GENERAL MATERIAL
HKI-SUMMIT
JANUARY 2004
Kata Pengantar
Dokumen ini adalah salah satu bahan rujukan bagi Staf SUMMIT untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan kegiatan SUMMIT. Bahan ini juga digunakan sebagai
materi untuk General Test, sebuah tes dengan media komputer yang dirancang khusus
bagi staf dan calon staf SUMMIT. General Test dirancang untuk menilai kemampuan
staf dan calon staf dalam memahami filosofi program SUMMIT. Pemahaman yang
sangat baik harus dimiliki oleh setiap staf SUMMIT karena setiap staf diharapkan dapat
memberikan informasi yang tepat dan akurat mengenai kegiatan SUMMIT. Salah satu
faktor penting dari berhasil atau tidaknya program SUMMIT adalah disampaikannya
informasi yang benar dan akurat kepada ibu hamil, sebagai target utama dari program ini,
dan masyarakat pada umumnya.
Untuk lebih memahami dokumen ini dan mempersiapkan staf dan calon staf menghadapi
General Test, staf dan calon staf akan dibantu dengan sebuah sesi konsultasi yang
dibimbing oleh supervisor. Bahkan, selama bertugas sebagai ujung tombak program
SUMMIT, semua staf akan dibantu dan dibimbing oleh supervisor. Supervisor juga
diharapkan memberi masukan untuk peningkatan kinerja program serta peningkatan
kinerja staf SUMMIT. Selain itu apabila timbul masalah di lingkungan kerjanya maka
seorang supervisor harus mendiskusikan dan mencari solusi terbaik atas masalah-masalah
tersebut.
Pendahuluan ________________________________________________________ 1
A. Latar Belakang ______________________________________________________ 1
B. Tujuan_____________________________________________________________ 3
Permasalahan________________________________________________________ 4
A. Kondisi Ibu Hamil di Indonesia _________________________________________ 4
B. Penyebab Kematian Ibu dan Hubungannya dengan Gizi _____________________ 4
a) Perdarahan dan Anemia ____________________________________________________ 5
b) Pre-eklampsia____________________________________________________________ 5
c) Partus lama dan persalinan terhambat __________________________________________ 6
d) Infeksi _________________________________________________________________ 6
C. Mengapa Lombok____________________________________________________ 7
Program Dan Fasilitas Kesehatan Untuk Ibu Hamil Di Indonesia Dan Lombok ____ 9
A. Program dan Strategi Pemerintah Indonesia ______________________________ 9
B. Fasilitas kesehatan yg tersedia bagi ibu hamil ______________________________ 9
C. SUMMIT dan Fasilitas Kesehatan ______________________________________ 10
Suplemen Summit____________________________________________________ 12
A. Jenis-Jenis Suplemen dan Kandungannya________________________________ 12
B. Perbedaan Suplemen SUMMIT dengan TTD dari pemerintah _______________ 12
C. Karakteristik Lainnya dan Partisipasi Masyarakat ________________________ 13
D. Efek Samping & Masalah Keamanan ___________________________________ 13
E. Petunjuk Pengkonsumsian Suplemen ___________________________________ 13
Memilih dan Mengevaluasi Suplemen Mikronutrien Untuk Ibu Hamil __________ 15
A. Nutrien yang dimasukkan dalam suplemen_______________________________ 16
B. Nutrien yang tidak dimasukkan dalam suplemen __________________________ 21
Pelaksanaan ________________________________________________________ 22
A. Filosofi pelaksanaan _________________________________________________ 22
B. Lokasi dan Jadwal __________________________________________________ 22
C. Pelaksana dan Kerjasama ____________________________________________ 23
D. Persiapan Pelaksanaan _______________________________________________ 24
1. Formative Research ______________________________________________________ 24
2. Baseline Demographic Surveillance __________________________________________ 24
3. Pemasaran sosial ________________________________________________________ 25
E. Desain dan Metodologi Survey _________________________________________ 25
1. Randomisasi (pengacakan) terhadap perlakuan __________________________________ 26
2. Ukuran Sampel__________________________________________________________ 27
3. Pemeriksaan biokimia_____________________________________________________ 27
F. Pendaftaran kehamilan ______________________________________________ 27
G. Distribusi suplemen dan partisipasi masyarakat___________________________ 28
H. Pengumpulan data __________________________________________________ 29
I. Investigasi Faktor Sosiologi dan Fisiologis (IFSF)__________________________ 31
J. Manajemen dan Analisa Data _________________________________________ 31
Kerahasiaan Data ____________________________________________________ 32
Badan Pengarah Dan Penasehat ________________________________________ 32
Sertifikasi __________________________________________________________ 34
Kesepakatan Kerja ___________________________________________________ 41
Glossary ___________________________________________________________ 42
Pertanyaan Yang Sering Muncul ________________________________________ 45
Reference __________________________________________________________ 51
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kematian ibu dan bayi masih tetap merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang
penting di sebagian besar negara berkembang. Tolok ukur dalam menentukan derajat
kesehatan suatu daerah/negara adalah:
1. Angka kematian ibu (AKI) atau dalam istilah asing disebut Maternal
Mortality
2. Angka kematian bayi (AKB) atau dalam istilah asing disebut Infant
Mortality
3. Proporsi berat badan lahir rendah (BBLR) atau dalam istilah asing disebut
Low Birth Weight (LBW)
Baik angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia termasuk diantara yang
paling tinggi di Asia Tenggara. Walaupun penurunan kematian anak, penurunan
kesuburan dan peningkatan status kesehatan telah berhasil dilakukan dengan cepat, tetapi
angka kematian ibu, kematian bayi baru lahir dan kematian bayi tetap tergolong tinggi.
Untuk itu dibutuhkan intervensi dengan menggunakan pendekatan baru, berbiaya rendah
(cost-effective) dan terfokus pada sasaran tertentu guna memperbaiki indikator-indikator
kesehatan tersebut. Telah diakui secara luas bahwa status gizi, khususnya status gizi
mikro, adalah salah satu faktor paling penting dalam menentukan kesehatan ibu hamil
secara keseluruhan, hasil kelahiran, dan kesehatan bayi. Diakui bahwa, prevalensi
kekurangan mikronutrien tetap tinggi di negara-negara berkembang, dan perempuan yang
sedang hamil dan menyusui termasuk kelompok yang paling rawan karena kebutuhan
mereka akan mikronutrien relatif lebih tinggi. Sayangnya, di sebagian besar negara-
negara berkembang (dimana pola makan perempuannya secara umum tergolong marginal
dan status kesehatan masyarakatnya kurang), pemberian suplemen mikronutrien selama
masa kehamilan sejauh ini hanya terbatas pada penyediaan tablet zat besi/asam folat saja.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan di negara-negara maju (dimana pola
makan dan status kesehatan perempuan pada umumnya baik), yang telah lama
memasukkan pemberian suplemen multivitamin/mineral sebagai suatu program rutin
dalam kebijakan perawatan prenatal.
Pada awal tahun 1999, Departemen Kesehatan meminta dilakukannya suatu pengkajian
dan rekomendasi perbaikan dan peningkatan program-program kesehatan yang ada, untuk
memberi masukan mengenai cara-cara untuk lebih meningkatkan upaya yang telah dan
sedang dilakukan dalam menurunkan kematian ibu. Kajian dan rekomendasi ini
dilaksanakan oleh JHPIEGO dengan dukungan dari USAID. Niat pemerintah yang luhur
dalam pengembangan kebijakan dan intervensi program guna menurunkan tingginya
angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia ini patut didukung dengan
berbagai pendekatan dan intervensi yang inovatif, termasuk strategi-strategi pencegahan
yang efektif pada tingkat masyarakat, seperti pemberian suplemen multi-mikronutrien.
Oleh karena itu, Helen Keller International (HKI) mengusulkan dilaksanakannya suatu
kegiatan Supplementation with Multiple Micronutrients InTervention (SUMMIT) yang
terfokus pada peningkatan status mikronutrien ibu hamil di pulau Lombok, Propinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), dimana indikator kesehatan ibu dan bayinya termasuk paling
buruk di Indonesia.
Helen Keller International (HKI) adalah sebuah Lembaga Nirlaba Internasional yang
bergerak di bidang kesehatan. Misi awal dari lembaga ini adalah untuk memberantas
kebutaan dan pada tahun 1970an misinya berkembang ke pencegahan dan pengobatan
kebutaan yang seharusnya dapat dicegah. Helen Keller International adalah bagian dari
Helen Keller Worldwide yang berpusat di New York, Amerika. Di wilayah Asia-Pasifik,
kantor wilayah HKI berada di Jakarta, Indonesia; HKI juga mempunyai kantor
perwakilan di Banglades, Kamboja, Indonesia, Nepal, Filipina, dan Vietnam. Helen
Keller International sebagai Lembaga Kesehatan telah lama dikenal di Indonesia dan
telah bekerjasama dengan Pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1970-an.
