Anda di halaman 1dari 55

SUMMIT

Suplementasi Zat Gizi Mikro Untuk Ibu Hamil


Dalam Rangka Menurunkan Angka Kematian Ibu
Dan Meningkatkan Kesehatan Bayi

GENERAL MATERIAL

HKI-SUMMIT
JANUARY 2004
Kata Pengantar
Dokumen ini adalah salah satu bahan rujukan bagi Staf SUMMIT untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan kegiatan SUMMIT. Bahan ini juga digunakan sebagai
materi untuk General Test, sebuah tes dengan media komputer yang dirancang khusus
bagi staf dan calon staf SUMMIT. General Test dirancang untuk menilai kemampuan
staf dan calon staf dalam memahami filosofi program SUMMIT. Pemahaman yang
sangat baik harus dimiliki oleh setiap staf SUMMIT karena setiap staf diharapkan dapat
memberikan informasi yang tepat dan akurat mengenai kegiatan SUMMIT. Salah satu
faktor penting dari berhasil atau tidaknya program SUMMIT adalah disampaikannya
informasi yang benar dan akurat kepada ibu hamil, sebagai target utama dari program ini,
dan masyarakat pada umumnya.

Untuk lebih memahami dokumen ini dan mempersiapkan staf dan calon staf menghadapi
General Test, staf dan calon staf akan dibantu dengan sebuah sesi konsultasi yang
dibimbing oleh supervisor. Bahkan, selama bertugas sebagai ujung tombak program
SUMMIT, semua staf akan dibantu dan dibimbing oleh supervisor. Supervisor juga
diharapkan memberi masukan untuk peningkatan kinerja program serta peningkatan
kinerja staf SUMMIT. Selain itu apabila timbul masalah di lingkungan kerjanya maka
seorang supervisor harus mendiskusikan dan mencari solusi terbaik atas masalah-masalah
tersebut.
Pendahuluan ________________________________________________________ 1
A. Latar Belakang ______________________________________________________ 1
B. Tujuan_____________________________________________________________ 3
Permasalahan________________________________________________________ 4
A. Kondisi Ibu Hamil di Indonesia _________________________________________ 4
B. Penyebab Kematian Ibu dan Hubungannya dengan Gizi _____________________ 4
a) Perdarahan dan Anemia ____________________________________________________ 5
b) Pre-eklampsia____________________________________________________________ 5
c) Partus lama dan persalinan terhambat __________________________________________ 6
d) Infeksi _________________________________________________________________ 6
C. Mengapa Lombok____________________________________________________ 7
Program Dan Fasilitas Kesehatan Untuk Ibu Hamil Di Indonesia Dan Lombok ____ 9
A. Program dan Strategi Pemerintah Indonesia ______________________________ 9
B. Fasilitas kesehatan yg tersedia bagi ibu hamil ______________________________ 9
C. SUMMIT dan Fasilitas Kesehatan ______________________________________ 10
Suplemen Summit____________________________________________________ 12
A. Jenis-Jenis Suplemen dan Kandungannya________________________________ 12
B. Perbedaan Suplemen SUMMIT dengan TTD dari pemerintah _______________ 12
C. Karakteristik Lainnya dan Partisipasi Masyarakat ________________________ 13
D. Efek Samping & Masalah Keamanan ___________________________________ 13
E. Petunjuk Pengkonsumsian Suplemen ___________________________________ 13
Memilih dan Mengevaluasi Suplemen Mikronutrien Untuk Ibu Hamil __________ 15
A. Nutrien yang dimasukkan dalam suplemen_______________________________ 16
B. Nutrien yang tidak dimasukkan dalam suplemen __________________________ 21
Pelaksanaan ________________________________________________________ 22
A. Filosofi pelaksanaan _________________________________________________ 22
B. Lokasi dan Jadwal __________________________________________________ 22
C. Pelaksana dan Kerjasama ____________________________________________ 23
D. Persiapan Pelaksanaan _______________________________________________ 24
1. Formative Research ______________________________________________________ 24
2. Baseline Demographic Surveillance __________________________________________ 24
3. Pemasaran sosial ________________________________________________________ 25
E. Desain dan Metodologi Survey _________________________________________ 25
1. Randomisasi (pengacakan) terhadap perlakuan __________________________________ 26
2. Ukuran Sampel__________________________________________________________ 27
3. Pemeriksaan biokimia_____________________________________________________ 27
F. Pendaftaran kehamilan ______________________________________________ 27
G. Distribusi suplemen dan partisipasi masyarakat___________________________ 28
H. Pengumpulan data __________________________________________________ 29
I. Investigasi Faktor Sosiologi dan Fisiologis (IFSF)__________________________ 31
J. Manajemen dan Analisa Data _________________________________________ 31
Kerahasiaan Data ____________________________________________________ 32
Badan Pengarah Dan Penasehat ________________________________________ 32
Sertifikasi __________________________________________________________ 34
Kesepakatan Kerja ___________________________________________________ 41
Glossary ___________________________________________________________ 42
Pertanyaan Yang Sering Muncul ________________________________________ 45
Reference __________________________________________________________ 51
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kematian ibu dan bayi masih tetap merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang
penting di sebagian besar negara berkembang. Tolok ukur dalam menentukan derajat
kesehatan suatu daerah/negara adalah:
1. Angka kematian ibu (AKI) atau dalam istilah asing disebut Maternal
Mortality
2. Angka kematian bayi (AKB) atau dalam istilah asing disebut Infant
Mortality
3. Proporsi berat badan lahir rendah (BBLR) atau dalam istilah asing disebut
Low Birth Weight (LBW)

Baik angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia termasuk diantara yang
paling tinggi di Asia Tenggara. Walaupun penurunan kematian anak, penurunan
kesuburan dan peningkatan status kesehatan telah berhasil dilakukan dengan cepat, tetapi
angka kematian ibu, kematian bayi baru lahir dan kematian bayi tetap tergolong tinggi.
Untuk itu dibutuhkan intervensi dengan menggunakan pendekatan baru, berbiaya rendah
(cost-effective) dan terfokus pada sasaran tertentu guna memperbaiki indikator-indikator
kesehatan tersebut. Telah diakui secara luas bahwa status gizi, khususnya status gizi
mikro, adalah salah satu faktor paling penting dalam menentukan kesehatan ibu hamil
secara keseluruhan, hasil kelahiran, dan kesehatan bayi. Diakui bahwa, prevalensi
kekurangan mikronutrien tetap tinggi di negara-negara berkembang, dan perempuan yang
sedang hamil dan menyusui termasuk kelompok yang paling rawan karena kebutuhan
mereka akan mikronutrien relatif lebih tinggi. Sayangnya, di sebagian besar negara-
negara berkembang (dimana pola makan perempuannya secara umum tergolong marginal
dan status kesehatan masyarakatnya kurang), pemberian suplemen mikronutrien selama
masa kehamilan sejauh ini hanya terbatas pada penyediaan tablet zat besi/asam folat saja.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan di negara-negara maju (dimana pola
makan dan status kesehatan perempuan pada umumnya baik), yang telah lama
memasukkan pemberian suplemen multivitamin/mineral sebagai suatu program rutin
dalam kebijakan perawatan prenatal.

Beberapa penelitian yang dilakukan di negara berkembang menekankan pentingnya


perhatian mendasar pada status mikronutrien. Penelitian tersebut membuktikan adanya
dampak positif yang sangat besar dari pemberian suplemen mikronutrien, termasuk
vitamin A, zat besi, seng dan asam folat, terhadap kesehatan ibu hamil dan bayi.
Disamping itu, telah terkumpul bukti-bukti dari berbagai penelitian bahwa mikronutrien
yang lain, bila diberikan pada masa kehamilan dan menyusui dapat memberikan
kontribusi terhadap penurunan kematian ibu dan kematian bayi. Petugas-petugas
kesehatan di seluruh dunia makin menyadari dampak positif dari pemberian suplemen
mikronutrien terhadap kesehatan ibu hamil dan bayi, serta dampak positif yang dapat
diperoleh dari program kesehatan yang terfokus pada peningkatan status gizi mikro
perempuan selama masa hamil dan menyusui.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 1


Sebagian besar dari penelitian intervensi dengan mikronutrien yang dimaksud di atas
bertujuan untuk mengukur dampak pemberian suplemen mikronutrien terhadap kesehatan
ibu hamil dan bayi dibawah suatu pemantauan dan pengawasan yang ketat. Guna menilai
secara penuh dampak potensial dari intervensi-intervensi serupa maka sangatlah penting
mengetahui keefektifan pemberian suplemen mikronutrien yang disediakan melalui
sistem perawatan antenatal yang telah ada. Lokasi yang paling banyak akan memberi
informasi penting guna mengevaluasi keefektifan program pemberian suplemen multi-
mikronutrien prenatal adalah wilayah-wilayah di mana terdapat dukungan kuat dari
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil. Dalam konteks ini, Indonesia
merupakan lokasi yang ideal untuk mengkaji dampak pemberian suplemen multi-
mikronutrien prenatal terhadap kesehatan ibu hamil dan bayi.

Pada awal tahun 1999, Departemen Kesehatan meminta dilakukannya suatu pengkajian
dan rekomendasi perbaikan dan peningkatan program-program kesehatan yang ada, untuk
memberi masukan mengenai cara-cara untuk lebih meningkatkan upaya yang telah dan
sedang dilakukan dalam menurunkan kematian ibu. Kajian dan rekomendasi ini
dilaksanakan oleh JHPIEGO dengan dukungan dari USAID. Niat pemerintah yang luhur
dalam pengembangan kebijakan dan intervensi program guna menurunkan tingginya
angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia ini patut didukung dengan
berbagai pendekatan dan intervensi yang inovatif, termasuk strategi-strategi pencegahan
yang efektif pada tingkat masyarakat, seperti pemberian suplemen multi-mikronutrien.

Oleh karena itu, Helen Keller International (HKI) mengusulkan dilaksanakannya suatu
kegiatan Supplementation with Multiple Micronutrients InTervention (SUMMIT) yang
terfokus pada peningkatan status mikronutrien ibu hamil di pulau Lombok, Propinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), dimana indikator kesehatan ibu dan bayinya termasuk paling
buruk di Indonesia.

Helen Keller International (HKI) adalah sebuah Lembaga Nirlaba Internasional yang
bergerak di bidang kesehatan. Misi awal dari lembaga ini adalah untuk memberantas
kebutaan dan pada tahun 1970an misinya berkembang ke pencegahan dan pengobatan
kebutaan yang seharusnya dapat dicegah. Helen Keller International adalah bagian dari
Helen Keller Worldwide yang berpusat di New York, Amerika. Di wilayah Asia-Pasifik,
kantor wilayah HKI berada di Jakarta, Indonesia; HKI juga mempunyai kantor
perwakilan di Banglades, Kamboja, Indonesia, Nepal, Filipina, dan Vietnam. Helen
Keller International sebagai Lembaga Kesehatan telah lama dikenal di Indonesia dan
telah bekerjasama dengan Pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1970-an.

Ibu hamil dan menyusui dipilih sebagai target suplementasi karena selama masa
kehamilan:
 Tingginya frekuensi kekurangan gizi
 Kebutuhan akan nutrisi sangat tinggi
 Potensi dampak kekurangan gizi yang sangat besar terhadap kehamilan dan janin
 Jumlah target lebih sedikit untuk perawatan
 Dapat dicapai melalui sistem kesehatan
 Mekanisme distribusi zat besi dan asam folat dapat digunakan

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 2


 Kemungkinan tingkat kepatuhan tinggi
 Suplementasi termasuk aman bagi ibu hamil (sesuai dengan asupan harian yang
direkomendasikan)

Lebih khusus Program SUMMIT yang dilaksanakan di Pulau Lombok merupakan suatu
kerja sama dengan masyarakat Lombok. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat
merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan dan tujuan dari Program SUMMIT.
Hal ini erat hubungannya dengan usaha untuk membuat Program SUMMIT ini
berkesinambungan di masa mendatang.

B. Tujuan

Kegiatan SUMMIT adalah paduan antara penelitian dan program. Kegiatan SUMMIT
yang diusulkan ini memfokuskan diri pada upaya penurunan kematian ibu dan bayi baru
lahir, serta pada peningkatan berat badan lahir, dengan cara meningkatkan status
mikronutrien selama masa kehamilan dan menyusui. Hal ini akan dilakukan antara lain
dengan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan permintaan ibu hamil akan
suplemen (multi-mikronutrien) pada awal masa kehamilannya melalui pendidikan dan
pemasaran sosial, serta pemantauan kepatuhan yang dilakukan secara sungguh-sungguh.
Dengan demikian, kegiatan ini akan membantu meningkatkan status gizi mikro
perempuan selama dan sesudah kehamilan.

Tujuan utama dari kegiatan SUMMIT adalah untuk menentukan apakah pemberian
suplemen multi-mikronutrien setiap hari pada ibu hamil akan:

 Menurunkan frekuensi terjadinya kasus kematian ibu hamil/melahirkan.


 Menurunkan frekuensi terjadinya kasus bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
 Menurunkan angka kematian bayi.

Tujuan akhir dari program SUMMIT adalah untuk memberi dasar bagi suatu perubahan
kebijakan kesehatan bagi ibu hamil demi upaya untuk menyelamatkan jiwa manusia
(lihat Bagan 1).

Bagan 1. Bagan Alur Tujuan Program SUMMIT

Merubah TUJUAN
PERSIAPAN Mengumpulkan kebijakan
STAF data berkualitas SUMMIT
pemerintah  Menurunkan
 Seleksi tinggi
 Pelatihan Tingkat Selamatkan
 Sertifikasi Kematian Ibu Jiwa
 Menurunkan
 Evaluasi Manusia
Lapangan Menyediakan Meningkatkan Angka
informasi yang perilaku Kematian Bayi
akurat bagi pencarian  Menurunkan
perawatan
masyarakat Angka BBLR
kesehatan

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 3


Permasalahan
A. Kondisi Ibu Hamil di Indonesia
Di Indonesia terdapat Maternal Mortality Ratio (MMR) sebesar 390 per 100.000
kelahiran hidup, yang tergolong diantara yang paling tinggi di Asia. Perkiraan Depkes
adalah bahwa rasio ini adalah tiga sampai enam kali lipat dibanding rasio di negara-
negara ASEAN lainnya, dan lebih dari 50 kali lipat dibanding rasio di negara-negara
majui.

Depkes telah mengidentifikasi tiga jenis “keterlambatan” sebagai penyebab sebagian


besar kematian ibu di Indonesia: (1) keterlambatan menyadari kebutuhan akan rujukan
dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam mencari perawatan yang tepat;
(2) keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan; dan (3) keterlambatan dalam
memperoleh perawatan yang memadai pada fasilitas kesehatan. Depkes telah
menentukan target untuk meningkatkan proporsi persalinan yang ditolong atau
disupervisi oleh tenaga kesehatan menjadi 60%.

Hal-hal tersebut diatas bukan hanya memberi penekanan adanya kebutuhan untuk
memberdayakan sistem pelayanan kesehatan yang ada serta keterampilan petugasnya,
tetapi juga kebutuhan akan intervensi-intervensi guna mengurangi resiko terjadinya suatu
kasus darurat obstetrik. Dengan demikian, disamping pemberdayaan sistem pelayanan
kesehatan dan peningkatan perilaku mencari kesehatan dan mencari pertolongan
persalinan, seyogyanya perlu dilaksanakan intervensi-intervensi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi obstetrik yang berkaitan dengan status
kesehatan yang buruk, termasuk status gizi yang buruk. Status gizi ibu hamil telah
diidentifikasi oleh Depkes sebagai sebuah faktor penting yang berperan dalam terjadinya
kematian ibu yang tinggi di Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan berbagai program untuk mengatasi


hal ini termasuk juga program penempatan bidan terlatih di sebagian besar desa sebagai
salah satu cara untuk meningkatkan akses masyarakat ke perawatan ibu hamil yang
memadai.

B. Penyebab Kematian Ibu dan Hubungannya dengan Gizi

Seperti telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang berperan sebagai penyebab kasus
kematian ibu banyak diantaranya dapat dicegah. Secara global, kurang lebih 60% dari
kasus kematian ibu terjadi karena faktor-faktor obstetrik langsung. Faktor tersebut
termasuk perdarahan (25%), infeksi/sepsis (15%), eklampsia (12%), dan persalinan
terhambat (8%). Survei Rumah Tangga Nasional Tahun 1995 melaporkan penyebab
kematian ibu di Indonesia sebagai berikut:

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 4


Tabel 1. Urutan Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesiaii
Penyebab Kematian Maternal di Prosentase dari total kematian
Indonesia maternal
Perdarahan 45.2
Eklampsia 12.0
Komplikasi Keguguran 11.1
Sepsis Pasca-persalinan 9.6
Partus lama 6.5
Anemia 1.6
Lain-lain (tidak langsung) 14.1

Meskipun etiologi faktor-faktor penyebab tersebut diatas adalah kompleks, bukti yang
ada menunjukkan bahwa banyak faktor penyebab dipengaruhi secara langsung ataupun
tidak langsung oleh status gizi mikro.

a) Perdarahan dan Anemia

Perdarahan adalah faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya kematian ibu di
Indonesia, terjadi hampir dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata di tingkat dunia
dan merupakan masalah yang sangat serius untuk kesehatan ibu. Seperti diuraikan secara
rinci dibawah, anemia merupakan faktor resiko besar untuk kematian yang berkaitan
dengan perdarahan. Akan tetapi tingginya angka kematian karena perdarahan mungkin
juga berkaitan erat dengan integritas jaringan yang kurang, yang menyebabkan
perdarahan secara berlebihan dan berkurangnya trombosis. Kedua proses terakhir ini
lebih diperparah lagi oleh kekurangan mikronutrien seperti seng, tembaga dan vitamin B
kompleks.

