Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KINERJA KEUANGAN, GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE

Tri Kartika Pertiwi


Fakultas Ekonomi, UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya, Indonesia
Email: kartika_tiwi@yahoo.co.id

Ferry Madi Ika Pratama


Alumni Fakultas Ekonomi, UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya, Indonesia

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan yang diukur dengan Return on
Assets (ROA) terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q serta untuk menganalisis Good
Corporate Governance sebagai variabel moderasi.Obyek penelitian adalah perusahaan Food and Bevarage.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, sedangkan Good Corporate Governance bukanlah variabel yang memoderasi hubungan kinerja
keuangan dengan nilai perusahaan.

Kata Kunci: Return on Assets, Good Corporate Governance, Nilai Perusahaan.

Abstract

The purpose of this study was to analyze financial performance as measured by Return on Assets
(ROA) on firm value as measured by Tobin's Q as well as to analyze the Good Corporate Governance as a
moderating variable. The research objects were food and beverage firms. The technique analysis was
multiple linear regression analysis. The results showed that financial performance was influenced on the
value of firms, while the Good Corporate Governance was not a moderating variable of the relationship
between the financial performance and the firm value.

Keywords: Return on Assets, Good Corporate Governance, Firm Value.

PENDAHULUAN ketat sejak disahkannya organisasi perdagangan


dunia. Dengan terbentuknya World Trade Organiza-
Indonesia termasuk salah satu negara yang ber- tion (WTO) di tahun 1994 pasar dunia cenderung
kembang di dunia, hal ini terbukti dengan adanya semakin terbuka dan bebas hambatan (Riyadi, 2012).
pembangunan di segala bidang termasuk pembangun- Untuk itu perusahaan industri barang konsumsi
an sektor ekonomi. Perekonomian di Indonesia yang makanan dan minuman di Indonesia memerlukan
semakin membaik menyebabkan timbulnya gairah dana tambahan untuk menjaga kelangsungan hidup
bagi para pengusaha untuk mengelola perusahaannya perusahaan, serta mampu bersaing dengan produk
di Indonesia. Salah satu pengelolaan yang harus luar negeri.
diperhatikan adalah masalah keuangan yang penting Penelitian ini menggunakan perusahaan food
bagi kelangsungan hidup perusahaan, keuangan suatu and beverages sebagai penelitian karena saham yang
perusahaan berkaitan dengan sumber dana dan berasal dari produk makanan dan minuman merupa-
penggunaannya. Semakin efisien penggunaan dan kan saham yang banyak diminati oleh investor.
pengelolaan dana berarti semakin baik bagi per- Saham pada perusahaan food and beverages tidak
usahaan. Agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi terpengaruh oleh pergerakan situasi ekonomi makro
secara cukup, maka dituntut adanya pengelolaan dan atau kondisi bisnis secara umum, perusahaan tersebut
penentuan secara tepat terhadap sumber dana. Sumber mampu memberikan bagian keuntungan yang
dana dapat dipilih atau ditentukan apakah dari modal diberikan emiten kepada pemegang sahamnya. Pasar
sendiri atau modal dari luar perusahaan. industri makanan dan minuman diperkirakan tumbuh
Persaingan perusahaan barang konsumsi makan- 7%-10% pada 2012. Sekjen Gabungan Pengusaha
an dan minuman semakin lama menjadi semakin Makanan dan Minuman (Gapmmi) Franky Sibarani