Ibu hamil dan menyusui dipilih sebagai target suplementasi karena selama masa
kehamilan:
Tingginya frekuensi kekurangan gizi
Kebutuhan akan nutrisi sangat tinggi
Potensi dampak kekurangan gizi yang sangat besar terhadap kehamilan dan janin
Jumlah target lebih sedikit untuk perawatan
Dapat dicapai melalui sistem kesehatan
Mekanisme distribusi zat besi dan asam folat dapat digunakan
Lebih khusus Program SUMMIT yang dilaksanakan di Pulau Lombok merupakan suatu
kerja sama dengan masyarakat Lombok. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat
merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan dan tujuan dari Program SUMMIT.
Hal ini erat hubungannya dengan usaha untuk membuat Program SUMMIT ini
berkesinambungan di masa mendatang.
B. Tujuan
Kegiatan SUMMIT adalah paduan antara penelitian dan program. Kegiatan SUMMIT
yang diusulkan ini memfokuskan diri pada upaya penurunan kematian ibu dan bayi baru
lahir, serta pada peningkatan berat badan lahir, dengan cara meningkatkan status
mikronutrien selama masa kehamilan dan menyusui. Hal ini akan dilakukan antara lain
dengan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan permintaan ibu hamil akan
suplemen (multi-mikronutrien) pada awal masa kehamilannya melalui pendidikan dan
pemasaran sosial, serta pemantauan kepatuhan yang dilakukan secara sungguh-sungguh.
Dengan demikian, kegiatan ini akan membantu meningkatkan status gizi mikro
perempuan selama dan sesudah kehamilan.
Tujuan utama dari kegiatan SUMMIT adalah untuk menentukan apakah pemberian
suplemen multi-mikronutrien setiap hari pada ibu hamil akan:
Tujuan akhir dari program SUMMIT adalah untuk memberi dasar bagi suatu perubahan
kebijakan kesehatan bagi ibu hamil demi upaya untuk menyelamatkan jiwa manusia
(lihat Bagan 1).
Merubah TUJUAN
PERSIAPAN Mengumpulkan kebijakan
STAF data berkualitas SUMMIT
pemerintah Menurunkan
Seleksi tinggi
Pelatihan Tingkat Selamatkan
Sertifikasi Kematian Ibu Jiwa
Menurunkan
Evaluasi Manusia
Lapangan Menyediakan Meningkatkan Angka
informasi yang perilaku Kematian Bayi
akurat bagi pencarian Menurunkan
perawatan
masyarakat Angka BBLR
kesehatan
Hal-hal tersebut diatas bukan hanya memberi penekanan adanya kebutuhan untuk
memberdayakan sistem pelayanan kesehatan yang ada serta keterampilan petugasnya,
tetapi juga kebutuhan akan intervensi-intervensi guna mengurangi resiko terjadinya suatu
kasus darurat obstetrik. Dengan demikian, disamping pemberdayaan sistem pelayanan
kesehatan dan peningkatan perilaku mencari kesehatan dan mencari pertolongan
persalinan, seyogyanya perlu dilaksanakan intervensi-intervensi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi obstetrik yang berkaitan dengan status
kesehatan yang buruk, termasuk status gizi yang buruk. Status gizi ibu hamil telah
diidentifikasi oleh Depkes sebagai sebuah faktor penting yang berperan dalam terjadinya
kematian ibu yang tinggi di Indonesia.
Seperti telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang berperan sebagai penyebab kasus
kematian ibu banyak diantaranya dapat dicegah. Secara global, kurang lebih 60% dari
kasus kematian ibu terjadi karena faktor-faktor obstetrik langsung. Faktor tersebut
termasuk perdarahan (25%), infeksi/sepsis (15%), eklampsia (12%), dan persalinan
terhambat (8%). Survei Rumah Tangga Nasional Tahun 1995 melaporkan penyebab
kematian ibu di Indonesia sebagai berikut:
Meskipun etiologi faktor-faktor penyebab tersebut diatas adalah kompleks, bukti yang
ada menunjukkan bahwa banyak faktor penyebab dipengaruhi secara langsung ataupun
tidak langsung oleh status gizi mikro.
Perdarahan adalah faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya kematian ibu di
Indonesia, terjadi hampir dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata di tingkat dunia
dan merupakan masalah yang sangat serius untuk kesehatan ibu. Seperti diuraikan secara
rinci dibawah, anemia merupakan faktor resiko besar untuk kematian yang berkaitan
dengan perdarahan. Akan tetapi tingginya angka kematian karena perdarahan mungkin
juga berkaitan erat dengan integritas jaringan yang kurang, yang menyebabkan
perdarahan secara berlebihan dan berkurangnya trombosis. Kedua proses terakhir ini
lebih diperparah lagi oleh kekurangan mikronutrien seperti seng, tembaga dan vitamin B
kompleks.
Anemia berkaitan dengan persalinan prematur, kematian perinatal, berat badan lahir
rendah, dan partus lama akibat kelelahan. Kekurangan zat besi dianggap sebagai faktor
penyebab paling umum dari anemia, tetapi kekurangan vitamin A dianggap ikut berperan.
Hal ini telah dibuktikan oleh suatu penelitian pada ibu hamil di Indonesia, yang
menemukan bahwa penurunan paling besar dalam prevalensi anemia dicapai dengan
pemberian suplementasi dengan vitamin A dan zat besi, dibandingkan dengan salah satu
jenis suplemen saja.iii
Akibat potensial dari anemia terhadap kematian ibu dan anak di Indonesia ditemukan
melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), anemia ditemui pada 50% ibu hamil,
30% pekerja wanita dan 20-30 % wanita dewasa
b) Pre-eklampsia
Pre-eklampsia merupakan suatu kelainan yang hanya terdapat pada ibu hamil. Gejala
klinis utama adalah hipertensi dan proteinuria. Berbagai organ tubuh terlibat dalam
sindroma ini, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati, perdarahan
Postur tubuh ibu hamil yang pendek merupakan faktor resiko untuk terjadinya persalinan
terhambat, yang telah diakui secara luas dan tidak diragukan lagi, dan keadaan itu
disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan saat sang ibu sewaktu masih dalam
kandungan dan/atau pertumbuhan kurang sewaktu sang ibu masih balita sebagai akibat
dari pemberian makanan yang kurang memadai dan seringnya terkena infeksi.
Peningkatan status gizi ibu hamil dapat memberi keuntungan jangka panjang, yaitu
mengurangi terjadinya persalinan terhambat pada generasi ibu berikutnya.
d) Infeksi
Infeksi merupakan faktor penyebab sangat penting dari kematian ibu dan kesehatan bayi
(baru lahir) yang buruk. Infeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
terutama dalam jangka yang pendek setelah persalinan. Baik vitamin A dan seng telah
terbukti sebagai zat yang sangat penting untuk mendukung fungsi sistem imun, dan
ternyata rasio kematian ibu lebih tinggi di beberapa belahan dunia dimana terdapat
prevalensi kekurangan vitamin A dan seng yang tinggi.
Singkatnya, sangat mungkin terdapat hubungan antara status gizi mikro dengan
penyebab-penyebab kematian ibu. Lebih dari itu, telah terkumpul bukti bahwa
rendahnya status kesehatan mikronutrien pada ibu hamil dapat menyebabkan kesehatan
buruk pada bayi baru lahir, berat badan lahir rendah, serta morbiditas dan mortalitas bayi
yang tinggi. Hasil penelitian yang ada makin lama makin banyak yang menemukan
peran-peran spesifik dari mikronutrien dalam peningkatan berbagai indikator kesehatan
ibu dan anak. Bukti-bukti tersebut secara garis besar diuraikan di bawah. Bukti tersebut
C. Mengapa Lombok
Tabel 2. Kematian per 1.000 kelahiran hidup di Indonesia dan propinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB)
Indonesia Nusa Tenggara
Barat ii
ii
Angka kematian bayi (AKB) 52.2 110.5
Angka kematian balita (AKBt) 70.6 ii 149.5
Maternal mortality ratio (MMR) 3.9 i 4.0-8.9 iii
i
Perkiraan dari The State of the World’s Children 1998, UNICEF 1998; pp119-20 (Data dikumpulkan tahun 1990) dan
data dari penelitian NNIPS-2
ii
Data dari Indonesia Demographic and Health Survey 1997. Biro Pusat Statistik/Badan Kordinasi Keluarga
Berencana Nasional/Departemen Kesehatan/Macro International Inc., September 1998.
iii
Perkiraan dari Indonesia Demographic and Health Survey 1997. Biro Pusat Statistik/Badan Kordinasi Keluarga
Berencana Nasional/Departemen Kesehatan/Macro International Inc., September 1998.
