


1) Agar anak dapat bernafas secara lancar, lendir tersebut harus

dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan 02 perlu dibantu

dengan mengeluarkan 02 21x/menit secara nasal.

2) Pada anak yang agak besar (sudah mengerti) berikan sikap

setengah duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti

ikat pinggang, kaos yang agak sempit.

3) Ajarkan jika ia batuk lendirnya harus dikeluarkan dan

katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan maka sesak

yang dialami tidak akan segera sembuh (sediakan kertas tisu

dan tempat penampungan).

4) Berikan kepada anak agar ia tidak selalu miring ke arah dada

yang sakit, boleh duduk atau miring ke bagian dada yang

lain.

2. Pada bayi

1. Berikan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan

ganjalan dibawah bahu.

2. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita,atau celana yang ada

karetnya.

3. Hisaplah lendir dan berikan O2secara teratur sampai 21x/menit.

4. Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada saat terlihat lendir

didalam mulut, pada waktu akan memberikan miuman,

mengubah sikap berbaring atau tindakan lain.


5. Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah

infus lancar.

2. Kebutuhan istirahat

Anak dengan pneumonia adalah klienlemah, suhu

tubuhnyatinggi,sering hipereksia, maka klien perlu cukup istirahat,

semua kebutuhan pasien harus dibantu di tempat tidur. Usahakan

pemberian obat secara tepat. Pengambilan bahan pemeriksaan atau

pemberian suntikan jangan dilakukan saat klien sedang tidur. Usahakan

keadaan tenang dan nyaman agar klien dapat istirahat sebaik-baiknya

atau terlalu rapat karena dapat menyebabkan sesak nafas.

3. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Anak pneumonia hampir slalu mengalami masukan makanan

yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masuk

cairan yang kurang dapat menyebabakan dehidrasi dan kekurangan

kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% NaCl 0,9% dalam

perbandingan 3:1 ditambah HCl 10 meq/500ml/botol infus. Pada bayi

yang masih minum ASIekslusif, bila tidak terlalu sesak ia boleh

menetek, selain memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada waktu

bayi menetek puting susunya sering-sering dikeluarkan untuk

memberikan bayi bernafas.

4. Mengontrol suhu tubuh

Anak dengan pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami

hiperpireksia. Untuk ini maka suhu tubuh harus dikontrol tiap jam selain
usahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin

dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah

suhu tubuh sudah turun

2.1.7 Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Pneumonia

Banyak factor resiko yang menyebabkan terjadinya pneumoni pada

balita(Depkes 2004),diantaranya :

1. Factor resiko yang terjadi pada balita

Salah satu factor yang berpengaruh pada timbilnya pneumoni dan

berat ringannnya penyakit adalah daya tahan tubuh balita.daya tahan

tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:

a. Keadaan gizi

Gizi adalah factor yang sangat penting bagi timbulnya

pneumi.tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik

seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh

dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan

beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia (Dailure,2000).

b. Status imunisasi

Kekebalan dapat dibawasi secara bawaan, keadaan ini dapat

dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini

balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya

bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap

mempertahankan kekebalan yang ada padabalita (Depkes RI, 2004).

Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan


kematian akibat peneumoni adalah dengan pemberian imunisasi.

Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan

dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

c. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selainsebagai

bhan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit

dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan

virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu factor

risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita

(Dailure, 2000).

d. Umur anak

Umur merupakan factor risiko yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak

umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini

dikarenakan status kerentanan anak dibawah 2 tahun belum

sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit

(Daulaire,2000).

2. Factor lingkungan

Lingkungan khususnya perumhan sangat berpengaruh pada

peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan

sempit, kotoran dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan

balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menukar


dan terinfeksi oleh berbagi kuman yang berasal dari tempat kotor

tersebut(depkes RI,2004),yang berpengaruh diantaranya:

a. Ventilasi

Ventilasi berguna untuk penyediaan udara kedalam danpengeluaran

udara kotor dari tempat yang tertutup.termasuk ventilasi adalah

jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas

lantai.kurangnya ventilasi akan menyebabkan naikknya

kelembaban udara.keklembaban yang tinggi merupakan media

untuk berkembangya bakteri terutama baktero

pantogen(semedi,2001).

b. Volusi udara

Pencemaran udara yang terjadidi dalm rumah umumnya disebabkan

oleh volusi di dalam dapur.asap dari bahan bakar kayi merupakan

factor resiko terhadap kejadian pneumoni pada balita.volusi uadar di

dalam rumah juga dapat disebabkan oleh asap rokok,kompor

gas,alat pemanas ruangan,dan juga akibat pembakaran yang tidak

sempurna dari sepeda motor(lubis.1989)

2.1.9 Pencegahan penyakit peneumonia

Untuk mencegah pneumonia perlu p1artisipasi aktif dari

masyarakat atau keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia

sangat dipengerahui oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan

pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada

balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :


1. Perawatan selama masa kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berat badan lahir rendah, perlu gizi

ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup

bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta

pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi

selama kehamilan.

