Anda di halaman 1dari 7

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017

The Indonesian Association of Forensic Medicine Proceeding Annual Scientific Meeting 2017

Pelayanan Kedokteran Forensik di Tingkat Primer


Yoni Syukriani 1

Abstrak PENDAHULUAN
Pelayanan kedokteran forensik umumnya dikenal Arus utama menampilkan kedokteran
sebagai pelayanan kedokteran untuk kepentingan
hukum pidana. Meski dilaksanakan dalam setting forensik semata-mata untuk kepentingan
pelayanan kesehatan, masih tidak jelas apakah layanan
tersebut termasuk ke dalam sistem hukum atau sistem
pengadilan hukum pidana. Madea dan Saukko
kesehatan. Jika disepakati layanan forensik adalah mendefinisikan kedokteran forensik sebagai
bagian dari sistem kesehatan meskipun tujuan
penegakan hukum, layanan tersebut selayaknya disiplin potong lintang antara kedokteran dan
mengikuti karakter sistem kesehatan, termasuk ilmu pengetahuan alam menyangkut bukti
pembagiannya ke dalam tingkat primer, sekunder, dan
tersier. Makalah ini membahas bagaimana pelayanan medis yang relevan untuk kepentingan
kedokteran forensik dapat dilaksanakan di tingkat
primer. Tujuannya untuk menjadidasar keberadaan hukum. Namun, jika dikaji lebih jauh
pelayanan kedokteran forensik dalam sistem kesehatan. perkembangan praktik kedokteran forensik di
Pembahasan terdiri ataskajian tentang bagaimana
kedokteran forensik biasanya dipraktekkan dan akhir abad 21 praktik kedokteran forensik
diregulasi. Hasil menunjukkan ada beragam permintaan
pelayanan kedokteran forensik, termasuk yang muncul dimanfaatkan untuk advokasi hak asasi
di tingkat primer. Meskipun kedokteran forensik secara manusia, sehingga mengembalikan makna
eksplisit disebut dalam Undang-undang Kesehatan,
namun bagaimana layanan tersebut semestinya forensik kembali ke tujuan utamanya yaitu
dilaksanakansecara operasional masih belum jelas.
Asuransi kesehatan nasional juga tidak tegas
mencapai keadilan bukan hanya terkait
mengaturnya. Hal ini dapat menghambat pemenuhan hukum pidana. Selain melaksanakan
kebutuhan pelayanan kedokteran forensik di
masyarakat, sekaligus akanmenghambat pendidikan pemeriksaan kedokteran untuk kepentingan
kedokteran forensik dan penelitian ilmiah terkait. Dapat peradilan pidana, juga untuk kepentingan
disimpulkan bahwa pelayanan kedokteran forensik dapat
dikembangkan berdasarkan sistem kesehatan saat ini peradilan lain yaitu peradilan perdata maupun
termasuk di tingkat primer, namun harus didukung oleh
peningkatan kompetensi, pemanfaatan sistem rujukan, hak azasi manusia. Secara umum praktik
dan fasilitas. kedokteran forensik adalah bagian praktik
Kata Kunci: kedokteran forensik; sistem hukum; sistem
kesehatan; layanan primer kedokteran untuk memenuhi kepentingan
Afiliasi Penulis: 1. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas
masyarakat akan kesehatan dan keselamatan.
Kedokteran, Universitas Padjadjaran
Korespondensi: yoni.fuadah@unpad.ac.id Cordner dan kawan-kawan menyatakan
bahwa ada fungsi dan manfaat praktek
kedokteran forensik bagi sistem kesehatan.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan akan selalu
terkait erat dengan tindakan kuratif
penatalaksanaan orang yang diperiksa sebagai
pasien. Hasil pemeriksaan harus dipelajari
mendalam melalui riset untuk dimanfaatkan
dalam upaya preventif mencegah terulangnya
kematian/luka, dan tindakan meningkatkan
kualitas hidup korban/tersangka melalui
upaya promotif dan rehabilitative. (1; 2)
Kedokteran forensik dipraktikkan
dalam struktur yang sangat beragam, baik

