Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 definisi
Pneumonia (pneumonitis) merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang biasanya
berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan interstial. Perkembangan pada terapi
antibiotik telah menyebabkan persepsi bahwa pneumonia bukan lagi permasalahan kesehatan
utama . pneumonia adalah yang tersering kedua, tetapi memiliki angka kematian paling tinggi.

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli,
menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di paru-paru.3 Pada perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua
bentuk pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia/CAP), apabila
infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-acquired
pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di rumah sakit.2
Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) adalah pneumonia yang terjadi akibat
infeksi diluar rumah sakit , sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi >48
jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak
sedang menggunakan ventilator. Pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator
(ventilator-acquired pneumonia/VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau lebih
setelah intubasi tracheal. Pneumonia yang didapat di pusat perawatan kesehatan (healthcare-
associated pneumonia) adalah pasien yang dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2
hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home
atau long- term care facility), mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi, atau perawatan luka
dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik rumah sakit atau klinik hemodialisa.

2.2 Anatomi

System pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O 2 ). Paru dihubungkan dengan
lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut turut, hidung, faring, laring, trachea dan
bronchi, saluran saluran itu relative kaku dan tetap terbuka, keseluruhannya merupakan bagian
konduksi dari system pernafasan, meskipun fungsi utama pernafasan utama adalah pertukaran
oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain, yaitu tempat menghasilkan suara,
meniup (balon, kopi/ teh panas, tangan, alat music, dan lain sebagainya). Tertawa, menangis, bersin,
batuk homostatik (PH darah) otot-otot pernafasan membantu kompresi abdomen

a. Saluran pernafasan bagian atas menurut (Evelyn, 2004)

1) Hidung/naso : Nasal

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavumrasi) dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi), terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran
yang masuk kedalam lubang hidung

2) Faring

Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang berbentuk seperti pipa yang memiliki
otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan osofagus. Letaknya didasar tengkorak
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang belakang.
3) Laring : Pangkal tenggorok

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau penghasil suara yang diapaki
berbicara dan bernyanyi, terletak didepan dibagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis
dan masuk kedalam trachea dan tulangtulang bawah yang berfungsi pada waktu kita menelan
makan dan menutup laring.

4) Trackhea : Batang tenggorok

Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm, trachea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran
disebelah belakang trackhea.

5) Bronckhus : Cabang tenggorok


Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat pada ketinggian vertebrata torakolis
ke IV dan V,mempunyai struktur serupa dengan trchea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama,
bronchus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronchus kiri.

6) Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembunggelembung (alveoli).
Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel.

Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida


yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah merah dibawa
ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida dikeluarkan melalui
pipa bronchus berakhir pada mulut dan hidung

2.3 Fisiologi

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam tubuh terdapat tiga tahapan
yakni ventilasi, difusi dan transportasi

a. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau alveoli
keatmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya
adalah perbedaan tekanan antar atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah.

b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO 2 kapiler dan alveoli.
Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya
pertama luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membrane respirase/ permeabilitas yang terdiri dari
epitel alveoli dan intestinal keduanya.

c. Transportasi gas

Merupakan transportasi antara O 2 kapiler kejaringan tubuh dan CO 2 jaringan tubuh kapiler. Proses
transportasi, O 2 akan berkaitan dengan Hb membentuk oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma.
Kemudian pada transportasi CO 2 akan berkaitan dengan Hb membentuk karbohemoglobin dan larut
dalam plasma, kemudian sebagaian menjadi HCO 3 (H

2.4 Etiologi
Terdapat banyak penyebab pneumonia, termasuk bakteri, virus, mikoplasma, agen jamur, dan
protozoa. Pneumonia dapat juga berasal dari aspirasi makanan, cairan, atau muntahan atau dari
asap, debu, atau gas. Pneumonia dapat menyebabkan komplikasi pada orang dengan imobilitas atau
penyakit kronis. Pneumonia sering kali mengikuti influenza dan menjadi penyebab kematian.
Joyce M.Black.(2014)

a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob
facultatif.7 Bakteri patogen ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak
20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%. 3
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara
intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari
kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. 7 Kuman ini memiliki daya taman paling kuat, apabila
suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses.8 Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar dalam
pemilihan antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa
antibiotik.7
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme
streptococcus grup D yang merupakan flora normal usus.7
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada pasien defisiensi imun
(immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam
waktu yang lama dan dilakukan pemasangan endotracheal tube.7 Contoh akteri gram negatif
dibawah adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang sangat khas.7
- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul. Pada pasien
alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan resiko
terserang kuman ini.7
- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau tidak berkapsul.
Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu encapsulated type B (HiB)7.
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. , chlamedia sp. , Legionella sp.