Anemia berkaitan dengan persalinan prematur, kematian perinatal, berat badan lahir
rendah, dan partus lama akibat kelelahan. Kekurangan zat besi dianggap sebagai faktor
penyebab paling umum dari anemia, tetapi kekurangan vitamin A dianggap ikut berperan.
Hal ini telah dibuktikan oleh suatu penelitian pada ibu hamil di Indonesia, yang
menemukan bahwa penurunan paling besar dalam prevalensi anemia dicapai dengan
pemberian suplementasi dengan vitamin A dan zat besi, dibandingkan dengan salah satu
jenis suplemen saja.iii

Akibat potensial dari anemia terhadap kematian ibu dan anak di Indonesia ditemukan
melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), anemia ditemui pada 50% ibu hamil,
30% pekerja wanita dan 20-30 % wanita dewasa

b) Pre-eklampsia

Pre-eklampsia merupakan suatu kelainan yang hanya terdapat pada ibu hamil. Gejala
klinis utama adalah hipertensi dan proteinuria. Berbagai organ tubuh terlibat dalam
sindroma ini, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan hati, perdarahan

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 5


serebral, dan kematian. Perubahan pembuluh darah pada plasenta mengakibatkan
menurunnya aliran darah antara rahim dan plasenta yang pada gilirannya akan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dalam rahim dan beresiko pada terjadinya
morbiditas dan mortalitas perinatal. Meskipun patofisiologi pre-eklampsia belum
diketahui secara tepat, kemungkinan reaksi imunologis lokal dan/atau sistemis, kerusakan
pada endotel, aktivasi trombosit, dan rendahnya konsentrasi kalsium, beta-karoten
(vitamin A) dan retinol (Vitamin C)iv,v semuanya ikut berperan.

c) Partus lama dan persalinan terhambat

Persalinan terhambat adalah konsekuensi dari mal-presentasi janin atau cephalo-pelvic


disproportion dimana jalan lahir tidak mampu untuk dilewati kepala janin. Status gizi
pre-natal yang lebih baik mungkin dapat memodulasi baik partus lama maupun
persalinan terhambat dengan cara mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi
akibat hormon-hormon, termasuk proses melunaknya struktur-struktur pinggul dan
kelenturan jaringan lunak lainnya, yang menyebabkan pembukaan jalan lahir dengan
lebih lebar. Lebih dari itu, vitamin A dan seng telah diimplikasikan sebagai zat-zat gizi
yang memiliki peran sangat penting dalam metabolisma dan regulasi hormon-hormon
steroid.

Postur tubuh ibu hamil yang pendek merupakan faktor resiko untuk terjadinya persalinan
terhambat, yang telah diakui secara luas dan tidak diragukan lagi, dan keadaan itu
disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan saat sang ibu sewaktu masih dalam
kandungan dan/atau pertumbuhan kurang sewaktu sang ibu masih balita sebagai akibat
dari pemberian makanan yang kurang memadai dan seringnya terkena infeksi.
Peningkatan status gizi ibu hamil dapat memberi keuntungan jangka panjang, yaitu
mengurangi terjadinya persalinan terhambat pada generasi ibu berikutnya.

d) Infeksi

Infeksi merupakan faktor penyebab sangat penting dari kematian ibu dan kesehatan bayi
(baru lahir) yang buruk. Infeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
terutama dalam jangka yang pendek setelah persalinan. Baik vitamin A dan seng telah
terbukti sebagai zat yang sangat penting untuk mendukung fungsi sistem imun, dan
ternyata rasio kematian ibu lebih tinggi di beberapa belahan dunia dimana terdapat
prevalensi kekurangan vitamin A dan seng yang tinggi.

Singkatnya, sangat mungkin terdapat hubungan antara status gizi mikro dengan
penyebab-penyebab kematian ibu. Lebih dari itu, telah terkumpul bukti bahwa
rendahnya status kesehatan mikronutrien pada ibu hamil dapat menyebabkan kesehatan
buruk pada bayi baru lahir, berat badan lahir rendah, serta morbiditas dan mortalitas bayi
yang tinggi. Hasil penelitian yang ada makin lama makin banyak yang menemukan
peran-peran spesifik dari mikronutrien dalam peningkatan berbagai indikator kesehatan
ibu dan anak. Bukti-bukti tersebut secara garis besar diuraikan di bawah. Bukti tersebut

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 6


memberi pembenaran tambahan pada pemikiran bahwa pemberian suplementasi prenatal
yang mengandung berbagai mikronutrien sangat berpotensi untuk mengoptimalkan peran
perawatan prenatal dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

C. Mengapa Lombok

Kondisi-kondisi berkaitan dengan kurangnya kesehatan yang menyebabkan tingginya


MMR di beberapa propinsi, juga mengakibatkan meningginya angka kematian bayi dan
bayi baru lahir. Pulau Lombok di NTB diakui sebagai salah satu daerah yang memiliki
angka kematian bayi yang tertinggi di Indonesia, dengan indeks-indeks status kesehatan
secara umum yang buruk. Dalam dasawarsa terakhir berbagai kegiatan telah
dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan ibu, termasuk diantaranya penempatan
bidan terlatih di sebagian besar desa, berbagai program pendidikan dan peningkatan
status kesehatan ibu pada masa sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat dipastikan bahwa struktur kesehatan yang ada di Lombok bisa diandalkan
untuk mengevaluasi dampak program dari pendistribusian suplemen multinutrien prenatal
terhadap kematian ibu, berat badan lahir redah, dan kesehatan bayi.

Tabel 2 menampilkan perbandingan antara rasio kematian rata-rata di Indonesia dengan


di propinsi NTB. Dengan jelas, angka kematian anak dan bayi di Propinsi NTB melebihi
angka rata-rata di Indonesia. Oleh karena itu, kematian ibu di Lombok dianggap
termasuk yang paling tinggi di Indonesia.

Tabel 2. Kematian per 1.000 kelahiran hidup di Indonesia dan propinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB)
Indonesia Nusa Tenggara
Barat ii
ii
Angka kematian bayi (AKB) 52.2 110.5
Angka kematian balita (AKBt) 70.6 ii 149.5
Maternal mortality ratio (MMR) 3.9 i 4.0-8.9 iii
i
Perkiraan dari The State of the World’s Children 1998, UNICEF 1998; pp119-20 (Data dikumpulkan tahun 1990) dan
data dari penelitian NNIPS-2
ii
Data dari Indonesia Demographic and Health Survey 1997. Biro Pusat Statistik/Badan Kordinasi Keluarga
Berencana Nasional/Departemen Kesehatan/Macro International Inc., September 1998.
iii
Perkiraan dari Indonesia Demographic and Health Survey 1997. Biro Pusat Statistik/Badan Kordinasi Keluarga
Berencana Nasional/Departemen Kesehatan/Macro International Inc., September 1998.

Program SUMMIT dilaksanakan di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
yang merupakan salah satu daerah termiskin di Indonesia, di mana indikator kesehatan
untuk balita dan kematian ibu melahirkan masih tinggi. Luas wilayah ini lebih kurang
4.739 km2 dan dihuni oleh 2,6 juta penduduk. Dengan kepadatan sekitar 568 jiwa/ km2,
Pulau Lombok adalah salah satu daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi di
Indonesia. Perkiraan tingkat kematian ibu di sejumlah daerah di Lombok saat ini berkisar
antara 400-800 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup. Bagi Departemen
Kesehatan, baik di tingkat nasional maupun daerah, penurunan angka kematian ibu
melahirkan dan kematian balita merupakan prioritas utama. Dalam dasawarsa terakhir,

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 7


beberapa kegiatan promosi kesehatan untuk perawatan kehamilan telah dilakukan di
pulau Lombok. Salah satunya adalah penempatan bidan terlatih di beberapa desa, serta
program penyuluhan untuk perawatan kehamilan sebelum dan sesudah melahirkan. Jadi,
struktur kesehatan di Pulau Lombok dapat digunakan untuk menilai pengaruh dari
pemberian suplemen multinutrien selama masa kehamilan pada angka kematian ibu, berat
badan lahir rendah, dan kematian bayi. Faktor-faktor yang membuat Pulau Lombok
sebagai lokasi ideal untuk pelaksanaan Program SUMMIT adalah:

 Masyarakat dan pemerintah yang sangat ingin memperbaiki status kesehatan.


 Infrastruktur kesehatan yang sangat memadai
 Kebutuhan akan program peningkatan kesehatan
 Pemenuhan kebutuhan logistik yang mudah
 Keanekaragaman karakteristik yang mencerminkan bangsa Indonesia.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 8


Program Dan Fasilitas Kesehatan Untuk Ibu Hamil Di
Indonesia Dan Lombok
A. Program dan Strategi Pemerintah Indonesia
Penurunan kematian ibu merupakan suatu prioritas bagi Departemen Kesehatan (Depkes)
Republik Indonesia. Program-program intervensi yang telah dilaksanakan departemen ini
di antaranya adalah:
 usaha terpadu yang berkesinambungan di bidang pendidikan, manajemen dan
tehnis yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem
rujukan obstetrik
 memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai hal-hal masalah kesehatan
ibu hamil

Berkaitan dengan status gizi, Depkes RI juga melaksanakan strategi berupa “usaha untuk
meningkatkan status kesehatan ibu sebelum/selama masa hamil, seperti kontrol terhadap
anemia dan kekurangan energi kronis”vi. Sebagai bagian dari program perawatan
antenatal rutin di Indonesia saat ini ibu hamil menerima sekurang-kurangnya 90 tablet
berisi 60 mg zat besi dan 250 g asam folat untuk dikonsumsi setiap hari.

Pada bulan Desember 1996, karena kekhawatiran terhadap lambatnya percepatan


penurunan rasio kematian ibu, Gerakan Sayang Ibu dicanangkan. Dua elemen kunci dari
program ini adalah “Mother-Friendly Communities” (Masyarakat Sayang Ibu) dan
“Mother-Friendly Health Care Facilities” (Fasilitas Perawatan Kesehatan Sayang Ibu).
Kedua program di atas dimaksudkan untuk menghubungkan masyarakat dengan fasilitas
perawatan kesehatan, sebagai usaha untuk memberi jalan keluar bagi berbagai hambatan
yang saling terkait, termasuk di antaranya:
 akses yang kurang,
 kurang terjadinya rujukan,
 transportasi yang kurang memadai,
 dan rendahnya prosentasi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

Dukungan pemerintah Indonesia terhadap peningkatan kesehatan ibu hamil ini


merupakan salah satu alasan mengapa wilayah Indonesia merupakan tempat ideal bagi
program SUMMIT.

B. Fasilitas kesehatan yg tersedia bagi ibu hamil


Fasilitas kesehatan bagi ibu hamil yang dikembangkan oleh pemerintah RI telah
mencapai wilayah-wilayah terpencil walaupun belum seluruh wilayah memiliki akses
yang mudah ke fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan bagi ibu hamil yang telah
terbentuk di antaranya adalah:

1. Bidan
Dalam rangka “Kampanye Ibu Sehat dan Sejahtera” yang mulai dilaksanakan pada tahun
1990, berbagai kegiatan untuk memperbaiki akses masyarakat kepada perawatan

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 9


kehamilan yang tepat mulai diupayakan. Upaya-upaya ini dimaksudkan untuk terlaksana
melalui kunjungan antenatal ke bidan dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya kesehatan ibu hamil. Salah satu upaya penting yang telah dilakukan adalah
pelatihan dan penempatan bidan terlatih di desa-desa.

Bidan-bidan tersebut menerima pendidikan keperawatan selama 3 tahun ditambah dengan


1 tahun pendidikan kebidanan. Para bidan merupakan ujung tombak di tingkat
masyarakat untuk program kesehatan ibu dari Depkes. Mereka bertanggung jawab untuk
menyediakan perawatan antenatal, melakukan penyaringan (screening) untuk kehamilan
resiko tinggi, mendistribusikan suplemen zat besi/asam folat, menolong persalinan dan
merujuk ibu-ibu ke fasilitas kesehatan yang tepat apabila terjadi komplikasi persalinan
serta untuk mendapatkan perawatan pasca-persalinan. Survei Demografi dan Kesehatan
tahun 1997 di Indonesia menemukan bahwa para ibu dengan antusias melakukan
kunjungan antenatal ke bidan di desa (rata-rata 6,6 kunjungan per kelahiran hidup). Oleh
karena itu, pelaksanaan intervensi pada saat kunjungan prenatal tersebut akan sangat
menguntungkan. Dengan demikian, apabila terbukti bahwa suplementasi dengan multi-
mikronutrien dapat menurunkan kematian ibu dan bayi, maka kesinambungan
pelaksanaan intervensi tersebut akan dapat dilaksanakan melalui bidan terlatih yang telah
ada.

2. Dukun terlatih
Masih banyak ibu hamil di desa yang memilih untuk menemui dukun beranak untuk
menolong persalinan. Angka persalinan yang ditolong dukun di Lombok masih tinggi.
Oleh karena itu peran dukun masih penting perawatan kesehatan ibu hamil. Namun
mengingat keterampilan dukun masih belum memenuhi standar perawatan kesehatan
modern, maka perannya masih lebih difokuskan sebagai pendukung bidan dalam
persalinan.

3. Puskesmas, Posyandu/Polindes
Puskesmas didirikan atas hasil keputusan Konferensi Kesehatan Nasional pada tahun
1968. Puskesmas dirancang sebagai unit kesehatan yang menyediakan pelayanan
kesehatan yang mudah terjangkau, lengkap dan meliputi perawatan kuratif dan preventif
di wilayah kecamatan atau bagian dari kabupaten atau kotamadya. Unit yang melayani
wilayah yang lebih kecil disebut Puskesmas Pembantu. Pelayanan yang diberikan di
Puskesmas meliputi perawatan medis, kesehatan ibu dan anak, KB, pengendalian
penyakit menular, kesehatan lingkungan dan sanitasi, gizi, pendidikan kesehatan,
kesehatan gigi, kesehatan sekolah, jasa laboratorium, kesehatan jiwa, perawatan
kesehatan masyarakat, dan pencatatan serta pelaporan kesehatan. Jasa ini dikenal sebagai
tiga belas fungsi Puskesmasvii. Sejak didirikan Puskesmas telah menjadi pusat pelayanan
kesehatan yang utama.

C. SUMMIT dan Fasilitas Kesehatan


SUMMIT bekerja dengan mengikutsertakan fasilitas kesehatan pemerintah yang telah
terbangun tersebut di atas untuk alasan praktis. Tujuan dari kebijakan ini adalah
membuat persiapan bagi terjadinya perubahan kebijakan. Hasil program SUMMIT akan
dijadikan sebagai informasi penguat untuk mengadakan perubahan kebijakan kesehatan

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 10


terutama yang berkaitan dengan perawatan kesehatan kehamilan. Dengan melibatkan
struktur kesehatan yang telah ada dalam kegiatan SUMMIT, perubahan kebijakan yang
terjadi atas dasar kegiatan SUMMIT dapat segera dilaksanakan dengan struktur sistem
kesehatan yang sudah mantap. Selain itu, dengan pemasaran sosialnya program
SUMMIT juga secara tidak langsung meningkatkan perilaku pencarian perawatan
kesehatan sehingga meningkatkan jumlah kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan.
Dengan demikian dampak program SUMMIT akan menjadi berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan suplementasi, program SUMMIT melibatkan secara langsung bidan


sebagai pemberi suplemen kepada ibu hamil, puskesmas sebagai pos pengambilan
suplemen oleh bidan dan posyandu sebagai tempat perawatan pre-natal. Karena masih
banyak ibu hamil yang memilih ditolong dukun dalam persalinan, dukun juga akan lebih
diajak terlibat terutama untuk memberitahukan kelahiran. Hal ini penting dilakukan
mengingat SUMMIT memerlukan data berat badan lahir dalam waktu 1 jam setelah
kelahiran.

Penggunaan mekanisme sistem perawatan antenatal tidak hanya memberi kesempatan


untuk memperbaiki tingkat pelayanan di wilayah pelaksanaan penelitian ini, akan tetapi
juga akan memberikan masukan yang berharga untuk perencanaan dan pembuatan
kebijakan pada tingkat nasional. Demikian halnya dengan perbaikan sistem informasi
kesehatan yang ada sehingga mampu melakukan pemantauan dampak program yang juga
akan memberdayakan sistem yang ada. Penting juga untuk dicatat bahwa pemantauan
sistem secara independen akan dilaksanakan oleh HKI untuk mengevaluasi keabsahan
data yang diperoleh serta untuk meningkatkan kinerja program ini bilamana diperlukan.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 11


Suplemen Summit
A. Jenis-Jenis Suplemen dan Kandungannya
Dua jenis suplemen akan didistribusikan secara gratis oleh Program SUMMIT. Satu
jenis hanya mengandung zat besi dan asam folat, sebagaimana bentuk perawatan
kesehatan yang standar di Lombok, dan jenis lainnya mengandung zat besi, asam folat
dan mikronutrien tambahan. Dua macam suplemen ini dibutuhkan untuk menganalisa
manfaat tambahan pemberian mikronutrien lengkap sehingga didapat informasi yang
akurat dan lengkap mengenai perbandingan antara pemberian mikronutrien lengkap
dengan zat besi/asam folat saja.

Tidak ada kapsul suplemen yang kosong (plasebo) karena sudah merupakan filosofi
SUMMIT bahwa perawatan kesehatan yang telah ada tetap dipertahankan dan tidak ada
peserta yang menerima standar perawatan kesehatan yang lebih rendah apabila mereka
tidak bersedia mengikuti program.