2. Perbaikan gizi balita

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena

malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi

neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya,

tidak terkontaminasi serta mengandung factor-faktor antibody sehingga

dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus

dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif

lebih tahan infeksi dibandingkan balita yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur

9 bulan, imunisasi DPT(Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu

pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memberikan anak sedini mungkin apabila terserang batuk

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai

untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk

yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.


5. Mengurangi polusi di dalam dan diluar rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap

diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa

balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu

asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin,

perubahan cuaca dan masuk angin sebagai factor yang member

kecendrungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran

pernapasan. Karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang

penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat

menularkan peneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini

menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.

Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran

napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita

salesma (radang selaput lender pada hidung), tetapi sebagian besar

mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi

2.2 Asuhan Keperawatan anak dengan pneumonia

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan

yang langsung diberikan pada klien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan pada

standar keperawatan dalam lingkup/wewenang serta tanggung jawab keperawatan

(Nursalam, 2012).
Asuhan Keperawatan pada anak dengan pneumonia diberikan sesuai tahap-tahap

dalam proses keperawatan sebagai berikut :

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian meupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini dibutuhkan

pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat

diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau bio-psiko-sosial dan spiritual,

bagi manusia yang memandang manusia dari segi aspek biologis,pikologis,

sosial dan tinjauan dari aspek spiritual juga pengetahuan akan kebutuhan

pengembangan manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasarnya)

pengetahuan darikonsep sehat dan sakit,pengetahuan tentang patofosiologi dan

penyakit yang dialami,pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya

serta nilai keyakinan yang dialami klien ( Hidayat, 2011).

1. Data demografi

a. Identitas klien : nama,umur (lebih sering terkena pada bayi dan balita

karena sistem pertahan tubuh masih belum stabil), penyakit pneumonia

dapat terjadi pada semua jenis kelamin, suku/bangsa, agama,alamat (lebih

berisiko terkena pada lingkungan yang kumuh, kotor atau dengan rumah

yang peroses pencahayaan dan ventilasi kurang karena dengan kondisi ini

mempercepat pertumbuhan bakteri atau virus penyebab pneumonia).

b. Identitas penanggung jawab: nama orangtua,umur,jenis

kelamin,pendidikan (karena tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat


pemahaman penanggung jawab tentang kondisi penyakit klien dan cara

mengatasi penyakit klien),agama,pekerjaan, alamat, data ini sangat

diperlukan karena penanggung jawab adalah orang yang bisa perawat

hubungi saat akan dilakukan suatu tindakan.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Biasanya keluhan utama yang sering timbul pada pneumonia adalah

yang ditandai keluhan menggigil,demam lebih dari 400C sesak, batuk,

disertai sesak bunyi nafas menggi, whezing, ronchi, pernafasan cuping

hidung, letergis, kejang-kejang (Nursalam, 2011).

b. Riwayat penyakit saat ini

Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan

berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus kekuning

kuningan,ke hijau hijauan,peningkatan prekuensi nafas lebih dari 40

x/menit, sesak, demam lebih dari 380C dan sesak(Muttaqin, 2012).

c. Riwayat penyakit dahulu

Biasanya pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran nafas atas

infeksi pada hidung dan tenggorokan),resiko tinggi timbul pada klien

dengan riwayat alkohol,infeksi pernafasandan klien dengan

immunosupresi (kelemahan dalam sistem imun) (Nursalam, 2011).


d. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit batuk

pilek atau influenza karena batuk pilek dan influenza adalah penyebab

awal dari pneumonia (Nursalam, 2011).

e. Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Antenal

Pada saat ibu hamil,pernah mengalami kelainan atau penyakit apa

yang pernah diderita ibu dan apakah pernah memeriksakan

kehamilannya serta riwayat penggunaan alkohol untuk mengetahui

resiko terkena pneumonia.

2) Natal

Apakah selama persalinan mengalami gangguan dan melahirkan

dimana secara normal atau kelainan adanya asfiksia.

3) Post natal

Bagaimana keadaan bayi baru lahir,sehat atau tidak,penilaian apgar

skor normal (7-10).

f. Riwayat imunisasi

Anak yang tidak dapat imunisasi BCG beresiko tinggi untuk mendapat

penyakit infeksi saluran pernafasan seperti pneunomia karena sistem

pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat melawan infeksi sekunder.


Table 2.3.1 Dosis dan cara pemberian imunisasi
N Vaksin Dosis Cara Jumlah Interval Waktu
O pemberian pemberia pemberian
n
1 BCG 0,05 cc Ic 1x 0-11 bulan
2 DPT Hb 0,5 cc Im 3x 4 minggu 2-11 bulan
combo
3 Hepatitis B 0,5 cc Im 3x 4 minggu 0-11 bulan
4 Polio 2 tetes Oral 4x 4 minggu 0-11 bulan
5 Campak 0,5 cc Sc 1x 9-11 bulan
6 TT 0,5 cc Im
(sumber:Depkes, 2010).