b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet9, biasanya menyerang pada pasien
dengan imunodefisiensi.7 Diduga virus penyebabnya adalah cytomegalivirus9, herpes simplex virus,
varicella zooster virus.7
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur
masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. ,
Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
2.5 patofisiologi

Streptococcus pneumonia,penyebab utama pneumonia bacterial, biasanya berdiam diri pada


nasofaring dan muncul tanpa gejala pada 20-50% orang sehat.Merupakan kasus pneumonia yang
paling sering terjadi.Infeksi virus meningkatkan peningkataan S.pneumoniae pada reseptor di
epithelium pernafasan. Sekali terhirup ke dalam alveolus,pneomukokus menginfeksi sel aleveolus
tipe II.Mereka berkembang biak dal alveolus dan menginvasi epitel alveolus. Pneumokokus
menyebar dari alveolus ke alveolus lainnya melalui pori-pori Kohn,sehingga menyebabkan inflamasi
dan konsolidasi lobus. Kantong alveolus yang mengalami inflamasi dan terisi cairan tidak dapat
menukar oksigen dengan karbon dioksida dengan efektif. Eksudasi alveolus cenderung
kental,sehingga sangat sulit dikeluarkan dengan cara batuk . Pneumonia bacterial dapat berhubung
dengan gangguan ventilasi perfusi yang signifikan saat infeksi makin parah.

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring, kebocoran melalui
mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa
endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang
berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas.3Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik
>48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien
menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru
dan menyebabkan infeksi.11Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian
bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (
epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit,
makrofag, limfosit dan sitokinin).3 Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru (
bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal
ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun.11 Pada pemeriksaan
dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi
paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas12, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik
dan kematian.

2.7 Pathway
2.8 tanda dan gejala
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari bronchopneumonia adalah :

1. Demam

Suhu mencapai 39,5 o C-40,5 o C bila terjadi proses inflamasi

2. Penyumbatan pada jalan nafas

Adanya sumbatan pada membrane mukosa pada hidung menyebabkan saluran pernafasan
mengalami penyempitan ambat eksudasi berhubungan dengan pemberian makanan pada bayi yang
mempunyai gangguan pernafasan dengan didukung ambat dari atitis media sinusitis.

3. Batuk dan nyeri pada dada

4. Perubahan system pernafasan

System pernafasan yang mengalami infeksi untuk memanifestasikan pernafasan yang cepat dapat
juga disertai dengan cairan (ninorea), kental bernanah, tergantung dari tipe dan tempat inflamasi.
5. Bunyi nafas

Sesak, merintih, stridor, wheezing, crackles, tanpa bunyi.

6. Tenggorokan luka

Komplikasi dari inflamasi tingkat tinggi

7. Anoreksia

Menyerang anak yang terinfeksi akut


. Muntah

Anak mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada serangan infeksi biasanya tidak lama tetapi
tetap terjadi selama sakit.

9. Diare

Biasanya ringan kemudian berat, sering menyertai infeksi pernafasan dan dapat menyebabkan
dehidrasi

10. Nyeri perut

Spasme otot mungkin disebabkan karena faktor muntah, takut, gelisah, dan ketegangan pada anak.

Menurut Rahajoe (2008) tanda dan gejala aspirasi benda asing kedalam saluran respiratori yang
timbul dapat dibagi berdasarkan urutan dari perjalanan gejala. Berdasarkan perjalalan dan
urutannya, gejala yang timbul dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Gejala Awal

Gejala awal yang timbul berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba sesak nafas, rasa tidak
enak didada, mata berair, rasa perih diitenggorokan, dan dikerongkongan.

2. Periode laten atau tanpa gejala

Setelah gejala awal dilalui ikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten.

3. Gejala susulan atau lanjutan

Gejala susulan tidak spesifik, sebagai perubahan fisiologi atau patologis yang ditimbulkan benda
asing.

2.9 klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya2 :
1) Community-Acquired Pneumonia15
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering di sebabkan oleh bakteri
yaitu Streptococcus pneumonia (Penicillin sensitive and resistant strains ), Haemophilus influenza
(ampicillin sensitive and resistant strains) and Moraxella catarrhalis (all strains penicillin resistant).
Ketiga bakteri tersebut dijumpai hampir 85% kasus CAP. CAP biasanya menular karena masuk
melalui inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke segmen paru atau lobus paru-paru. Pada
pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan karakteristik penyebab dari tipikal bakteri, jarang
terjadi mengenai lobus atau segmen paru. Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan
taktil fremitus, nafas bronkial. Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H.
Influenza , emphyema terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus grup A, S. Pneumonia . Angka
kesakitan dan kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia dan pasien dengan imunokompromis.
Resiko kematian akan meningkat pada CAP apabila ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan
respiratory rate, hipotensi, demam, multilobar involvement, anemia dan hipoksia.