Kandungan suplemen Multivitamin SUMMIT

1. Vitamin A .......................... 800 g


2. Vitamin D .......................... 200 IU
3. Vitamin E............................ 10 mg
4. Vitamin C ........................... 70 mg
5. Vitamin B1 ........................ 1.4 mg
6. Vitamin B2 ........................ 1.4 mg
7. Niasin .................................. 18 mg
8. Vitamin B6 ........................ 1.9 mg
9. Vitamin B12 ....................... 2.6 g
10. Asam Folat ........................ 400 g
11. Zat Besi (Fumarat) ............. 30 mg
12. Seng .................................... 15 mg
13. Tembaga ............................... 2 mg
14. Selenium .............................. 65 g
15. Yodium .............................. 150 g

Kandungan suplemen Zat Besi/Asam Folat SUMMIT


1. Asam Folat ........................ 400 g
2. Zat Besi............................... 30 mg

B. Perbedaan Suplemen SUMMIT dengan TTD dari pemerintah


Sebagai bagian dari program perawatan antenatal rutin di Indonesia saat ini ibu hamil
menerima sekurang-kurangnya 90 Tablet Tambah Darah (TTD) berisi 60 mg zat besi dan
250 g asam folat untuk dikonsumsi setiap hari. Dalam rangka kegiatan SUMMIT,
kandungan zat besi dan asam folat berbeda dengan TTD untuk mengurangi efek samping

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 12


suplemen seperti mual dan konstipasi tanpa mengurangi manfaat yang didapat. Dengan
demikian diharap tingkat kepatuhan mengkonsumsi suplemen SUMMIT bisa tinggi.
Pendistribusian kapsul juga dilakukan lebih sering yaitu para peserta akan menerima
kapsul setiap hari mulai kunjungan pertama ke PKM, polindes/posyandu sampai 3 bulan
atau 12 minggu pasca-persalinan. Suplemen yang diterima oleh seorang ibu hamil
peserta SUMMIT adalah salah satu dari dua suplemen SUMMIT yaitu: Multi-
mikronutrien atau kapsul zat besi/asam folat.

C. Karakteristik Lainnya dan Partisipasi Masyarakat


Bentuk, warna, dan karakteristik lain dari suplemen dibuat berdasarkan masukan dari
masyarakat. Pada masa awal program, diadakan diskusi kelompok dengan menghadirkan
ibu hamil dan menyusui serta bidan. Mereka meminta agar suplemen dibuat dalam
bentuk kapsul tanpa rasa dan berwarna merah muda. Program SUMMIT bekerja sama
dengan perusahaan farmasi di Indonesia membuat suplemen yang sesuai dengan
permintaan masyarakat dengan menggunakan bahan-bahan yang halal. Proses ini
merupakan suatu contoh tentang pentingnya partisipasi masyarakat. Para anggota
masyarakat dapat memberi masukan tentang bagaimana meningkatkan suplementasi
selama kehamilan dan Program SUMMIT merespon masukan ini dengan membuat
suplemen sesuai dengan bentuk yang diinginkan masyarakat.

Suplemen SUMMIT dikemas dalam bungkus aluminium dan setiap strip berisi 10 kapsul.
Kedua jenis suplemen SUMMIT mempunyai bentuk, warna dan kemasan yang sama
serta tidak mempunyai rasa.

D. Efek Samping & Masalah Keamanan


Sebagian ibu hamil dalam jumlah yang sangat kecil kemungkinan mengalami mual dan
konstipasi (susah buang air besar). Akan tetapi, perlu diingat bahwa selama kehamilan
seorang ibu biasa mengalami ketidaknyamanan akibat dari kehamilannya seperti mual,
muntah, susah buang air besar, dan pusing. Oleh karena itu apabila ibu hamil merasakan
hal-hal tersebut sebaiknya dia tidak berhenti mengkonsumsi suplemen.

Mikronutrien aman untuk dikonsumsi oleh wanita hamil. Mikronutrien merupakan


bahan-bahan yang biasa ditemui dalam makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
selama masa kehamilan. Mikronutrien dapat dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul
sehingga seseorang dapat menkonsumsinya pada saat dia membutuhkan. Mikronutrien
bukan sesuatu yang baru atau tidak alami; mikronutrien merupakan senyawa yang
terbentuk secara alami dengan efek yang menguntungkan bagi tubuh. Program SUMMIT
bukan merupakan sebuah percobaan untuk menguji keamanan mikronutrien.
Mikronutrien telah digunakan secara rutin selama masa kehamilan di banyak negara dan
tersedia di banyak apotek di Indonesia.

E. Petunjuk Pengkonsumsian Suplemen


Suplemen diminum satu (1) kali setiap hari. Jika seorang ibu hamil lupa meminumnya,
dia tetap harus meminumnya satu kali setiap hari – tidak perlu meminum dua pada hari
berikutnya karena satu kapsul sudah mencukupi kebutuhan ibu hamil untuk satu (1) hari.
Jika seorang ibu hamil mengalami kesulitan mengingat untuk meminum suplemennya,

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 13


bidan dan staf SUMMIT mengingatkan tentang manfaat suplemen dan membantu ibu
tersebut untuk mencari cara bagaimana dia dapat mengingat untuk meminum
suplemennya. Para peserta SUMMIT tidak pernah boleh merasa bahwa mereka
mendapat hukuman karena lupa meminum suplemennya, tetapi harus diingatkan tentang
manfaat dari suplemen tersebut.

Untuk mencegah terjadinya konsumsi suplemen secara berlebihan, ditekankan secara


jelas dan sungguh-sungguh kepada para bidan dan juga para Bumil yang menjadi peserta
program SUMMIT bahwa dosis tepat untuk suplemen adalah satu kapsul setiap harinya,
dan bahwa suplemen yang diberikan SUMMIT ini sebagai pengganti, bukan sebagai
tambahan, pada suplemen zat besi/asam folat yang biasa didistribusikan oleh Depkes.
Suplemen SUMMIT harus diminum setiap hari secara teratur, agar diperoleh hasil yang
optimal oleh ibu hamil peserta program.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 14


Memilih dan Mengevaluasi Suplemen Mikronutrien
Untuk Ibu Hamil
Pemberian suplementasi mikronutrien pada ibu hamil sangat memungkinkan untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan untuk meningkatkan status gizi ibu dan
bayi. Zat gizi yang paling penting nampaknya adalah zat besi, asam folat, dan vitamin
A/beta-karoten, selain itu mikronutrien lain seperti seng juga memiliki peran penting.
Oleh karena itu, suatu suplemen yang mengandung berbagai vitamin dan mineral sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil. Lebih dari itu, biaya tambahan yang ditimbulkan oleh
penambahan beberapa mikronutrien pada suplemen pre-natal yang sudah ada (yaitu tablet
zat besi/asam folat) cukup kecil, dilain pihak akan memberikan ibu hamil suatu akses
terhadap mikronutrien penting yang lebih banyak.

Kematian ibu, berat badan lahir dan kematian bayi merupakan fenomena yang kompleks.
Kematian ibu dan berat badan lahir dipengaruhi terutama oleh status gizi ibu dan
lingkungan kandungan. Kehamilan dan masa menyusui yang optimal membutuhkan
penyesuaian dari ibu dalam hal komposisi tubuh, metabolisme, fungsi-fungsi fisiologis
dan penggunaan zat-zat gizi. Terpenuhinya kebutuhan ibu hamil akan konsumsi
makanan adalah hal yang sangat penting untuk kesejahteraan anaknya serta untuk
menjamin kesehatan ibu itu sendiri. Status gizi janin tergantung pada status gizi sang ibu
dan ketergantungan ini dapat berlangsung terus setelah anak itu lahir, terutama apabila
sang bayi menerima ASI. Mikronutrien sangat penting untuk manusia di segala usia,
namun dampak paling berat dari konsumsi yang kurang memadai adalah selama masa
kehamilan, menyusui dan selama tahun pertama dari kehidupan. Oleh karena itu, apabila
jarak antara kehamilan pendek dan ibu-ibu biasanya menyusui anaknya untuk jangka
waktu yang cukup lama, kemungkinan besar para ibu memiliki cadangan asam folat
dalam tubuh yang kurang. Makanan yang merupakan sumber dari asam folat termasuk
sayuran daun hijau, kacang-kacangan, biji-bijian dan hati, tetapi proses memasak akan
mengurangi kandungan asam folat pada bahan makanan tersebut. Di Indonesia,
suplementasi dengan asam folat sangat dianjurkan untuk semua wanita usia subur.

Sebuah meta-analisa yang dilakukan baru-baru ini terhadap sejumlah penelitian yang
membandingkan suplementasi zat besi yang diberikan setiap minggu dengan
suplementasi zat besi yang diberikan setiap hari, menyimpulkan bahwa suplementasi
sebaiknya diteruskan dengan cara pemberian setiap hari. Untuk program SUMMIT
diusulkan suplemen diberikan satu kali setiap hari, karena sebuah suplemen bagi ibu
hamil juga harus mengandung zat besi/asam folat yang harus dikonsumsi setiap hari.
Suplemen multi-mikronutrien yang diusulkan baru-baru ini digunakan oleh UNICEF
setelah Lokakarya UNICEF/WHO/UNU pada bulan Juli 1999: “Komposisi sebuah
Suplemen Multi-mikronutrien untuk Digunakan dalam Program Percontohan (Pilot
Programs) untuk Ibu Hamil di Negara-negara Berkembang” (“Composition of a Multi-
micronutrient Supplement to be Used in Pilot Programs Among Pregnant Women in
Developing Countries.”). Suplemen ini dimaksud untuk digunakan dalam penelitian
keefektifan di negara-negara percontohan, dan memenuhi asupan harian yang dianjurkan
untuk ibu hamil di Amerika Serikat dan Kanada.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 15


A. Nutrien yang dimasukkan dalam suplemen
Sebagian besar isi bagian ini diringkas dari hasil diskusi dalam lokakarya yang diadakan
GTZ/SEAMEO/UNICEF/MI di Singapura pada bulan November 1998. Lokakarya ini
dihadiri oleh 25 peserta dari GTZ, SEAMEO, UNICEF, WHO, Hellen Keller
International, Linkages, Wageningen University, Bonn University, University of
California, wakil Departemen Kesehatan dari Indonesia dan Singapura, Cessiam-
Guatemala, Dewan Riset Kesehatan Afrika Selatan dan Bayer.

Vitamin A:
Vitamin A merupakan suatu zat yang sangat penting bagi perempuan selama masa
kehamilan dan menyusui. Kekurangan vitamin A ikut menyebabkan kekurangan
pertumbuhan (growth deficits) pada bayi dan meningkatkan kepekaan terhadap anemia.
Rabun senja sebagai akibat dari kekurangan vitamin A selama masa kehamilan sering
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang dan malah sering dianggap sebagai
tanda awal terjadinya suatu kehamilan. Pada kenyataannya, hal itu merupakan gejala
kekurangan vitamin A yang berat. Rendahnya kadar Vitamin A dalam air susu ibu juga
mempengaruhi level air susu ibu. Alasan lainnya untuk menggunakan vitamin A dalam
suplemen adalah efek positif dari vitamin A dalam metabolisme zat besi dan produksi
hemoglobin.

Vitamin A terdapat dalam makanan dalam dua jenis/bentuk, yaitu:


 retinol yang terdapat dalam makanan hewani khususnya dalam susu, mentega,
keju, kuning telur, hati dan beberapa jenis ikan berlemak.
 provitamin A atau karotenoid yang terdapat dalam makanan nabati, terutama
dalam sayuran daun hijau dan dalam sayuran dan buah-buahan berwarna merah,
oranye dan kuning.

Retinol adalah bentuk vitamin A yang langsung tersedia bagi tubuh (bioavailable)
sedangkan provitamin A atau karotenoid membutuhkan proses rumit untuk dapat diserap
oleh tubuh. Oleh karena itu ketersediaannya bagi tubuh (bio-availabilitynya) secara
alami rendah.

Disebabkan harga makanan hewani yang relatif tinggi dan penurunan daya beli akibat
krisis ekonomi yang masih berlangsung, maka konsumsi vitamin A yang berasal dari
makanan hewani di Indonesia mengalami penurunanviii. Konsumsi vitamin A dari
sumber nabati nampaknya tidak banyak berubah. Di Indonesia bagian Timur, konsumsi
vitamin A dari sumber hewani dari dulu selalu rendah, dan menurun lebih jauh lagi akibat
krisis ekonomi. Konsumsi vitamin A dari sumber nabati bervariasi, dikarenakan
ketersediaan yang terbatas, terutama selama musim kemarau (bulan Mei – September).

Vitamin D:
Vitamin D berfungsi dalam menjaga homeostasis kalsium sehingga penting untuk
menghindari osteoporosis. Kekurangan vitamin D pada masyarakat yang cukup
mendapat paparan sinar matahari (jalur sintesis utama vitamin D oleh tubuh) bukanlah

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 16


masalah yang besar. Tapi untuk negara dengan budaya dimana kaum wanitanya
mengharuskan untuk menggunakan pakaian yang sepenuhnya menutupi tubuh mereka,
masalah kekurangan vitamin D bisa menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Di
Inggris, semakin banyak bayi didiagnosa menderita penyakit ricket dan situasi yang sama
juga terjadi di beberapa negara bekas bagian Uni Soviet. Karena alasan-alasan ini peserta
memutuskan untuk memasukkan Vitamin D dalam suplemen.

Vitamin E (Tocopherol):
Ada studi yang mendalam mengenai dampak kekurangan Vitamin E dan selenium
terhadap kesulitan melahirkan pada ternak tapi pada manusia masih diperlukan lebih
banyak data mengenai tingkat asupannya dan tabel komposisi makanan tidak membantu
dalam masalah ini.

Belum ada bukti ilmiah yang menyatakan manfaat positif dari vitamin E terhadap
kehamilan atau bayi, walaupun begitu vitamin E mungkin dapat meningkatkan kekebalan
tubuh dan mungkin memiliki efek positif pada mastitis sub-klinis. Satu isu yang
mendukung dimasukkannya vitamin E adalah bahwa dengan meningkatnya racun dan
polusi lingkungan maka sifat antioksidan pada vitamin E mungkin dapat berfungsi
sebagai pelindung. Penelitian yang dilakukan di Peru, Indonesia, dan Nepal
menunjukkan tingkat tocopherol yang rendah dibandingkan dengan yang ditemukan di
beberapa negara Eropa.

Vitamin C:
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan scurvy dan salah satu gejala awalnya adalah
lelah. Selain itu vitamin C akan meningkatkan penyerapan zat besi non-heme dan
vitamin C merupakan antioksidan. Asupan vitamin C di beberapa negara termasuk
rendah, contohnya di Tajikistan dimana sudah terlihat gejala klinis penyakit scurvy.
Kekurangan vitamin C juga terjadi pada pengungsi dan suplemen ini juga dibutuhkan
oleh kelompok ini. Kandungan vitamin C dalam air susu ibu berhubungan dengan
jumlah vitamin C dalam makanan dan karena itu pemberian air susu ibu pada bayi sangat
bermanfaat.

Dari sisi logistik dan produksi, kestabilan vitamin C dalam bentuk tablet kelihatannya
sudah memadai tapi nutrien ini bisa rusak oleh kelembaban bila tidak dilapisi – suatu hal
yang menjadi pertimbangan penting dalam perhitungan biaya.

Vitamin B1 (Thiamin):
Kekurangan vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri yang dikaitkan dengan
kerusakan sistem saraf dan jantung yang parah. Walaupun penderita kekurangan nutrisi
ini bukan lagi sebuah masalah di masyarakat namun kekurangan thiamin sub-klinis
umum dialami di beberapa negara berkembang. Penelitian terbaru mengindikasikan
kekurangan thiamin dialami oleh masyarakat yang mengkonsumsi beras di Asia,
khususnya pada orang lanjut usia.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 17


Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin merupakan katalisator berbagai reaksi reduksi-oksidasi yang merupakan pusat
produksi energi dan memiliki kegiatan antioksidan yang sangat kuat. Riboflavin juga
berperan dalam metabolisme asam folat, pyridoxine, dan niasin. Tanda-tanda kekurangan
akut adalah angular stomatitis, cheilosis, anemia, dan tidak berfungsinya otak.
Riboflavin mempengaruhi integritas lambung, dan mungkin menyebabkan rendahnya
penyerapan mikronutrien jika terjadi kekurangan. Sumber bahan makanan yang baik
adalah daging dan produk yang berasal dari susu, dan sayuran berdaun hijau. Di negara
berkembang asupan makanan ini biasanya rendah, dengan pertimbangan bahwa
kekurangan zat ini berakibat luas maka diputuskan untuk memasukkan riboflavin dalam
suplemen.

Niasin:
Kekurangan Niasin menyebabkan Pellagra yang masih terjadi di India, Afrika, dan
penyakit Pellagra juga dilaporkan terjadi pada pengungsi. Walaupun tidak ada argumen
yang kuat untuk memasukkan niasin ke dalam suplemen namun akan memakan biaya
yang jauh lebih mahal untuk tidak mengikutkannya pada suplemen yang sudah ada.

Vitamin B6 (Pyridoxine)
Kekurangan vitamin B6 dalam jumlah sedikit mungkin terjadi di sebagian besar negara
berkembang yang dikaitkan dengan kekurangan riboflavin. Beberapa penelitian di
beberapa negara berkembang telah menemukan bahwa konsentrasi vitamin B6 dalam air
susu ibu termasuk rendah. Ketersediaan B6 yang memadai sangatlah penting selama
perkembangan janin karena kekurangan zat ini dapat memberi pengaruh negatif pada
perkembangan sistem saraf.

Vitamin B12 (Cobalamin)


Makanan yang dikonsumsi sehari-hari seringkali kurang mengandung vitamin B12
karena sumber utamanya adalah bahan makanan hewani dan penelitian menjelaskan
terjadinya kekurangan zat ini di beberapa negara seperti India dan Mexico.

Kekurangan B12 menyebabkan sintesis DNA yang lambat, meningkatkan serum


homocysteine, yang akhirnya menyebabkan anemia akut.