Program SUMMIT dilaksanakan di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
yang merupakan salah satu daerah termiskin di Indonesia, di mana indikator kesehatan
untuk balita dan kematian ibu melahirkan masih tinggi. Luas wilayah ini lebih kurang
4.739 km2 dan dihuni oleh 2,6 juta penduduk. Dengan kepadatan sekitar 568 jiwa/ km2,
Pulau Lombok adalah salah satu daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di
Indonesia. Perkiraan tingkat kematian ibu di sejumlah daerah di Lombok saat ini berkisar
antara 400-800 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup. Bagi Departemen
Kesehatan, baik di tingkat nasional maupun daerah, penurunan angka kematian ibu
melahirkan dan kematian balita merupakan prioritas utama. Dalam dasawarsa terakhir,
Berkaitan dengan status gizi, Depkes RI juga melaksanakan strategi berupa “usaha untuk
meningkatkan status kesehatan ibu sebelum/selama masa hamil, seperti kontrol terhadap
anemia dan kekurangan energi kronis”vi. Sebagai bagian dari program perawatan
antenatal rutin di Indonesia saat ini ibu hamil menerima sekurang-kurangnya 90 tablet
berisi 60 mg zat besi dan 250 g asam folat untuk dikonsumsi setiap hari.
1. Bidan
Dalam rangka “Kampanye Ibu Sehat dan Sejahtera” yang mulai dilaksanakan pada tahun
1990, berbagai kegiatan untuk memperbaiki akses masyarakat kepada perawatan
2. Dukun terlatih
Masih banyak ibu hamil di desa yang memilih untuk menemui dukun beranak untuk
menolong persalinan. Angka persalinan yang ditolong dukun di Lombok masih tinggi.
Oleh karena itu peran dukun masih penting perawatan kesehatan ibu hamil. Namun
mengingat keterampilan dukun masih belum memenuhi standar perawatan kesehatan
modern, maka perannya masih lebih difokuskan sebagai pendukung bidan dalam
persalinan.
3. Puskesmas, Posyandu/Polindes
Puskesmas didirikan atas hasil keputusan Konferensi Kesehatan Nasional pada tahun
1968. Puskesmas dirancang sebagai unit kesehatan yang menyediakan pelayanan
kesehatan yang mudah terjangkau, lengkap dan meliputi perawatan kuratif dan preventif
di wilayah kecamatan atau bagian dari kabupaten atau kotamadya. Unit yang melayani
wilayah yang lebih kecil disebut Puskesmas Pembantu. Pelayanan yang diberikan di
Puskesmas meliputi perawatan medis, kesehatan ibu dan anak, KB, pengendalian
penyakit menular, kesehatan lingkungan dan sanitasi, gizi, pendidikan kesehatan,
kesehatan gigi, kesehatan sekolah, jasa laboratorium, kesehatan jiwa, perawatan
kesehatan masyarakat, dan pencatatan serta pelaporan kesehatan. Jasa ini dikenal sebagai
tiga belas fungsi Puskesmasvii. Sejak didirikan Puskesmas telah menjadi pusat pelayanan
kesehatan yang utama.
Tidak ada kapsul suplemen yang kosong (plasebo) karena sudah merupakan filosofi
SUMMIT bahwa perawatan kesehatan yang telah ada tetap dipertahankan dan tidak ada
peserta yang menerima standar perawatan kesehatan yang lebih rendah apabila mereka
tidak bersedia mengikuti program.
Suplemen SUMMIT dikemas dalam bungkus aluminium dan setiap strip berisi 10 kapsul.
Kedua jenis suplemen SUMMIT mempunyai bentuk, warna dan kemasan yang sama
serta tidak mempunyai rasa.
Kematian ibu, berat badan lahir dan kematian bayi merupakan fenomena yang kompleks.
Kematian ibu dan berat badan lahir dipengaruhi terutama oleh status gizi ibu dan
lingkungan kandungan. Kehamilan dan masa menyusui yang optimal membutuhkan
penyesuaian dari ibu dalam hal komposisi tubuh, metabolisme, fungsi-fungsi fisiologis
dan penggunaan zat-zat gizi. Terpenuhinya kebutuhan ibu hamil akan konsumsi
makanan adalah hal yang sangat penting untuk kesejahteraan anaknya serta untuk
menjamin kesehatan ibu itu sendiri. Status gizi janin tergantung pada status gizi sang ibu
dan ketergantungan ini dapat berlangsung terus setelah anak itu lahir, terutama apabila
sang bayi menerima ASI. Mikronutrien sangat penting untuk manusia di segala usia,
namun dampak paling berat dari konsumsi yang kurang memadai adalah selama masa
kehamilan, menyusui dan selama tahun pertama dari kehidupan. Oleh karena itu, apabila
jarak antara kehamilan pendek dan ibu-ibu biasanya menyusui anaknya untuk jangka
waktu yang cukup lama, kemungkinan besar para ibu memiliki cadangan asam folat
dalam tubuh yang kurang. Makanan yang merupakan sumber dari asam folat termasuk
sayuran daun hijau, kacang-kacangan, biji-bijian dan hati, tetapi proses memasak akan
mengurangi kandungan asam folat pada bahan makanan tersebut. Di Indonesia,
suplementasi dengan asam folat sangat dianjurkan untuk semua wanita usia subur.
Sebuah meta-analisa yang dilakukan baru-baru ini terhadap sejumlah penelitian yang
membandingkan suplementasi zat besi yang diberikan setiap minggu dengan
suplementasi zat besi yang diberikan setiap hari, menyimpulkan bahwa suplementasi
sebaiknya diteruskan dengan cara pemberian setiap hari. Untuk program SUMMIT
diusulkan suplemen diberikan satu kali setiap hari, karena sebuah suplemen bagi ibu
hamil juga harus mengandung zat besi/asam folat yang harus dikonsumsi setiap hari.
Suplemen multi-mikronutrien yang diusulkan baru-baru ini digunakan oleh UNICEF
setelah Lokakarya UNICEF/WHO/UNU pada bulan Juli 1999: “Komposisi sebuah
Suplemen Multi-mikronutrien untuk Digunakan dalam Program Percontohan (Pilot
Programs) untuk Ibu Hamil di Negara-negara Berkembang” (“Composition of a Multi-
micronutrient Supplement to be Used in Pilot Programs Among Pregnant Women in
Developing Countries.”). Suplemen ini dimaksud untuk digunakan dalam penelitian
keefektifan di negara-negara percontohan, dan memenuhi asupan harian yang dianjurkan
untuk ibu hamil di Amerika Serikat dan Kanada.
Vitamin A:
Vitamin A merupakan suatu zat yang sangat penting bagi perempuan selama masa
kehamilan dan menyusui. Kekurangan vitamin A ikut menyebabkan kekurangan
pertumbuhan (growth deficits) pada bayi dan meningkatkan kepekaan terhadap anemia.
Rabun senja sebagai akibat dari kekurangan vitamin A selama masa kehamilan sering
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang dan malah sering dianggap sebagai
tanda awal terjadinya suatu kehamilan. Pada kenyataannya, hal itu merupakan gejala
kekurangan vitamin A yang berat. Rendahnya kadar Vitamin A dalam air susu ibu juga
mempengaruhi level air susu ibu. Alasan lainnya untuk menggunakan vitamin A dalam
suplemen adalah efek positif dari vitamin A dalam metabolisme zat besi dan produksi
hemoglobin.
Retinol adalah bentuk vitamin A yang langsung tersedia bagi tubuh (bioavailable)
sedangkan provitamin A atau karotenoid membutuhkan proses rumit untuk dapat diserap
oleh tubuh. Oleh karena itu ketersediaannya bagi tubuh (bio-availabilitynya) secara
alami rendah.
Disebabkan harga makanan hewani yang relatif tinggi dan penurunan daya beli akibat
krisis ekonomi yang masih berlangsung, maka konsumsi vitamin A yang berasal dari
makanan hewani di Indonesia mengalami penurunanviii. Konsumsi vitamin A dari
sumber nabati nampaknya tidak banyak berubah. Di Indonesia bagian Timur, konsumsi
vitamin A dari sumber hewani dari dulu selalu rendah, dan menurun lebih jauh lagi akibat
krisis ekonomi. Konsumsi vitamin A dari sumber nabati bervariasi, dikarenakan
ketersediaan yang terbatas, terutama selama musim kemarau (bulan Mei – September).