2) Hospital-Acquired Pneumonia
Berdasarkan America Thoracic Society (ATS) , pneumonia nosokomial ( lebih dikenal sebagai
Hospital-acquired pneumonia atau Health care-associated pneumonia ) didefinisikan sebagai
pneumonia yang muncul setelah lebih dari 48 jam di rawat di rumah sakit tanpa pemberian intubasi
endotrakeal . Terjadinya pneumonia nosokomial akibat tidak seimbangnya pertahanan inang dan
kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi traktus respiratorius bagian bawah. Bakteria
yang berperan dalam pneumonia nosokomial adalah P. Aeruginosa , Klebsiella sp, S. Aureus,
S.pneumonia. Penyakit ini secara signifikan akan mempengaruhi biaya rawat di rumah sakit dan lama
rawat di rumah sakit. ATS membagi pneumonia nosokomial menjadi early onset (biasanya muncul
selama 4 hari perawatan di rumah sakit) dan late onset (biasanya muncul setelah lebih dari 5 hari
perawatan di rumah sakit). Pada early onset pneumonia nosokomial memili prognosis baik
dibandingkan late onset pneumonia nosokomial; hal ini dipengaruhi pada multidrug-resistant
organism sehingga mempengaruhi peningkatan mortalitas.
Pada banyak kasus, diagnosis pneumonia nosokomial dapat diketahui secara klinis, serta dibantu
dengan kultur bakteri; termasuk kultur semikuantitatif dari sample bronchoalveolar lavange (BAL).

3) Ventilator-Acquired pneumonia
Pneumonia berhubungan dengan ventilator merupakan pneumonia yang terjadi setelah 48-72 jam
atau lebih setelah intubasi trakea.17 Ventilator adalah alat yang dimasukan melalui mulut atau
hidung, atau melalu lubang di depan leher. Infeksi dapat muncul jika bakteri masuk melalui lubang
intubasi dan masuk ke paru-paru.

2.10 epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang terbesar penyebab kematian
anak usia di bawah lima tahun (anak balita). Pneumonia disebut sebagai pembunuh nomer satu di
dunia karena hampir satu dari lima anak balita meninggal dan lebih dari 2 juta anak di negara
berkembang meninggal setiap tahunnya. Pneumonia di negara berkembang disebut penyakit yang
terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten disease) karena
begitu banyak anak yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang
diberikan terhadap masalah pneumonia (Said, 2010).
WHO (2009), memperkirakan insidens pneumonia anak balita di negara berkembang adalah 151,8
juta kasus per tahun dan 8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat. Jumlah kasus
pneumonia anak balita di dunia ada 156 juta. Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan
insidens pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di
seluruh dunia. Lebih dari setengahnya terkonsentrasi di enam negara antara lain India 43 juta, China
21 juta, Pakistan, 10 juta, Bangladesh, Indonesia dan Nigeri (Rudan et al. 2008).
Di Indonesia, pneumonia menjadi penyebab kematian kedua setelah diare pada anak-anak. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) melaporkan bahwa kejadian 10 pneumonia sebulan terakhir (periode
prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1% dan di tahun 2013 sebesar 2,7%.
Tingkat kematian pneumonia pada balita di Indonesia cukup besar yaitu sebanyak 15,5% (Statistik,
Berencana, & Kesehatan, 2013).
Angka cakupan pneumonia pada balita tidak mengalami perkembangan pada tahun 2014 yaitu
sekitar 20%-30% namun mengalami peningkatan 63,45% di tahun 2015. Angka kematian akibat
pneumonia pada balita di tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 0,16% yang
sebelumnya hanya 0,08%. Kelompok bayi memiliki angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu 0,17%
dibandingkan kelompok usia 1-4 tahun sebesar 0,15% pada tahun 2015. Daerah Yogyakarta sekitar
21,91% penemuan kasus pneumonia yaitu sekitar 2.829 balita pada tahun 2015 (Kemenkes, 2016).
Pneumonia pada penelitian yang telah ada sebelumnya disebutkan sebagai penyebab utama
kematian pada anak dibawah 5 tahun dan bertanggung jawab atas 18% kematian balita dan anak
pada tahun 2010 di seluruh dunia (Liu et al., 2012). Sebanyak 81% anak yang meninggal karena
penyakit ini merupakan balita usia dibawah 2 tahun (Walker et al., 2013). Pada negara di Asia dan
Afrika lebih dari setengah jumlah total episode pneumonia terjadi pada anak kurang dari 5 tahun
(Rudan et al., 2004). Pada negara di Eropa sekitar 14,4 per 10.000 anak-anak berusia diatas 5 tahun
dan 33,8 per 10.000 dengan usia dibawah 5 tahun didiagnosis Community Acquired Pneumonia
(CAP) setiap tahunnya di rumah sakit yang berada di Eropa (Haq I.J et al., 2017). Persentase angka
mortalitas pneumonia di negara berkembang termasuk Indonesia merupakan penyusun terbesar
mortalitas pada balita dan anak yang diperkirakan sebesar 21% (Unicef, 2006)