Asam Folat:
Asam Folat dibutuhkan untuk mencegah anemia selama masa kehamilan dalam
hubungannya dengan suplementasi zat besi. Oleh karena itu saat ini asam folat
dimasukkan dalam tablet zat besi-folat dan tidak ada alasan untuk tidak mengikutkannya.
Asam Folat juga dibutuhkan untuk mencegah kelainan tabung saraf walaupun untuk
tujuan ini asam folat harus diberikan pada awal kehamilan selama tahap awal
perkembangan tabung saraf. Asam Folat juga mengurangi konsentrasi homocystein
dalam darah yang penting untuk mencegah penyakit cardiovascular.

Kebutuhan akan asam folat meningkat drastis selama masa kehamilan disebabkan
kebutuhan janin yang sedang tumbuh menjadi besar. Ibu hamil yang tidak menerima
suplemen asam folat beresiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur atau bayinya

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 18


lahir dengan berat badan kurang untuk usia kehamilan (small-for-gestational age).
Suplementasi dengan asam folat sebelum terjadi kehamilan sangat dianjurkan, karena
secara jelas penelitian membuktikan bahwa ibu hamil yang kekurangan asam folat
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan kelainan pada sistem
saraf tulang belakang (neural tube defects). Kurangya asam folat pada ibu hamil juga
berkaitan dengan infark plasenta, keguguran spontan dan abortus imminens. Menyusui
juga mengurangi cadangan asam folat sang ibu. Oleh karena itu, apabila jarak antara
kehamilan pendek dan ibu-ibu biasanya menyusui anaknya untuk jangka waktu yang
cukup lama, kemungkinan besar para ibu memiliki cadangan asam folat dalam tubuh
yang kurang. Makanan yang merupakan sumber dari asam folat termasuk sayuran daun
hijau, kacang-kacangan, biji-bijian dan hati, tetapi proses memasak akan mengurangi
kandungan asam folat pada bahan makanan tersebut. Di Indonesia, suplementasi dengan
asam folat sangat dianjurkan untuk semua wanita usia subur.

Zat Besi (dalam bentuk fumarat):


Tidak ada keraguan untuk memasukkan zat besi dalam multimikronutrien untuk ibu
hamil. Namun kadar yang tinggi dapat memberikan efek samping yang tidak
menyenangkan.

Dampak yang buruk dan sering tidak terdeteksi dari anemia akibat kekurangan zat besi
pada ibu maupun janinnya telah diketahui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang
besar di sebagian besar negara berkembang. Peningkatan morbiditas dan mortalitas,
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, cacat fisik dan perkembangan jiwa pada
bayi dan anak-anak serta lemah dan lelah pada orang dewasa merupakan implikasi dari
kekurangan zat ini. Di beberapa daerah tertentu penyebab lainnya dari anemia
kemungkinan adalah malaria atau penyakit parasit. Karena tidak ada suplementasi zat
besi tersendiri yang akan menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh malaria, di
wilayah yang termasuk endemik malaria, dibutuhkan suplementasi tambahan untuk
menghilangkan kekurangan zat besi yang biasa terjadi. Hookworm dan Shistosomiasis
berperan dalam pengurangan zat besi dan harus dihilangkan sebagai bagian dari program
pengendalian anemia yang menggunakan suplementasi zat besi.

Kekurangan zat besi merupakan kekurangan zat gizi dengan prevalensi yang paling tinggi
di dunia, dan kondisi ini adalah penyebab anemia yang paling penting. Ibu hamil secara
khusus merupakan kelompok resiko tinggi untuk terkena anemia karena kebutuhan
mereka akan zat besi selama masa kehamilan akan meningkat menjadi lima kali lipat
dibanding dengan tingkat pada saat mereka tidak hamil.

Seng:
Seng sangat penting untuk pertumbuhan dan mengurangi frekuensi infeksi penyakit
seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Beberapa penelitian telah menunjukkan
dampak positif dari seng terhadap berat badan lahir. Lebih dari itu, seperti telah
disebutkan diatas, suplementasi prenatal dengan seng dapat meningkatkan perkembangan
imunologis dari bayi baru lahir serta menurunkan morbiditas pada bayi. Suatu penelitian
yang dilakukan pada ibu-ibu pasca-persalinan di Indonesia menemukan bahwa 24%
diantara mereka mengalami kekurangan seng. Pola makan dengan kandungan akan zat

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 19


besi tersedia yang rendah kemungkinan besar juga memiliki kandungan seng tersedia
yang rendah pula, oleh sebab itu diputuskan untuk memasukkan seng ke dalam suplemen.

Tembaga:
Hanya sedikit informasi tentang pengaruh tembaga terhadap kehamilan. Tetapi
pengkonsumsian suplemen zat besi dan/atau seng dalam jangka waktu yang lama bisa
mengakibatkan kekurangan tembaga. Bayi yang sehat lahir dengan tembaga yang
tersimpan untuk pembentukan sel-sel yang baru pada 6 bulan pertama kehidupan.
Kekurangan tembaga salah satunya dapat menyebabkan anemia.

Selenium :
Selenium mempengaruhi metabolisme yodium dan pembentukan gondok. Selenium,
seperti halnya Vit. E berfungsi sebagai antioksidan oleh sebab itu selenium dimasukkan
dalam suplemen. Resiko keracunan hanya terjadi pada level pengkonsumsian yang tinggi
(> 10 kali RDA).

Yodium:
Dalam lokakarya muncul argumentasi pro dan kontra apakah yodium perlu dimasukkan
ke dalam suplemen. Beberapa negara di dunia telah tercatat luar biasa berhasil dalam
pencapaian program Universal Salt Iodisation (USI). Hampir seluruh populasi dunia
seharusnya sudah menerima yodium melalui program ini atau akan menerimanya dalam
waktu dekat ini. Memasukkan yodium kedalam suplemen mikronutrien ditakutkan bisa
menjadi disinsentif bagi pemerintah untuk melanjutkan usaha USI mereka yang
seharusnya tidak hanya mencapai seluruh populasi tapi juga berlanjut dalam jangka
waktu yang lama. Menambahkan yodium ke dalam suplemen di wilayah yang termasuk
dalam program USI juga akan meningkatkan resiko hyperthyroidism yang disebabkan
karena kebanyakan yodium, khususnya pada individu yang rentan.

Argumen pendukung yang meyakinkan tentang pentingnya yodium dalam suplemen


adalah pandangan tentang betapa pentingnya bagi ibu hamil pemenuhan kebutuhan
yodium untuk perkembangan otak janin. Walaupun banyak negara mengakui bahwa
mayoritas rumah tangga di negaranya sudah memiliki akses ke garam beryodium tapi
dirasa masih banyak kelompok yang rentan dan sulit dijangkau. Lagipula, pada
kenyataannya asupan garam tidak sampai 10 g per hari dan oleh karenanya tidak
mencukupi kebutuhan harian sebanyak 15 ppm. Berdasarkan hasil di atas telah disetujui
bahwa Yodium harus diikutsertakan dalam suplemen.

Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa berbagai mikronutrien secara individual


mempunyai dampak yang positif terhadap kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu,
suplementasi dengan multi-mikronutrien dapat menghasilkan suatu dampak yang aditif
atau sinergistik. Kesadaran bahwa multi mikronutrien berperan penting pada kesehatan
ibu sudah tidak diragukan lagi di negara-negara maju dimana suplementasi selama masa
kehamilan dilakukan secara luas dan diterima dengan luas pula. Meskipun begitu, di
negara-negara berkembang sebagian besar program yang bertujuan untuk menurunkan
kematian maternal dan bayi baru lahir biasanya lebih terfokus pada persoalan yang

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 20


berkaitan dengan masalah kesehatan persalinan dibanding pada penyebab-penyebab dasar
yang mungkin ada, seperti status kesehatan gizi mikro yang buruk.

B. Nutrien yang tidak dimasukkan dalam suplemen

Kalsium dan Magnesium:


Ada dua alasan mengapa kalsium harus dimasukkan dalam suplemen. Alasan pertama
data dari studi asupan makanan menyatakan bahwa asupan kalsium dibeberapa negara
berkembang umumnya masih rendah. Alasan kedua kalsium dapat mencegah pre-
eklampsia tapi masih belum ada bukti pasti pada kesimpulan tersebut.

Disebutkan juga bahwa selama kehamilan penyerapan kalsium mengalami peningkatan.


Namun alasan terbesar untuk tidak memasukkan kalsium dalam suplemen adalah jumlah
yang dibutuhkan untuk memenuhi asupan harian yang direkomendasikan (RDA). Untuk
memberikan efek yang nyata, dibutuhkan 1-2 gram Kalsium setiap harinya dan
peningkatan tambahan dalam ukuran tablet akan secara pasti mempengaruhi tingkat
kepatuhan responden untuk mengkonsumsinya. Lagipula Kalsium dan Magnesium akan
berinteraksi dengan nutrien lainnya. Contohnya, Kalsium akan mengurangi
bioavailability dari zat besi dan kemungkinan juga seng pada level 300-400 mg per tablet.
Walaupun data dari studi makanan menunjukkan bahwa asupan kalsium oleh wanita di
beberapa negara berkembang terhitung rendah, asupan juga dapat berasal dari sumber
yang tidak konvensional seperti tulang dan tanah.

Bukti yang kurang meyakinkan akan manfaat kalsium serta ukuran tablet yang menjadi
lebih besar bila ditambah kalsium menjadi alasan mengapa kalsium dihilangkan dari
daftar. Selain itu tidak ada argumentasi kuat yang mendukung dimasukannya magnesium
ke dalam suplemen sehingga pada akhirnya magnesium juga dihapuskan dari daftar.

Vitamin K:
Vitamin K disalurkan dari ibu ke anaknya melalui air susu ibu dalam jumlah yang kecil
dan beberapa peserta percaya bahwa perlu untuk memasukkan nutrien ini ke dalam
suplemen. Tetapi seorang wanita harus mengalami kekurangan gizi yang sangat parah
terlebih dahulu sebelum kandungan vitamin K pada air susunya terpengaruh. Penyaluran
vitamin K yang terjadi hanya saat disalurkan melalui plasenta dari ibu ke bayi. Tidak ada
laporan dari negara berkembang mengenai kasus kekurangan vitamin K.
Mempertimbangkan kurangnya bukti yang meyakinkan tentang manfaat dari penambahan
vitamin K kedalam suplemen maka diputuskan untuk tidak mengikutkannya kedalam
suplemen.

Tidak terkandungnya kalsium dan magnesium dalam suplemen tersebut berdasarkan


pertimbangan praktis bahwa suplemen yang akan digunakan harus memiliki ukuran yang
cukup kecil untuk dapat ditelan dengan mudah, dan bukan karena zat gizi tersebut tidak
dianggap penting. Intervensi-intervensi pada masa yang akan datang kemungkinan juga
akan mengevaluasi dampak dari kalsium dan magnesium terhadap morbiditas dan
mortalitas yang berkaitan dengan kehamilan.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 21


Pelaksanaan
A. Filosofi pelaksanaan
Pelaksanaan program SUMMIT dilakukan dengan beberapa dasar filosofi penting:

1. kepentingan ibu hamil yg utama


Program SUMMIT dirancang dalam upaya menolong dan menyelamatkan ibu
hamil dan bayinya. Konsep ini menjiwai seluruh pelaksanaan program. Oleh
karena itu, pada pelaksanaan program SUMMIT kepentingan ibu hamil dan
bayinya harus didahulukan.

2. ibu hamil diikutsertakan dalam pengambilan keputusan


Program SUMMIT juga dirancang untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang perawatan kesehatan semasa hamil serta mengajak ibu hamil
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan
kesehatannya serta bayinya. Oleh karena itu ibu hamil berhak mengetahui secara
rinci informasi yang akurat mengenai program SUMMIT dan berhak ikut ataupun
menolak berpartisipasi dalam program ini tanpa adanya paksaan dari siapapun
setelah mendapat informasi yang cukup mengenai program ini. Bahkan ibu hamil
peserta program menjadi prioritas pertama dalam memberikan keputusan untuk
hal-hal yang berkaitan dengan implementasi di lapangan. Hal ini tercermin sejak
dari proses perancangan suplemen dan pendaftaran. Informed Consent yang
ditandatangani ibu hamil pada proses pendaftaran merupakan perwujudan filosofi
ini.

3. pelibatan masyarakat
Program SUMMIT berlandaskan kemasyarakatan (Community-based). Ini berarti
program ini membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat, tidak hanya ibu
hamil peserta SUMMIT namun juga suami, keluarga dan seluruh anggota
masyarakat. Oleh karena itu, program SUMMIT dilaksanakan dengan melibatkan
anggota masyarakat dari berbagai lapisan.

B. Lokasi dan Jadwal

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat, meliputi
354 desa/kelurahan (mengikuti jumlah desa/kelurahan saat ini). Lokasi ini dipilih
setelah mengevaluasi data-data kuantitatif dan data kualitatif dari seluruh kabupaten di
Indonesia berdasarkan indikator-indikator demografik dan kesehatan, termasuk
diantaranya angka kematian ibu dan bayi, status kesehatan, total jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, infrastruktur kesehatan, infrastruktur fisik, serta dukungan
pemerintah daerah setempat.

Program SUMMIT direncanakan berlangsung dalam 3 tahap yang jelas, yang secara garis
besar dijadwalkan sebagai berikut: Tahap I – persiapan dan latihan, Tahap II –
Suplementasi dan follow-up dan Tahap III – Analisa dan persiapan laporan. Seluruh

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 22


tahapan direncanakan dan diharapkan dapat terus dilaksanakan hingga setelah Desember
2004.

C. Pelaksana dan Kerjasama


Program SUMMIT merupakan salah satu program Helen Keller International (HKI),
sebuah Lembaga Nirlaba International yang bergerak dalam bidang kesehatan. Dalam
pelaksanaan suplementasi di lapangan, ujung tombak program SUMMIT adalah
Community Facilitator (CF) yang merupakan penduduk lokal Lombok dan Data
Collector (DC).

Peran CF sangat penting dalam memberikan penjelasan yang selengkap-lengkapnya


kepada ibu hamil mengenai program SUMMIT. CF memberikan informasi secara terus
menerus sehingga ibu hamil benar-benar memahami dengan baik dan memperoleh
informasi yang akurat tentang apa tujuan dari program dan bagaimana kegiatan SUMMIT
dilaksanakan. Harus dipahami bahwa CF adalah jembatan antara program SUMMIT
dengan ibu hamil, masyarakat, tokoh formal dan informal di desa. Sekali lagi ini
menunjukkan betapa pentingnya peran CF sebagai ujung tombak program.

Dalam melaksanakan tugasnya CF mendapat dukungan dari supervisor. Supervisor


memfasilitasi tugas-tugas CF dan memberi bimbingan. Supervisor juga diharapkan
memberi masukan untuk peningkatan kinerja program serta peningkatan kinerja staf
SUMMIT. Selain itu apabila timbul masalah di lingkungan kerjanya maka seorang
supervisor harus mendiskusikan masalah tersebut dan mencari solusi terbaik atas
masalah-masalah tadi.

Karena skala dan sifatnya yang mendetil Program SUMMIT tidak dapat terlaksana tanpa
adanya kerjasama dari berbagai pihak mulai dari jenjang pemerintah pusat, Propinsi,
Kabupaten dan Kota, Kecamatan, hingga Desa dan Dusun. Berbagai pihak yang turut
membantu terlaksananya program SUMMIT adalah:

1. Ibu hamil dan Masyarakat Lombok


Keterlibatan dan partisipasi masyarakat merupakan komponen terpenting
dalam pelaksanaan dan tujuan dari Program SUMMIT. Ibu hamil di seluruh
Lombok yang mendapat suplemen SUMMIT merupakan mitra utama program
SUMMIT . Namun, dukungan dari suami, keluarga dan lingkungan ibu hamil
tersebut sangat diperlukan baik oleh ibu hamil maupun program SUMMIT
untuk kelancaran kegiatan ini. Selain itu, kerjasama masyarakat erat
hubungannya dengan usaha untuk membuat Program SUMMIT ini
berkesinambungan di masa mendatang.
2. Departemen Kesehatan (DEPKES)
SUMMIT berintegrasi dengan berbagai institusi pemerintah termasuk
Litbangkes Departemen Kesehatan, Kanwil serta Dinas Kesehatan Propinsi
Nusa Tenggara Barat.
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
4. Universitas Mataram (UNRAM)

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 23


5. Rumah Sakit Umum Mataram
6. Penyandang Dana (non-HKI) yaitu: USAID, Turner Foundation, UNICEF dan
lain-lain
7. Pihak lain yang juga turut mendukung

Walaupun diakui bahwa HKI adalah penanggung jawab utama untuk pelaksanaan
SUMMIT, antisipasi kontribusi-kontribusi dari Litbangkes, dan juga institusi pemerintah
yang lain, akan diberikan secara aktif dibagian desain protokol dan kuesioner, keputusan-
keputusan tertentu mengenai staf dan latihan, kegiatan pengumpulan data, dan supervisi.
Kegiatan penanganan dan manajemen data akan menjadi tanggung jawab utama HKI, dan
analisa akan dilakukan dengan masukan-masukan dari berbagai pihak. Disamping itu,
berbagai institusi akan terlibat dalam diseminasi penemuan-penemuan utama dari
SUMMIT baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk publikasi ilmiah, dan mereka
akan membantu dalam pengembangan program kesehatan yang akan dibuat sebagai
akibat dari adanya program SUMMIT.

Hubungan kerja secara detail antara kelompok-kelompok dalam kegiatan SUMMIT akan
diuraikan dalam sebuah Memorandam of Understanding terpisah. Semua pihak yang
bekerjasama menyadari betul bahwa program ini tidak akan dapat berjalan apabila hanya
dilaksanakan oleh salah satu pihak saja. Untuk memastikan bahwa program berjalan
sebagaimana mestinya maka pemantauan dan koordinasi juga dilakukan secara bersama-
sama.