Vitamin D:
Vitamin D berfungsi dalam menjaga homeostasis kalsium sehingga penting untuk
menghindari osteoporosis. Kekurangan vitamin D pada masyarakat yang cukup
mendapat paparan sinar matahari (jalur sintesis utama vitamin D oleh tubuh) bukanlah
Vitamin E (Tocopherol):
Ada studi yang mendalam mengenai dampak kekurangan Vitamin E dan selenium
terhadap kesulitan melahirkan pada ternak tapi pada manusia masih diperlukan lebih
banyak data mengenai tingkat asupannya dan tabel komposisi makanan tidak membantu
dalam masalah ini.
Belum ada bukti ilmiah yang menyatakan manfaat positif dari vitamin E terhadap
kehamilan atau bayi, walaupun begitu vitamin E mungkin dapat meningkatkan kekebalan
tubuh dan mungkin memiliki efek positif pada mastitis sub-klinis. Satu isu yang
mendukung dimasukkannya vitamin E adalah bahwa dengan meningkatnya racun dan
polusi lingkungan maka sifat antioksidan pada vitamin E mungkin dapat berfungsi
sebagai pelindung. Penelitian yang dilakukan di Peru, Indonesia, dan Nepal
menunjukkan tingkat tocopherol yang rendah dibandingkan dengan yang ditemukan di
beberapa negara Eropa.
Vitamin C:
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan scurvy dan salah satu gejala awalnya adalah
lelah. Selain itu vitamin C akan meningkatkan penyerapan zat besi non-heme dan
vitamin C merupakan antioksidan. Asupan vitamin C di beberapa negara termasuk
rendah, contohnya di Tajikistan dimana sudah terlihat gejala klinis penyakit scurvy.
Kekurangan vitamin C juga terjadi pada pengungsi dan suplemen ini juga dibutuhkan
oleh kelompok ini. Kandungan vitamin C dalam air susu ibu berhubungan dengan
jumlah vitamin C dalam makanan dan karena itu pemberian air susu ibu pada bayi sangat
bermanfaat.
Dari sisi logistik dan produksi, kestabilan vitamin C dalam bentuk tablet kelihatannya
sudah memadai tapi nutrien ini bisa rusak oleh kelembaban bila tidak dilapisi – suatu hal
yang menjadi pertimbangan penting dalam perhitungan biaya.
Vitamin B1 (Thiamin):
Kekurangan vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri yang dikaitkan dengan
kerusakan sistem saraf dan jantung yang parah. Walaupun penderita kekurangan nutrisi
ini bukan lagi sebuah masalah di masyarakat namun kekurangan thiamin sub-klinis
umum dialami di beberapa negara berkembang. Penelitian terbaru mengindikasikan
kekurangan thiamin dialami oleh masyarakat yang mengkonsumsi beras di Asia,
khususnya pada orang lanjut usia.
Niasin:
Kekurangan Niasin menyebabkan Pellagra yang masih terjadi di India, Afrika, dan
penyakit Pellagra juga dilaporkan terjadi pada pengungsi. Walaupun tidak ada argumen
yang kuat untuk memasukkan niasin ke dalam suplemen namun akan memakan biaya
yang jauh lebih mahal untuk tidak mengikutkannya pada suplemen yang sudah ada.
Vitamin B6 (Pyridoxine)
Kekurangan vitamin B6 dalam jumlah sedikit mungkin terjadi di sebagian besar negara
berkembang yang dikaitkan dengan kekurangan riboflavin. Beberapa penelitian di
beberapa negara berkembang telah menemukan bahwa konsentrasi vitamin B6 dalam air
susu ibu termasuk rendah. Ketersediaan B6 yang memadai sangatlah penting selama
perkembangan janin karena kekurangan zat ini dapat memberi pengaruh negatif pada
perkembangan sistem saraf.
Asam Folat:
Asam Folat dibutuhkan untuk mencegah anemia selama masa kehamilan dalam
hubungannya dengan suplementasi zat besi. Oleh karena itu saat ini asam folat
dimasukkan dalam tablet zat besi-folat dan tidak ada alasan untuk tidak mengikutkannya.
Asam Folat juga dibutuhkan untuk mencegah kelainan tabung saraf walaupun untuk
tujuan ini asam folat harus diberikan pada awal kehamilan selama tahap awal
perkembangan tabung saraf. Asam Folat juga mengurangi konsentrasi homocystein
dalam darah yang penting untuk mencegah penyakit cardiovascular.
Kebutuhan akan asam folat meningkat drastis selama masa kehamilan disebabkan
kebutuhan janin yang sedang tumbuh menjadi besar. Ibu hamil yang tidak menerima
suplemen asam folat beresiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur atau bayinya
Dampak yang buruk dan sering tidak terdeteksi dari anemia akibat kekurangan zat besi
pada ibu maupun janinnya telah diketahui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang
besar di sebagian besar negara berkembang. Peningkatan morbiditas dan mortalitas,
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, cacat fisik dan perkembangan jiwa pada
bayi dan anak-anak serta lemah dan lelah pada orang dewasa merupakan implikasi dari
kekurangan zat ini. Di beberapa daerah tertentu penyebab lainnya dari anemia
kemungkinan adalah malaria atau penyakit parasit. Karena tidak ada suplementasi zat
besi tersendiri yang akan menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh malaria, di
wilayah yang termasuk endemik malaria, dibutuhkan suplementasi tambahan untuk
menghilangkan kekurangan zat besi yang biasa terjadi. Hookworm dan Shistosomiasis
berperan dalam pengurangan zat besi dan harus dihilangkan sebagai bagian dari program
pengendalian anemia yang menggunakan suplementasi zat besi.
Kekurangan zat besi merupakan kekurangan zat gizi dengan prevalensi yang paling tinggi
di dunia, dan kondisi ini adalah penyebab anemia yang paling penting. Ibu hamil secara
khusus merupakan kelompok resiko tinggi untuk terkena anemia karena kebutuhan
mereka akan zat besi selama masa kehamilan akan meningkat menjadi lima kali lipat
dibanding dengan tingkat pada saat mereka tidak hamil.
Seng:
Seng sangat penting untuk pertumbuhan dan mengurangi frekuensi infeksi penyakit
seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Beberapa penelitian telah menunjukkan
dampak positif dari seng terhadap berat badan lahir. Lebih dari itu, seperti telah
disebutkan diatas, suplementasi prenatal dengan seng dapat meningkatkan perkembangan
imunologis dari bayi baru lahir serta menurunkan morbiditas pada bayi. Suatu penelitian
yang dilakukan pada ibu-ibu pasca-persalinan di Indonesia menemukan bahwa 24%
diantara mereka mengalami kekurangan seng. Pola makan dengan kandungan akan zat
Tembaga:
Hanya sedikit informasi tentang pengaruh tembaga terhadap kehamilan. Tetapi
pengkonsumsian suplemen zat besi dan/atau seng dalam jangka waktu yang lama bisa
mengakibatkan kekurangan tembaga. Bayi yang sehat lahir dengan tembaga yang
tersimpan untuk pembentukan sel-sel yang baru pada 6 bulan pertama kehidupan.
Kekurangan tembaga salah satunya dapat menyebabkan anemia.
Selenium :
Selenium mempengaruhi metabolisme yodium dan pembentukan gondok. Selenium,
seperti halnya Vit. E berfungsi sebagai antioksidan oleh sebab itu selenium dimasukkan
dalam suplemen. Resiko keracunan hanya terjadi pada level pengkonsumsian yang tinggi
(> 10 kali RDA).
Yodium:
Dalam lokakarya muncul argumentasi pro dan kontra apakah yodium perlu dimasukkan
ke dalam suplemen. Beberapa negara di dunia telah tercatat luar biasa berhasil dalam
pencapaian program Universal Salt Iodisation (USI). Hampir seluruh populasi dunia
seharusnya sudah menerima yodium melalui program ini atau akan menerimanya dalam
waktu dekat ini. Memasukkan yodium kedalam suplemen mikronutrien ditakutkan bisa
menjadi disinsentif bagi pemerintah untuk melanjutkan usaha USI mereka yang
seharusnya tidak hanya mencapai seluruh populasi tapi juga berlanjut dalam jangka
waktu yang lama. Menambahkan yodium ke dalam suplemen di wilayah yang termasuk
dalam program USI juga akan meningkatkan resiko hyperthyroidism yang disebabkan
karena kebanyakan yodium, khususnya pada individu yang rentan.
Bukti yang kurang meyakinkan akan manfaat kalsium serta ukuran tablet yang menjadi
lebih besar bila ditambah kalsium menjadi alasan mengapa kalsium dihilangkan dari
daftar. Selain itu tidak ada argumentasi kuat yang mendukung dimasukannya magnesium
ke dalam suplemen sehingga pada akhirnya magnesium juga dihapuskan dari daftar.