2.11 manifestasi klinis


Pneumonia awal ditandai dengan salah satu manifestasi klinis berikut : demam,mengggigil,
berkeringat, rasa lelah, batuk,produksi sputum,dan dispenea. Gejala yang lebih jarang antara lain
hemoptisis, nyeri dada pleuritik, dan sakit kepala. Klien lansia mungkin tidak mengalami demam atau
gejala pernafasan, tetapi mengalami gangguan status kesadaran dan dehidrasi.
Auskultasi dada akan menunjukkan suara nafas bronchial pada bagian yang mengalami konsolidasi
(tampak sebagai area putih pekat pada rontgen dada). Jaringan paru yang mengalami konsolidasi
menghantarkan gelombang suara bronchial ke bagian paru-paru luar. Suara bising (dari cairan di
interstiisial dan area alveolus) dan bisikan pectoriloquy (penghataran suara seperti bisikan kata-kata
di sepanjang dinding dada dapat didengar di atas area yang terserang. Taktil fremitus biasanya
meningkat pada area denga pneumonia, sementara suara perkusi menjadi tumpul. Jika sebagian
besar jaringan paru terserang,ekspansi dinding dada yang tidak sama dapat terjadi saat inspirasi. Hal
ini terjadi karena penurunan distensibilitas pada bagian yang terserang.
Rontgen dada memberikan informasi mengenai lokasi dan luasnya konsolidasi pneumonia. Diagnosa
pasti biasanya di tentukan menggunakana analisis kultur sputum dan uji sensitivitas atau serologi.
Bronkoskopi serat optic atau aspirasi/biopsy jarum transkutan dapat diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.Pemeriksaan tambahan antara lain
1. analisisi kadar oksigen transkutan atau gas darah arteri (AGD) untuk menentukan perlu tidaknya
tambahan oksigen
2. uji kulit, jika diduga ada tuberkolosis atau kokidioidomikosis,serta
3. kultur darah dan urine untuk mengkaji penyebaran sistemik

Pneumonia dapat melibat kan satu atau lebih segmen paru (pneumonia segmental), satu atau
keseluruhan lobus (pneumonia lobaris)(Figur 62-1,A), atau lobus pada kedua paru (pneumonia
bilateral). Berdasarkan lokasi dan tampilan radiologinya, pneumonia dapat digolongkan sebagai
bronkopneumonia, pneumonia interstisial,pneumonia alveolar, atau pneumonia nekrotik.
Bronkopneumonia (pneumonia bronchial) melibatkan terminal bronkiolos dan alveolus. Pneumonia
interstisial (retikularis) melibatkan respon inflamasi didalam jaringan paru yang mengelilingi ruang
udara atau struktur vascular dan bukan jalan nafas itu sendiri. Pada pneumonia alveolar
(asiner),terdapaakumulasi cairan pada ruang udara paru bagian distal.Pneumonia nekrotik
menyebabkan kematian dari sebagian jaringan paru yang dikelilingi oleh jarinagan hidup,
pemeriksaan rontgen akan menunjukkan pembentukan kavitas pada lokasi nekrosis. Jaringan paru
nekrotik yang tidak sembuh akan menyebabkan hilangnya fungsi parenkim paru secara permanen.

2.12 pemeriksaan diagnostik


1. PemeriksaanRadiologis
Sebaiknya dibuat fotothoraks posterior-anterior dan lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi
retrokardial sehingga lebih muda untuk menentukan lobus mana yang terkena karena setiap lobus
memiliki kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus inferior lebih sering terkena, lobus atas dan
tengah juga dapat terkena. Yang khas adalah tampak gambaran konsolidasi homogeny sesuai
dengan letak anatomi lobus yang terkena (dapat dilihat pada gambar) .(Kutipan buku Arif Muttaqin,
ASKEP dengan Gangguan Sistem Pernapasan).

Gambar: (Kiri) Gambaran radiologis pneumonia konsolidasi lobus kanan atas. Tampak perselubungan
pada lobus kanan atas batas bawah, perselubungan ini berupa fisura horizontal. Terlihat pula adanya
kolaps paru karena fisura ini menunjukkan elevasi. (Kanan) gambaran radiologis pada posisi lateral.

Densitasnya bergantung pada intensitas eksudat dan hamper selalu ada bronkho gramudara. Pada
masa akut, biasanya tidak ada pengecilan volume lobus yang terkena sedangkan pada masa resolusi
mungkin ada atelektasis sebab eksudat dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan obstruksi.
Kebanyakan lesi terbatas pada satu lobus, tapi dapat juga mengenai lobus lain. Mungkin ada efusi
pleura yang dapat mudah dilihat dengan foto dekubitus lateral.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus karena mulai dari perifer gambaran
konsolidasi hamper selalu berbatasan dengan permukaan pleura viseralis. Padasisi yang berbatasan
dengan pleura viseralis gambaran batasnya tegas tapi sisi yang lainnya mungkin tidak berbatas tegas.
Gambaran radiologi yang tidak khas kadang-kadang bias didapatkan pada bronchitis menahun dan
emfisema. (Kutipan buku Arif Muttaqin, ASKEP dengan Gangguan Sistem Pernapasan).
2. Sinar X mengidentifikasikan distribusi struktural ( mis, lobar, bronchial); dapat juga menyatakan
abes luas/infiltrate, empiema ( stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi ( bacterial) atau
penyebaran infiltrate nodul ( lebih sering virus) pada pneumonia mikoplasma, sinar X mungkin
bersih.
3. Pemeriksaan X-ray
4. BGA ( Blood Gas Analysis). Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
5. JLD leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendahn terjadi pada infeksi virus, kondisi
tekanan imun.
6. LED meningkat
Alat diagnosa termasuk sinar X dan pemeriksaan sputum, perawatan tergantung dari penyebab
penumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik

2.13 pemeriksaan laboratorium


1. Pemeriksaandarahlengkap
a. Hitung sel darah lengkap (JDL) dengan diferensial: Leukositosis, Eosinofilia, Hemoglobin diatas
rata-rata (Hb) dengan Hipoksemia kronis
b. Evaluasi gas darah
- Peningkatan PCO2: bila 50 sampai 60, memerlukan bantuan ventilasi
- Penurunansaturasi O2. (Kutipanbuku Susan Martin Tucker DKK, StandarPerawatanPasien).
2. Pemeriksaanmikrobiologi: Pada pneumonia berat untuk menentukan perawataan intensif
- Pemeriksaan sputum: Eosinofilia dengan reaktivitas alergi.
- Pemeriksaan urin untuk mengidentifikasi bakteri Strepococcus pneumonia dan Legionella
pneumophila.
3. Pemeriksaan tessensitivitas: Menentukan terapi antibiotic definitif. (Kutipan buku Muchammad
FahrulUdin, Buku Praktis Penyakit Respirasi Pada Anak).
4. Tesfungsi Pulmoner

2.14 Penatalaksanaan obat obatan dinas


Penyakit pneumonia adalah penyakit yang disebabkan infeksi, sehingga pengobatan yang dilakukan
bertujuan untuk menghentikan infeksi dan mencegahnya datang di kemudian hari. Pengobatan yang
diberikan akan disesuaikan dengan tipe, keparahan dari infeksi paru yang terjadi, usia pasien, serta
kondisi pasien secara keseluruhan. Macam-macam opsi pengobatan pneumonia adalah:

Antibiotik
Obat antibiotik akan diberikan pada orang yang terserang penyakit pneumonia bakterial. Biasanya,
tim medis Anda akan memeriksa dulu jenis bakteri apa yang menyebabkan infeksi di organ paru,
kemudian akan disesuaikan dengan jenis antibiotik yang akan diberikan. Ketika pemberian antibiotik
tidak dapat mengatasi gejala infeksi yang dialami, maka bisa jadi bakteri telah kebal terhadap obat
tersebut, sehingga dokter akan menggantinya dengan jenis obat yang baru.

Obat antivirus
Obat ini digunakan untuk pasien yang mengalami infeksi akibat virus. Virus tidak bisa dilawan
dengan antibiotik, jadi kalau ada pasien yang mengalami infeksi paru setelah flu maka sebaiknya
diberikan obat antivirus, seperti oseltamivir (Tamiflu) atau zanamivir (relenza).

Obat batuk
Obat ini digunakan untuk meredakan gejala batuk yang biasanya dialami ketika infeksi paru
menyerang. Biasanya akan diberikan untuk membuat Anda lebih nyaman dan supaya Anda tidak
merasakan sakit akibat batuk terus menerus.

Obat penghilang rasa sakit


Bila Anda mengalami nyeri sendi atau otot, kepala pusing, atau demam, maka dokter akan
memberikan obat penghilang rasa sakit untuk meredakan gejala yang Anda alami, seperti ibuprofen
dan acetaminophen.

2.15 penatalaksanaan obat obatan tradisional


Ternyata alam telah diciptakan tidak hanya indah dan nyaman untuk ditempati,tetapi juga
memberikan tanaman obat atau herbal yang dapat menyembuhkan penyakit,termasuk pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri,virus,ataupun jamur.Bahan dan cara pengolahan
Bahan bahan
1. Sambiloto 15 gr
2. Kencur seujung jempol
3. Daruju 15 gr

Cara pemakaian :
1. Campurkan semua bahan diatas
2. Tambahkan 4 gelas belimbing air bersih
3. Rebus dengan api kecil hingga air mendidih
Catatan :
Untuk 1 gelas ramuan yang akan dikonsumsi sore hari,air rebusan ramuan dipanaskan kembali
sampai mendidih,setelah dingin baru dikonsumsi.
Mengingat dampak yang ditimbulkan sangat serius. Maka ada baiknya jika anda segera melakukan
tindakan pengobatan. Salah satunya dengan cara alami.
Berikut cara mengobati pneumonia secara alami. Di antaranya :
1. Teh hitam
Cara mengobati pneumonia secara alami yang pertama adalah dengan menggunakan teh hitam.
Seseorang yang mengalami pneumonia sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang
mengandung susu. Dan menggantinya dengan meminum teh hitam. Hal ini karena teh hitam
merupakan obat terbaik untuk mereka yang mengalami radang patu-paru atau pneumonia.
2. Daun kemangi
Jika biasanya anda menjadikan daun kemangi sebagai lalapan. Namun kali ini anda juga bisa
menjadikan daun kemangi sebagai salah satu cara mengobati pneumonia secara alami. Hal ini
karena tanaman yang memiliki nama ilmiah Ocimum basilicum ini terbukti mampu mengatasi
peradangan akibat pneumonia. Anda hanya perlu mengkonsumsi daun kemangi sebanyak tiga kali
sehari.
3. Madu
Madu sering kali disebut sebagai obat alami serima manfaat. Hal ini karena kandungan atau senyawa
yang ada pada madu memang terbukti ampuh dalam mencegah maupun mengobati berbagai jenis
penyakit. Tidak terkecuali sebagai salah satu cara mengobati pneumonia secara alami. Anda hanya
perlu mengkonsumsi madu secara rutin setiap harinya.
4. Kunyit
Selain sebagai rempah atau bumbu masakan, kunyit juga dikenal sebagai obat alami dalam
mencegah maupun mengobati berbagai jenis penyakit. Termasuk juga sebagai salah satu cara
mengobati pneumonia secara alami. Kunyit mengandung zat antioksidan yang sangat kuat. Sehingga
tidak heran jika kunyit mampu megobati berbagai jenis penyakit.
5. Daun sirsak
Daun sirsak mengandung zat bernama acetogenins, yang merupakan senyawa anti-kanker yang
sangat ampuh. Bahkan kemampuan zat ini mempunyai 10.000 kali lebih ampuh dalam menumpas
berbagai jenis kanker dibanding dengan mengobatan kemoterapi. Nah, dengan kandungan inilah
yang membuktikan bahwa daun sirsak juga mampu mengobati penyakit pneumonia secara alami.
6. Ciplukan
Ciplukan mengandung alkaloid, asam palmiat, vitamin C, tanin, kriptoxantin, asam chorogenik, asam
sitrun, asam malat dan gula. Dimana kandungan-kandungan tersebut bersifat anti-bakteri, anti-virus,
dan antioksidan. Sehingga mampu membantu proses penyembuhan penyakit pneumonia secara
alami. Anda hanya perlu mengkonsumsi air rebusan dari daun, buah dan akan ciplukan secara rutin
dan teratur.
7. Perbanyak buah atau sayuran yang mengandung vitamin C
Vitamin C yang terdapat pada buah atau sayuran sangat dianjurkan bagi penderita pneumonia.
Karena dapat memperkuat sistem kekebalan tubuhnya.
8. Wortel
Cara mengobati pnemonia yang selanjutnya adalah dengan memperbanyak mengkonsumsi wortel.
Ya selain baik untuk kesehaan mata, dengan mengkonsumsi segelas jus wortel setiap harinya sangat
baik untuk penderita pneumonia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari vitamin A yang
terkandung dalam wortel yang dibutuhkan oleh tubuh.
9. Jahe
Kandungan antioksidan yang ada pada jehe juga memiliki kemampuan untuk melindungi tubuh dari
berbagai jenis serangan penyakit. Selain itu, sifat jahe yang dapat memberikan kehangatan pada
tubuh, juga dapat melegakan dan menangani gangguan pernapasan. Anda hanya perlu memarut
jahe, kemudian campurkan parutan jahe dengan segelas air hangat. Lalu minum air ramuan, tapi
minum ramuan ini sebelum makan atau perut dalam keadaan kosong.
10. Kulit manggis
Kulit manggis memang dikenal sebagai obat alami yang telah terbukti akan khasiatnya. Salah satunya
dalam mengobati pneumonia secara alami. Ini karena kulit manggis mengandung senyawa atau zat
yang bernama xanthone. Dimana senyawa ini bersifat antioksidan, anti-virus, anti-jamur, dan anti-
bakteri yang mampu mengobati berbagai jenis penyakit.
11.Bawangputih
Bawang putih atau yang memiliki nama ilmiah Allium sativum ini memang sering dijadikan sebagai
bumbu dapur. Namun senyawa anti-biotik dan antioksidan yang ada pada bawang putih, dipercaya
sebagai salah satu cara mengobati pnemonia secara alami. Ini karena bawang putih mampu
memusnahkan bakteri dan virus yang menyerang paru-paru. Anda hanya perlu mengkonsumsi
bawang putih secara langsung secara rutin dan teratur setiap harinya. Maka pneumonia yang anda
alami pun akan hilang.
12. Daun pegagan
Cara mengobati pneumonia secara alami yang terakhir adalah dengan menggunakan daun pegagan.
Tanaman yang memiliki nama ilmiah Centella asiatica ini mengandung asaiticoside, tanin, kalium,
magnesium, kalsium dan lainnya. Dimana dengan kandungan-kandungan tersebut, dipercaya
mampu mengobati pneumonia secara alami.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis pneumonia

1. Pengkajian
a. Data subjektif
• Identitas klien
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 67 tahun
• Riwayat kesehatan
✓ Keluhan utama :
Sesak nafas berat sejak 2 hari sebelum kerumah sakit,batuk berdahak kental dan banyak,serta sesak
bertambah sat berjalan/beraktifitas.
✓ Riwayat penyakit sekarang :
Klien masuk rumah sakit degan keluhan sesak nafas berat seajk 2 hari sebelum masuk rumah sakit
,batuk berdahak, kental, dan banyak.klien mengeluhkan sesak bertambah saat berjalan/melalakukan
aktivitas.klien tampak lemah dan terpasang oksigen nasal kanul 2 liter permenit . klien sendiri
merupakan seorang perokok sejak remaja.
b. Data objektif
• Pemeriksaan fisik
Frekuensi nafas : 30 kali permenit
Nadi : 92 kali permenit
Tekanan darah : 160/90 mmHg
• Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan
Test
Dapat menunjukkan
Complete blood count ( CBC)
Kondisi hemoglobin (HgB),hematocrit (Het),eritrosit (RCB),dan leukosit(WBC),rendah nya kadar WBC
dapat terjadi saat terinfeksi virus.
Arterial blood gases (ABGs)
Menunjukkan level oksigen dan karbodioksida untuk menentukan hipoksia atau hiperkapnia.
Chest x-ray
Untuk mengidentifikasi penyebaran pneumonia
Pilse oximetry
Menunjukkan presentase rasio oksigen terhadap Hgb,pulse oximetry yang kurang dari 90%
mengindikasi hipoksia atau kurang dari 88% mengindikasi adanya gangguan pertukaran gas .

c. Analisa data
Data
Etiologi
Masalah
DO : klien tampak batuk yang disertai sputum
DS: klien mengeluh batuk berdahak kental dan banyak.
Penumpukan sputum
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas
DO :
• Frekuensi nafas 30 kali permenit
• Nadi 92 kali pemenit
• Tekanan darah 160/90 mmHg
DS : klien mengeluhkan sesak nafas berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit .
Efek inflamasi
Gangguan pertukaran gas
DO : frekuensi nafas 30 kali permenit
DS: klien mengeluhkan seak bertambah saat berjalan/beraktifitas.
dispnea
Inteloransi aktivias

2. Diagnosis keperawatan
a. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penumpukan sputum (
diagnosis 1 )
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan efek inflamasi ( diagnosis 2)
c. Inteloransi aktivitas yang berhubungan dengan dyspnea (diagnosis 3)
3. Perencanaan
a. Diagnosis 1 ( ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum
)
Tujuan
Kriteria evaluasi
Status pernapasan : kepatenan jalan nafas yaitu jalan nafas terbuka dan bersih untuk pertukaran gas
Klien menunjukkan :
• Kemudahan bernafas
• Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
Status pernapaan : ventilasi yaitu pergerakan udara masuk dan keluar paru
Klien menunjukkan suara nafas yang jernih pada pemerikaan auskultasi
b. Diagnosis 2 ( gangguan pertukaran gas yang behubungan dengan efek inflamasi)
Tujuan
Kriteria evaluasi
Status pernapasan : pertukaran gas yaitu pertukaran O2 dan CO2 di alveoli untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri.
Klien menunjukkan tidak terjadi dyspnea saat istirahat dan aktivitas
Status pernapasan : ventilasi yaitu pergerakan udara masuk dan keluar paru
Klien menunjukkan :
• Frekuensi nafas normal
• Bunyi nafas jernih

c. Diagnosis 3 ( inteloransi aktivitas yang berhubungan dengan dispnea)