317 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017


Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Yoni Syurkiani, Pelayanan Kedokteran....

antar negara maupun antar daerah di negara sesuai kemajuan sistem di negara
Indonesia. Di beberapa negara dokter forensik masing-masing, sehinggaada baiknya kita
melakukan praktik patologi forensik maupun bercermin pada sejarah panjang praktik yang
forensik klinik. Inggris sebagai negara yang dilaksanakan di negara maju. Di Amerika
paling awal memiliki sistem pelayanan Serikat praktik patologi forensik adalah
kedokteran forensik, memisahkan secara pelayanan subspesialisasi bidang patologi
tegas antara bidang patologi forensik dengan yang mencakup pemeriksaan jenazah dan
forensik klinik. Di Amerika Serikat, College of orang hidup yang menghasilkan pendapat ahli
American Pathologists menyatukan fungsi tentang sebab, mekanisme, dan cara
patologi forensik dengan forensik klinik.(3; 4) berlangsungnya (manner) penyakit dan
Di Indonesia banyak area yang saling tumpang kematian; identifikasi individu; pengenalan,
tindih, sebagian menerapkan kewajiban bagi koleksi, dan signifikansi bukti biologis; pola,
dokter forensik untuk terlibat langsung dalam urutan, rekonstruksi, dan korelasi luka; serta
forensik klinik, sebagian lagi tidak. tata kerja pemeriksaan medikolegal kematian
Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum yang komprehensif. (3)
Acara Pidana (KUHAP) dan Standar Inti dari praktik patologi forensik
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), tampak adalah otopsi. Beberapa ahli menggolongkan
Indonesia menggunakan paradigma otopsi menjadi tiga jenis, yaitu otopsi
pelayanan forensik klinik menjadi domain forensik, otopsi klinik, dan otopsi anatomis.
semua dokter, kecuali jika perlu tindakan Namun jika ditelaah, otopsi forensik dan
khusus maka perlu dokter spesialis. (5; 6) otopsi klinik hanya dibedakan dari
Berbeda dengan Malaysia, forensik klinik pemanfaatan dan pihak yang meminta.
adalah domain dokter spesialis forensik, Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu
kecuali jika tidak ada spesialis maka mengetahui sebab kematian dan apa yang
didelegasikan kepada dokter umum. Fasilitas terjadi pada orang tersebut sebelum
kesehatan primer tempat dokter umum kematiannya. Hasil otopsi forensik memang
bertugas adalah settingdimana pasien dimanfaatkan untuk penyidikan, tetapi juga
melakukan kontak pertama dengan fasilitas dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
kesehatan. Berbagai kasus forensik sangat ilmu kedokteran. Demikian pula otopsi klinik,
mungkin masuk melalui fasilitas kesehatan jika ditemukan indikasi tindak kriminal, maka
primer mengingat sifat kasus yang ringan atau informasi yang diperolehakan dimanfaatkan
karena kegawatdaruratan.Makalah ini untuk penyidikan.
mengkaji bagaimana praktek kedokteran Beberapa negara telah mengatur
forensik menjadi bagian penting dan indikasi otopsi, misalnya di Amerika Serikat,
dilaksanakan dalam sistem kesehatan di Inggris dan negara-negara Commonwealth,
semua tingkat, khususnya di tingkat primer. contohnya Malaysia. (7) Indikasi otopsi dapat
CAKUPAN PRAKTIK KEDOKTERAN FORENSIK dilihat pada Tabel 1. Meskipun hukum sering
Bahasan ini penting untuk berinteraksi dengan kedokteran ketika
menyamakan persepsi tentang cakupan menyangkut orang hidup, dan telah sejak
praktik kedokteran forensik, agar setiap fungsi lama dokter diminta keterangan di hadapan
dapat dikaji untuk dibagi ke dalam berbagai hukum untuk menjelaskan kondisi pasiennya;
tingkat pelayanan kesehatan. Cakupan praktik namun praktik forensik klinik sendiri baru
kedokteran forensik dari dapat berbeda antar banyak mendapat perhatian mulai dekade 80-
318 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Yoni Syurkiani, Pelayanan Kedokteran....