D. Persiapan Pelaksanaan
1. Formative Research
Sebelum program SUMMIT dilaksanakan, telah dilakukan formative research dimana
dilaksanakan serangkaian diskusi dengan ibu hamil dengan cara Focus Group Discussion
serta wawancara mendalam dengan dukun, dokter dan ibu yang mempunyai anak di
bawah 1 tahun dan anak yang meninggal. Dari kegiatan formative research diketahui
lebih mendalam mengenai pemahaman masyarakat, khususnya perilaku dan sikap hidup
masyarakat terhadap kesehatan, termasuk juga apa yang diinginkan ibu hamil dari
suplemen. Dari hasil focus group discussion diputuskan untuk membuat suplemen
berwarna pink (merah muda) dan dalam bentuk kapsul agar rasanya tidak pahit, serta
dengan kandungan zat besi yang lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan serupa
pada suplemen lain untuk mengurangi rasa mual setelah meminum suplemen.

2. Baseline Demographic Surveillance


Sebelum penelitian dilaksanakan indikator-indikator kesehatan di Lombok (yaitu MMR,
MMRT dan AKB) penting untuk diketahui. Serta perlu diingat bahwa terdapat tiga zona
dengan iklim yang berbeda, dimana terdapat perbedaan besar dalam pola pertanian dan
perilaku pencarian kesehatan (health seeking behavior). Maka dari itu keragaman
indikator-indikator kesehatan tersebut di atas di berbagai wilayah geografis juga perlu
diketahui.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 24


Hal-hal khusus lainnya, seperti jumlah wanita usia subur (WUS), migrasi ibu hamil ke
rumah orang tuanya untuk melahirkan dan masa pemulihan setelah melahirkan, juga akan
dicatat dengan teliti. Karena alasan-alasan tersebut, dan untuk dapat mengkoordinir
logistik dengan cara yang paling efisien selama tahap pelaksanaan penelitian, dibentuk
suatu sistem pendataan kependudukan dasar (baseline demographic surveillance) yang
akan terus diupdate dengan program Demographic Surveillance (DS) untuk
pencatatan/pendataan wanita usia subur, anak dibawah usia satu tahun, jumlah
kehamilan, kelahiran, kematian dan migrasi untuk semua ibu hamil. Prosedur bertahap
ini memungkinkan perkiraan berbagai ciri penting dari populasi penelitian, termasuk:

1. Maternal mortality ratio (MMR), dan maternal mortality rate (MMRT)


2. Migrasi ibu hamil antar-desa
3. Komposisi rumah tangga WUS dan bayi
4. Angka kematian bayi

Database demografi ini juga akan dihubungkan dengan database dari Sistem Pemantauan
Gizi dan Kesehatan HKI (SPGK), yang akan memungkinkan penelitian ini untuk
memantau berbagai persoalan sosio-ekonomi, masyarakat dan keluarga yang mungkin
berkaitan dengan kesehatan dan kematian ibu dan bayi.

3. Pemasaran sosial
Memperhatikan bahwa keberhasilan penelitian ini sangat tergantung sepenuhnya pada ibu
hamil yang secara aktif mencari perawatan antenatal ke bidan di desa, maka peningkatan
dalam perilaku pencarian bidan menjadi penting. Pada tahap permulaan dari penelitian
ini akan dilakukan suatu kampanye untuk mendorong kunjungan pertama ke bidan
dilakukan sedini mungkin. Tujuan dari kegiatan pemasaran sosial ini adalah untuk
mendorong agar kunjungan pertama dilakukan sedini mungkin, mendorong konsumsi
suplemen dan penggunaan jasa bidan dan asistennya di desa. Kegiatan pemasaran sosial
ini akan terus dilakukan oleh Community Facilitator selama pelaksanaan suplementasi.

Kegiatan pemasaran sosial dan pendidikan harus dilaksanakan secara terfokus, terutama
pada promosi suplemen dan peningkatan konsumsi, sehingga hal ini dapat memperkuat
pelaksanaan kegiatan suplementasi. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mengoptimalkan
jumlah peserta dan memastikan ibu hamil mengerti akan pentingnya partisipasi.

E. Desain dan Metodologi Survey


Selain merupakan program yang bersifat community-based, kegiatan SUMMIT
merupakan suatu penelitian terkontrol yang bersifat double blind dan cluster-randomized
yang dirancang guna mengevaluasi dampak relatif pemberian suplemen multi-
mikronutrien terhadap kematian ibu, kematian bayi dan berat badan lahir rendah, bila
dibandingkan dengan suplemen zat besi/asam folat.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 25


1. Randomisasi (pengacakan) terhadap perlakuan
Satuan randomisasi terhadap perlakuan adalah wilayah pelayanan bidan terlatih. Semua
ibu hamil yang tinggal di suatu desa yang dilayani oleh seorang bidan tertentu akan
menerima jenis suplemen yang sama yaitu salah satu dari kedua suplemen SUMMIT.
Cara pengacakan seperti ini disebut cluster-randomized system. Cara ini lebih mudah
dilaksanakan secara ilmiah maupun praktis daripada pengacakan secara individu.

Setiap bidan yang ada di wilayah distribusi akan menerima pasokan dari salah satu
diantara kedua jenis suplemen (yaitu Fe/Asam folat atau Multi-Mikronutrien). Suplemen
yang diberikan kepada bidan dan kode apa yang akan diterima seorang bidan ditentukan
secara acak (random) oleh komputer, dan yang dioptimalkan guna menghindari
pemberian kode yang sama kepada bidan yang berada di desa yang berdekatan.

Ada dua jenis suplemen yang akan diberikan program SUMMIT; yaitu suplemen multi-
mikronutrien atau suplemen Fe/zat besi dan Asam Folat (lihat isi kandungan suplemen
pada halaman 12. Setiap suplemen mempunyai bentuk dan kemasan yang sama dan akan
diberi kode sehingga tidak ada seorangpun, baik pihak pemberi (SUMMIT) maupun
penerima (ibu hamil) yang mengetahui suplemen mana yang mengandung zat besi dan
asam folat dan mana yang mengandung mikronutrien. Cara ini disebut dengan double
blind system. Jika cara ini tidak dilakukan ditakutkan salah satu jenis suplemen akan
lebih dipilih daripada suplemen lain, atau seseorang yang mendapatkan satu jenis
suplemen tertentu mungkin akan terpengaruh dengan kandungan suplemennya dan
mengubah-ubah kesehatannya yang normal. Dengan begitu hasil program ini akan
menjadi tidak jelas dan tidak akan berpengaruh banyak dalam merubah kebijakan
kesehatan ibu hamil.

Ibu hamil akan menerima salah satu diantara dua jenis suplemen tersebut dari bidan dan
tetap akan menerima suplemen yang sama dengan kode yang sama sejak pendaftaran
hingga 3 bulan setelah kehamilan berakhir, baik karena melahirkan ataupun karena
keguguran.

Bidan akan mendistribusikan suplemen pada ibu hamil sejumlah 35 kapsul setiap bulan
dan memantau dampak kesehatan melalui kunjungan perawatan prenatal rutin dan
memantau kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi suplemennya.

Tidak akan ada kelompok plasebo kosong dalam penelitian, mengingat distribusi
suplemen zat besi/asam folat (Tablet Tambah Darah/TTD) kepada ibu hamil telah
merupakan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia saat ini. Tidaklah etis untuk
memberi ibu hamil kurang dari apa yang lazim mereka terima dalam program
pemerintah.

Pemberian suplemen akan dimulai secara bertahap yaitu dimulai di sejumlah kecamatan
per bulan untuk memastikan kelancaran operasional suplementasi.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 26


2. Ukuran Sampel
Ukuran sampel dipengaruhi oleh dampak intervensi minimal yang ingin dideteksi,
frekuensi kejadian yang hendak diukur, dan lama intervensi itu sendiri. Faktor yang
membatasi dalam penelitian ini adalah angka kematian ibu. Apabila angka kematian ibu
tinggi, maka sampel yang diperlukan lebih sedikit daripada apabila angka kematian
rendah. Dengan perkiraan 72.000 kehamilan terjadi di Lombok per tahun, maka untuk
dua tahun masa pelaksanaan program SUMMIT perkiraan ukuran sampel yang
diperlukan adalah 130.000 sampel. Setengah (50%) dari total sampel akan menerima
suplemen multimikronutrien dan setengah sisanya akan menerima kapsul zat besi/asam
folat. Dari jumlah total sampel, sekitar 15% (± 20.000 kehamilan) akan menjadi
subsampel yang menjalani pemeriksaan biokimia yang lebih lengkap (lihat subbab
pemeriksaan biokimia).

3. Pemeriksaan biokimia
Sebagian ibu hamil akan diambil setetes darah dari ujung jarinya (finger prick blood spot)
untuk pemeriksaan anemia dan kadar beberapa mikronutrien dalam darah. Sekitar 20.000
kehamilan dari seluruh jumlah sampel secara acak akan menjadi subsampel. Ibu hamil
yang menjadi subsampel akan diambil 4-5 ml darah venanya untuk pemeriksaan status
nutrisi dan ketahanan tubuh. Sampel darah diambil dua kali yaitu pada saat pendaftaran
(sebelum mengkonsumsi suplemen) dan satu kali selama masa hamil atau pasca-
persalinan. Ibu hamil yang diambil darahnya tidak akan diberikan makanan pengganti
seperti dalam pengambilan donor darah.

Sampel-sampel darah akan diproses di Mataram, setelah itu akan dikirim ke Jakarta untuk
dianalisa di laboratorium. Karena permasalahan logistik, maka hasil pemeriksaan tidak
dapat diberikan secepatnya ke lokasi lapangan.

F. Pendaftaran kehamilan
Tidak ada batasan usia kehamilan bagi seorang ibu untuk bisa menjadi peserta Program
SUMMIT. Ibu hamil yang memeriksakan diri ke seorang bidan akan diberi penawaran
untuk berpartisipasi dalam program ini. Pada saat kunjungan pertama ini pula, kehamilan
akan dikonfirmasi dengan tes urin gratis apabila usia kehamilan kurang dari 26 minggu.
Apabila kehamilan sudah lebih dari 26 minggu tes urin dapat diganti dengan pemeriksaan
fisik biasa.

Bidan akan membacakan sebuah informasi tertulis mengenai program penelitian


SUMMIT. Informasi ini di antaranya adalah mengenai sifat sukarela dari partisipasi
mereka, yang berarti mereka tidak dipaksa untuk bergabung dengan program SUMMIT
dan mereka juga tidak akan mendapat bayaran atas partisipasinya. Selain itu juga
diinformasikan mengenai tujuan program dan bahwa penelitian ini akan menyediakan zat
gizi prenatal biasa atau zat gizi prenatal biasa ditambah dengan mikronutrien tambahan
yang keduanya akan memberikan dampak positif bagi kesehatan mereka. Apabila ibu
hamil tersebut setuju untuk berpartisipasi maka ibu tersebut akan diminta untuk
menandatangani atau memberikan cap jempol pada Informed Consent (IC). IC wajib
ditandatangani oleh ibu hamil peserta SUMMIT wajib namun harus ditekankan bahwa

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 27


tandatangan diberikan setelah ibu hamil mendapat informasi yang jelas dan akurat
mengenai program dan bersedia bergabung tanpa ada paksaan. IC memiliki dua tujuan,
yaitu:
1. memenuhi persyaratan etika sebuah studi yang membutuhkan kepastian akan
sifat keterlibatan yang sukarela dan bahwa para peserta mengetahui dalam
penelitian apa mereka terlibat,
2. mendidik dan membiasakan para wanita terlibat dalam usaha peningkatan
derajat kesehatan di masyarakat mereka.

Apabila ibu hamil terpilih untuk menjadi subsampel, ibu tersebut juga akan dimintai
secara khusus kesediaannya dan diinformasikan mengenai tujuan pengambilan darah
tersebut. Sebagai tanda persetujuan ibu diminta menandatangani IC jenis kedua, yaitu IC
untuk subsampel.

G. Distribusi suplemen dan partisipasi masyarakat


Setiap bulan CF dan bidan mengisi formulir permintaan suplemen. Suplemen akan tiba
di PKM (Puskesmas) maksimal tiga hari sebelum pelaksanaan posyandu dan selanjutnya
didistribusikan ke bidan desa setempat.

Pemberian suplemen akan dilakukan kepada ibu hamil setelah bidan mengkonfirmasikan
perihal adanya kehamilan dan ibu hamil telah setuju untuk berpartisipasi dengan
menandatangani IC. Suplemen yang diberikan memiliki kode tertentu dan berisi salah
satu dari kedua jenis suplemen SUMMIT. Baik bidan, ibu hamil, dan staf SUMMIT
tidak ada yang mengetahui isi suplemen tersebut secara pasti. Apabila seorang ibu hamil
telah mengkonsumsi suplemen dengan kode tertentu, untuk seterusnya ia harus meminum
suplemen dengan kode yang sama sampai akhir keikutsertaannya. Suplemen ini diminum
satu butir setiap hari dan akan diberikan sebanyak 35 kapsul setiap bulan. Ibu hamil
diminta untuk kembali guna menerima jatah kapsul berikutnya pada kunjungan
pemeriksaan kehamilan pada bulan berikutnya. Jumlah kapsul yang tersisa pada ibu
hamil dari bulan sebelumnya akan ditambah dengan jumlah yang diberikan bidan
sehingga totalnya menjadi 35 kapsul setiap bulan. Distribusi suplemen akan berlangsung
sejak ibu mendaftar dalam program SUMMIT hingga 12 minggu setelah melahirkan atau
12 minggu setelah terjadinya keguguran atau bayi lahir mati.

Ibu hamil yang tidak bersedia untuk menjadi peserta program Summit serta ibu hamil di
wilayah-wilayah yang belum mulai disuplementasi akan tetap menerima tablet tambah
darah (TTD) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Oleh karena itu, TTD dari Pemerintah Republik Indonesia tidak akan ditarik dari
peredaran di pulau Lombok, tetapi hanya akan digunakan untuk mereka yang tidak ikut
program Summit. Ibu hamil dapat bergabung dengan program SUMMIT kapan saja pada
masa kehamilannya, termasuk juga ibu hamil yang tadinya menolak kemudian
memutuskan untuk berpartisipasi di kemudian hari.

Pada kasus-kasus di mana bidan atau ibu hamil pindah ke wilayah lain, perlu diingat
bahwa ibu hamil perlu untuk selalu mengkonsumsi suplemen dengan kode yang sama

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 28


dari awal hingga akhir keikutsertaannya. Hal ini penting untuk menjamin agar hasil
penelitian akurat dan terpercaya. Oleh karena itu beberapa langkah dilakukan untuk
memastikan agar kode suplemen tidak tertukar. Bidan dan staf HKI bertanggung jawab
dalam memastikan bahwa suplemen yang diberikan kepada ibu hamil mempunyai kode
yang benar.

Selain itu, pemantauan konsumsi suplemen dilakukan sebelum jadwal posyandu.


Pemantauan ini dilakukan untuk melihat tingkat kepatuhan mengkonsumsi suplemen dan
melihat apakah ada suplemen lain yang dikonsumsi oleh ibu hamil peserta SUMMIT.
Suplemen SUMMIT sudah mencukupi kebutuhan gizi dalam satu hari dan suplemen lain
akan mengaburkan dampak dari suplemen SUMMIT pada hasil akhir penelitian. Oleh
karena itu, ibu hamil tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen lain selama
mengkonsumsi suplemen SUMMIT.

H. Pengumpulan data
Selain membagikan suplemen, para bidan akan melakukan pemeriksaan kehamilan rutin
dan mencatat hasilnya, menolong persalinan, dan mendeteksi kematian ibu dan bayi baru
lahir. Prosedur-prosedur dan data ini telah termasuk sebagai bagian dari protokol
kunjungan prenatal biasa dari Depkes. Dalam hal suplementasi, staf HKI akan membantu
bidan sehingga bidan tidak akan terlalu terbebani dengan tugas tambahan. Disamping itu,
staf pengumpul data HKI akan mengumpulkan data dari setiap ibu hamil pada saat
pendaftaran, pada saat usia kehamilan 36 minggu dan pada saat 12 minggu setelah
melahirkan. Data yang akan dikumpulkan dari setiap kelompok sampel diringkas
dibawah ini.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 29


Tabel 3. Data yang dikumpulkan serta jadwal dan staf yang bertanggung jawab
Kelompok Data yang Saat pengumpulan data Staf Pengumpul
Sampel dikumpulkan Data
Total sampel Demographic baseline Sebelum penelitian Pengumpul data
(130.000) survey suplementasi dimulai HKI
Pendaftaran & informed Kunjungan pertama ke bidan Bidan/Pengumpul
consent data HKI
Data sosio-ekonomi dan Data sosio-ekonomi dan gizi Pengumpul data
gizi diambil dalam waktu 3 x 24 HKI
jam setelah pendaftaran.
Data gizi kemudian diambil
kembali pada saat usia
kehamilan 36 minggu dan
pada saat akhir program (12
minggu setelah melahirkan)
Laporan pemeriksaan Kunjungan ANC dan Bidan
ANC persalinan
Penilaian persalinan Persalinan atau dalam jangka Bidan atau
waktu 48 jam Pengumpul data
HKI
Kunjungan kesehatan Ibu Tujuh hari setelah persalinan Bidan
dan Anak
Kunjungan kesehatan Ibu 12 minggu setelah persalinan Pengumpul data
dan Anak HKI
Subsampel Sampel darah 2 sampel dari bumil diambil Pengambil darah
(20.000) pada saat-saat tertentu selama HKI (DCVP)
masa pre- dan peri-natal
Kematian ibu dan Autopsi verbal Dalam waktu maksimum 14 Pengumpul data
bayi hari setelah kematian terjadi HKI (IFSF)

Para bidan akan dianjurkan untuk menghadiri persalinan guna menolong persalinan dan
mendapat data mengenai proses persalinan, berat badan lahir, serta skor APGAR bayi
baru lahir. Para bidan akan mencatat hasil dari pemeriksaan rutin ini. Prosedur-prosedur
dan formulir-formulir akan distandarisasi untuk penelitian ini, dan para bidan akan
menerima latihan dan dukungan dalam pencatatan yang teliti.