Tujuan
Kriteria evaluasi
Toleransi aktivasi : respon fisiologis terhadap gerakan yang memakan energy dalam aktivitas sehari-
hari
Klien menunjukkan dispne saat beraktivas.
INTERVENSI
a. Diagnos 1 ( ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
seputum
Intrvensi
Rasional
Manajemen jalan nafas
Memfasilitasi kepatenan jalan nafas
Manajemaen asma
Mengidentifikasi, menangani, dan mencegah reaksi inflamasi/konstriksi di dalam jalan nafas
Pemantauan pernafasan
Mengumpulkan menganalisis ndata pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran
gas yang adekuat

b. Diagniosa 2 (gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek inflamasi)


Intrvensi
Rasional
Manajemen asam-basa
Meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah konfilkasi akibat kadar pcO2 serum yang
lebih tinggi/rendah dari yang diharapkan
Terapi oksigen
memberikan oksigen dan memntau efektivitasnya
Pemantauan tanda vital
Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernafasan, dan suhu tubuh untuk
menentukan dan mencegah konpliksi
c. diagnose 3 ( intolerasi aktivitas yang berhubungan dengan dispnea)
Intrvensi
Rasional
Manajemen energy
Mengantur pengaturan energy untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
fungsi

IMPLEMENTASI
diagnosa 1 ( ketidakefektipan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum)
Aktivitas keperawatan:
• kaji dan dokumentasi kan
✓ kefektipan resep obat
✓ kecenderungan darah pada gas darah arteri
✓ jenis sputum
• auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan
penyuluhan untu pasien/keluarga
• jelaskian penggunaan peralatan penduduk seperti inhaler dengan benar
• informasikan kepada pasien dan keluarga tenttang larangan merokok di ruang perawatan
• instruksikan kepada pasien tentang tekhnik batuk dan nafas untuk memmudhkan pengeluaran
secret
• ajarkan klien dn keluarga tentang makana perubuhan pada sputum
aktivitas klobarasi
• beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
• lakukan atau bantu dalam terpai seperti nebulizer ultrasonic sesui dengan kebijakan dan protocol
institusi

Diagniosa 2 (gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek inflamasi)

Aktivitas keperawatan
• kaji
✓ frekuensi napas
✓ produksi nafas
• pantau hasil gas darah
• pantau satursi O2 dengan oksimeter nadi
penyuluhan untuk pasien/keluarga
• jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan dan alasan penggunaannya seperti oksigen
• ajarkan pasien dalam teknik bernapas dan relaksasi
• informasikan kepada pasien dan keluaraga bahwa merokok itu dilarang
aktivitas kolaborasi
• berikan obat yang diresepkan
• laporkan njika ada perubahan data pengkajian yang terkait misalnya analisi gas darah arteri dan
sputum
• berikan oksigen, brokodilator, atau nebulasi ultrasonic jika di perlukan
diagnose 3 ( intolerasi aktivitas yang berhubungan dengan dispnea)

Aktivitas keperawatan
• pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas mesalnya dispnea, takikardi, dan frekuensi
pernapasan
• pantau respon iksigen klien terhadap aktivitas perawatan diri atay aktivitas keperawatan misalnya
denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
• penggunaan teknik napas yang terkontrol selam aktivitas
• mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas dan kondisi terkait lainnya yang perlu dilaporkan
kepda dokter
• ajarkan ten tang pengaturan aktivitas dan teknik manajemajemen waktu
Aktivitas kolaborasi
• pantau tan da-tanda vital sebelum, selama, dan sesudah aktivitas. hentikan aktivitas jika tanda-
tanda vital tidak dalam rentang normal atau aktivitas tidak dapat di toleransi misalnya dispnea
• bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihana aktivitas

EVALUASI
a. observasi frekuensi pernafasan, denyut nadi, dan tekanan darah klien
b. observasi hasil tes ABCS pulse eximetry, CBC, dan chest x-ray
c. respon klien saat beraktivitas
d. rencana klien untuk berhenti merokok
e. kemungkinan terjadi komplokasi

BAB IV
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BARBUK

Anda mungkin juga menyukai