Vitamin K:
Vitamin K disalurkan dari ibu ke anaknya melalui air susu ibu dalam jumlah yang kecil
dan beberapa peserta percaya bahwa perlu untuk memasukkan nutrien ini ke dalam
suplemen. Tetapi seorang wanita harus mengalami kekurangan gizi yang sangat parah
terlebih dahulu sebelum kandungan vitamin K pada air susunya terpengaruh. Penyaluran
vitamin K yang terjadi hanya saat disalurkan melalui plasenta dari ibu ke bayi. Tidak ada
laporan dari negara berkembang mengenai kasus kekurangan vitamin K.
Mempertimbangkan kurangnya bukti yang meyakinkan tentang manfaat dari penambahan
vitamin K kedalam suplemen maka diputuskan untuk tidak mengikutkannya kedalam
suplemen.
3. pelibatan masyarakat
Program SUMMIT berlandaskan kemasyarakatan (Community-based). Ini berarti
program ini membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat, tidak hanya ibu
hamil peserta SUMMIT namun juga suami, keluarga dan seluruh anggota
masyarakat. Oleh karena itu, program SUMMIT dilaksanakan dengan melibatkan
anggota masyarakat dari berbagai lapisan.
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat, meliputi
354 desa/kelurahan (mengikuti jumlah desa/kelurahan saat ini). Lokasi ini dipilih
setelah mengevaluasi data-data kuantitatif dan data kualitatif dari seluruh kabupaten di
Indonesia berdasarkan indikator-indikator demografik dan kesehatan, termasuk
diantaranya angka kematian ibu dan bayi, status kesehatan, total jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, infrastruktur kesehatan, infrastruktur fisik, serta dukungan
pemerintah daerah setempat.
Program SUMMIT direncanakan berlangsung dalam 3 tahap yang jelas, yang secara garis
besar dijadwalkan sebagai berikut: Tahap I – persiapan dan latihan, Tahap II –
Suplementasi dan follow-up dan Tahap III – Analisa dan persiapan laporan. Seluruh
Karena skala dan sifatnya yang mendetil Program SUMMIT tidak dapat terlaksana tanpa
adanya kerjasama dari berbagai pihak mulai dari jenjang pemerintah pusat, Propinsi,
Kabupaten dan Kota, Kecamatan, hingga Desa dan Dusun. Berbagai pihak yang turut
membantu terlaksananya program SUMMIT adalah:
Walaupun diakui bahwa HKI adalah penanggung jawab utama untuk pelaksanaan
SUMMIT, antisipasi kontribusi-kontribusi dari Litbangkes, dan juga institusi pemerintah
yang lain, akan diberikan secara aktif dibagian desain protokol dan kuesioner, keputusan-
keputusan tertentu mengenai staf dan latihan, kegiatan pengumpulan data, dan supervisi.
Kegiatan penanganan dan manajemen data akan menjadi tanggung jawab utama HKI, dan
analisa akan dilakukan dengan masukan-masukan dari berbagai pihak. Disamping itu,
berbagai institusi akan terlibat dalam diseminasi penemuan-penemuan utama dari
SUMMIT baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk publikasi ilmiah, dan mereka
akan membantu dalam pengembangan program kesehatan yang akan dibuat sebagai
akibat dari adanya program SUMMIT.
Hubungan kerja secara detail antara kelompok-kelompok dalam kegiatan SUMMIT akan
diuraikan dalam sebuah Memorandam of Understanding terpisah. Semua pihak yang
bekerjasama menyadari betul bahwa program ini tidak akan dapat berjalan apabila hanya
dilaksanakan oleh salah satu pihak saja. Untuk memastikan bahwa program berjalan
sebagaimana mestinya maka pemantauan dan koordinasi juga dilakukan secara bersama-
sama.
D. Persiapan Pelaksanaan
1. Formative Research
Sebelum program SUMMIT dilaksanakan, telah dilakukan formative research dimana
dilaksanakan serangkaian diskusi dengan ibu hamil dengan cara Focus Group Discussion
serta wawancara mendalam dengan dukun, dokter dan ibu yang mempunyai anak di
bawah 1 tahun dan anak yang meninggal. Dari kegiatan formative research diketahui
lebih mendalam mengenai pemahaman masyarakat, khususnya perilaku dan sikap hidup
masyarakat terhadap kesehatan, termasuk juga apa yang diinginkan ibu hamil dari
suplemen. Dari hasil focus group discussion diputuskan untuk membuat suplemen
berwarna pink (merah muda) dan dalam bentuk kapsul agar rasanya tidak pahit, serta
dengan kandungan zat besi yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan serupa
pada suplemen lain untuk mengurangi rasa mual setelah meminum suplemen.
Database demografi ini juga akan dihubungkan dengan database dari Sistem Pemantauan
Gizi dan Kesehatan HKI (SPGK), yang akan memungkinkan penelitian ini untuk
memantau berbagai persoalan sosio-ekonomi, masyarakat dan keluarga yang mungkin
berkaitan dengan kesehatan dan kematian ibu dan bayi.
3. Pemasaran sosial
Memperhatikan bahwa keberhasilan penelitian ini sangat tergantung sepenuhnya pada ibu
hamil yang secara aktif mencari perawatan antenatal ke bidan di desa, maka peningkatan
dalam perilaku pencarian bidan menjadi penting. Pada tahap permulaan dari penelitian
ini akan dilakukan suatu kampanye untuk mendorong kunjungan pertama ke bidan
dilakukan sedini mungkin. Tujuan dari kegiatan pemasaran sosial ini adalah untuk
mendorong agar kunjungan pertama dilakukan sedini mungkin, mendorong konsumsi
suplemen dan penggunaan jasa bidan dan asistennya di desa. Kegiatan pemasaran sosial
ini akan terus dilakukan oleh Community Facilitator selama pelaksanaan suplementasi.
Kegiatan pemasaran sosial dan pendidikan harus dilaksanakan secara terfokus, terutama
pada promosi suplemen dan peningkatan konsumsi, sehingga hal ini dapat memperkuat
pelaksanaan kegiatan suplementasi. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mengoptimalkan
jumlah peserta dan memastikan ibu hamil mengerti akan pentingnya partisipasi.
Setiap bidan yang ada di wilayah distribusi akan menerima pasokan dari salah satu
diantara kedua jenis suplemen (yaitu Fe/Asam folat atau Multi-Mikronutrien). Suplemen
yang diberikan kepada bidan dan kode apa yang akan diterima seorang bidan ditentukan
secara acak (random) oleh komputer, dan yang dioptimalkan guna menghindari
pemberian kode yang sama kepada bidan yang berada di desa yang berdekatan.
Ada dua jenis suplemen yang akan diberikan program SUMMIT; yaitu suplemen multi-
mikronutrien atau suplemen Fe/zat besi dan Asam Folat (lihat isi kandungan suplemen
pada halaman 12. Setiap suplemen mempunyai bentuk dan kemasan yang sama dan akan
diberi kode sehingga tidak ada seorangpun, baik pihak pemberi (SUMMIT) maupun
penerima (ibu hamil) yang mengetahui suplemen mana yang mengandung zat besi dan
asam folat dan mana yang mengandung mikronutrien. Cara ini disebut dengan double
blind system. Jika cara ini tidak dilakukan ditakutkan salah satu jenis suplemen akan
lebih dipilih daripada suplemen lain, atau seseorang yang mendapatkan satu jenis
suplemen tertentu mungkin akan terpengaruh dengan kandungan suplemennya dan
mengubah-ubah kesehatannya yang normal. Dengan begitu hasil program ini akan
menjadi tidak jelas dan tidak akan berpengaruh banyak dalam merubah kebijakan
kesehatan ibu hamil.
Ibu hamil akan menerima salah satu diantara dua jenis suplemen tersebut dari bidan dan
tetap akan menerima suplemen yang sama dengan kode yang sama sejak pendaftaran
hingga 3 bulan setelah kehamilan berakhir, baik karena melahirkan ataupun karena
keguguran.
Bidan akan mendistribusikan suplemen pada ibu hamil sejumlah 35 kapsul setiap bulan
dan memantau dampak kesehatan melalui kunjungan perawatan prenatal rutin dan
memantau kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi suplemennya.
Tidak akan ada kelompok plasebo kosong dalam penelitian, mengingat distribusi
suplemen zat besi/asam folat (Tablet Tambah Darah/TTD) kepada ibu hamil telah
merupakan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia saat ini. Tidaklah etis untuk
memberi ibu hamil kurang dari apa yang lazim mereka terima dalam program
pemerintah.
Pemberian suplemen akan dimulai secara bertahap yaitu dimulai di sejumlah kecamatan
per bulan untuk memastikan kelancaran operasional suplementasi.