g. Riwayat alergi
Biasanya riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
3. Riwayat bio, psiko, sosial, spiritual (Virginia Handerson):
a. Pernafasan
Pada anak dengan pneunomia ditemukan nafas tersengal-sengal yang dalam
dan cepat diikut henti nafas yang ditandai dengan denyut jantung yang cepat
dan tampak lemah dan pernafasan yang semakin lemah, anak tanpak sianosis
respirasi lebih dari 40-50x/ menit.
b. Eliminasi
Biasanya pada kasus pneunomia yang perlu dikaji pada eliminasi adalah
frekuensi jumlah dan konsistensi BAB dan BAK.
c. Nutrisi
Biasanya pada anak dengan pneumonia terjadi penurunan nafsu makan
sehingga anak diberikan cairan prenteral untuk mencukupi kebutuhan
elektrolit cairan, kalori juga mengoreksi dehidrasi, asitosis metabolik dan
hipoglekemi.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada anak dengan pneumonia biasanya ditemukan gangguan istirahat tidur
karena adanya sesak dan demam.
e. Kebutuhan keseimbangan tubuh
Biasanya anak dengan pneumonia keseimbangan tubuh/pergerakannya agak
lambat karena terganggu oleh sesaknya.
f. Kebutuhan personal hygine
Biasanya personal hygineakan dibantu oleh orang tua dan perawat.
g. Kebutuhan berkomunikasi
Biasanya anak dengan pneumonia akan menangis jika BAB atau
BAK,begitu juga bila anak merasa sesak maka anak akan menangis.
h. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya anak dengan pneumonia menunjukan rasa tidak aman dan nyaman
dengan menangis seperti jika merasakan perubahan pada tubuhnya anak
akan menunjukan dengan cara menangis dan merasa aman bila bersama
ibunya.
i. Kebutuhan berpakaian
Biasanya anak dengan pneumonia berpakaian akan dibantu oleh perawat
ataupun keluarganya.
j. Pengaturan suhu tubuh
Anak dengan pneumonia basanya akan mengalami hipertermi (> 380 C)
dengan suhu tubuh normal 36,5-37,50 C.
k. Kebutuhan spiritual
Biasanya pada anak kebutuhan spiritualnya masih tergantung pada orang
tuanya seperti orang tuanya mengajarkan berdoa keda anaknya.
l. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada anak dengan pneunomia tidak mampu beraktifitas seperti biasanya
apabila dalam keadaan lemah kesadarannya menurun apalagi respon
terhadap ransangan serta tonus ototpun menurun.
m. Kebutuhan belajar
Biasanya pada anak dengan pneunomia kurang mampu mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan sekitarnya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum biasanya meliputi ringan,sedang dan berat.
b. Kesadaran
Pada bayi dengan pneunomia menunjukan tingkat kesadaran yang menurun
dan biasa sampai koma.
c. Tanda-tanda vital
1) Pada anak HR (lebih dari110 x/menit), suhu (lebih dari 380C) dan RR
(lebih dari 50 x/menit).
2) Antropometri
Rumusan cara mencari berat badan normal:
a) Perkiraan berat badan dengan kilogram
(1) Lahir : 3,25 kg
(2) 3-12 bulan : 1/2x(usia dalam bulan +9) kg
(3) 1-6 tahun : 2x(usia anak dalam tahun)+8 kg
b) Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter
(1) Lahir : 50 cm
(2) Umur 1 tahun : 75 cm
(3) 2-12 tahun : 6 x (usia anak)+77cm
c) Periksa Lingkar Lengan atas dalam sentimeter
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1-3 tahun : 16 cm
(3) 1 tahun : bertambah 5 cm/tahun
d) Periksa lingkar lengan atas dalam sentimeter
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1 tahun : 16 cm
e) Pemeriksaan dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT):
IMT = Berat badan (BB) Kg
(Tinggi badan (TB) m)2
Keterangan:
< 16 : Malnutrisi
16-19 : BB kurang
20-25 : Normal
26-30 : BB lebih
31-40 : Kegemukan sedang menuju berat
>40 : Kegemukan yang tidak wajar
d. Pemeriksaan head to toe:
Tabel 2.3.2 Pemeriksaan fisik head to toe
Head to Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
toe
Kepala Bentuk kepala Teraba - -
bulat atau benjolan
lonjong, tidak
kebersihan
rambut, warna
rambut hitam
atau pirang, tidak
ada lesi
Mata Tampak simetris - - -
kiri-kanan,
konjungtiva
anemis, seklera
ikterik, area
gelap di kelopak
mata.
Hidung Adanya - - -
pernafasan
cuping hidung
Wajah Tampak sianosis - - -
Gelisah
rewel/menangis
Mulut Warna - - -
pucat,kemerahan,
sianosis, pecah-
pecah tidak, gusi
berdarah atau
tidak, lidah
bersih atau tidak.
Telinga Ada secret tidak Ada nyeri - -
tekan
tidak
Leher Tidak tampak - - -
pemebsaran
kelenjar tiroid
Dada Ada tarikan - - Biasanya
dinding dada bunyi
tidak whezing
atau ronchi
pada
pneumonia.
Tidak ada
bising aorta
dan mur-
mur, suara
jantung S1
“Lup”, S2
“Dup”
Abdomen Tampak Ada nyeri Ada tidak Peristaltic
kembung tidak, tekan bunyi 3-5 x/menit
ada lesi tidak tidak nyaring
khas
kembung
Ekstremitas Replek bisep (+), Akral - -
trisep (+), teraba
kekuatan otot (1- hangat
5) atau
panas.
Genetalia Bersih tidak, ada - - -
lesi.
Integument Tampak sianosis, - - -
turgor kulit
menurun normal
(2-5 detik)