118
Pertiwi: Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance 119

mengharapkan omzet industri makanan dan minuman semakin baik kinerja perusahaan, karena dana yang
akan tumbuh 8-10% pada 2012 atau lebih besar dari diinvestasikan ke dalam aset dapat menghasilkan
pertumbuhan tahun ini yang diproyeksikan mencapai Earning After Tax (EAT) yang semakin tinggi (Ang,
7-8%. Pertumbuhan tersebut, jelasnya, didorong oleh 1997).
realisasi investasi-investasi baru dan kenaikan daya Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh
beli masyarakat seiring pertumbuhan ekonomi Kaaro (2002) dalam Suranta dan Merdistuti (2004)
nasional (Kementerian Perindustrian, 2012). dalam penelitiannya menemukan bahwa Return on
Untuk itu, perusahaan harus memperkuat faktor Assets (ROA) justru berpengaruh negatif terhadap
internal agar dapat tetap berkembang dan bertahan. nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya faktor
Salah satu faktor internalnya adalah perusahaan dapat lain yang turut mempengaruhi hubungan Return on
melakukan pembenahan dalam manajemen untuk Assets (ROA) dengan nilai perusahaan. Good Cor-
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja atau porate Governance (GCG) sebagai variabel pemo-
melaksakan ekspansi usaha dalam rangka derasi diduga ikut memperkuat atau memperlemah
mengoptimalkan pangsa pasar yang berpotensial serta pengaruh tersebut.
memperoleh nilai perusahaan yang tinggi. Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan
Kinerja perusahaan yang meningkat akan ber- semakin menyadari pentingnya menerapkan program
pengaruh terhadap nilai perusahaan yang akan Good Corporate Governance (GCG) sebagai bagian
semakin meningkat juga. Van Horne dan James dari strategi bisnisnya. Hal tersebut merupakan suatu
(1995) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditunjuk- faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
kan oleh harga saham perusahaan yang mencermin- Masalah Corporate Governace muncul karena
kan keputusan investasi, pembelanjaan dan deviden. terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengen-
Semakin tinggi harga saham perusahaan, maka dalian perusahaan. Pemisahan ini didasarkan pada
semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut, Teori Agensi (Agency Theory) yang dalam hal ini
sebaiknya semakin rendah harga saham, maka manajemen cenderung akan meningkatkan keuntung-
semakin rendah pula nilai perusahaan tersebut. an pribadinya daripada tujuan perusahaan. Oleh sebab
Nilai perusahaan adalah sangat penting karena itu, selain memiliki kinerja keuangan yang baik
tujuan yang ingin dicapai manajemen keuangan ada- perusahaan juga diharapkan memiliki tata kelola
lah memaksimisasi nilai perusahaan, jika perusahaan (Corporate Governance) yang baik. Tata kelola
berjalan dengan baik, maka nilai perusahaan akan perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana
usaha manajemen mengelola aset dan modalnya
meningkat atau dapat dikatakan memaksimisasi harga
dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan
saham (Weston & Copeland, 1991).
aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai per-
kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya
usahaan, yang mana penelitian mengenai faktor- dilakukan dengan baik maka, otomatis akan me-
faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan ningkatkan nilai perusahaan. Adapun tujuan peneliti-
sendiri telah banyak dilakukan, antara lain kinerja an ini adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja
keuangan suatu perusahaan, kebijakan deviden, keuangan terhadap nilai perusahaan dengan variabel
corporate governance dan lain sebagainya. pemoderasi Good Corporate Governance.
Untuk mengukur tingkat pengembalian terhadap Penelitian terdahulu tentang pengaruh Good
aset yang dikeluarkan perusahaan. dapat dilakukan Corporate Governance terhadap hubungan antara
dengan menghitung Return on asset (ROA). Pene- kinerja keuangan dengan nilai perusahaan yang
litian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal diteliti Carningsih (2009). Hasil penelitian menunjuk-
ini ROA terhadap nilai perusahaan menunjukkan kan bahwa pada Return on Assets (ROA) terbukti
hasil yang tidak konsisten. ROA yang positif menun- berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,
jukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan sedangkan Return on Equity (ROE) tidak berpenga-
untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan ruh terhadap nilai perusahaan property dan real estate
laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-
negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami 2008. Proporsi Komisaris Independen sebagai proksi
kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai dari Good Corporate Governance merupakan
ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut ber- variabel moderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap
peluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. nilai perusahaan. Dalam penelitian tersebut bahwa
Akan tetapi, jika total aktiva yang digunakan per- komisaris independen sebagai variabel moderasi atas
usahaan tidak memberikan laba artinya perusahaan hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
akan mengalami kerugian dan akan menghambat tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel
pertumbuhan. Semakin tinggi ROA menunjukkan tersebut.
120 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 118-127

Penelitian yang dilakukan Midiastuti et al. sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan
(2003) di Indonesia kepemilikan manajerial mampu manajemen serta mampu menciptakan nilai per-
menjadi mekanisme Good Corporate Governance usahaan itu sendiri kepada para stakeholder.
yang mampu mengurangi masalah ketidak selarasan
kepentingan antara manajer dengan pemilik atau Good Corporate Governance
pemegang saham atau dapat dikatakan semakin
meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial Konsep Good Corporate Governance (GCG)
maka semakin baik kinerja perusahaan. adalah konsep yang sudah saatnya diimplementasikan
dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia,
karena melalui konsep yang menyangkut struktur
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur RUPS,
direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan
Nilai Perusahaan
mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan
tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern
Tujuan pokok yang ingin dicapai perusahaan
maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai
adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan perusahaan demi kepentingan shareholders dan
tersebut dipergunakan karena dengan memaksimum- stakeholders.
kan nilai perusahaan maka pemilik perusahaan akan GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya
menjadi lebih makmur atau menjadi semakin kaya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
(Husnan, 2000). Nilai perusahaan sangat penting peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu
karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan,
diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator,
(Brigham & Gapenski, 1996). Semakin tinggi harga dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat
saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para Good Corporate Governance (Tata kelola
pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi perusahaan) adalah rangkaian proses, kebiasaan,
menunjukan kemakmuran pemegang saham juga kebijakan, aturan dan institusi yang memengaruhi
tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan
merupakan cerminan dari keputusan investasi, juga mencakup hubungan antara para pemangku
pendanaan (financing), dan manajemen aset. kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan
pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam
Kinerja Keuangan tata kelola perusahaan adalah pemegang saham,
manajemen dan dewan direksi. Tata Kelola Per-
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor usahaan adalah suatu subyek yang memiliki banyak
yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efekti- perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas
vitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk dan tanggung jawab, khususnya implementasi
memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. yang baik dan melindungi kepentingan pemegang
Efisiensi diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi
masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusaha-
memperoleh keluaran yang optimal. an harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil
Ada kalanya kinerja keuangan mengalami ekonomi dengan penekanan kuat pada kesejahteraan
penuruan. Untuk memperbaiki hal tersebut, salah satu para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang
caranya adalah mengukur kinerja keuangan dengan merupakan subyek dari tata kelola perusahaan, seperti
menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio- sudut pandang pemangku kepentingan yang menun-
rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap juk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-
pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen pihak lain selain pemegang saham, misalnya karya-
atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja wan atau lingkungan (Haidar, 2009)
pada periode berikutnya dan dijadikan landasan Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah
pemberian reward and punishment terhadap manajer agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan
dan anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan
dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak
bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah yang berperan meliputi pemegang saham, dewan
dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
Pertiwi: Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance 121

Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Gover- pula melaksanakan Good Governance dan Clean
nance (GCG) Government menuju Good Government Governance
yang sebenarnya. c) Terdapatnya contoh pelaksanaan
Dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 oleh GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia standar pelaksanaan GCG yang efektif dan profesio-
tentang Perseroan Terbatas dan prinsip tata kelola nal. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
perseroan yang baik (Good Corporate Governance) Faktor Internal adalah pendorong keberhasilan
dalam menjalankan perusahaan, dan dalam Keputus- pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam
an Menteri BUMN Tahun 2002 tentang prinsip- perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain: a)
prinsip Good Corporate Governance harus mencer- terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture)
minkan pada hal-hal sebagai berikut: yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme
a) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melak- serta sistem kerja manajemen di perusahaan. b) ber-
sanakan proses pengambilan keputusan dan keter- bagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan
bukaan dalam mengemukakan informasi materiil perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.
dan relevan mengenahi perusahaan. c) manajemen pengendalian risiko perusahaam juga
b) Kemandirian, yaitu suatu keadaan yang mana didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG. d) ter-
perusahaan dikelola secara profesional tanpa dapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif
benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyim-
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peratur- pangan yang mungkin akan terjadi. e) adanya keter-
an perundang-undangan yang berlaku dan prinsip- bukaan informasi bagi publik untuk mampu mema-
prinsip korporasi yang sehat. hami setiap gerak dan langkah manajemen dalam
c) Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan perusahaan sehingga kalangan publik dapat mema-
dan pertanggung jawaban organ sehingga penge- hami dan mengikuti setiap derap langkah perkem-
lolaan perusahaan terlaksana secara efektif. bangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke
d) Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam waktu.
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan per-
undang-undangan yang berlaku dan prinsip- Kepemilikan Manajerial
prinsip korporasi yang sehat.
e) Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetara- Beberapa penelitian (Kang & Shivdasani, 1995;
an di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang Yafeh & Yosha, 1996) menunjukkan bahwa di
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan banyak negara perusahaan besar memiliki pemegang
perundang-undangan yang berlaku. saham besar dan pemegang saham aktif dalam tata
kelola perusahaan (dalam La Porta et al., 1999). Jika
Untuk mewujudkan terciptanya Good Corpo- pemegang saham merangkap pengelola peruahaan
rate Governance, prinsip-prinsip tersebut harus dapat akan mengurangi konflik keagenan. Jensen dan
dicapai oleh perusahaan dengan adanya kerja sama Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
yang baik dari berbagai pihak, baik di dalam maupun saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya
luar perusahaan sesuai dengan standar dan peraturan memiliki insentif untuk memonitor. Permasalahan
yang berlaku untuk dapat memberikan manfaat keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang
kepada kondisi keuangan perusahaan. manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah,
Faktor Penerapan Good Corporate Governance maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku opportunistik manajer akan meningkat.
Pengertian kepemilikan manajerial menurut Wahidah-
Keberhasilan penerapan Good Corporate Gover-
wati (2002) sebagai berikut: Kepemilikan manajerial
nance juga mempunyai prasyarat tersendiri. Menurut
merupakan pemegang saham dari pihak manajemen
Daniri (2005) ada dua faktor yang memegang
yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
peranan, faktor ekternal dan internal. Faktor Eksternal perusahaan (Direksi dan Komisaris). Kepemilikan
yaitu beberapa faktor yang berasal dari luar manajerial bisa diukur dari jumlah persentase saham
perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan yang dimiliki manajemen. Kepemilikan manajerial
penerapan GCG. Di antaranya: a) Terdapatnya sistem cukup kuat dalam melaksanakan Good Corporat
hukum yang baik sehingga mampu menjamin Governance, karena berperan penting dalam penerap-
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan an Good Corporate Governance dengan prinsip-
efektif. b) dukungan pelaksanaan GCG dari sektor prinsip yang sudah ada. Dewan Komisaris turut
publik/lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat mengawasi dan memberikan pengarahan tentang
122 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 118-127

kebijakan Direksi dan hal umum yang berkaitan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal
dengan perusahaan dan kegiatan usahanya, serta menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemak-
memberikan nasihat kepada Direksi jika diperlukan. muran para pemilik modal, sedangkan manajer juga
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Dewan menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para
Komisaris bertindak sepenuhnya untuk kepentingan manajer, sehingga muncullah konflik kepentingan
perusahaan dan para pemangku kepentingan lainnya. antara pemilik (investor) dengan manajer (agen).
Kemampuan Dewan Komisaris untuk mengawasi Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return
merupakan fungsi yang positif dari porsi dan indepen- dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan
densi dari Dewan Komisaris eksternal. Dewan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan eko-
komisaris juga bertanggung jawab atas kualitas nomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompen-
laporan yang disajikan. Jensen (1993) dan Lipton dan sasinya
Lorsch (1992) merupakan yang pertama menyimpul- Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan
kan bahwa Dewan Komisaris merupakan bagian dari hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara
mekanisme Corporate Governance (dalam Beiner et manajer (agent) dan pemilik (principal) perusahaan.
al., 2003). Hal ini diperkuat oleh pendapat Allen dan Satu atau lebih principal memberi wewenang dan
Gale (dalam Beiner et al., 2003) yang menegaskan otoritas kepada agent untuk melakukan kepentingan.
bahwa Dewan Komisaris merupakan mekanisme Dalam suatu korporasi, yang disebut principal adalah
governance yang penting. Direksi bertanggung jawab pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah
penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk ke- manajemen yang mengelola perusahaan. Agency
pentingan perusahaan dalam mencapai maksud dan theory muncul berdasarkan adanya fenomena pe-
tujuannya. Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad misahan antara pemilik perusahaan (pemegang
baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan saham/owner) dengan para manajer yang mengelola
tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang perusahaan.
undangan yang berlaku atau sesuai dengan kode etik Dalam perkembangan selanjutnya, Agency Theory
usaha. Kode etik usaha merupakan kebijakan per- mendapat respons lebih luas karena dipandang lebih
usahaan bahwa seluruh karyawan dan direksi harus mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikir-
berperilaku sesuai dengan standar etika yang tinggi an mengenai Corporate Governance berkembang
dengan demikian melayani kepentingan terbaik per- dengan bertumpu pada Agency Theory yang mana
usahaan, karyawan, dan masyarakat luas yang pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendali-
menjadi bagiannya. Hal tersebut akan dilaksanakan kan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan
sesuai dengan prinsip transparency, responsibility, dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan
accountability, dan fairness. dan ketentuan yang berlaku (Solihin, 2009).
Sehubungan dengan teori keagenan, maka pihak yang
Teori Agensi (Principal-Agency Theory) paling berkepentingan terhadap kinerja manajemen
adalah pemilik (shareholders). Untuk kepentingan
Teori Keagenan (agency theory) memunculkan pemilik itulah dewan komisaris dibentuk dan salah
argumentasi terhadap adanya konflik antara pemilik satu cara yang dapat dilakukan oleh pemilik untuk
yaitu pemegang saham dengan para manajer. Konflik memastikan bahwa manajemen mengelola perusaha-
tersebut muncul sebagai akibat perbedaan kepenting- an dengan baik adalah dengan mekanisme Corporate
an di antara kedua belah pihak. Hubungan keagenan Governance yang tepat. Dengan mekanisme Corporate
(agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih Governance yang tepat diharapkan manajemen akan
individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa dapat memenuhi tanggungjawabnya sehubungan
individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai dengan kepentingan pemilik.
agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan men-
delegasikan kewenangan untuk membuat keputusan Kerangka Konseptual
kepada agen tersebut (Brigham & Houston, 2006). Kerangka Konseptual
Nilai Perusahaan
Kepemilikan diwakili oleh investor mendelegasikan Kinerja Keuangan
(ROA) (Tobin’s Q)
kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer X 1 Y
untuk mengelola kekayaan investor. Investor mem-
punyai harapan bahwa dengan mendelegasikan
wewenang pengelolaan tersebut akan memperoleh Good Corporate
Governance
keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan (Kepemilikan
Manajerial)
kemakmuran investor.
X 2
Hubungan keagenan dapat menimbulkan
masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan Gambar 1. Kerangka Konseptual
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Pertiwi: Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance 123

Sesuai dengan kerangka konseptual di atas maka Terdapat 12 perusahaan makanan dan minuman yang
penelitian ini akan menguji hipotesis yang pertama, memenuhi kriteria pengambilan sampel pada tahun
diduga bahwa Kinerja keuangan mempunyai 2008 hingga 2010. Berdasarkan metode purposive
pengaruh positif terhadap nilai perusahaan food and sampling dan kriteria–kriteria: perusahaan mempubli-
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. kasikan laporan keuangan secara berturut-turut
Kedua menguji hipotesis diduga bahwa Good selama tahan 2005 sampai dengan tahun 2010,
Corporate Governance mampu memoderasi penga- perusahaan memiliki data mengenahi kepemilikan
ruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan food saham manajerial. Pengambilan sampel yang telah
and beverages yang terdaftar di Bursa Efek ditetapkan, maka diperoleh sampel akhir sebanyak 4
Indonesia. perusahaan dengan 6 periode, maka didapat 24 data.
Sampel yang dijadikan obyek penelitian perusahaan
METODE PENELITIAN food and beverages dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2010, antara lain: PT. Indofood Sukses
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Makmur Tbk., PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk., PT.
nilai perusahaan. Pengukuran nilai perusahaan meng- Sekar Laut Tbk., PT. Siantar Top Tbk.
gunakan Tobin’s Q yang dikembangkan Klapper dan Jenis Data yang digunakan adalah data sekunder
Love (dalam Hidayah, 2008). Tobin’s Q dihitung yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-
dengan rumus, sebagai berikut: dokumen yang sudah ada. Untuk menguji apakah
ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan
((CP x Jumlah saham beredar )  (TL  1))  CA
Q (1) menguji apakah pengungkapan kepemilikan mana-
TA jerial mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara
Keterangan: ROA dengan nilai perusahaan, maka pengujian dalam
Q = Nilai Perusahaan penelitian ini dapat dilakukan sebagai berikut:
CP = Closing Price Pengujian parsial (Uji–t), Pengujian ini dilaku-
TL = Total Liabilities kan untuk mengetahui variabel bebas (kinerja
I = Inventory keuangan) secara parsial berpengaruh signifikan ter-
CA = Current Assets hadap variabel moderasi (Good Corporate Gover-
TA = Total Assets nance) dan untuk mengetahui variabel bebas dan
variabel moderating secara parsial mempunyai penga-
Variabel independen yaitu kinerja keuangan ruh yang signifikan terhadap variabel terikat (nilai
diukur dengan Return on Assets (ROA). Indikator ini perusahaan).
digunakan untuk mengukur kemampuan total aktiva Uji ketepatan model (Uji F), menunjukkan apa-
dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Brigham kah persamaan regresi yang terbentuk memiliki
& Houston (2006) secara sistematis, ROA dapat ketepatan model (gooness of fit) yang tinggi.
dihitung dengan rumus:
Laba bersih seteah pajak (2) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ROA  X 100%
Total Asset
Nilai Perusahaan
Variabel Pemoderasi, adalah variabel yang
mempengaruhi (baik memperlemah atau memper-
kuat) hubungan (agency effect) antara variabel
independen ke variabel dependen. Variabel pemo-
derasi dalam penelitian ini adalah Good Corporate
Governance yang diproksikan dengan kepemilikan
manajerial.

Kepemilikan Manajerial 
Kepemimpin an saham oleh direktur dan komisaris (3)
Jumlah saham beredar
Sumber: Data Diolah
Teknik penentuan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yang Gambar 2. Kurva Nilai Perusahaan pada Perusahaan
berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Food and Beverages Tahun 2005 - Tahun 2010
124 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 118-127

Berdasarkan grafik nilai perusahaan, dapat


diketahui bahwa PT. Sekar Laut, Tbk. memiliki nilai
perusahaan yang cenderung berbeda dengan ketiga
perusahaan lainnya (PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk., PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk. dan PT.
Siantar Top, Tbk.). Terbukti PT. Sekar Laut, Tbk.
memiliki nilai perusahaan terbesar di tahun 2005 dan
2006, sedangkan tahun 2007 dan 2008 cenderung
memiliki nilai perusahaan terendah serta tahun 2009
dan 2010 PT. Sekar Laut, Tbk. adalah perusahaan
yang memiliki nilai perusahaan terendah kedua
setelah PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk. Sumber: Data Diolah
Gambar 4. Kurva Good Corporate Governance pada
Return on Assets Perusahaan Food and Beverages Tahun 2005-Tahun
2010

Pembahasan

Tabel 1. Hasil Pengaruh Kinerja Keuangan (X1), Good


Corporate Governance (X2) dan Interaksi (X1.X2)
Terhadap Nilai Perusahaan (Y)
Model Nilai Signifikansi Arah Pengaruh
(X1) 0,023 0,000 + Pengaruh
(X2) -0,004 0,959 - tidak
(X1X2) -0,004 0,777 - tidak
Keterangan:
Sumber: Data Diolah
Y = Nilai Perusahaan
Gambar 3. Kurva Return On Assets pada Perusahaan X1 = Kinerja Keuangan
Food and Beverages Tahun 2005 - Tahun 2010 X2 = Good Corporate Governance
X1X2 = Interaksi Kinerja Keuangan dan Good Corporate
Berdasarkan kurva Return on Assets, dapat Governance
diketahui bahwa PT. Sekar Laut, Tbk. memiliki
Return On Assets yang cenderung berbeda dengan Persamaan regresi yang dihasilkan adalah
ketiga perusahaan lainnya (PT. Indofood Sukses sebagai berikut:
Makmur, Tbk., PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk. dan Y = 0,766 + 0,023 X1 - 0,004 X2 - 0,004 X1X2 (4)
PT. Siantar Top, Tbk.). Terbukti PT. Sekar Laut, Tbk.
memiliki Return on Assets terbesar di tahun 2005 dan Hasil uji t dapat dijelaskan sebagai berikut:
2006, sedangkan tahun 2010 cenderung memiliki Nilai koefisien regresi X1 sebesar 0,023 dengan
Return on Assets terendah serta tahun 2008 dan 2009 tingkat signifikan sebesar 0,000 kurang dari 5% (sig <
PT. Sekar Laut, Tbk. adalah perusahaan yang 5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
memiliki Return on Assets terendah ketiga setelah PT. kinerja keuangan (X1) secara parsial berpengaruh
Indofood Sukses Makmur, Tbk. dan PT. Siantar Top, signifikan terhadap nilai perusahaan (Y). Nilai koe-
Tbk. fisien regresi pada variabel kinerja keuangan bertanda
positif, yang artinya kinerja keuangan berpengaruh
Good Corporate Governance positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga
Berdasarkan kurva Good Corporate Governance, hipotesis ke-1 “Diduga bahwa Kinerja keuangan
nampak bahwa PT. Siantar Top, Tbk. memiliki mempunyai pengaruh positif terhadap nilai peru-
Return on Assets yang cenderung berbeda dengan sahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa
ketiga perusahaan lainnya (PT. Indofood Sukses Efek Indonesia”, teruji kebenarannya.
Makmur, Tbk., PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk. dan Nilai koefisien regesi variabel Good Corporate
PT. Sekar Laut, Tbk.). Terbukti PT. Siantar Top, Tbk. Governance (X2) sebesar -0,004 dengan tingkat
memiliki Good Corporate Governance terbesar di signifikan sebesar 0,959 lebih dari 5% (sig > 5%)
tahun 2005 sampai dengan 2010, kecuali tahun 2008 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Good
cenderung memiliki Good Corporate Governance Corporate Governance (X2) secara parsial tidak
terendah. berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Y).
Pertiwi: Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance 125

Nilai koefisien regresi interaksi antara kinerja bahwa kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif
keuangan dan Good Corporate Governance (X1X2) terhadap nilai perusahaan food and beverages yang
terhadap nilai perusahaan sebesar -0,004 dengan terdaftar di Bursa Efek Indonesia terbukti kebenaran-
tingkat signifikan sebesar 0,777 lebih dari 5% (sig > nya.
5%) maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Dari hasil penelitian menunjukkan para investor
interaksi antara kinerja keuangan (X1) dan Good melakukan overview suatu perusahaan dengan
Corporate Governance (X2) secara parsial tidak melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi,
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Y), karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendah-
sehingga hipotesis kedua “Diduga bahwa Good nya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat
Corporate Governance mampu memoderasi penga- seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas
ruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan food investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan
and beverages yang terdaftar di Bursa Efek dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas. Profita-
Indonesia”, tidak teruji kebenarannya, karena Good bilitas yang dalam penelitian ini diproksi melalui
Corporate Governance tidak memberikan kontribusi Return on Asset (ROA). ROA merupakan salah satu
pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. dari profitability ratio (rasio laba). ROA menunjuk-
kan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
Uji Ketepatan Model (Uji F) laba dari aktiva yang digunakan atau diinvestasikan
dalam suatu periode. Semakin tinggi rasio ini maka
Tabel 2. Hasil Uji F semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh
F Signifikansi R2 keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan mening-
7.424 0.002 0,257 katkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
Berdasarkan tabel Uji F terlihat bahwa nilai perusahaan tersebut makin diminati investor, karena
Fhitung yang dihasilkan sebesar 7,424 dengan tingkat tingkat keuntungan akan semakin besar. Kinerja
signifikan sebesar 0,002 kurang dari 5% (sig < 5%) perusahaan yang meningkat akan turut meningkatkan
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti model nilai perusahaan.
persamaan regresi yang terbentuk memiliki goodness Penelitian ini mendukung Modiglani dan Miller
of fit atau ketepatan model yang tinggi (dalam Ulupui, 2007) menyatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh Earnings Power dari asset
Koefisien Determinasi (R2) perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa
semakin tinggi Earnings Power, maka semakin
Besarnya pengaruh kinerja keuangan (X1), Good efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi Profit
Corporate Governance (X2) dan interaksi antara Margin yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu,
kinerja keuangan dan Good Corporate Governance ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
(X1X2) terhadap nilai perusahaan (Y) dapat dilihat terhadap nilai perusahaan. Handoko (2011) juga
dari nilai R2 yaitu sebesar 0,527 yang berarti variabel menemukan bahwa ROA berpengaruh positif ter-
kinerja keuangan (X1), Good Corporate Governance hadap nilai perusahaan.
(X2) dan interaksi antara kinerja keuangan dan Good Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disim-
Corporate Governance (X1X2) mampu mempenga- pulkan bahwa ketika tingkat keuntungan dalam
ruhi nilai perusahaan (Y) sebesar 25,7% dan sisanya kinerja keuangan yang dicapai perusahaan tersebut
74,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. semakin baik maka akan berpengaruh positif dalam
meningkatkan nilai perusahaan artinya semakin tinggi
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Asset
Perusahaan (ROA) maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Terbukti bahwa jika
Dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang telah penawaran tinggi maka akan meningkatkan perminta-
dilakukan dapat diketahui bahwa secara parsial an. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
kinerja keuangan berpengaruh signifikan positif perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik
terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin
semakin naik kinerja keuangan maka kemungkinan diminati investor, karena tingkat keuntungan akan
akan terjadinya kenaikan pula terhadap nilai semakin besar. Oleh karena itu, Return on Asset
perusahaan dan sebaliknya semakin menurun kinerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
keuangan, maka nilai perusahaanpun mengalami terhadap nilai perusahaan.
penurunan. Hipotesis yang diajukan menyatakan
126 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 118-127