an. (4) Cakupan forensik klinik dapat PELAYANAN KEDOKTERAN FORENSIK DI


dirangkum seperti tercantum dalam Tabel 2. TINGKAT PRIMER
Indonesia adalah negara yang sangat
Tabel 1 Indikasi Otopsi (3; 7; 8; 9) luas dengan jumlah penduduk yang sangat
Indikasi Umum
 Kematian diduga karena sebab tidak wajar: banyak, tersebar secara tidak merata, dalam
 Pembunuhan situasi dan kondisi lokal yang sangat beragam.
 Bunuh diri
 Kecelakaan
Negara memiliki kewajiban untuk memenuhi
 Belum diketahui (undetermined) hak masyarakat hingga ke pelosok untuk
Indikasi Lain mendapatkan pelayanan di bidang kedokteran
 Kematian diduga terkait keracunan
 Mati mendadak, jika sebelumnya orang tersebut diketahui dalam kondisi sehat forensik, baik untuk manfaat langsung,
(medically unexplained death) maupun tidak langsung. Jika dicermati fungsi-
 Kematian akibat sebab yang dapat mengancam kesehatan masyarakat
 Kematian disebabkan penyakit, cedera, atau racun yang terkait pekerjaan
fungsi forensik yang tersebut di atas, maka
 Kematian terkait dengan prosedur diagnostik atau terapi terlihat bahwa kebutuhan akan pelayanan
 Kematian terkait aborsi ilegal
 Kematian pada narapidana, individu yang tengah diinterogasi/ditahan oleh
tersebut tidak hanya akan muncul di
aparat negara perkotaan namun hingga ke pedesaan.
 Jenazah yang akan dikremasi atau dikubur di laut
Diperlukan sistem pelayanan forensik yang
 Jenazah tidak dikenal atau tidak diklaim oleh keluarga
 Kematian operator transportasi publik (pilot/ko-pilot, masinis, supir bus, dll) dapat melayani kasus forensik patologi
yang meninggal saat bertugas maupun forensik klinik, meskipun dengan
 Kematian bayi atau anak yang tidak dapat dijelaskan dan tidak terduga
 Kematian tidak diduga pada pejabat negara pembagian tugas pokok dan fungsi yang
 Jenazah yang diketahui tengah dipindahkan antar wilayah hukum tanpa surat sesuai dengan kapasitas di masing-masing
kematian
 Kematian diduga akibat penelantaran oleh diri sendiri atau orang lain
tingkat pelayanan.
 Kematian terjadi ketika dilakukan operasi atau sebelum bangun dari efek Meskipun paradigma yang digunakan
anestesi
di Indonesia adalah bahwa semua dokter
harus memiliki kemampuan memberikan
pelayanan forensik, kelaziman praktik
Tabel 2 Praktik Forensik Klinik (4) kedokteran forensik saat ini lebih
Fungsi Umum mengandalkan sistem pelayanan kedokteran
 Memeriksa kesehatan orang yang akan ditahan (fitness to be detained in custody)
 Memeriksa kesehatan orang yang akan dibebaskan (fitness to be released) di tingkat sekunder (RSUD), dengan asumsi
 Memeriksa kompetensi orang yang akan dituduh/didakwa; kompetensi pemahaman
yang bersangkutan tentang tuduhan/dakwaan (fitness to be charged) bahwa pelayanan di tingkat primer tidak
 Memeriksa kesehatan sebelum dipindah lokasi tahanan (fitness to transfer)
 Memeriksa kesehatan seseorang yang akan diinterogasi oleh kepolisian atau aparat memiliki kapasitas yang cukup untuk
lain (fitness to be interviewed by the police or detaining body)
 Memeriksa apakah seseorang termasuk kelompok rentan (vulnerable) yang itu.Meskipun dokter telah memiliki
membutuhkan bantuan pihak independen lain
 Memeriksa kondisi keracunan alkohol atau obat atau lepas obat kompetensi kedokteran forensik sesuai
 Pemeriksaan kompetensi mengemudi kendaraan bermotor
 Memeriksa bagian intim tubuh untuk mencari obat yang disembunyikan dengan SKDI, banyak dokter/fasilitas
 Dokumentasi dan interpretasi luka/jejas
 Mengambil spesimen biologis kesehatan tingkat primer yang menolak
 Menilai dan mengobati aparat yang terluka dalam tugas, termasuk luka akibat tusukan
jarum pelayanan forensik walaupun jenis kasusnya
 Memberi pernyataan kematian di TKP dan memberi saran awal kepada kepolisian
tentang penanganan jenazah sendiri relatif ringan. Pada akhirnya kasus
 Memeriksa status mental
 Memeriksa orang yang diduga korban atau pelaku kejahatan seksual akan dialihkan seluruhnya ke fasilitas
 Memeriksa anak yang diduga korban penelantaran (child abuse)
 Memeriksa korban atau pelaku dalam kasus dugaan kekerasaan aparat kesehatan tingkat sekunder yang dapat
Fungsi Tambahan
 Saksi ahli di pengadilan atau tribunal mengakibatkan menumpuknya kasus di
 Investigasi kematian dalam tahanan
 Investigator independen atau pressure group dalam kasus pelanggaran etik atau moral tingkat sekunder, berhentinya aliran kasus
(contoh: korban penyiksaan, korban perang, dll)
 Penanganan aspek medis dan forensik pada pengungsi dan pencari suaka (refugee atau berkurangnya nilai pembuktian karena
medicine dan asylum-seeker medicine)
 Penerapan manajemen awal dalam penanganan insiden biologis atau kimia terkendala faktor jarak dan waktu. Itupun
dengan asumsi bahwa semua fasilitas
319 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Yoni Syurkiani, Pelayanan Kedokteran....