Para staf pengumpul data dari HKI akan mengumpulkan data mengenai status sosio-
ekonomi, konsumsi makanan (termasuk suplemen yang dibeli sendiri, jamu, dan obat-
obatan) dua kali selama kehamilan. Disamping itu, mereka akan mengukur tinggi badan
dan berat badan ibu hamil pada setiap kunjungan. Selain mengumpulkan data, mereka
juga bertugas untuk memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
muncul di masyarakat mengenai kegiatan SUMMIT. Kunjungan terakhir oleh seorang
staf pengumpul data akan terjadi pada saat tiga bulan (12 minggu) setelah melahirkan
guna mencatat informasi mengenai kesehatan ibu dan anak. Staf pengumpul data dari
HKI akan bekerjasama dengan para bidan dan pembantu bidan guna menjamin
pengumpulan data yang berkualitas tinggi dan tepat waktu. Guna menjamin agar
pengumpulan dan pencatatan data berkualitas tinggi, berbagai jenis pengecekan dan
kunjungan pemantauan akan dilakukan.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 30


I. Investigasi Faktor Sosiologi dan Fisiologis (IFSF)
Masyarakat akan dianjurkan untuk memberitahukan bidan secepat mungkin apabila
terjadi komplikasi apapun dari kehamilan ataupun persalinan, termasuk terjadinya
kematian. Kehamilan akan diawasi sampai kunjungan terakhir pada saat 12 minggu
pasca-persalinan. Kematian yang terjadi setelah itu akan dideteksi melalui sistem
pemantauan penduduk (demographic surveillance) yang berlangsung secara terus-
menerus. Hal ini akan memungkinkan penelitian ini untuk mencakup semua kematian
ibu dan bayi yang terjadi setelah 12 minggu pertama setelah persalinan. Dengan
menggunakan petunjuk pelaksanaan Depkes/WHO yang telah ada, sebuah perangkat
autopsi verbal akan dikembangkan, sebagai alat dalam menentukan [1] bahwa suatu
kasus kematian yang terjadi adalah suatu kematian maternal atau apabila memungkinkan,
[2] penyebab kematian tersebut. Alat yang sama juga akan digunakan oleh dua orang
dokter guna memverifikasi penyebab kematian secara independen. Apabila terjadi
perbedaan dalam hasil ‘autopsi verbal’ yang dilakukan oleh kedua dokter tersebut, data
akan dievaluasi ulang bersama guna mencapai kesepakatan. Fokus ‘autopsi verbal’
adalah memastikan bahwa kasus kematian yang terjadi adalah akibat suatu penyebab
yang berkaitan dengan kehamilan dan terjadi selama kehamilan atau dalam jangka waktu
6 minggu setelah persalinan atau berakhirnya suatu kehamilan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan kunci dalam mengevaluasi dampak program SUMMIT terhadap MMR dan
MMRT. Sumber informasi dapat dibagi dalam dua kategori: 1) wawancara dengan
keluarga dan staf kesehatan yang terlibat dalam kasus tersebut, dan 2) data dari catatan
medis dari fasilitas kesehatan di mana ibu/bayi yang meninggal dirawat.

J. Manajemen dan Analisa Data


Kegiatan penanganan dan manajemen data akan menjadi tanggung jawab utama HKI, dan
analisa akan dilakukan dengan masukan-masukan dari berbagai pihak. Analisa awal akan
membandingkan angka kejadian berbagai indikator kunci, MMR, MMRT, AKPN, dan
BBLR, dalam kelompok yang menerima suplemen multi-mikronutrien dengan kelompok
yang menerima Fe/zat besi dan asam folat. Perlu diketahui bahwa kegiatan SUMMIT ini
tidak hanya akan menyediakan informasi mengenai dampak zat gizi mikro terhadap
indikator-indikator ini saja, akan tetapi juga akan mengevaluasi dampak spesifik dari
kegiatan yang menyertai intervensi ini seperti promosi perawatan prenatal dan pemasaran
sosial. Hal ini akan dilakukan dengan cara membandingkan angka kejadian diwilayah
yang akan menerima zat besi/asam folat sebelum dan sesudah intervensi diberikan.
Pendekatan demikian akan memungkinkan dilakukannya suatu evaluasi secara terpisah
mengenai dampak terhadap indikator kesehatan kunci dari berbagai komponen pada
kegiatan SUMMIT ini. Evaluasi terhadap dampak relatif dari faktor-faktor tersebut
menempati posisi tersendiri yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan
pendistribusian suplemen multi-nutrien itu sendiri. Hal ini akan menyediakan dasar
untuk suatu analisa cost-benefit yang akan membantu Pemerintah Republik Indonesia
untuk membuat keputusan mengenai alokasi anggaran kesehatan yang didasarkan pada
informasi yang tepat.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 31


Kerahasiaan Data
Hak-hak pasien merupakan hak asasi manusia yang harus senantiasa dilindungi. Karena
itu, SUMMIT selalu menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan moral yang harus
diperhatikan dalam memperlakukan data pasien. SUMMIT akan meminta izin dari
Direktur Rumah Sakit dan keluarga pasien untuk mengakses informasi. Semua data
mengenai pasien yang meninggal bersifat rahasia dan disimpan di tempat yang aman.
Seperti terdapat dalam kontrak kerja semua staf SUMMIT, semua informasi yang
diperoleh selama atau sesudah bekerja di SUMMIT harus dianggap rahasia dan tidak
akan diberikan kepada pihak ketiga.

Badan Pengarah Dan Penasehat


Proposal SUMMIT ini merupakan hasil kerjasama yang melibatkan bukan hanya staf
HKI, akan tetapi juga sejumlah besar organisasi dan badan internasional yang memiliki
dedikasi terhadap tujuan program Safe Motherhood dan penurunan angka kematian ibu.
Pendekatan kerjasama ini ditempuh guna menjamin bahwa baik pengetahuan mutakhir
dan hal-hal yang baru dipelajari mengenai kesehatan ibu dan soal-soal yang berkaitan
dengan kesehatan bayi baru lahir maupun kekhawatiran dan prioritas-prioritas
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dapat dijadikan sebagai bagian dari program
ini.

Diakui bahwa suksesnya implementasi kegiatan SUMMIT juga membutuhkan bimbingan


yang intensif dan evaluasi secara terus-menerus dari berbagai institusi dan individu. Oleh
karena itu, beberapa badan penasehat dan dewan akademik diusulkan baik ditingkat lokal
maupun propinsi. Garis besar kegiatan dari setiap badan ini dijelaskan dibawah.

Badan Penasehat Umum (General Steering Committee = GSC) terdiri dari peneliti dan
ahli kesehatan masyarakat di tingkat nasional dan internasional. Mereka bertugas
membahas aspek-aspek ilmiah dan programatik SUMMIT ini ditingkat nasional dan
internasional. Tugas badan ini termasuk berdiskusi dan mencapai konsensus bagi solusi
terhadap permasalahan-permasalahan penting, baik ilmiah maupun program, yang
membutuhkan perubahan atau intervensi drastis terhadap rancangan ataupun pelaksanaan
penelitian ini. Secara umum, GSC akan bertemu setiap enam (6) bulan sekali, untuk
menginformasikan perkembangan terakhir dan berdiskusi setelah menerima rekomendasi
dan laporan dari Scientific Advisory Board. Pada periode-periode tertentu, apabila
diperlukan, Badan Penasehat ini dapat diminta untuk bertemu lebih sering.

Scientific Advisory Board (SAB) terdiri dari ilmuwan, birokrat dan ahli kesehatan
masyarakat baik ditingkat nasional maupun propinsi. Kelompok ini bertanggung jawab
untuk mendiskusikan, menginvestigasi dan memberikan rekomendasi kepada GSC
mengenai hal-hal yang menyangkut kesuksesan SUMMIT. Mereka juga bertanggung
jawab untuk mengambil keputusan-keputusan umum mengenai SUMMIT yang tidak
secara drastis merubah rencana kerja. Kelompok ini bertemu kira-kira setiap tiga bulan

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 32


sekali, atau lebih sering bila perlu. Sub-komite yang disebut Scientific Advisory
Committee akan menentukan agenda diskusi SAB.

Scientific Advisory Committee (SAC) adalah suatu sub-komite yang terdiri dari para
ilmuwan nasional dan propinsi yang duduk di SAB. Mereka bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi dan membuat prioritas permasalahan ilmiah yang membutuhkan
perhatian demi kesuksesan SUMMIT. Kelompok ini bertemu untuk laporan umum kira-
kira setiap dua (2) bulan sekali untuk pelaporan umum. Dalam tugasnya SAC sering
mengadakan pertemuan dengan Provincial Advisory Board (PAB) dan Provincial
Scientific Committee (PSC).

Fungsi dari Provincial Advisory Board (PAB) dan Provincial Scientific Committee (PSC)
mirip dengan fungsi SAB dan SAC, tetapi tugas PAB dan PSC dikhususkan untuk
membahas hal-hal yang spesifik di tingkat Propinsi yang tidak memerlukan perhatian
khusus di tingkat nasional. Tanggung jawab utama dari komite-komite ini adalah untuk
menjamin pelaksanaan program SUMMIT secara teliti dan terkoordinir, dan untuk
mengidentifikasi wilayah masalah, serta memberikan rekomendasi pada SAC. PSC
adalah kelompok yang dianggap paling mengerti pengorganisasian dan pelaksanaan
SUMMIT di lapangan. Mereka akan bertemu paling sedikit setiap satu bulan sekali, atau
lebih sering apabila diperlukan.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 33


Sertifikasi
A. Filosofi:
Staf SUMMIT terutama staf lapangan SUMMIT ditugaskan untuk membantu ibu hamil
memahami dan mendapatkan informasi yang benar dan sejelas-jelasnya mengenai
program SUMMIT. Oleh karena itu setiap staf SUMMIT memerlukan pengetahuan yang
baik agar dapat memberi penjelasan yang memadai mengenai program SUMMIT,
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan bersikap baik dalam berhubungan
dengan pihak lain terutama dengan ibu hamil. Tidak hanya staf lapangan, staf yang
bekerja di kantor pun diharapkan memiliki pemahaman yang dalam mengenai program
SUMMIT agar dapat membantu staf lain terutama yang bekerja di lapangan.

Sertifikasi bukan dimaksudkan untuk menghambat kerja staf melainkan untuk


meningkatkan kinerja dan kualitas. Untuk melalui proses sertifikasi, seorang staf atau
calon staf akan dibimbing oleh supervisornya pada sesi konsultasi dan setiap staf diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk berkonsultasi. Selain itu, supervisor akan memfasilitasi
dan membimbing CF dan DC selama bertugas. Supervisor juga diharapkan memberi
masukan untuk peningkatan kinerja program serta peningkatan kinerja staf SUMMIT.
Selain itu apabila timbul masalah di lingkungan kerjanya maka seorang supervisor akan
mendiskusikan dan mencari solusi terbaik atas masalah-masalah tadi.

B. Proses Sertifikasi
Untuk mendorong terjadinya perubahan kebijakan agar memihak pada peningkatan
kesehatan ibu hamil, pembuat kebijakan membutuhkan bukti pendukung yang kuat dan
terpercaya. Oleh karena itu kualitas program SUMMIT dan kualitas data yang
dihasilkannya sangatlah penting. Data yang tidak berkualitas akan menyebabkan
program ini kehilangan kesempatan untuk mendorong perubahan kebijakan. Karena
alasan inilah maka sangat penting bagi staf lapangan seperti CF dan DC untuk
berinteraksi secara baik dengan ibu hamil dan keluarganya dan untuk mengambil data
yang terpercaya dan akurat dengan cara yang benar.

Tiga unsur kemampuan utama yang penting bagi seorang staf lapangan adalah:
1. Pemahaman mendalam atas pengetahuan mendasar mengenai program,
2. cara berinteraksi yang sopan dan
3. kemampuan mengambil data dengan benar dan akurat serta menjawab
pertanyaan dengan benar
Ketidakmampuan seseorang untuk menunjukkan ketiga unsur tersebut di atas berarti
bahwa, demi kepentingan ibu hamil dan program, orang tersebut tidak diperkenankan
untuk bekerja di lapangan. Karena alasan-alasan tersebut di atas maka sertifikasi
pengetahuan dan praktek lapangan mutlak diperlukan. Prosedur yang harus dilalui untuk
mendapatkan sertifikasi adalah sebagai berikut:

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 34


1. Staf Lapangan baru
Kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilan diperlukan sebagai
syarat untuk dikontrak. Selama masa bekerja, kompetensi harus dipertahankan dan
disertifikasi ulang paling tidak 3 bulan sekali. Bahkan, setiap staf harus mampu
menunjukkan kompetensinya setiap saat tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Proses
sertifikasi akan terus diperbaiki kualitasnya sejalan dengan program SUMMIT agar dapat
menjamin peningkatan kinerja program SUMMIT.

Sebelum seorang calon staf dikontrak, beberapa tahapan harus dilalui, yaitu:

a. Proses pelamaran
Surat lamaran untuk menjadi staf lapanganan dikirimkan langsung ke kantor HKI
SUMMIT di Lombok. Sebuah surat pemberitahuan akan dikirimkan kembali kepada
pelamar sesaat setelah surat lamaran diterima. Dalam surat pemberitahuan juga akan
disampaikan bahwa proses seleksi pelamar berlangsung maksimal selama 2 bulan.

b. General Test dan wawancara


Pelamar yang terseleksi kemudian akan dikirimi sepucuk surat pemberitahun beserta
sebuah dokumen mengenai program SUMMIT secara umum. Dokumen tersebut
harus dibaca secara mendetil karena akan menjadi bahan untuk General Test. Di
dalam surat pemberitahuan juga akan diberikan tanggal pelaksanaan tes yaitu sekitar
10 hari setelah dokumen diterima. Pelamar dapat memanfaatkan sesi konsultasi yang
dibuka sekitar 3 sampai 6 hari setelah dokumen SUMMIT diterima untuk melakukan
tanya jawab.

General Test dikerjakan dengan media komputer dan dilaksanakan dalam 3 putaran
secara berurutan di hari yang sama. Pada setiap putaran komputer akan mengacak 50
pertanyaan pilihan berganda dan peserta harus menyelesaikan keseluruhan soal dalam
waktu 30 menit. Kriteria minimum untuk lulus sertifikasi adalah dua tes dengan nilai
minimum 80% dan satu tes dengan nilai minimum 90%. Urutan nilai tes tidak
penting (contoh: 80-80-90, 80-90-80, 90-80-80). Calon staf yang lulus General Test
kemudian akan melalui proses wawancara untuk melihat lebih dalam motivasi dan
kemampuannya.

c. Pelatihan (Training)
Peserta yang lulus General Test dan tahap wawancara akan melalui masa pelatihan
selama 10 – 17 hari. Selama pelatihan calon staf akan belajar lebih dalam mengenai
program SUMMIT dan akan diberi beberapa tugas dan tes. Peserta yang lulus
pelatihan akan melalui proses sertifikasi sesuai dengan levelnya.

d. Sertifikasi
Sertifikasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
i. Sertifikasi Pengetahuan Dasar (knowledge-based) yang merupakan tes
komputer dengan prosedur seperti pada General Test. Soal-soal yang
diberikan akan lebih sulit dan mendetil dibandingkan dengan soal-soal pada

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 35


General Test. Ujian sertifikasi ini dilaksanakan 3 hari kerja setelah pelatihan
selesai.
ii. Sertifikasi Kemampuan Lapangan (Field-based) yang terdiri dari praktek
lapangan dan perilaku yang merupakan evaluasi kemampuan peserta bekerja
di lapangan. Ujian sertifikasi ini dilaksanakan 7 hari kerja setelah pelatihan
selesai.
Surat pemberitahuan hasil sertifikasi akan diberikan kepada peserta dalam waktu 7
hari. Peserta yang lulus kedua jenis sertifikasi layak untuk bekerja pada program
SUMMIT.

e. Sertifikasi (kesempatan kedua)


Bagi peserta yang tidak lulus proses sertifikasi yang pertama dapat mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Head of Scientific and Technical Group (STG)
dengan tembusan kepada Head of Quality Control Group (QCG) dan Field
Implementation Group (FIG) paling lambat 3 hari kerja setelah kegagalan diketahui.
Dalam 7 hari kerja STG akan memberikan keputusannya. Apabila STG memberikan
kesempatan kedua untuk mengikuti sertifikasi, tanggal tes akan ditentukan kemudian.
Apabila pada kesempatan kedua inipun peserta gagal, maka kesempatan berikutnya
tidak akan diberikan.

Bagan alur prosedur sertifikasi staf lapangan baru dapat dilihat pada Bagan 2.

2. Resertifikasi dan Pembaharuan Kontrak


Sertifikat merupakan syarat untuk bekerja di lapangan dan harus diperbaharui minimal
setiap 3 bulan sekali. Resertifikasi harus diambil sekitar 2 minggu sebelum tanggal
berlakunya sertifikat berakhir. Dengan demikian staf tersebut mempunyai cukup waktu
untuk mendapat sertifikat baru sebelum sertifikat lama berakhir masa berlakunya. Untuk
pembaharuan kontrak, staf akan diinformasikan terlebih dahulu bahwa kontribusinya
masih diperlukan program SUMMIT dan SUMMIT memberikannya kesempatan untuk
mendapat kontrak baru. Supervisor akan mengingatkan secara tertulis mengenai jadwal
resertifikasi dan mengatur kapan resertifikasi dilakukan. Supervisor juga akan
memberikan sesi konsultasi di luar jam kerja sebelum resertifikasi dilakukan. Proses
yang harus dilalui dalam melakukan resertifikasi adalah sebagai berikut:

a. Resertifikasi (kesempatan pertama)


Seperti juga pada sertifikasi, resertifikasi terbagi menjadi 2 tahapan:
i. Resertifikasi Pengetahuan Dasar (knowledge based) yang merupakan tes komputer
dengan prosedur seperti sertifikasi awal. Karena program komputer untuk tes ini
akan terus diupdate maka soal-soal yang diberikan mungkin akan lebih sulit dan
mendetil dibandingkan dengan soal-soal pada sertifikasi awal.
ii. Resertifikasi Kemampuan Lapangan yang terdiri dari praktek lapangan dan perilaku
yang merupakan evaluasi kemampuan peserta bekerja di lapangan.

Staf yang lulus kedua resertifikasi dapat melanjutkan tugasnya sebagai staf lapangan.
Untuk pembaharuan kontrak, staf yang lulus akan diberi kontrak baru untuk
ditandatangani.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 36


b. Resertifikasi (kesempatan kedua)
Apabila seorang staf gagal dalam salah satu atau kedua tes resertifikasi maka staf tersebut
otomatis mendapat kesempatan kedua untuk melakukan tes resertifikasi. Resertifikasi
Pengetahuan Umum (tes komputer) dilakukan 3 hari kerja setelah tes gagal dan
Resertifikasi Kemampuan Lapangan dilakukan 7 hari kerja setelah tes gagal.

c. Resertifikasi (kesempatan ketiga)


Apabila pada kesempatan kedua staf tersebut tetap gagal, maka ia dapat berkonsultasi
dengan supervisornya dan atau Head of FIG. Apabila kemudian staf tersebut
memutuskan untuk memohon kesempatan ketiga maka ia dapat mengajukan permohonan
secara tertulis kepada STG maksimum 3 hari kerja setelah kegagalan dengan tembusan
kepada Head of QCG dan FIG. Dalam waktu 7 hari kerja jawaban tertulis akan
dikeluarkan Head of STG. Apabila staf diperkenankan untuk mengambil tes resertifikasi
kembali tanggal pelaksanaan tes akan ditentukan kemudian. Setelah lulus resertifikasi
barulah staf layak mendapat kontrak baru. Apabila pada kesempatan ini staf gagal lagi
maka kontrak baru kemungkinan besar tidak akan diberikan kecuali apabila terbukti ada
kasus-kasus yang sangat khusus yang perlu dipertimbangkan kembali.

Bagan alur resertifikasi dapat dilihat pada Bagan 3.

Apabila staf lapangan tidak mampu menunjukkan ketiga unsur kemampuan utama seperti
yang disebutkan di atas berarti staf tersebut perlu berhenti bekerja di lapangan dan
menggunakan waktunya sebaik-baiknya untuk melakukan resertifikasi agar dapat
melayani masyarakat dengan lebih baik. Hal ini terutama dapat terjadi terutama pada
resertifikasi yang terjadi di tengah kontrak. Pada saat akhir kontrak apabila proses
sertifikasi melampaui masa berlaku sertifikat yang lama, maka staf tersebut diminta untuk
berhenti bekerja. Gaji maupun tunjangan tidak akan diberikan selama masa ia berhenti
bekerja. Gaji dihitung kembali apabila ia kemudian berhasil lulus sertifikasi dan
mendapat kontrak baru.

Contoh: Masa berlaku sertifikat Staf A berakhir pada tanggal 14 Agustus, maka ia harus
melakukan resertifikasi sekitar tanggal 1 Agustus. Apabila ia gagal pada kesempatan
pertama maka ia dapat mengambil tes kembali sekitar tanggal 7 Agustus. Apabila ia
gagal kembali, ia dapat mengajukan permohonan yang keputusannya akan diberikan
secara tertulis sekitar tanggal 14 – 17 (tergantung pada tanggal diterimanya surat
permohonan tersebut). Pada saat keputusan tersebut dikeluarkan masa berlaku sertifikat
Staf A sudah lewat sehingga Staf A tersebut tidak diperkenankan untuk bekerja sampai
resertifikasi dan kontrak baru didapat. Pada masa-masa ia tidak terikat kontrak lagi, gaji
dan tunjangan tidak akan diberikan. Apabila pada kesempatan terakhir Staf A berhasil
mendapatkan sertifikasinya maka ia dipersilakan kembali bekerja di lapangan dan
mendapatkan baik gaji maupun tunjangannya. Namun apabila pada kesempatan terakhir
Staf A tersebut tetap gagal mendapatkan sertifikat maka ia dinyatakan tidak dapat
menunjukkan kemampuannya dan kontraknya tidak akan diperpanjang.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 37


Kegagalan untuk mendapatkan sertifikat maupun memperpanjang kontrak bukanlah
mencerminkan kegagalan pribadi. Namun program SUMMIT membutuhkan staf-staf
handal dengan kriteria tersendiri. Tidak tertutup kemungkinan walaupun tidak dijamin,
staf yang gagal di lapangan ditawarkan bekerja pada posisi lain di program SUMMIT dan
tidak tertutup kemungkinan, walaupun tidak selalu terjadi, SUMMIT membantu dalam
mendapat pekerjaan lain.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 38


Bagan 2. Prosedur Sertifikasi bagi Staf Lapangan Baru

1. Prosedur Sert ifikasi Staf Lapangan Baru

Gagal Tid ak d ila tih


Lama ran d it olak
Surat +
M eng irim Lam ara n m ate ri Gen era l
Lu lus Test + inf o
Seleksi lain tentan g Sesi Gen eral
Test Ga ga l Ti dak di sert ifikasi
l am aran gen eral test da n ko nsu lt asi
Ke pad a : sesi kon su l tasi
HKI - SUM MIT Pelati h an
Jl. Langko N o.8 2 Wawancara (term asu k
Lu lus Lu l us Layak di kon trak Kontr ak / Kesep akat an Ke rja
Matara m - Lom bo k tu ga s dan
tes lain ) Sertifikasi
Nu sa Ten gg ara Barat 1. Pen g etah u an dasar
(kom puter )
Lu lus Pe rmo ho na n Ti dak d i kon trak
2. Ke ma mp ua n ti da k d ika bu lkan
l ap an gan
(praktek lapa ng an
Perm ohonan
da n per il aku )
kepada STG
Gag al un tu k
kesem pa tan
kedu a Layak Ke sepakatan
Lulu s kerj a
dikon tra k

Perm oh on an
d ika bu lk an Se rti fikasi

Ke pu tu san Pen get ah ua n Dasar


Gen eral test (Tes Kom pu ter)
Kem amp u an Lapangan Gagal Tidak dikon tra k
Pe mb eritahu an
Sesi kon sul tasi 3-6 hari pel ati h an Pem be rit ahua n kelulu sa n dalam Surat permohonan
wa ktu 7 har i diterima Jawaban ataspermoh onan Sertifikasi
Proses p elam aran Pro ses selek si set elah m ater i diter im a waw an cara

Pem b eri tah u an bahw a 3 hari


su rat t el ah samp ai Pem beritah uan
(1 mi n gg u setelah sur at maks 2 bulan 10 hari 7 hari Hasil
diter im a) 7 hari
3 Hari set el ah t iap kegagalan
7 hari

w a ktu aka n di te ntu kan 7 hari

wakt u akan di t ent ukan

Proses p elam aran Pro ses selek si Pr oses Gen era l Test Pro se s Pel ati han Pr oses Ser tifikasi Proses u n tu k kesem pa tan ked u a

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 39


Bagan 3. Prosedur Resertifikasi Pembaharuan Kontrak Staf Lapang

2. Prosedur Resertifikasi dan Pembaharuan Kont rak St af Lapang

Resertifikasi 1 : Lulu s Resertifi kasi /kont rak baru

1. Penget ahua n Dasar

Panggilan (tes ko mpu ter)


Lu lu s Reserti fikasi/ kont rak baru
Resertifikasi 2. Kemamp uan Lap anga n
Permo honan t ida k Kontrak tidak dip erbaha rui
(Praktek l apan g d an p eril aku) dikab ul ka n
Gagal RESERTIFIKASI 2
Permoh ona n kepad a
STG (setel ah ko nsul tasi
Gag al Ja waban Lu lu s Reser tifi kasi /
dengan supervisor
Tert ulis kontrak baru
dan Head of FIG)

Permoho nan
di kabul kan RESERTIFIKASI 3

Reserti fi kasi gagal/


Gagal
kon trak t idak
diper bahar ui

Pemberitahuan kelu lusan


da lam 7 hari
Penget ahu an d asar
(tes Komputer)
Kem ampu an Surat perm ohonan Jawaban tert uli s at as
lapan gan di t eri ma permohonan Serti fika si

3hari
Pemberit ahuan
30 hari Hasil

7 hari
3 hari setelah t iap k egagalan
7 hari
7 hari

wakt u dit ent ukan kemudi an

Proses Resertifikasi Pert ama Proses Resert ifikasi kedua Proses Resert ifikasi Ketiga

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 40


Kesepakatan Kerja
Seperti telah disebutkan di atas, staf SUMMIT terbagi menjadi dua, yaitu staf kantor dan
staf lapangan. Staf kantor adalah staf yang bekerja di kantor SUMMIT. Staf kantor
memiliki deskripsi pekerjaan berbeda-beda yang umumnya bertujuan untuk menjamin
kelancaran tugas staf lapangan. Baik staf kantor maupun staf lapangan wajib memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai SUMMIT dan mampu menjawab pertanyaan
mendasar mengenai SUMMIT apabila dibutuhkan. Apabila ada informasi menyesatkan
yang beredar di masyarakat mengenai kegiatan SUMMIT, semua staf baik staf kantor
maupun lapangan bertanggungjawab untuk melaporkannya.

Sementara itu, staf lapangan SUMMIT terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Community Facilitator (CF)
CF adalah staf lapangan program SUMMIT yang bertugas memfasilitasi seluruh kegiatan
SUMMIT di tingkat desa atau kelurahan. CF direkrut dari penduduk desa setempat.
Adapun tugas-tugas CF yang berkaitan dengan program SUMMIT adalah:
 pemasaran sosial dan mobilisasi masyarakat
 aktivitas suplementasi
 pendataan dan pemetaan

Diharapkan CF dapat memfasilitasi masyarakat dalam melakukan perubahan positif yang


berkenaan dengan masalah kesehatan untuk mencapai peningkatan status kesehatan di
tingkat masyarakat.

2. Data Collector (DC)


DC adalah staf lapangan SUMMIT yang menangani beberapa desa untuk memantau
perkembangan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta memberikan pemahaman pada
peserta program khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang program SUMMIT
yang sedang dilaksanakan. Adapun tugas-tugas DC yang berkaitan dengan program
SUMMIT adalah:
 mengunjungi ibu hamil untuk melakukan wawancara
 pengukuran antropometri
 pengambilan sample darah dan pengukuran hemoglobin (bagi yang sudah terlatih)

Pada kontrak yang ditandatangani baik CF dan DC akan tercantum tanggal pelatihan,
tanggal tes sertifikasi dan level yang diambil serta nilai sertifikasi pengetahuan dasar dan
praktek lapangan.

Untuk keterangan lengkapnya, contoh kontrak (kesepakatan kerja) untuk CF dan DC


dapat diminta pada bagian Human Resource Development.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 41


Glossary
1. Abortus imminens: Keadaan yang bila dibiarkan dapat menyebabkan
abortus/keguguran
2 Anemia: Kekurangan kadar hemoglobin dalam darah
3. Anemia semasa kehamilan: Ditunjukkan dengan kadar hemoglobin <11 g/dl
4. Anemia semasa menyusui: Ditunjukkan dengan kadar hemoglobin <12 g/dl
5. Angular stomatitis: Sariawan
6. Antenatal: Masa sebelum melahirkan
7. Berat Lahir Rendah: Didefinisikan sebagai berat lahir di bawah <2500
gram pada usia kehamilan yang cukup bulan (antara
37 – 42 minggu)
8. Cardiovascular: Sistem pembuluh darah jantung dan pembuluh darah
9. Cephalo-perlvic Ketidaksesuaian antara kepala janin dengan pintu
disproportion: atas panggung
10. Endotel: Lapisan sel gepeng yang melapisi permukaan dalam
pembuluh darah, pembuluh limfe & rongga tubuh
11. Hemoglobin: Zat warna dalam eritrosit yang berfungsi
mengangkut oksigen dan CO2, hemoglobin A,
hemoglobin orang dewasa, hemoglobin F, dan
hemoglobin janin
12. Homocystein: Suatu asam amino yang terbentuk dari oksidasi
homosistein
13. Hormon Steroid: Hormon yang mengandung senyawa dengan cincin
perhidrosiklopertanofenantren
14. Hookworm: Cacing pita
15. Hyperthyroidism: Keadaan abnormal yang disebabkan hiperfungsi
kelenjar gondok
16. Infant Mortality: Kematian Bayi
Didefinisikan sebagai:
Kematian seorang anak yang berusia di bawah 1
(satu) tahun
17. Intervensi: Semua program yang dilaksanakan untuk
mendorong terjadinya suatu perubahan terhadap
kebijaksanaan yang ada
18. Intra-uterin: Di dalam rahim
19. Kasus darurat obstetrik Kegawat daruratan/komplikasi/faktor yang terjadi
/komplikasi obstetric/faktor pada waktu kehamilan/persalinan
obstetric:
20. Konstipasi: Sulit buang air besar
21. Mal-presentasi janin: Kelainan letak janin
22. Mastitis: Pembengkakan kelenjar susu
23. Maternal Mortality: Kematian Ibu
Didefinisikan oleh WHO sebagai:

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 42


Kematian seorang perempuan selama masa
kehamilan atau dalam jangka waktu 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, terlepas dari durasi dan
lokasi kehamilan tersebut, akibat penyebab apapun
yang berkaitan dengan atau diperparah oleh
kehamilan dan penanganannya, tetapi bukan karena
kejadian yang aksidentil
24. Maternal Mortality Rate Laju Kematian Ibu
(MMRT): Didefinisikan sebagai:
Jumlah kematian ibu per 100.000 kehamilan
25. Maternal Mortality Ratio Rasio Kematian Ibu
(MMR): Didefinisikan sebagai:
Jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
26. Mikronutrien: Zat gizi mikro
Adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sedikit oleh tubuh yang berfungsi untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh
27. Morbiditas: Angka kesakitan
28. Osteoporosis: Pengeroposan tulang
29. Partus: Lahirnya hasil konsepsi di atas usia kehamilan 21
minggu
30. Patofisiologi: Ilmu tentang kelainan fungsi suatu organ
31. Perinatal: Masa menjelang, selama dan sesudah kelahiran
32. Pre-eklampsia: Didefinisikan dengan menggunakan gejala klinis
utama yang memenuhi criteria: tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih (diukur dua kali dengan
interval 4 jam) atau satu kali ukuran diastolic 110
mmHg atau lebih ditambah dengan proteinuria
(davey) dengan hasil dipstick sekurang-kurangnya
2+ (Kuo)
33. Prematur: Kurang bulan/di bawah 38 minggu
34. Prenatal: Sebelum melahirkan
35. Prevalensi: Jumlah kejadian penyakit tertentu
36. Proteinuria: Keadaan di mana terdapat protein pada urin
37. RDA: Recommended Daily Allowance
Asupan Harian yang direkomendasikan
38. Ricket: Penyakit yang terutama menyerang anak-anak
sehingga tulangnya menjadi lunak dan bengkok
akibat kekurangan vitamin D atau sinar matahari.
39. Scurvy: Keadaan akibat kekurangan vitamin C
40. Serebral: Otak
41. Shistosomiasis: Penyakit yang disebabkan oleh cacing schistosomia
42. Sub-klinis: Keadaan sebelum timbul gejala klinis
43. Suplemen: Obat/makanan tambahan
44. Suplementasi: Kegiatan memberikan atau mendistribusikan
suplemen

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 43


45. Small for gestational age: Dismaturitas/kurang pertumbuhan janin
46. Trombosit: Keping-keping darah
47. Turner Foundation: Yayasan independen yang didirikan oleh Ted Turner
yang bertujuan memberikan bantuan untuk program-
program lingkungan dan kependudukan
48. UNICEF bagian permanen dari PBB yang bertugas memberi
bantuan bagi anak-anak kurang mampu di negara-
berkembang.
49. USAID: The U.S. Agency for International Development
(USAID) adalah badan independen Amerika Serikat
yang memberikan bantuan ekonomi, pembangunan
dan kemanusiaan
50. Wanita Usia Subur (WUS): Standar umum adalah wanita dengan usia produktif
antara 15 – 45 tahun
Standar SUMMIT adalah wanita dengan usia
produktif antara 10 - 45 tahun. Angka ini digunakan
karena di Lombok masih ditemui kehamilan pada
wanita berusia di bawah 15 tahun.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 44


Pertanyaan Yang Sering Muncul
1. Apa itu program SUMMIT dan apa tujuannya?
Program SUMMIT adalah suatu program yang dipantau aktif secara ilmiah yang
dilaksanakan sebagai suatu bentuk kerjasama dengan Pemerintah Indonesia di setiap
tingkat dan masyarakat Indonesia.

Tujuan dari program SUMMIT adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan
selama kehamilan guna meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Baik ahli-ahli kesehatan
pada tingkat internasional, nasional, propinsi dan kabupaten maupun staf program
SUMMIT merasa bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh adalah merubah kebijakan
pemerintah dari pemberian tablet yang berisi zat besi dan asam folat menjadi pemberian
zat gizi mikro lengkap. Dengan harapan dapat menurunkan angka kematian ibu dan
anak, tujuan jangka panjang SUMMIT adalah menyelamatkan jiwa manusia.