3. Pemeriksaan biokimia
Sebagian ibu hamil akan diambil setetes darah dari ujung jarinya (finger prick blood spot)
untuk pemeriksaan anemia dan kadar beberapa mikronutrien dalam darah. Sekitar 20.000
kehamilan dari seluruh jumlah sampel secara acak akan menjadi subsampel. Ibu hamil
yang menjadi subsampel akan diambil 4-5 ml darah venanya untuk pemeriksaan status
nutrisi dan ketahanan tubuh. Sampel darah diambil dua kali yaitu pada saat pendaftaran
(sebelum mengkonsumsi suplemen) dan satu kali selama masa hamil atau pasca-
persalinan. Ibu hamil yang diambil darahnya tidak akan diberikan makanan pengganti
seperti dalam pengambilan donor darah.
Sampel-sampel darah akan diproses di Mataram, setelah itu akan dikirim ke Jakarta untuk
dianalisa di laboratorium. Karena permasalahan logistik, maka hasil pemeriksaan tidak
dapat diberikan secepatnya ke lokasi lapangan.
F. Pendaftaran kehamilan
Tidak ada batasan usia kehamilan bagi seorang ibu untuk bisa menjadi peserta Program
SUMMIT. Ibu hamil yang memeriksakan diri ke seorang bidan akan diberi penawaran
untuk berpartisipasi dalam program ini. Pada saat kunjungan pertama ini pula, kehamilan
akan dikonfirmasi dengan tes urin gratis apabila usia kehamilan kurang dari 26 minggu.
Apabila kehamilan sudah lebih dari 26 minggu tes urin dapat diganti dengan pemeriksaan
fisik biasa.
Apabila ibu hamil terpilih untuk menjadi subsampel, ibu tersebut juga akan dimintai
secara khusus kesediaannya dan diinformasikan mengenai tujuan pengambilan darah
tersebut. Sebagai tanda persetujuan ibu diminta menandatangani IC jenis kedua, yaitu IC
untuk subsampel.
Pemberian suplemen akan dilakukan kepada ibu hamil setelah bidan mengkonfirmasikan
perihal adanya kehamilan dan ibu hamil telah setuju untuk berpartisipasi dengan
menandatangani IC. Suplemen yang diberikan memiliki kode tertentu dan berisi salah
satu dari kedua jenis suplemen SUMMIT. Baik bidan, ibu hamil, dan staf SUMMIT
tidak ada yang mengetahui isi suplemen tersebut secara pasti. Apabila seorang ibu hamil
telah mengkonsumsi suplemen dengan kode tertentu, untuk seterusnya ia harus meminum
suplemen dengan kode yang sama sampai akhir keikutsertaannya. Suplemen ini diminum
satu butir setiap hari dan akan diberikan sebanyak 35 kapsul setiap bulan. Ibu hamil
diminta untuk kembali guna menerima jatah kapsul berikutnya pada kunjungan
pemeriksaan kehamilan pada bulan berikutnya. Jumlah kapsul yang tersisa pada ibu
hamil dari bulan sebelumnya akan ditambah dengan jumlah yang diberikan bidan
sehingga totalnya menjadi 35 kapsul setiap bulan. Distribusi suplemen akan berlangsung
sejak ibu mendaftar dalam program SUMMIT hingga 12 minggu setelah melahirkan atau
12 minggu setelah terjadinya keguguran atau bayi lahir mati.
Ibu hamil yang tidak bersedia untuk menjadi peserta program Summit serta ibu hamil di
wilayah-wilayah yang belum mulai disuplementasi akan tetap menerima tablet tambah
darah (TTD) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Oleh karena itu, TTD dari Pemerintah Republik Indonesia tidak akan ditarik dari
peredaran di pulau Lombok, tetapi hanya akan digunakan untuk mereka yang tidak ikut
program Summit. Ibu hamil dapat bergabung dengan program SUMMIT kapan saja pada
masa kehamilannya, termasuk juga ibu hamil yang tadinya menolak kemudian
memutuskan untuk berpartisipasi di kemudian hari.
Pada kasus-kasus di mana bidan atau ibu hamil pindah ke wilayah lain, perlu diingat
bahwa ibu hamil perlu untuk selalu mengkonsumsi suplemen dengan kode yang sama
H. Pengumpulan data
Selain membagikan suplemen, para bidan akan melakukan pemeriksaan kehamilan rutin
dan mencatat hasilnya, menolong persalinan, dan mendeteksi kematian ibu dan bayi baru
lahir. Prosedur-prosedur dan data ini telah termasuk sebagai bagian dari protokol
kunjungan prenatal biasa dari Depkes. Dalam hal suplementasi, staf HKI akan membantu
bidan sehingga bidan tidak akan terlalu terbebani dengan tugas tambahan. Disamping itu,
staf pengumpul data HKI akan mengumpulkan data dari setiap ibu hamil pada saat
pendaftaran, pada saat usia kehamilan 36 minggu dan pada saat 12 minggu setelah
melahirkan. Data yang akan dikumpulkan dari setiap kelompok sampel diringkas
dibawah ini.
Para bidan akan dianjurkan untuk menghadiri persalinan guna menolong persalinan dan
mendapat data mengenai proses persalinan, berat badan lahir, serta skor APGAR bayi
baru lahir. Para bidan akan mencatat hasil dari pemeriksaan rutin ini. Prosedur-prosedur
dan formulir-formulir akan distandarisasi untuk penelitian ini, dan para bidan akan
menerima latihan dan dukungan dalam pencatatan yang teliti.
Para staf pengumpul data dari HKI akan mengumpulkan data mengenai status sosio-
ekonomi, konsumsi makanan (termasuk suplemen yang dibeli sendiri, jamu, dan obat-
obatan) dua kali selama kehamilan. Disamping itu, mereka akan mengukur tinggi badan
dan berat badan ibu hamil pada setiap kunjungan. Selain mengumpulkan data, mereka
juga bertugas untuk memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
muncul di masyarakat mengenai kegiatan SUMMIT. Kunjungan terakhir oleh seorang
staf pengumpul data akan terjadi pada saat tiga bulan (12 minggu) setelah melahirkan
guna mencatat informasi mengenai kesehatan ibu dan anak. Staf pengumpul data dari
HKI akan bekerjasama dengan para bidan dan pembantu bidan guna menjamin
pengumpulan data yang berkualitas tinggi dan tepat waktu. Guna menjamin agar
pengumpulan dan pencatatan data berkualitas tinggi, berbagai jenis pengecekan dan
kunjungan pemantauan akan dilakukan.
Badan Penasehat Umum (General Steering Committee = GSC) terdiri dari peneliti dan
ahli kesehatan masyarakat di tingkat nasional dan internasional. Mereka bertugas
membahas aspek-aspek ilmiah dan programatik SUMMIT ini ditingkat nasional dan
internasional. Tugas badan ini termasuk berdiskusi dan mencapai konsensus bagi solusi
terhadap permasalahan-permasalahan penting, baik ilmiah maupun program, yang
membutuhkan perubahan atau intervensi drastis terhadap rancangan ataupun pelaksanaan
penelitian ini. Secara umum, GSC akan bertemu setiap enam (6) bulan sekali, untuk
menginformasikan perkembangan terakhir dan berdiskusi setelah menerima rekomendasi
dan laporan dari Scientific Advisory Board. Pada periode-periode tertentu, apabila
diperlukan, Badan Penasehat ini dapat diminta untuk bertemu lebih sering.
Scientific Advisory Board (SAB) terdiri dari ilmuwan, birokrat dan ahli kesehatan
masyarakat baik ditingkat nasional maupun propinsi. Kelompok ini bertanggung jawab
untuk mendiskusikan, menginvestigasi dan memberikan rekomendasi kepada GSC
mengenai hal-hal yang menyangkut kesuksesan SUMMIT. Mereka juga bertanggung
jawab untuk mengambil keputusan-keputusan umum mengenai SUMMIT yang tidak
secara drastis merubah rencana kerja. Kelompok ini bertemu kira-kira setiap tiga bulan
Scientific Advisory Committee (SAC) adalah suatu sub-komite yang terdiri dari para
ilmuwan nasional dan propinsi yang duduk di SAB. Mereka bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi dan membuat prioritas permasalahan ilmiah yang membutuhkan
perhatian demi kesuksesan SUMMIT. Kelompok ini bertemu untuk laporan umum kira-
kira setiap dua (2) bulan sekali untuk pelaporan umum. Dalam tugasnya SAC sering
mengadakan pertemuan dengan Provincial Advisory Board (PAB) dan Provincial
Scientific Committee (PSC).
Fungsi dari Provincial Advisory Board (PAB) dan Provincial Scientific Committee (PSC)
mirip dengan fungsi SAB dan SAC, tetapi tugas PAB dan PSC dikhususkan untuk
membahas hal-hal yang spesifik di tingkat Propinsi yang tidak memerlukan perhatian
khusus di tingkat nasional. Tanggung jawab utama dari komite-komite ini adalah untuk
menjamin pelaksanaan program SUMMIT secara teliti dan terkoordinir, dan untuk
mengidentifikasi wilayah masalah, serta memberikan rekomendasi pada SAC. PSC
adalah kelompok yang dianggap paling mengerti pengorganisasian dan pelaksanaan
SUMMIT di lapangan. Mereka akan bertemu paling sedikit setiap satu bulan sekali, atau
lebih sering apabila diperlukan.
B. Proses Sertifikasi
Untuk mendorong terjadinya perubahan kebijakan agar memihak pada peningkatan
kesehatan ibu hamil, pembuat kebijakan membutuhkan bukti pendukung yang kuat dan
terpercaya. Oleh karena itu kualitas program SUMMIT dan kualitas data yang
dihasilkannya sangatlah penting. Data yang tidak berkualitas akan menyebabkan
program ini kehilangan kesempatan untuk mendorong perubahan kebijakan. Karena
alasan inilah maka sangat penting bagi staf lapangan seperti CF dan DC untuk
berinteraksi secara baik dengan ibu hamil dan keluarganya dan untuk mengambil data
yang terpercaya dan akurat dengan cara yang benar.
Tiga unsur kemampuan utama yang penting bagi seorang staf lapangan adalah:
1. Pemahaman mendalam atas pengetahuan mendasar mengenai program,
2. cara berinteraksi yang sopan dan
3. kemampuan mengambil data dengan benar dan akurat serta menjawab
pertanyaan dengan benar
Ketidakmampuan seseorang untuk menunjukkan ketiga unsur tersebut di atas berarti
bahwa, demi kepentingan ibu hamil dan program, orang tersebut tidak diperkenankan
untuk bekerja di lapangan. Karena alasan-alasan tersebut di atas maka sertifikasi
pengetahuan dan praktek lapangan mutlak diperlukan. Prosedur yang harus dilalui untuk
mendapatkan sertifikasi adalah sebagai berikut:
Sebelum seorang calon staf dikontrak, beberapa tahapan harus dilalui, yaitu:
a. Proses pelamaran
Surat lamaran untuk menjadi staf lapanganan dikirimkan langsung ke kantor HKI
SUMMIT di Lombok. Sebuah surat pemberitahuan akan dikirimkan kembali kepada
pelamar sesaat setelah surat lamaran diterima. Dalam surat pemberitahuan juga akan
disampaikan bahwa proses seleksi pelamar berlangsung maksimal selama 2 bulan.
General Test dikerjakan dengan media komputer dan dilaksanakan dalam 3 putaran
secara berurutan di hari yang sama. Pada setiap putaran komputer akan mengacak 50
pertanyaan pilihan berganda dan peserta harus menyelesaikan keseluruhan soal dalam
waktu 30 menit. Kriteria minimum untuk lulus sertifikasi adalah dua tes dengan nilai
minimum 80% dan satu tes dengan nilai minimum 90%. Urutan nilai tes tidak
penting (contoh: 80-80-90, 80-90-80, 90-80-80). Calon staf yang lulus General Test
kemudian akan melalui proses wawancara untuk melihat lebih dalam motivasi dan
kemampuannya.
c. Pelatihan (Training)
Peserta yang lulus General Test dan tahap wawancara akan melalui masa pelatihan
selama 10 – 17 hari. Selama pelatihan calon staf akan belajar lebih dalam mengenai
program SUMMIT dan akan diberi beberapa tugas dan tes. Peserta yang lulus
pelatihan akan melalui proses sertifikasi sesuai dengan levelnya.
d. Sertifikasi
Sertifikasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
i. Sertifikasi Pengetahuan Dasar (knowledge-based) yang merupakan tes
komputer dengan prosedur seperti pada General Test. Soal-soal yang
diberikan akan lebih sulit dan mendetil dibandingkan dengan soal-soal pada
Bagan alur prosedur sertifikasi staf lapangan baru dapat dilihat pada Bagan 2.
Staf yang lulus kedua resertifikasi dapat melanjutkan tugasnya sebagai staf lapangan.
Untuk pembaharuan kontrak, staf yang lulus akan diberi kontrak baru untuk
ditandatangani.
Apabila staf lapangan tidak mampu menunjukkan ketiga unsur kemampuan utama seperti
yang disebutkan di atas berarti staf tersebut perlu berhenti bekerja di lapangan dan
menggunakan waktunya sebaik-baiknya untuk melakukan resertifikasi agar dapat
melayani masyarakat dengan lebih baik. Hal ini terutama dapat terjadi terutama pada
resertifikasi yang terjadi di tengah kontrak. Pada saat akhir kontrak apabila proses
sertifikasi melampaui masa berlaku sertifikat yang lama, maka staf tersebut diminta untuk
berhenti bekerja. Gaji maupun tunjangan tidak akan diberikan selama masa ia berhenti
bekerja. Gaji dihitung kembali apabila ia kemudian berhasil lulus sertifikasi dan
mendapat kontrak baru.
Contoh: Masa berlaku sertifikat Staf A berakhir pada tanggal 14 Agustus, maka ia harus
melakukan resertifikasi sekitar tanggal 1 Agustus. Apabila ia gagal pada kesempatan
pertama maka ia dapat mengambil tes kembali sekitar tanggal 7 Agustus. Apabila ia
gagal kembali, ia dapat mengajukan permohonan yang keputusannya akan diberikan
secara tertulis sekitar tanggal 14 – 17 (tergantung pada tanggal diterimanya surat
permohonan tersebut). Pada saat keputusan tersebut dikeluarkan masa berlaku sertifikat
Staf A sudah lewat sehingga Staf A tersebut tidak diperkenankan untuk bekerja sampai
resertifikasi dan kontrak baru didapat. Pada masa-masa ia tidak terikat kontrak lagi, gaji
dan tunjangan tidak akan diberikan. Apabila pada kesempatan terakhir Staf A berhasil
mendapatkan sertifikasinya maka ia dipersilakan kembali bekerja di lapangan dan
mendapatkan baik gaji maupun tunjangannya. Namun apabila pada kesempatan terakhir
Staf A tersebut tetap gagal mendapatkan sertifikat maka ia dinyatakan tidak dapat
menunjukkan kemampuannya dan kontraknya tidak akan diperpanjang.
Perm oh on an
d ika bu lk an Se rti fikasi
Proses p elam aran Pro ses selek si Pr oses Gen era l Test Pro se s Pel ati han Pr oses Ser tifikasi Proses u n tu k kesem pa tan ked u a
Permoho nan
di kabul kan RESERTIFIKASI 3
3hari
Pemberit ahuan
30 hari Hasil
7 hari
3 hari setelah t iap k egagalan
7 hari
7 hari
Proses Resertifikasi Pert ama Proses Resert ifikasi kedua Proses Resert ifikasi Ketiga
Sementara itu, staf lapangan SUMMIT terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Community Facilitator (CF)
CF adalah staf lapangan program SUMMIT yang bertugas memfasilitasi seluruh kegiatan
SUMMIT di tingkat desa atau kelurahan. CF direkrut dari penduduk desa setempat.
Adapun tugas-tugas CF yang berkaitan dengan program SUMMIT adalah:
pemasaran sosial dan mobilisasi masyarakat
aktivitas suplementasi
pendataan dan pemetaan
Pada kontrak yang ditandatangani baik CF dan DC akan tercantum tanggal pelatihan,
tanggal tes sertifikasi dan level yang diambil serta nilai sertifikasi pengetahuan dasar dan
praktek lapangan.
Tujuan dari program SUMMIT adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan
selama kehamilan guna meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Baik ahli-ahli kesehatan
pada tingkat internasional, nasional, propinsi dan kabupaten maupun staf program
SUMMIT merasa bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh adalah merubah kebijakan
pemerintah dari pemberian tablet yang berisi zat besi dan asam folat menjadi pemberian
zat gizi mikro lengkap. Dengan harapan dapat menurunkan angka kematian ibu dan
anak, tujuan jangka panjang SUMMIT adalah menyelamatkan jiwa manusia.
5. Dari manakah dana program SUMMIT? Apakah berasal dari luar negeri dan
merupakan pinjaman?
Dana program SUMMIT berasal dari beberapa sumber termasuk USAID, Turner
Foundation dan UNICEF. Dana ini adalah hibah dan bukan merupakan pinjaman. Tidak
ada yang perlu dibayar kembali oleh masyarakat dan/atau pemerintah di Lombok guna
mendukung program SUMMIT.