kesehatan tingkat sekunder mau menerima mengintegrasikan pemeriksaan


kasus forensik. Cakupan pelayanan kematian dengan pengelolaan data dan
masyarakat untuk memperoleh keadilan penyusunan kebijakan kesehatan
menjadi sangat terbatas. maupun untuk kepentingan data
Untuk itu, perlu dibuat panduan yang kependudukan. Mengacu pada Tabel 1
lebih bersifat operasional untuk dapat tampak bahwa pemeriksaan awal
memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan adanya indikasi lain otopsi juga dapat
yang ada agar dapat menjalankan fungsi melibatkan dokter di tingkat primer,
kedokteran forensik seoptimal mungkin meskipun tindakan otopsi kemudian
hingga di tingkat primer. Panduan tersebut dilaksanakan di tingkat sekunder atau
harus mengatur sejauh mana fasilitas tersier.
kesehatan di setiap tingkat dapat berperan
dalam proses penegakan hukum, serta
bagaimana memanfaatkan sistem rujukan 1.2. Otopsi
yang sudah ada untuk mendukung hal Jika kita menginginkan otopsi yang
tersebut. dilaksanakan dengan baik dan
Fasilitas kesehatan tingkat primer menghasilkan visum et repertum yang
dapat menjalani berbagai fungsi pelayanan meyakinkan tentu tindakan ahli menjadi
kedokteran forensik, baik forensik patologi pilihan. Namun demikian perlu
maupun forensik klinik. Contohnya adalah dipetakan daerah-daerah yang secara
sebagai berikut: demografis sulit untuk dicapai, dan sulit
1. Forensik Patologi untuk melakukan rujukan, tentu
1.1. Pemeriksaan Kematian memberikan kompetensi khusus ini
Kompetensi untuk melakukan kepada dokter di tingkat primer yang
pemeriksaan kematian perlu dimiliki akan bertugas di tempat tersebut juga
oleh seluruh dokter dan sampai batas dapat dipertimbangkan. Selain itu,
tertentu dapat dijalankan di fasilitas dokter yang bertugas di tempat khusus
kesehatan tingkat primer. Kematian ini juga dapat menjadi narasumber
seseorang di luar fasilitas kesehatan penting untuk memberikan saran awal
harus diseleksi apakah ada indikasi kepada penyidik.
tindak kriminal atau tidak, misalnya 2. Forensik Klinik
pada mati mendadak atau medically 2.1. Pemeriksaan Trauma
unexplained death. Jika dokter di tingkat Penatalaksanaan kasus trauma juga
primer yakin tidak ada indikasi tindak merupakan tugas fasilitas kesehatan
kriminal maka dapat dikeluarkan surat primer. Sebagian kasus akan selesai
kematian, jika tidak yakin maka dapat ditangani, sebagian lagi akan dirujuk.
digunakan sistem rujukan fasilitas Perlu kita ingat bahwa kasus forensik
kesehatan yang sesuai untuk diperiksa klinik seringkali tidak ditentukan oleh
spesialis forensik atau spesialis patologi. berat ringannya. Rekam medik terkait
Selain fungsi forensik untuk mencegah luka di tingkat primer bisa jadi sangat
terlewatkannya kematian akibat tindak penting untuk visum et repertum,
kriminal, praktik ini akan memberi meskipun kasus penanganan pasiennya
kontribusi penting untuk kemudian di rujuk ke tingkat sekunder.
320 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Yoni Syurkiani, Pelayanan Kedokteran....