5. Pemeriksaan penunjang
a. Foto rotgen dada (chest x-ray)
Teridentifikasi penyebaran misalnya lobus bronchia, dapat juga
menimbulkan muliple abses empisema (staphilococus),penyebaran atau
lokasi infiltrat (bakterial),atau penyebaran ekstensif infiltrat, pada pnemonia
myckroplasma, gambaran chest x-raymungkin bersih.
b. Pulse oxymetri
Abnomalitas mungkin timbul tergantung luasnya kerusakan paru.
c. Kultur sptum dan darah atau gramstain
Mendapatkan dengan needle biopsi, transtracheal aspiration, fiberotic
bronchoscopy atau biopsi paru terbuka atau untuk mengeluarkan organisme
penyebab,atau didapatkan lebih dari satu jenis kuman,seperti staphylococus
aureus, hemolitye streptococus dan haemophilus influenza
d. Hitung darah lengkap atau Coplete Blood Count (CBC)
Leukositosis biasanya timbul, biarpun nilai sel darah putih rendah pada
infeksi virus, LED (Untuk laju endap darah biasanya ditemukan meningkat).
e. Tes serologik
Membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran
udara meningkat, complience menurun dan akhirnya terjadi hipoksia.
g. Elektrolit
Biasanya pada kasus pneumonia sodium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin
Biasanya pada kasus pneumonia bilirubin meningkat
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah pasien
adapun analisa data dapat pada pneumonia sebagai berikut:
Table 2.3.3 Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds : biasanya ibu klien Jamur, virus, protozoa, Bersihan jalan
mengatakan anaknya sesak benda asing
nafas tidak
dan batuk di sertai dahak
Do : efektif
1. Terdapat sputum Masuk ke alveoli
2. Terdapat stridor atau
nafas bunyi saat
inspirasi Proses peradangan
3. Ronchi, wheezing
4. RR meningkat (lebih
dari 40 x/menit) Infeksi
5. Sianosis
6. Gelisah
7. Rewel/menangis Kerja sel goblet
meningkat

Akumulasi sputum di
jalan nafas
2 Ds : biasanya ibu klien Peningkatan konsentrasi Pola nafas
mengatakan anaknya sesak. cairan alveoli
tidak efektif.
Do :
a. Terdapat tarikan dinding
dada Tekanan hirostatik
b. Frekuensi nafas lebih meningkat, tekanan
dari 40x/menit osmosis meningkat
c. Sianosis
d. Terdapat whizing
e. Terdapat sputum Difusi

Akumulasi cairan alveoli


3 Ds :biasanya ibu klien Jamur, virus, protozoa, Hipertermi
mengatakan anaknya benda asing
demam.
Do :
a. Suhu tubuh lebih dari Masuk ke alveoli
380C
b. Badan kemerahan
c. Anak rewel Proses pradangan
d. Akral hangat
e. Kulit memerah
f. Ibu gelisah
4 Ds : biasanya ibu klien Jamur,virus,protozo, Nutrisis kurang
mengatakan anaknya tidak benda asing
dari kebutuhan
ada nafsu makan.
Do :
a. Nafsu makan menurun Masuk ke alveoli
b. BB menurun
c. Anak lemas
d. Bising usus meniingkat Proses pradangan
atau menurun
e. Tampak lemah
f. Denyut nadi lemah Infeksi
g. Muntah

Produksi sputum
meningkat

Tertelan ke lambung

Peningkatan asam
lambung

Mual,muntah (anoreksia)
5 Ds : biasanya ibu klien, Pneumonia Kurang
mengatakan tidak
pengetahuan
mengetahui tentang penyakit
anaknya. Masuk rumah sakit orang tua
Do :
a. Ibu klien tidak
mengetahui penyebab Stressor hospitalisasi
dan tanda gejala
penyakit anaknya
b. Ibu akan banyak
bertanya Kurang informasi
c. Ibu tidak kooperatif
dalam proses perawatan
6 DS: biasanya ibu klien Hospitalisasi Kecemasan
mengatakan merasa cemas
dengan kondisi anaknya saat Perpisahan
ini.
DO:
a. Tampak ibu gelisah, Lingkungan baru
anak rewel
b. Ibu tanpak bingung
Tindakan invasif

Situasi krisis

Cemas

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasikan

dan membentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi,menghilangkan

atau mencegah,masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawab

(Tarwoto&Wartonah, 2011).