Good Corporate Governance sebagai Variabel keuangan terhadap nilai perusahaan tidak mampu
Pemoderasi memoderasi hubungan kedua variabel tersebut.

Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilaku- SIMPULAN DAN SARAN
kan dapat diketahui bahwa secara parsial interaksi
antara kinerja keuangan dan Good Corporate Gover- Berdasarkan hasil analisis regresi linier ber-
nance tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ganda, maka kesimpulan yang diperoleh adalah 1)
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA mampu
Good Corporate Governance yang diproksikan meningkatkan nilai perusahaan food and beverages
dengan kepemilikan manajerial bukanlah variabel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini
yang memoderasi pengaruh kinerja keuangan ter- menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja keuang-
hadap nilai perusahaan. an, maka semakin baik nilai perusahaan tersebut.
Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang Terbukti bahwa jika penawaran tinggi maka akan
diajukan yaitu Good Corporate Governance mampu meningkatkan permintaan. Hal ini selanjutnya akan
memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan per-
Bursa Efek Indonesia, tidak terbukti kebenarannya. usahaan tersebut makin diminati investor, karena
Dilihat dari persamaan regresi yang diperoleh me- tingkat keuntungan akan semakin besar. 2) Good
nunjukkan bahwa Good Corporate Governance tidak Corporate Governance tidak mampu memoderasi
mempunyai pengaruh terhadap hubungan kinerja pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
keuangan dengan nilai perusahaan. Menurut Demsetz food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek
(1983) (dalam Mook & Ryu, 2003) yang menunjuk- Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Good
kan bahwa dalam tahap tertentu, tingkat kepemilikan Corporate Governance yang diproksikan dengan
manajerial tidak selalu berpengaruh terhadap nilai kepemilikan manajerial bukanlah variabel pemo-
perusahaan, ada hubungan negatif antara kepemilikan derasi. Disebabkan oleh karena struktur kepemilikan
manajerial dan nilai perusahaan. manajerial di Indonesia masih sangat kecil dan
Hasil ini mungkin disebabkan oleh kepemilikan didominasi oleh keluarga. Pemilik (principal/investor/
manajerial tidak tepat sebagai proksi dari Good pemegang saham) belum bisa memberikan keper-
Corporate Governance. Hal ini karena struktur cayaan penuh mengenai jalannya perusahaan kepada
kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat manajemen perusahaan. Di samping itu, pemegang
kecil dan didominasi oleh keluarga. Hasil penelitian saham menganggap bahwa Dewan Komisaris tidak
ini menunjukkan bahwa masih banyak pemegang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai per-
saham yang merangkap jabatan sebagai Dewan usahaan mereka.
Komisaris dalam suatu perusahaan. Mereka memiliki Bagi penelitian selanjutnya, peneliti hendaknya
pertimbangan bahwa adanya salah satu anggota menambah jumlah sampel penelitian dan juga me-
pemegang saham yang merangkap sebagai anggota libatkan sektor industri yang lain agar mencerminka
Dewan Komisaris maka akan mempermudah penga- reaksi dari pasar modal secara keseluruhan. Penelitian
wasan kinerja manajemen. selanjutnya dapat menggunakan proksi kinerja ke-
Selain itu dengan adanya jabatan ganda maka uangan dan proksi GCG yang lain, misalnya Price
akan menimbulkan efisiensi biaya keagenan bagi Book Value, leverage, Komisaris Independen, Komite
pemegang saham. Hal ini karena pemegang saham Audit atau kriteria lain yang telah ditetapkan.
belum bisa memberikan kepercayaan penuh
mengenai jalannya perusahaan kepada mana- DAFTAR REFERENSI
jemen perusahaan. Di samping itu, pemegang saham
menganggap Dewan Komisaris tidak memiliki Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.
pengetahuan yang cukup mengenai perusahaan Jakarta: Mediasoft Indonesia.
mereka. Beiner, S., Drobetz, W., Schmid, F. & Zimmerman,
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian H. 2003. Is Board Size An Independent Corpo-
sebelumnya, yaitu penelitian Carningsih (2009) yang rate Governance Mechanism? Working Paper,
menyatakan bahwa Good Corporate Governance (http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/
merupakan variabel pemoderasi tidak terbukti ber- paper/2003/06.03.pdf , diakses 12 April 2011).
pengaruh terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat Brigham, E.F. & Gapenski, L.C. 1996. Intermediate
disimpulkan bahwa Dewan Komisaris dan Direktur Financial Management. Fifth Edition. Orlando:
sebagai variabel moderasi atas hubungan kinerja The Dryden Press.
Pertiwi: Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance 127

Brigham, E.F. & Houston, J.F. 2006. Dasar-Dasar Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara. 2002.
Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Tentang penerapan Praktek Good Corporate
Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Governance pada Badan Usaha Milik Negara
Carningsih. 2009. Pengaruh Good Corporate Gover- (BUMN). (http://www.iicg.org/asset/doc/Kep
nance Terhadap Hubungan Antara Kinerja men_BUMN_2002_117_Praktek_GCG_BU
Keuangan Dengan Nilai Perusahaan (Studi MN.pdf, diakses Juli 2010)
Kasus Pada Perusahaan Property dan Real La Porta, R., Lopez-De-Silanes, F. & Shleifer, A.
Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1999. Corporate Ownership Around the Word.
Jakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Guna- The Journal of Finance, LIV (2).
darma. (http://www.gunadarma.ac.id/library/ Midiastuti, Puspa, P. & Machfoedz, M. 2003. Analisis
articles/graduate/economy/2009/Artikel_2020
Hubungan Mekanisme Corporate Governance
5242.pdf diakses 22 Januari 2011).
dan Indikasi Manajmen Laba. Makalah ini di-
Daniri, M.A. 2005. Good Corporate Governance:
Konsep dan Penerapannya dalam Konteks sajikan dalam: Simposium Nasional Akuntansi
Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia. VI, Surabaya.
Haidar, I.J. 2009. Investor Protections and Economic Mook, L.S. & Ryu, K. 2003. Management Owner-
Growth, Economics Letters. Elsevier, 103(1): ship and Firm’s Value: An Empirical Analysis
1-4. Using Panel Data. Social Science Research
Handoko, Y. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Network, Dicussion Paper No. 593 (http://papers.
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengung- ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id =444420,
kapan Corporate Social Responsibility dan diakses 7 November 2010)
Good Corporate Governance sebagai Variabel Riyadi, Y. 2012. Safeguard Lindungi Produk Lokal.
Pemoderasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi, Univer- Tribun News (http://batam.tribunnews.com/2012/
sitas Gunadarma. (http://www. papers.gunadarma. 07/18/safeguard-lindungi-produk-lokal, diakses 23
ac.id/index.php/economy/article/view/876/8 Juli 2012)
34, diakses 22 Januari 2011). Solihin, I. 2009. Corporate Social Responsibility
Hidayah, E. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan (CSR). Jakarta: Salemba Empat.
Informasi Terhadap Hubungan Antara Penerap- Suranta, E. & Merdistuti, P.P. 2004. Income Smoo-
an Corporate Governance Dengan Kinerja thing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja
Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Perusahaan. Makalah ini disajikan dalam:
Akuntansi dan Auditing Indonesia. 12(1). Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali, 2 – 3
Husnan, S. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Desember.
Penerapan. Yogyakarta: BPFE. Ulupui, I.G.K.A. 2007. Analisis Pengaruh Rasio
Jensen, M. C. & Meckling, W. H. 1976. Theory of the Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabili-
Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and
tas terhadap return saham (Studi pada Peru-
Ownership Structure. Journal of Financial
sahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori
Economics, 3: 305-360.
Kementerian Perindustrian. 2012. Pasar Makanan & Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta).
Minuman Diprediksi Tumbuh 10%. (http://www. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 2(1): 88-102.
kemenperin.go.id/artikel/663/Pasar-Makanan- Van Horne & James, C. 1995. Fundamental of Finan-
&-Minuman-Diprediksi-Tumbuh-10, diakses cial Management, New York: Prentice Hall.
Agustus 2012) Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
Kementerian Hukum dan HAM RI. 2007. Undang- dan Kepemilikan Institusional pada kebijakan
Undang Republik Indonesia No. 40 Tentang Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory
Perseroan Terbatas. (http://www.lawindo.biz/ Agency, Jurnal Riset Akuntansi, 5 (1).
Undang-Undang%20No.%2040%20TH%2020 Weston, J.F. & Copeland, T.E. 1991. Manajemen
07%20tentang%20Perseroan%20Terbatas.pdf, Keuangan. Edisi Kedelapan, Surabaya: Erlangga.
diakses 2 Januari 2010).

Anda mungkin juga menyukai