2.2. Pemeriksaan Kasus Kekekerasan Peran langsung praktik kedokteran


terhadap Wanita dan Anak forensik jika diposisikan secara proporsional
Walaupun kasus kejahatan seksual dalam sistem kesehatan adalah untuk
kadang tidak menimbulkan luka fisik kedokteran pencegahan, promosi kesehatan,
yang mengancam jiwa, namun dan rehabilitasi. Informasi hasil praktik
memerlukan pendekatan yang kedokteran forensik yang bernilai hukum
komprehensif dan fasilitasi yang cukup maupun yang tidak, baik pemeriksaan jenazah
kompleks. Meskipun maupun orang hidup, dapat dimanfaatkan
penatalaksanaannya mungkin tidak ideal untuk kepentingan orang yang diperiksa,
jika dilaksanakan di tingkat primer, keluarga, dan masyarakat. Beberapa ahli
namun harus disadari bahwa fasilitas menekankan pentingnya informasi kesehatan
kesehatan primer harus memiliki hasil pemeriksaan forensik disarankan untuk
kemampuan untuk melakukan deteksi diberikan kepada keluarga. (2; 9) Informasi
awal, menjaga integritas barang bukti, hasil pemeriksaan kasus trauma dan sebab
merujuk dengan tepat, mendapat rujuk kematian, akibat kecelakaan, keracunan,
balik untuk penanganan lanjut korban bunuh diri, atau yang tidak dapat ditentukan
dan keluarga (rehabilitatif), dan (undetermined) tidak hanya penting untuk
mengupayakan pencegahan terjadinya kepentingan kepolisian, tetapi juga untuk
kasus yang sama di lingkungan kepentingan penyusunan kebijakan
masyarakat yang diampunya. kesehatan. (10)
2.3. Pemeriksaan Kesehatan Posisi praktik kedokteran forensik
Fungsi ini sebetulnya sudah lama dalam sistem kesehatan jarang dikaji,
dijalankan hingga ke tingkat primer khususnya di Indonesia. Sebelum lahirnya
melalui pembuatan Surat Keterangan Undang-undang Kesehatan tahun 2009, posisi
Sehat, namun seringkali tidak dikaitkan praktik kedokteran forensik dalam sistem
sebagai fungsi forensik. Padahal apa kesehatan tidak jelas. Sementara pihak
yang dilakukan dalam membuat surat- menilai bahwa cakupan sistem kesehatan
surat tersebut sebenarnya adalah adalah untuk menangani aspek kesehatan
menjalankan fungsi forensik sebagai orang hidup dan praktik kedokteran forensik
assessing physician, bukan sebagai ditempatkan hanya dalam proses penyidikan
treating physician. Hasil asesmen akan di kepolisian, dan ini terjadi juga di beberapa
memiliki manfaat bagi kepentingan negara lain. (9) Undang-undang Kesehatan
hukum dan administrasi. Meskipun tidak telah mengatur tentang pelayanan
serumit pemeriksaan kesehatan yang kedokteran forensik dalam konteks sistem
secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesehatan meskipun bersifat
kepentingan pengadilan yang biasa sangat umum. Konsekuensinya pelayanan
dilakukan spesialis forensik, namun kedokteran forensik dan fasilitas kesehatan
setiap dokter harus memiliki sebagai tempat praktik termasuk ke dalam
kemampuan tersebut dan tahu kapan subyek yang juga diatur oleh Undang-undang
dia sedang menjadi assessingphysician, No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
kapan sebagai treating physician. Kedokteran, Undang-undang No. 44 tahun
DISKUSI 2009 tentang Rumah Sakit, serta regulasi lain
yang mengikutinya.
321 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Yoni Syurkiani, Pelayanan Kedokteran....