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum

dijalan nafas ditandai dengan biasanya ibu klien mengatakan anaknya

batuk disertai dahak,terdapat sputum,terdapat stridor atau bunyi napas

saat inspirasi, RR lebih dari 40 x/menit.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan di alveoli

ditandai dengan biasanya ibu klien mengatakan anaknya sesak, terdapat


tarikan dinding dada, frekuensi nafas lebih dari 40-60x/menit,terdapat

pernafasan cuping hidung, sianosisi.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan

biasanya ibu klien mengatakan anaknya demam,suhu tubuh lebih dari

380C akral hangat, kulit tanpak memerah.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia

(mual,muntah) ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak ada

nafsu makan, nafsumakan menurun, berat badan menurun.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai

dengan ibu klien biasanya mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakit anaknya,ibu klien tidak mengetahui tanda dan gejala penyakit

anaknya.

f. Kecemasan berhubungan dengan biasanya ibu klien mengatakan merasa

cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ditandai dengan biasanya tampak

wajah ibu gelisah, anak rewel, tanpak bingung.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan

berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk

mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.

Perencanaan ini merupakan langkah ke tiga dalam membuat suatu proses

keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat

diperlukan berbagai pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien,

nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga
kesehatan lainnya, kemampuan dalam menyelesaikan masalah, mengambil

keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan

yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta

kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan kesehatan lain.

Pada tahap perencanaan untuk menentukan kriteria hasil berdasarkan

“SMART”:

S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda).

M : Measurable (tujuan keperawatan harus: dapat diukur,

khususnya tentang prilaku klien: dapat dilihat, didengar,

diraba, dirasakan dan dibau).

A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai).

R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah).

T: : Time (tujuan keperawatan).

Tabel 2.3.4 Intervensi keperawatan


No Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan Rasional
Dx hasil
1 Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan vital kesetabilan RR klien
selama …x24 jam 2. Kaji karakteristik secret 2. Infeksi ditandai dengan
diharapkan jalan nafas 3. Auskultasi bunyi nafas secret tebal dan
klien menjadi efektif 4. Anjarkan pada klien kekuningan
dengan kriteria hasil: tentang dan tehnik 3. Menentukan
1. Adanya laporan relaksasi nafas dalam adekuatnya jalan
sesak berkurang 5. Berikan posisi untuk napfas dan luasnya
2. Adanya laporan pernafasan yang optimal obstruksi akibat secret
Batuk hilang 6. Kolaborasi dalam 4. Memudahkan
3. RR dalam rentan pemberian nebulizer dan keluarnya secret
normal psioterafi dada dengan
a. Bayi baru lahir tim medis. 5. Meningkatkan
35 x/menit pengembangan
b. 1-11 bulan 30 x/ diafragma
menit 6. Nebulizer membantu
c. 2 tahun 25 x/ menghangatkan dan
menit mengencerkan secret,
d. 4-12 tahun 19- pisioterafi dada
23 x/menit membantu secret untuk
e. 14-18 tahun 16- keluar.
18 x/menit
2 Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Kesadaran menurun
tindakan keperawatan kesadaran menunjukkan tanda
selama ..x24 jam 2. Observasi warna kulit hipoksia
diharapkan pertukaran 3. Monitor abgs 2. Menetukan adekuatnya
gas klien normal dengan 4. Kurangi aktivitas sirkulasi
kriteria hasi : 5. Kolaborasi dengan tim 3. Penting untuk
a. Adanya laporan medis dalam pemberian pertukaran gas ke
Bunyi nafas bersih oksigen sesuai jaringan defekasi
b. Adanya laporan kebutuhan jumlah hb yang ada
tidak terjadi sianosis dan adanya infeksi
c. Dispneu pada saat 4. Mempercepat
aktivitas dan istirahat penyembuhan
tidak ada 5. Untuk pertukaran gas
d. Tidak terdengar dan mengurai kerja
suara napas pernafasan, kebutuhan
tambahan akan oksigen.
3 Setelah dilakuakn 1. Observasi suhu tubuh 1. Indikasi jika ada
tindakan keperawatan setiap 4 jam demam
selama …x24 jam 2. Lepaskan pakaian yang 2. Pakaian yang tipis akan
diharapkan suhu tubuh berlebihan mempercepat
dalam batas normal (36- 3. Tingkatkan sirkulasi penguapan
37,5 0C) dengan kriteria runganan 3. Memfasilitasi
hasil : 4. Berikan kompres air kehilangan lewat
a. Adanya laporan hangat konfeksi
demam berkuran 5. Kolaborasi dengan tim 4. Memfasilitasi
b. Adanya laporan medis lainnya dalam kehilangan lewat
Kulit menjadi pemberian antipiretik konduksi
hangat dan lembab sesuai kebutuhan. 5. Mengurangi demam
c. Adanya laporan anak
tidak gelisah/rewel
d. Adanya laporan kulit
tidak memerah
e. Membran mukosa
lembab
4 Setelah dilakan tindakan 1. Observasi BB setiap 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama hari perkembangan keadaan
..x24 jam diharapkan 2. Identifikasi faktor klien
kebutuhan nutri pencetus mual muntah 2. Untuk mengetahui
terpenuhu dengan 3. Berikan makanan penyebab mual muntah
kriteria hasil : dengan porsi sedikit tapi 3. Meningkatkan intake
a. Adanya laporan sering nutrisi
nafsu makan 4. Anjurkan keluarga 4. Untuk meningkatkan
meningkat untuk oral hygiene nafsu makan
b. Adanya laporan sebelum makan 5. Untuk meningkatkan
lamas berkurang 5. Berikan lingkungan nafsu pemberian
c. Klien mendapatkan yang aman dan tenang makan
nutrisi yang adekuat dalam waktu pembrian 6. Menurunkan efek mual
sesuai dengan makan muntah.
kebutuhan 6. Jadwal pengobatan
d. Bising usus normal pernafasan setidaknya 1
e. Menunjukakan BB jam sebelum makan.
tetap
5 Setelah dilakukan 1. Observasi kemampuan 1. Mengetahui
tindakan keperawatan keluarga untuk kemampuan keluarga
selama …x 24 jam mempelajari informasi dalam menerima
diharapkan keluarga khusus informasi
dapat mengetahui 2. Identifikasi keperluan 2. Untuk mengetahui
tentang penyakit informasi yang di penanganan yang akan
anaknya dengan kriteria butuhkan di ajarkan
hasil : 3. Berikan informasi 3. Mengurangi ansietas
a. Keluarga dapat tentang penyakit yang di dan menambang
mengetahui tanda alami klien kepada pengetahuan keluarga
dan gejala dari keluarganya 4. Memastikan bahwa
penyakit yang di 4. Pastikan keakuratan keluarga memahami
derita oleh anaknya umpan balik dalam informasi yang di
b. Menyatakan penyampaian informasi sampaikan dan
pemahaman kondisi, penangannya
proses penyakit, dan
pengobatannya
c. kooperatif dalam
proses keperawatan
d. Keluarga tampak
tenang
6 Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1.Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan kecemasan anak kecemasan klien
selama …x 24 jam 2. Fasilitasi rasa aman 2. Untuk mengurangi
diharapkan cemas dapat dengan cara ibu ikut tingkat kecemasan
teratasi dengan kriteria berperan dalam merawat klien.
hasil: anaknya
a. danya laporan cemsa 3. Dorong ibu untuk terus 3. Memberikan rasa aman
berkurang/hilang mensuport anaknya
b. tampak tenang denan cara ibu terus
berada di dekan
anaknya. 4. Megurangi tingkat
4. Jelaskan dengan kecemasan keluarga.
sederhana tentang
tindakan yang akan di 5. Mengurai kecemasan.
lakukan tujuan, manfat.
5. Berikan reinforcement
untuk prilaku yang
positif

2.2.1 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasien oleh perawat, dengan tujuan umum untuk membantu klien

dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan


kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan memasilitasi

koping.

Tiga fase implementasi keperawatan yaitu : fase persiapan, meliputi

pertama pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan, dan

keterampilan mengimplementasikan rencana, kedua fase persiapan klien,

ketiga fase persiapan lingkungan berdasarkan dengan intervensi yang

direncanakan (Nursalam, 2012).

2.2.2 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang bertujuan untuk

menilai apakah tujuan yang hendak dicapai barhasil atau tidak. Ada tiga

alternatif dalam penilaian keberhasilan tujuan yaitu tujuan tercapai, tujuan

tercapai sebagian, dan tujuan tidak tercapai

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan

pengertian:

S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamat yang objektif setelah implementasi keperawatan.


A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

masalah keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap

ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,

yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara

bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan

dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap

pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan

sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Suprajitno,

2011).

Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari

penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Tujuan tidak realitas

2. Tindakan keperawatan yang tidak jelas

3. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Adapun metode yang digunakan dalam penilaian yaitu:

1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang

terjadi dalam keluarga.

2. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan

perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan

perawat.
3. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan

yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

4. Latihan stimulasi : latihan stimulasi berguna dalam menentukan

perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.

2.3 Fisioterapi dada

2.3.1 Pengertian

Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang

mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan

untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada adalah salah

satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi

baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya

kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan

sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang

terganggu.

2.3.2 Tujuan Fisioterapi Dada

1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru

2. Memperkuat otot pernapasan

3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan

4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang

cukup.

2.3.3 Indikasi

Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan

pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk


kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim

paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.Perawatan

metode kanguru di bagi menjadi dua, menurut Atikah & Cahyo (2010). :.

2.3.4 Kontra indikasi fisioterapi dada

Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti

kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan

kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru

bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta

adanya kejang rangsang.

2.3.5 Macam Fisioterapi Dada

Macam-macam Fisioterapi dada antara lain :

1. Drainase postural

2. Perkusi

3. Vibrating

4. Clapping

Adapun indikasi dan kontra indikasi dari jenis fisioterapi di atas adalah:

1. Drainase Postural

Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan

mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret.Pembersihan dengan

cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi

tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon

trakheobronkhial ke dalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat

membuang secret dari trachea.Pada penderita dengan produksi sputum


yang banyak drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi

dan vibrasi dada.

a. Indikasi untuk Postural Drainase :

1) Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :

a) Pasien yang memakai ventilasi

b) Pasien yang melakukan tirah baring yang lama

c) Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis

kistik atau bronkiektasis

d) Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

2) Mobilisasi sekret yang tertahan :

a) Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret

b) Pasien dengan abses paru

c) Pasien dengan pneumonia

d) Pasien pre dan post operatif

e) Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan

menelan atau batuk

b. Kontra indikasi untuk postural drainase :

1) Tnsion pneumotoraks

2) Hemoptisis

3) Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark

miokard akutrd infark dan aritmia.

4) Edema paru

5) Efusi pleura yang luas


c. Persiapan pasien untuk postural drainase.

1) Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.

2) Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi

lengkap.

3) Periksa nadi dan tekanan darah.

4) Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction

untuk mengeluarkan sekret.

d. Cara melakukan pengobatan :

1) Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang

terjadi selama Postural Drainase.

2) Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada

beberapa posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10

menit.

3) Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam

sesudah makan.

e. Penilaian hasil pengobatan :

1) Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri

dan kanan.

2) Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.

3) Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau

kental.

4) Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa

lelah, merasa enakan, sakit.


5) Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur

dan nadi tekanan darah.

f. Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :

1) Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.

2) Suara pernafasan normal atau relative jelas.

3) Foto toraks relative jelas.

4) Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.

g. Alat dan bahan :

1) Bantal 2-3 4) Masker

2) Tisu wajah 5) Sputum pot

3) Segelas air hangat

h. Prosedur kerja :

1) Jelaskan prosedur

2) Kaji area paru, data klinis, foto x-ray

3) Cuci tangan

4) Pakai masker

5) Dekatkan sputum pot

6) Berikan minum air hangat

7) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage

8) Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.

Sambil PD bisa dilakukan clapping dan vibrating

9) Berikan tisu untuk membersihkan sputum

10) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara

pernafasan

12) Cuci tangan

13) Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien

14) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi

kembali dengan memperhatikan kondisi pasien

2. Perkusi

Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau

punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan

melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi

dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada

saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua

tangan deperti mangkok.

a. lndikasi untuk perkusi :

Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat

postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara

umum adalah indikasi perkusi.

b. Kontraindikasi

Perkusi menjadi kontraindikasi bagi klien yang mengalami

gangguan perdarahan, osteoporosis, fraktur tulang ige. Dalam

melakukan perkusi dalam lapangan baru, perawat harus berhati-

hati dan jangan memperkusi daerah scapula, kalau tidak hati-hati


maka akan terjadi trauma pada kulit dan struktur musculoskeletal

di bawahnya.

c. Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :

1) Patah tulang rusuk

2) Emfisema subkutan daerah leher dan dada

3) Skin graf yang baru

4) Luka bakar, infeksi kulit

5) Emboli paru

6) Pneumotoraks tension yang tidak diobati

d. Alat dan bahan :

1) Handuk kecil

e. Prosedur kerja

1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk

mengurangi ketidaknyamanan

2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing

3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan

membentuk mangkok.

3. Vibrating

Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama

postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi

untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret

ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret.

Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh
bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak

inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara

meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan

bergetar.

a. Kontra indikasi

patah tulang dan hemoptisis.

b. Prosedur kerja :

1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang

akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar

2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing

3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada

pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien

inspirasi

4) Istirahatkan pasien

5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk

4. Clapping

Perkusi dada adalah penepukan pada daerah dimana sekret terakumulasi

(dada dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk,

tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah.

Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri.

Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan

dengan ringan ditepukkan pada dinding dalam gerakan berirama diatas segmen
paru - paru yang akan dialirkan. Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam

posisi telungkup. Tujuan untuk menolong pasien mendorong atau menggerakkan

sekresi didalam paru-paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat

dilaksanakan dengan menepuk tangan dalam posisi telungkup.

a. Tujuan

Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau

melonggarkan secret yang tertahan. Sehingga sekresi didalam paru-paru

yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat.

b. Indikasi Klien yang mendapat Perkusi Dada

Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau

melonggarkan secret yang tertahan. Perkusi secara rutin dilakukan pada

pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural

drainase secara umum adalah indikasi perkusi.

c. Persiapan Alat dan Bahan

Baki berisi :

1) Handuk

2) Bantal ( 2 sampai 3 buah )

3) Segelas air

4) Tissue

5) Sputum pot, berisi cairan desinfektan

6) Buku catatan
d. Persiapan Klien

1) Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur

2) Pasang sampiran jaga privacy pasien

3) Atur posisi yang nyaman

e. Persiapan perawat :

1) Cuci tangan

2) Perhatikan Universal Precaution

3) Prosedur Kerja

4) Lakukan auskultasi bunyi napas klien

5) Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada,

dispneu

6) Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi

7) Kendurkan pakaian klien

8) Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk

9) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk

meningkatkan relaksasi

10) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk

11) Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

secara cepat menepuk dada

12) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada

area yang mudah cedera seperti mammae, sternum, dan ginjal


f. Prosedur kerja :

1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk

2) mengurangi ketidaknyamanan.

3) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips

breathing.

4) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan

membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di

tepukan pada dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas

segmen paru yang akan di alirkan.

5) Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada

di pukul atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri.

g. Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :

1) Patah tulang rusuk

2) Emfisema subkutan daerah leher dan dada

3) Skin graf yang baru

4) Luka bakar, infeksi kulit

5) Emboli paru

6) Pneumotoraks tension yang tidak diobati

h. Kondisi yang mengijinkan untuk melakukan Clapping

1) Dokter menyarankan menjalani fisioterapi.