6. Apakah semua ibu hamil akan mendapat suplemen SUMMIT atau hanya yang
kurang gizi saja?
Semua ibu hamil dapat berpartisipasi dalam program SUMMIT, bukan hanya ibu hamil
yang kurang gizi. Akan tetapi, perlu dimengerti bahwa sebagian dari ibu hamil yang ikut
9. Apakah SUMMIT akan menyediakan formulir khusus untuk pencatatan bagi ibu
hamil yang mendapatkan suplemen? Hal ini penting karena banyak ibu hamil
memeriksakan kehamilannya ke lebih dari satu fasilitas pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas dan Polindes.
Ya. Setiap ibu hamil akan mempunyai kartu informasi yang memuat informasi tentang
kode dan jumlah suplemen yang diterimanya. Selain itu, setiap bidan yang dikunjungi
oleh ibu hamil juga akan memiliki catatan tentang kunjungan ibu tersebut, status
suplemen dan kesehatannya. Staf SUMMIT akan membantu pertukaran informasi antar
bidan yang dikunjungi oleh ibu hamil.
16. Apakah yang telah dilakukan oleh SUMMIT untuk mengurangi efek samping
tersebut?
Masyarakat dan petugas kesehatan telah sangat aktif memberi masukan kepada staf
SUMMIT mengenai apa yang perlu diperbaiki dari tablet tambah darah yang ada saat ini,
serta mengenai efek samping yang mana yang paling mengganggu. Komposisi dari
suplemen SUMMIT telah dibuat dengan tujuan untuk membuat sebuah suplemen yang
lebih mudah diterima dengan efek samping yang sangat sedikit dan tercerna lebih mudah.
Contohnya, jenis zat besi yang digunakan dalam suplemen SUMMIT lebih mudah untuk
dicerna.
18. Apakah suplemen akan membuat bayi besar dan manyulitkan proses persalinan?
Tidak. Suplemen ini akan meningkatkan berat badan bayi dengan membuat sang bayi
lebih sehat tapi tidak akan menyulitkan proses melahirkan.
Penelitian yang dilakukan di negara lain menunjukkan bahwa suplementasi pada ibu
hamil dapat meningkatkan berat badan bayi tetapi tidak membuat proses persalinan
menjadi lebih sulit akibat peningkatan berat badan bayi. Hal ini bisa terjadi karena
bagian tersulit dari proses persalinan adalah keluarnya kepala bayi. Ternyata ukuran
kepala bayi tidak bertambah banyak meskipun berat badan bayi meningkat.
Selain itu, proses persalinan menjadi lebih aman untuk ibu karena zat gizi mikro akan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan
perdarahan.
23. Apakah SUMMIT merupakan uji coba suplemen? Apakah masyarakat digunakan
sebagai kelinci percobaan?
Tidak. Tujuan dari SUMMIT adalah untuk merubah kebijakan dalam bidang kesehatan.
Telah diakui secara luas bahwa zat gizi mikro lengkap adalah aman. Zat gizi mikro
adalah zat-zat alami yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memperoleh kesehatan yang
optimal. Biasanya, zat gizi mikro diperoleh dari pola makan yang baik. Ketika pola
makan terbatas atau ketika kebutuhan tubuh lebih banyak dari biasanya (misalnya selama
masa kehamilan) zat-zat tersebut dapat diperoleh dari suplemen.
Zat gizi mikro lengkap telah dikonsumsi oleh ibu hamil di negara-negara maju selama
40-50 tahun sehingga kita tahu bahwa zat-zat tersebut adalah aman. Kita juga tahu,
bahwa zat gizi mikro tunggal memiliki dampak positif pada kesehatan ibu dan bayi. Jadi,
Program SUMMIT tidak mengevaluasi aman atau tidaknya suplemen. Program
SUMMIT membantu Depkes dan masyarakat untuk merubah kebijakan dari pemberian
zat besi/asam folat menjadi pemberian zat besi/asam folat serta zat gizi lainnya untuk
memperoleh manfaat tambahan dari pemberian zat gizi mikro secara bersamaan.
25. Jika ibu hamil yang menjadi peserta program SUMMIT meninggal selama
program, siapa yang akan bertanggung jawab?
Suplemen tidak akan memecahkan semua masalah kesehatan atau mencegah segala
kemungkinan yang menjadi penyebab seseorang meninggal. Kita tahu bahwa suplemen
itu aman dan TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEMATIAN. Kematian dapat
disebabkan oleh banyak hal yang berbeda, dan kita tidak dapat mencegah semua
penyebab ini. Kita dapat melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kesehatan kita
tapi akhirnya takdir ada di tangan Tuhan.
27. Mengapa akan ada pengambilan darah dan untuk apa darah tersebut akan
digunakan?
Darah akan diambil untuk mengukur kandungan zat gizi mikro dalam darah dan daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Hasil pemeriksaan ini akan digabungkan dengan informasi
lain yang dikumpulkan dalam program SUMMIT mengenai status kesehatan untuk
membuat gambaran lengkap tentang dampak-dampak zat gizi mikro.
28. Apakah semua ibu hamil peserta SUMMIT akan diambil darahnya?
Tidak. Darah akan diambil dari sebagian peserta saja (sub-kelompok). Kurang lebih
20.000 peserta akan diminta persetujuannya untuk diambil darahnya.
30. Apa yang akan terjadi bila SUMMIT berakhir? Akankah masyarakat harus
membayar untuk mendapatkan suplemen?
Tujuan SUMMIT adalah untuk merubah kebijakan melalui kerjasama dengan pemerintah
dan masyarakat. SUMMIT akan menyediakan bagi pembuat kebijakan informasi yang
dapat dipercaya, yang dibutuhkan guna memutuskan agar zat gizi mikro lengkap tersedia
untuk semua ibu hamil. Selanjutnya, apabila pemerintah memutukan untuk memberikan
zat gizi mikro kepada semua ibu hamil, maka zat gizi mikro lengkap dapat disediakan
secara gratis sama seperti penyediaan tablet zat besi/asam folat yang ada sekarang ini.
Sangat penting masyarakat mendapat informasi yang benar mengenai dampak dari
31. Jika Program SUMMIT berakhir dan pemerintah belum mengadopsi program, di
manakah ibu hamil akan mendapatkan suplemen?
Staf SUMMIT akan bekerjasama dengan pemerintah, dengan tujuan agar setelah program
SUMMIT berakhir suplemen zat gizi mikro lengkap tetap dapat disediakan oleh
pemerintah. Saat ini dan seterusnya zat gizi mikro lengkap telah dapat dibeli. Akan
tetapi, menjadi harapan kita bersama, masyarakat akan menyuarakan keinginannya
supaya zat gizi mikro lengkap dapat disediakan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
kehamilan standar dan para pembuat kebijakan akan menanggapi permintaan tersebut.
Sangat penting masyarakat menggunakan suaranya untuk memastikan mereka
mendapatkan perawatan terbaik untuk para ibu dan bayinya.
i
From UNICEF’s State of the World’s Children 1997, found in Proceedings of the Safe Motherhood Asia
1997 Workshop, CIDA & UNICEF-sponsored event held in Ujung Pandang, South Sulawesi, Indonesia.
April 6-11, 1997.
ii
Summary of maternal mortality rates in Indonesia, found in Maternal and Neonatal Health Review with
Recommendations to USAID/Indonesia; JHPIEGO Corporation, Washington DC; May, 1999
iii
Suharno D, West CE, Karyadi D, Hautvast GAJ. Supplementation with vitamin A and iron for nutritional
anemia in pregnant women in West Java, Indonesia. Lancet 1993;342:1325-8
iv
Mikhail MS, Anyaegbunam A, Garinkel D, Palan PR, Basu J, Romney SL. Pre-eclampsia and antioxidant
nutrients: Decreased plasma levels of reduced ascorbic acid, a-tocopherol, and ß-carotene in women with
pre-eclampsia. Am J Obstet Gynecol 1994;171:150-7.
v
Ziari SA, Mireles VL, Cantu CG, Cervantes M, Idrisa A, Bobsom K, Tsin ATC, Glew RH. Serum vitamin
A, vitamin E, and ß-carotene levels in pre-eclamptic women in Northern Nigeria. Am J Perinatol
1996;13:287-91.
vi
MOH Directorate General of Community Health, Directorate of Family Health. Strategies to Accelerate the
Reduction of Maternal Mortality. Jakarta, 1997.
vii
Ministry of Health Republic Indonesia. Primary Health Care in Indonesia. Jakarta, 1990.
viii
de Pee S, Bloem MW, Graciano F, Sari M, Soekarjo D, Tjiong R, Satoto. Indonesia’s crisis causes
considerable weight loss among mothers and adolescents. In press.