Banyak tantangan yang dihadapi untuk forensik di tingkat primer dibandingkan


melibatkan fasilitas kesehatan di tingkat dengan tingkat sekunder dan tersier.
primer; di antaranya kompetensi dokter dan Pelayanan kedokteran forensik di rumah sakit
tenaga kesehatan, standar rujukan termasuk tipe A dan B yang diatur melalui Peraturan
rujuk balik, dan fasilitas kesehatan. Khusus Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2014
mengenai kompetensi dokter, ada hal yang tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
harus diperhatikan yaitu kompetensi untuk Regulasi ini akan menjadi dasar
memeriksa apakah suatu fakta memiliki nilai pengembangan fasilitasi dan sdm melalui
dalam pembuktianmenggunakan berbagai mekanisme anggaran. Hal ini juga penting
kerangka pikir logis kausalitas (sebab akibat), untuk memperjelas apa tugas pokok fungsi di
probabilitas, atau teori-teori lain. (11; 12).Jika masing-masing tingkat. Literatur
tidak disertai kompetensi ini, laporan yang menyarankan praktik kedokteran forensik
dihasilkan oleh dokter hanya berisi fakta yang yang komprehensif untuk dilaksanakan oleh
belum tentu dapat dipahami oleh orang yang dan di fakultas kedokteran dan rumah sakit
berkepentingan (penegak hukum, korban, pendidikan sebagai basis pendidikan dan
tersangka). Kompetensi ini sebetulnya adalah penelitian, agar dapat dilaksanakan secara
kompetensi yang secara umum harus dimiliki terintegrasi. (1) Hal ini mengingat
oleh dokter sebagai kerangka pikir perkembangan ilmu kedokteran forensik tidak
menentukan diagnosis dan penatalaksanaan, dapat dilepaskan dari proses pendidikan
namun diperlukan pendalaman agar dokter spesialis forensik. Beberapa negara
seseorang mampu menggunakan kerangka juga telah mulai sentralisasi praktik patologi
pikir tersebut dalam konteks forensik. forensik (otopsi) di pusat rujukan, umumnya
Meskipun tentu saja dokter spesialis forensik di rumah sakit pendidikan. Tujuannya adalah
adalah profesi yang memiliki kompetensi ini agar otopsi dilaksanakan oleh ahli, kasus
secara mumpuni, dokter di layanan primer terkumpul cukup banyak untuk kepentingan
juga harus dibekali hal ini sampai batas penelitian dan pendidikan, praktik
tertentu. terselenggara dengan standar tertinggi,
Mengingat pelayanan kedokteran pemanfaatan sumber daya maksimal, safety,
forensik di tingkat primer terbatas pada pelayanan berbasis kerjasama jejaring antara
tindakan pemeriksaan dan pelaporan yang rumah sakit, rumah duka, support group,
sederhana sesuai standar praktik kedokteran transportasi, dan lain-lain.(3) Sampai batas
di tingkat primer, maka kelengkapan fasilitas tertentu fasilitas kesehatan di tingkat primer
difokuskan pada yang dapat menunjang pun dapat mengembangkan jejaring serupa
prosedur sederhana dan praktis, dilengkapi selama relevan dengan praktik kedokteran
panduan. Upaya untuk melengkapi kit forensik yang dijalankan di tingkat primer.
penatalaksanaan korban kekerasan pada Hal lain yang harus dikaji lebih lanjut
wanita dan anak yang saat ini tengah adalah pembiayaan pelayanan kedokteran
diupayakan oleh Kementerian Pemberdayaan forensik di tingkat primer melalui Jaminan
Perempuan dan Perlindungan Anak saat ini Kesehatan Nasional, mengingat pembiayaan
adalah salah satu contoh yang patut di tingkat sekunder dan primer masih
dikembangkan. menyisakan persoalan. Persoalan tersebut di
Regulasi diperlukan untuk antaranya: pembiayaan dibatasi hanya untuk
memperjelas posisi pelayanan kedokteran forensik klinik, permintaan pelayanan forensik
322 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Yoni Syurkiani, Pelayanan Kedokteran....