2) Batuk dan pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum

lebih dari kurang lebih yakni 3 hari).


i. Kondisi yang tidak mengijinkan untuk melakukan Clapping

1) Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai

demam.

2) Kliwn mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah

bisa menambahsesaknya.

3) Klien baru saja menghabiskan makannya karena dapat

mengakibatkan muntah.

j. Aspek Keamanan dan Keselamatan

1) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi

cedera, seperti mamae, sternum, dan ginjal

2) Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus

diperhatikan tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur

3) Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila klien belum

minum air hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu

agar guna mengencerkan sekretnya


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis/Desain/Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah

desain studi kasus. Penilitian desain studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi

suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data

yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari

berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplorasi masalah “Penatalaksanaan Fisioterapi dada di Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi NTB”.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil

kasus, Subyek penelitian yang digunakan adalah 1 pasien dengan masalah

keperawatan yaitu dengan Penatalaksaanaan fisioterapi pada anak dengan pneumonia.

3.3 Fokus Studi

Penerapan prosedur Penatalaksaanaan fisioterapi pada anak dengan pneumonia. .

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi

3.4.1 Definisi

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meredang.

Kemampuan kantong-kantong menyerap oksigen menjadi berkurang.

Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel tubuh tidak bisa berkerja secara


optimal. Hal inilah yang menyebabkan selain penyebaran infeksi keseluruh

tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal.

Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang

mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan

untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada adalah salah

satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi

baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya

kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan

sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang

terganggu

3.4.2 Prosedur penatalaksanaan fisioterapi dada (clapping)

1. Tujuan :

a. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru

b. Memperkuat otot pernapasan

c. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan

d. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang

cukup.

2. Persiapan Peralatan

a. Handuk

b. Bantal ( 2 sampai 3 buah )

c. Segelas air

d. Tissue

e. Sputum pot, berisi cairan desinfektan


f. Buku catatan

3. Tahap Prainteraksi

a. Melakukan verfikasi program perawatan klien

b. Mencuci tangan , keringkan dan gunakan gel hand rub

c. Menyiapkan alat

4. Tahap orientasi

a. Memberikan salam pada ibu dan anak

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada ibu /keluarga

c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan ibu sebelum tindakan dilakukan :

5. Tahap kerja

a. Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk

mengurangi ketidaknyamanan.

b. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing.

c. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan

membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di tepukan

pada dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang

akan di alirkan.

d. Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di

pukul atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri

6. Tahap terminasi

a. Mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan dan tanda-tanda vital anak

b. Berpamitan dengan ibu bayi

c. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula


d. Mencuci tangan

e. Dokumentasi

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrument penelitian yang digunakan dalam study kasus ini yaitu :

3.5.1 Alat Untuk fisioterapi dada

a. Handuk

b. Bantal ( 2 sampai 3 buah )

c. Segelas air

d. Tissue

e. Sputum pot, berisi cairan desinfektan

f. Buku catatan

3.5.2 Alat tulis (bolpoint, penghapus)

Digunakan untuk mengisi format penelitian

3.5.3 Lembar observasi (check list)

Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan bertujuan untuk

mengetahui secara langsung dan menggali bagaimana hasil tindakan dari

penatalaksanaan fisioterapi pada anak dengan pneumonia dalam mencegah

terjadinya sianosis.

3.5.4 Lembar wawancara

Lembar wawancara berisi pertanyan penatalaksaaan fisioterapi dada pada

anak dengan pneumonia untuk mencegah ketidakefektipan jalan nafas , Dalam

penelitian ini, pewancaraa mengajukan pertanyaan sesuai dengan daftar

pertanyaan yang sudah disiapkan.secara sistematis.


3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis

manusia, baik invivo maupun invitro)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan melakukan pemeriksaan

fisik/fisiologis pada responden dengan tekhnik melihat, meraba, mengetuk serta

mendengarkan, dan melakukan pengamatan yang tersirat atau respon dari

anngota tubuh yang diperiksa.

3.6.2 Observasi (terstruktur dan tidak terstruktur)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan meengamati keadaan responden

mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan geja responden, mengamati

lingkungan, suasana sekitar responden yang mungkin tidak bisa tercantum

dalam hasil wawancara dan kuesioner.

3.6.3 Wawancara

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan cara terstruktur yaitu

mengajukan pertanyaan yang sudah tersusun dengan sistematis oleh peneliti

sehigga mengetahui informasi apa saja yang akan di dapat, selain itu peneliti

juga akan menggunakan tekhnik tatap muka langsung atau secra tidak langsung

(melalui handphone) dengan responden tanpa menggunakan pedoman

wawancara yang sudah disusun sitematis.

3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penelitian studi kasus akan di laksanakan dirumah Di Rumah Sakit Umum Daerah

Provinsi NTB di Ruang naggu sejak bulan Februari sampai bulan April 2019.
3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam. Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.

a. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari responden atau dengan menggunakan inisial nama.

b. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.


3.9 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden (Hidayat, 2010).

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat,2010).

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset (Hidayat,2010).

Anda mungkin juga menyukai