2. Bagaimana cara pelaksanaan program SUMMIT?


Upaya untuk merubah kebijakan pemerintah itu akan dilaksanakan dengan cara membagi
ibu hamil peserta program menjadi dua kelompok. Satu kelompok ibu hamil akan
diberikan zat gizi mikro lengkap dan kelompok yang lainnya akan diberikan zat besi dan
asam folat. Status kesehatan dari kedua kelompok ini akan diperiksan dan dibandingkan.
Informasi ini dapat dipergunakan oleh pembuat kebijakan untuk mendukung perubahan
dalam program pemberian suplemen yang ada sekarang.

3. Apakah suplemen SUMMIT ini mendapat ijin dari Depkes?


Ya. Suplemen ini diproduksi oleh perusahaan di Indonesia yang telah disetujui oleh
Depkes Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, SUMMIT dan UNICEF.

4. Bagaimana sistem pendistribusian suplemen SUMMIT?


Pendistribusian suplemen SUMMIT akan dilakukan melalui struktur pelayanan kesehatan
pemerintah yang ada, termasuk di dalamnya Puskesmas dan Bidan. Dinas Kesehatan
pada tingkat Propinsi dan Kabupaten serta staf program SUMMIT sedang bekerjasama
erat untuk merancang jalur distribusi yang efektif dan berkesinambungan untuk
memastikan semua bidan mendapatkan persediaan suplemen yang cukup dan tepat.

5. Dari manakah dana program SUMMIT? Apakah berasal dari luar negeri dan
merupakan pinjaman?
Dana program SUMMIT berasal dari beberapa sumber termasuk USAID, Turner
Foundation dan UNICEF. Dana ini adalah hibah dan bukan merupakan pinjaman. Tidak
ada yang perlu dibayar kembali oleh masyarakat dan/atau pemerintah di Lombok guna
mendukung program SUMMIT.

6. Apakah semua ibu hamil akan mendapat suplemen SUMMIT atau hanya yang
kurang gizi saja?
Semua ibu hamil dapat berpartisipasi dalam program SUMMIT, bukan hanya ibu hamil
yang kurang gizi. Akan tetapi, perlu dimengerti bahwa sebagian dari ibu hamil yang ikut

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 45


serta akan diberikan zat gizi dan asam folat dan sebagian lagi akan diberikan zat gizi
mikro lengkap. Hal ini dilakukan karena program SUMMIT merupakan suatu program
yang dipantau aktif secara ilmiah untuk menunjukkan manfaat dari suplemen.

7. Mengapa suplemen SUMMIT tidak diberikan kepada semua orang?


Karena keterbatasan sumber daya maka belum memungkinkan untuk memberikan
suplemen kepada semua orang. Oleh karena itu, pilihan terbaik adalah untuk
memberikan suplemen kepada kelompok yang paling membutuhkannya. Kelompok ini
adalah ibu hamil karena suplemen akan berdampak positif baik bagi ibu maupun bagi
bayinya. Begitu bukti kuat diperoleh yang mendukung adanya dampak positif dari zat
gizi mikro maka pemberian suplemen untuk semua orang dapat dipromosikan. Pada saat
ini sangat penting suplemen diminum sesuai aturan oleh ibu hamil dan tidak dibagikan
kepada keluarganya sehingga ibu hamil mendapatkan manfaat terbaik. Cara ini
merupakan cara terbaik untuk dapat mempromosikan perubahan kebijakan.

8. Bagaimana ibu hamil menjadi peserta program SUMMIT?


Seorang ibu hamil dapat menjadi peserta program SUMMIT dengan mengunjungi bidan
dan menandatangani atau memberi cap jempol pada surat persetujuan untuk berpartisipasi
(informed consent). Sangat penting untuk setiap ibu hamil memahami program dan
pentingnya keikutsertaan mereka secara sukarela dalam program SUMMIT. Setiap
peserta dapat mengundurkan diri dari keikutsertaannya dalam program setiap saat.

9. Apakah SUMMIT akan menyediakan formulir khusus untuk pencatatan bagi ibu
hamil yang mendapatkan suplemen? Hal ini penting karena banyak ibu hamil
memeriksakan kehamilannya ke lebih dari satu fasilitas pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas dan Polindes.
Ya. Setiap ibu hamil akan mempunyai kartu informasi yang memuat informasi tentang
kode dan jumlah suplemen yang diterimanya. Selain itu, setiap bidan yang dikunjungi
oleh ibu hamil juga akan memiliki catatan tentang kunjungan ibu tersebut, status
suplemen dan kesehatannya. Staf SUMMIT akan membantu pertukaran informasi antar
bidan yang dikunjungi oleh ibu hamil.

10. Kapan suplemen SUMMIT akan diberikan kepada ibu hamil?


Ibu hamil yang ikut serta dalam program SUMMIT akan menerima suplemen setiap
bulan pada saat kunjungan perawatan kehamilan rutin ke bidan. Dianjurkan setiap ibu
hamil meminum suplemen setiap hari, sejak kunjungan pertama ke bidan sampai tiga
bulan setelah melahirkan atau mengalami keguguran.

11. Apakah komposisi dari suplemen SUMMIT?


SUMMIT menyediakan dua macam suplemen yaitu:
a. Suplemen yang mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, serta asam
folat, yodium, niasin, dan mineral zat tembaga, zat besi, zat seng dan selenium
b. Suplemen yang mengandung zat besi dan asam folat

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 46


12. Apakah manfaat dari vitamin dan mineral tersebut?
Setiap vitamin dan mineral mempunyai peranan untuk meningkatkan kesehatan bagi ibu
hamil dan bayinya. Manfaat khusus dari vitamin dan mineral tersebut dapat dilihat pada
halaman 16 - 20 pada tulisan ini.

13. Bagaimanakah bentuk dari suplemen SUMMIT?


Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari ibu hamil berkenaan dengan ukuran,
bentuk, warna, rasa dan kemasan, maka suplemen ini berbentuk kapsul kecil berwarna
merah muda. Tiap 10 kapsul akan dikemas dalam satu strip kemasan aluminium.

14. Bagaimana rasa dari suplemen SUMMIT?


Suplemen SUMMIT memiliki pelapis yang akan mencegah rasa yang tidak enak di
mulut. Suplemen ini dimaksudkan untuk ditelan dan tidak untuk dikunyah.

15. Apakah efek samping dari suplemen SUMMIT?


Sebagian kecil dari ibu hamil kemungkinan akan mengalami mual dan konstipasi (susah
buang air besar). Akan tetapi, perlu diingat bahwa selama kehamilan seorang ibu biasa
mengalami ketidaknyamanan akibat dari kehamilannya seperti mual, muntah, susah
buang air besar dan pusing. Oleh karena itu, apabila ibu hamil merasakan hal-hal
tersebut sebaiknya dia tidak menghentikan konsumsi suplemen.

16. Apakah yang telah dilakukan oleh SUMMIT untuk mengurangi efek samping
tersebut?
Masyarakat dan petugas kesehatan telah sangat aktif memberi masukan kepada staf
SUMMIT mengenai apa yang perlu diperbaiki dari tablet tambah darah yang ada saat ini,
serta mengenai efek samping yang mana yang paling mengganggu. Komposisi dari
suplemen SUMMIT telah dibuat dengan tujuan untuk membuat sebuah suplemen yang
lebih mudah diterima dengan efek samping yang sangat sedikit dan tercerna lebih mudah.
Contohnya, jenis zat besi yang digunakan dalam suplemen SUMMIT lebih mudah untuk
dicerna.

17. Apakah suplemen berbahaya untuk ibu hamil?


Tidak. Suplemen yang digunakan tidak akan menimbulkan bahaya apapun bagi
kesehatan dan aman bagi semua ibu hamil.

18. Apakah suplemen akan membuat bayi besar dan manyulitkan proses persalinan?
Tidak. Suplemen ini akan meningkatkan berat badan bayi dengan membuat sang bayi
lebih sehat tapi tidak akan menyulitkan proses melahirkan.
Penelitian yang dilakukan di negara lain menunjukkan bahwa suplementasi pada ibu
hamil dapat meningkatkan berat badan bayi tetapi tidak membuat proses persalinan
menjadi lebih sulit akibat peningkatan berat badan bayi. Hal ini bisa terjadi karena
bagian tersulit dari proses persalinan adalah keluarnya kepala bayi. Ternyata ukuran
kepala bayi tidak bertambah banyak meskipun berat badan bayi meningkat.
Selain itu, proses persalinan menjadi lebih aman untuk ibu karena zat gizi mikro akan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan
perdarahan.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 47


19. “Menurut saya memberi makanan yang lebih banyak merupakan cara yang lebih
baik untuk meningkatkan gizi ibu hamil”
Memakan makanan berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup adalah cara terbaik
untuk mendapatkan kehamilan dan bayi yang sehat. Kita tahu bahwa banyak ibu hamil di
Lombok akan lebih sehat seandainya mereka dapat mengkonsumsi makanan yang lebih
banyak dan berkualitas lebih tinggi. Tetapi menyediakan hal tersebut merupakan
pekerjaan yang rumit, mahal dan sulit. Ini seharusnya merupakan tujuan jangka panjang
dari program ekonomi dan pertanian guna meningkatkan asupan/konsumsi makanan.
Sambil menunggu itu dapat tercapai, meningkatkan asupan/konsumsi zat gizi mikro dapat
merupakan alternatif sederhana dan tidak mahal yang dapat memberikan efek penting
dalam peningkatan kesehatan. Banyak orang meminum suplemen untuk memastikan
kebutuhan hariannya terpenuhi.

20. Apakah suplemen SUMMIT dapat diperoleh dengan gratis?


Ya. Suplemen ini gratis untuk semua ibu hamil yang memilih untuk berpartisipasi dalam
program SUMMIT.

21. Apakah suplemen SUMMIT cocok untuk ibu hamil di Indonesia?


Ya. Beberapa ahli terkemuka di Indonesia terlibat untuk memastikan bahwa jumlah dari
setiap zat gizi dalam suplemen adalah cukup, tepat dan aman. Komposisi zat gizi mikro
ini mirip dengan multivitamin untuk perawatan kehamilan yang dijual di Indonesia dan
sangat mirip dengan rekomendasi zat gizi mikro untuk perawatan kehamilan di negara-
negara maju. Formulasi ini telah mendapat persetujuan dari Depkes.

22. Apakah suplemen SUMMIT halal?


Ya. Sebelum diproduksi proses dan bahan untuk pembuatan suplemen dipilih dari daftar
bahan-bahan halal yang dikeluarkan oleh majelis-majelis ulama dari berbagai negara.
Serta dikonsultasikan dengan Majelis Ulama Indonesia untuk memastikan kehalalannya.

23. Apakah SUMMIT merupakan uji coba suplemen? Apakah masyarakat digunakan
sebagai kelinci percobaan?
Tidak. Tujuan dari SUMMIT adalah untuk merubah kebijakan dalam bidang kesehatan.
Telah diakui secara luas bahwa zat gizi mikro lengkap adalah aman. Zat gizi mikro
adalah zat-zat alami yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memperoleh kesehatan yang
optimal. Biasanya, zat gizi mikro diperoleh dari pola makan yang baik. Ketika pola
makan terbatas atau ketika kebutuhan tubuh lebih banyak dari biasanya (misalnya selama
masa kehamilan) zat-zat tersebut dapat diperoleh dari suplemen.

Zat gizi mikro lengkap telah dikonsumsi oleh ibu hamil di negara-negara maju selama
40-50 tahun sehingga kita tahu bahwa zat-zat tersebut adalah aman. Kita juga tahu,
bahwa zat gizi mikro tunggal memiliki dampak positif pada kesehatan ibu dan bayi. Jadi,
Program SUMMIT tidak mengevaluasi aman atau tidaknya suplemen. Program
SUMMIT membantu Depkes dan masyarakat untuk merubah kebijakan dari pemberian
zat besi/asam folat menjadi pemberian zat besi/asam folat serta zat gizi lainnya untuk
memperoleh manfaat tambahan dari pemberian zat gizi mikro secara bersamaan.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 48


24. Adakah perawatan gratis lain yang diberikan oleh SUMMIT setelah ibu hamil
secara sukarela mengikuti program?
Tidak. Suplemen SUMMIT dan uji kehamilan akan disediakan secara gratis. Perawatan
atau pengobatan lain tidak akan dibiayai oleh program SUMMIT tetapi akan disediakan
oleh sistem perawatan kesehatan yang telah ada seperti yang berlangsung saat ini.

25. Jika ibu hamil yang menjadi peserta program SUMMIT meninggal selama
program, siapa yang akan bertanggung jawab?
Suplemen tidak akan memecahkan semua masalah kesehatan atau mencegah segala
kemungkinan yang menjadi penyebab seseorang meninggal. Kita tahu bahwa suplemen
itu aman dan TIDAK AKAN MENYEBABKAN KEMATIAN. Kematian dapat
disebabkan oleh banyak hal yang berbeda, dan kita tidak dapat mencegah semua
penyebab ini. Kita dapat melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kesehatan kita
tapi akhirnya takdir ada di tangan Tuhan.

26. Adakah divisi khusus dari SUMMIT yang menangani malaria?


Tidak. Agar dapat merancang suatu program yang berkualitas tinggi, saat ini SUMMIT
akan memusatkan perhatian pada zat gizi mikro saja. Saat ini program SUMMIT tidak
memiliki sumber daya untuk mendukung divisi khusus malaria. Apabila di masa yang
akan datang, sumber daya tersebut diperoleh maka hal ini dapat dilaksanakan.

27. Mengapa akan ada pengambilan darah dan untuk apa darah tersebut akan
digunakan?
Darah akan diambil untuk mengukur kandungan zat gizi mikro dalam darah dan daya
tahan tubuh terhadap infeksi. Hasil pemeriksaan ini akan digabungkan dengan informasi
lain yang dikumpulkan dalam program SUMMIT mengenai status kesehatan untuk
membuat gambaran lengkap tentang dampak-dampak zat gizi mikro.

28. Apakah semua ibu hamil peserta SUMMIT akan diambil darahnya?
Tidak. Darah akan diambil dari sebagian peserta saja (sub-kelompok). Kurang lebih
20.000 peserta akan diminta persetujuannya untuk diambil darahnya.

29. Berapa banyak darah yang akan diambil?


Dari setiap peserta sub-kelompok tersebut akan diambil darahnya sebanyak dua kali pada
saat yang berbeda semasa kehamilan dan setelah melahirkan. Sekitar 4-5 ml darah akan
diambil pada setiap pengambilan darah.

30. Apa yang akan terjadi bila SUMMIT berakhir? Akankah masyarakat harus
membayar untuk mendapatkan suplemen?
Tujuan SUMMIT adalah untuk merubah kebijakan melalui kerjasama dengan pemerintah
dan masyarakat. SUMMIT akan menyediakan bagi pembuat kebijakan informasi yang
dapat dipercaya, yang dibutuhkan guna memutuskan agar zat gizi mikro lengkap tersedia
untuk semua ibu hamil. Selanjutnya, apabila pemerintah memutukan untuk memberikan
zat gizi mikro kepada semua ibu hamil, maka zat gizi mikro lengkap dapat disediakan
secara gratis sama seperti penyediaan tablet zat besi/asam folat yang ada sekarang ini.
Sangat penting masyarakat mendapat informasi yang benar mengenai dampak dari

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 49


program SUMMIT sehingga masyarakat juga dapat mendorong dilakukannya perubahan
ini kepada para pembuat kebijakan.

31. Jika Program SUMMIT berakhir dan pemerintah belum mengadopsi program, di
manakah ibu hamil akan mendapatkan suplemen?
Staf SUMMIT akan bekerjasama dengan pemerintah, dengan tujuan agar setelah program
SUMMIT berakhir suplemen zat gizi mikro lengkap tetap dapat disediakan oleh
pemerintah. Saat ini dan seterusnya zat gizi mikro lengkap telah dapat dibeli. Akan
tetapi, menjadi harapan kita bersama, masyarakat akan menyuarakan keinginannya
supaya zat gizi mikro lengkap dapat disediakan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
kehamilan standar dan para pembuat kebijakan akan menanggapi permintaan tersebut.
Sangat penting masyarakat menggunakan suaranya untuk memastikan mereka
mendapatkan perawatan terbaik untuk para ibu dan bayinya.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 50


Reference

i
From UNICEF’s State of the World’s Children 1997, found in Proceedings of the Safe Motherhood Asia
1997 Workshop, CIDA & UNICEF-sponsored event held in Ujung Pandang, South Sulawesi, Indonesia.
April 6-11, 1997.
ii
Summary of maternal mortality rates in Indonesia, found in Maternal and Neonatal Health Review with
Recommendations to USAID/Indonesia; JHPIEGO Corporation, Washington DC; May, 1999
iii
Suharno D, West CE, Karyadi D, Hautvast GAJ. Supplementation with vitamin A and iron for nutritional
anemia in pregnant women in West Java, Indonesia. Lancet 1993;342:1325-8
iv
Mikhail MS, Anyaegbunam A, Garinkel D, Palan PR, Basu J, Romney SL. Pre-eclampsia and antioxidant
nutrients: Decreased plasma levels of reduced ascorbic acid, a-tocopherol, and ß-carotene in women with
pre-eclampsia. Am J Obstet Gynecol 1994;171:150-7.
v
Ziari SA, Mireles VL, Cantu CG, Cervantes M, Idrisa A, Bobsom K, Tsin ATC, Glew RH. Serum vitamin
A, vitamin E, and ß-carotene levels in pre-eclamptic women in Northern Nigeria. Am J Perinatol
1996;13:287-91.
vi
MOH Directorate General of Community Health, Directorate of Family Health. Strategies to Accelerate the
Reduction of Maternal Mortality. Jakarta, 1997.
vii
Ministry of Health Republic Indonesia. Primary Health Care in Indonesia. Jakarta, 1990.
viii
de Pee S, Bloem MW, Graciano F, Sari M, Soekarjo D, Tjiong R, Satoto. Indonesia’s crisis causes
considerable weight loss among mothers and adolescents. In press.

Z:\R_IYAD\MIX\Gencert Material 9Jan04 ready to print.doc 51

Anda mungkin juga menyukai