klinik (visum atau keterangan medis) sering asalkan ditunjang adanyapengaturan


muncul setelah pasien selesai dirawat di pembagian tugas pokok dan fungsi bersama
rumah sakit, dan pembiayaan terbatas hanya dengan fasilitas kesehatan di tingkat
di rumah sakit tipe A. sekunder dan tersier, peningkatan
kompetensi kedokteran forensik,
SIMPULAN memperjelas sistem rujukan dan
Berdasarkan pembahasan tersebut di pembiayaan, serta kelengkapan fasilitas.
atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan Untuk dapat melaksanakan hal-hal tersebut
kedokteran forensik mengikuti sistem diperlukan keterbukaan dan keterlibatan
kesehatan dengan mekanisme rujukan seluruh pemangku kepentingan untuk
berjenjang akan memberikan manfaat ganda menyamakan persepsi bahwa pelayanan
baik bagi sistem kesehatan dan sistem kedokteran forensik adalah hal penting yang
hukum. Pelayanan kedokteran forensik harus dapat diperoleh oleh seluruh lapisan
tertentu dapat dilakukan di tingkat primer masyarakat secara berkeadilan.

DAFTAR PUSTAKA

1. B. Madea and P. Saukko. Future in 10. World Health Organization.ICD-10:


forensic medicine as an academic International statistical classification of
discipline - Focusing on research. Forensic diseases and related health problems.
Science International. 2007, Vol. 165, pp. 10th. Geneva : WHO, 2004. ISBN
87–91. 9241546492 ISBN 9241546530 ISBN
2. S. Cordner, H. McKelvie, F. Leahy, D. 9241546549.
Ranson.A Model Forensic Pathology 11. V.I. Adams.Guidelines for Reports by
Service. Inquiry into Pediatric Forensic Autopsy Pathologists. Humana Press,
Pathology.Ontario, Canada, 2007. 2008. pp. 41-56. ISBN No.
3. P.B. Baker, A.T. Bennet, J.J. Berman, K.E. 9781603274722.
Bove, P. Brown, et al.Autopsy 12. D.A. Lagnado, N. Fenton, M. Neil. Legal
Performance & Reporting. [ed.] Grover M. idioms: a framework for evidential
Hutchins Kim A. Collins. 2nd. Northfield, reasoning. Argument and Computation.
Illinois : College of American Pathologists,
2013, 4(1):46–63
2003. ISBN 0030304780.
4. J. Payne-James. The history and
development of clinical forensic medicine
worldwide. [ed.] Margaret M. Stark.
Clinical Forensic Medicine. 2nd. Totowa,
New Jersey : Humana Press, 2005.
5. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana.
6. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar
Kompetensi Dokter Indonesia. 2012
7. K. Nadesan. The importance of medico-
legal autopsy. 1997,19(2):105-109.
8. J. Payne-James, R. Jones, S.B. Karch, J.
Manlove.Simpson's Forensic Medicine.
13th. Boca Raton, USA : CRC Press, 2011.
ISBN 9780340986035.
9. J. Payne-James, et al., [ed.].Encyclopedia
of Forensic and Legal Medicine: Academic
Press, 2005. ISBN 0125479700.
323 | I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai