Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEFINISI PELAYANAN AMBULANS

Pelayanan ambulans adalah bagian dari manajemen penatalaksanaan penderita gawat


darurat yang memerlukan keseragaman organisasi dan pedoman yang baik, sehingga
mortalitas dan morbiditas dapat ditekan serendah mungkin. Pelayanan ambulans
merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Rescue / Extrikasi
2. Resusitasi / Stabilisasi
3. Retrieve / Evakuasi
Pelayanan ambulans Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto merupakan suatu
prosedur pemindahan pasien dengan menggunakan kendaraan pelayanan medis yang
memiliki fasilitas sesuai kebutuhan pasien dan didampingi oleh perawat atau dokter
yang mampu menangani keadaan gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan penunjang ,
tindakan medis dan alih gawat ke Rumah Sakit lain.

Untuk menjalankan pelayanan ambulans diperlukan sebuah pengorganisasian .


Pengorganisasian tersebut sebagai berikut :

- Pelayanan ambulans Rumah Sakit St. Elisabeth Purwokerto secara operasional


menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat

- Pelayanan ambulans Rumah Sakit St. Elisabeth Purwokerto secara teknis


menjadi tanggung jawab bagian umum

Nomor telpon yang dapat dihubungi untuk pemesanan ambulans:

- Dari Luar rumah sakit : - (0281) 634005

- (0281) 625857,632833,623771,6277384 Ext 114

- Dari dalam rumah sakit : Hubungi no Ext 114 ( IGD)

1
BAB II

RUANG LINGKUP PELAYANAN AMBULANS

Ambulans Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto mengacu pada standar
kendaraan pelayanan medis dari departemen kesehatan yang terdiri dari :

a. Ambulans Transportasi
b. Ambulans gawat darurat (Basic dan Advanced)

Ruang lingkup pelayanan ambulans Rumah Sakit Umum St. Elisabeth , diantaranya :

1. Pasien rawat yang memerlukan transportasi ke luar Rumah Sakit dengan tujuan
untuk pemeriksaan penunjang , tindakan medis atau rujukan untuk alih rawat

2. Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan ambulan


untuk tindakan medis di Rumah Sakit St. Elisabeth Purwokerto

3. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulan untuk kegiatan social ,


olah raga atau kegiatan lain

Pelayanan ambulans Rumah Sakit St. Elisabeth disesuaikan dengan jenis ambulans
sesuai dengan kebutuhan pasien .

Jenis ambulans :

a. Ambulans Transportasi

 Tujuan Penggunaan :

Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan


darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan .

 Persyaratan Kendaraan :

1. Teknis

- Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak

- Ruangan pasien mudah dicapai dari tempat pengemudi

- Tempat duduk bagi petugas di dalam ruang ambulan

- Dilengkapi dengan sabuk pengaman

- Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90cm di atas tempat pasien

- Sumber listrik khusus untuk12 volt DC di ruangan pasien dalam ambulan

- Lampu ruangan secukupnya

- Lemari obat dan peralatan


2
- Air bersih 20 liter ,wastafel dan penampungan air limbah

- Sirine satu nada

- Lampu rotator / isyarat warna merah

- Radio komunikasi / mobile phone

- Tanda pengenal ambulan transportasi dari bahan yang dapat


memantulkan sinar

- Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia

2. Peralatan Medis

- Tabung oksigen mobil volume 20liter (2 tabung) dengan perlengkapannya

- Peralatan medis P3K mobil

- Obat-obatan sederhana , cairan infus secukupnya

- ECG mobil

- DC shock mobil

- Puls Oxymeter

3. Petugas

- Satu sopir dengan kemampuan P3K [RJP] dan komunikasi

- Satu perawat dengan kemampuan PPGD

4. Tata Tertib

- Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu


rotator

- Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator .


Semua peraturan lalu lintas harus ditaati

b. Ambulans Gawat Darurat

 Tujuan Penggunaan :

Pengangkutan pasien gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat tindakan


definitive / distabilkan Rumah Sakit .

 Persyaratan Kendaraan :

1. Teknis

- Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak

- Ruang pasien tidak dipisahkan dari tempat pengemudi

- Tempat duduk yang dapat diatur / dilipat bagi petugas di ruang ambulans
3
- Dilengkapi dengan sabuk pengaman

- Ruang ambulans cukup luas untuk sekurang-kurangnya 1(satu) stretcher

- Sumber listik khusus 12volt DC di ruang ambulans untuk pasien

- Lampu ruang pasien 1[satu] dan lampu sorot bergerak untuk menerangi
pasien yang dapat dilipat 1[satu]

- Lemari obat dan peralatan

- Air bersih 20 liter ,wastafel dan penampungan air limbah

- Sirine dua nada

- Lampu rotator / isyarat warna merah

- Radio komunikasi / mobile phone

- Tanda pengenal ambulans gawat darurat dari bahan yang dapat


memantulkan sinar

- Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia

- Peralatan resque

2. Peralatan Medis

- Tabung oksigen mobil volume 20liter (2 tabung) dengan peralatannya


untuk 2(dua) orang

- Peralatan medis P3K

- Peralatan resusitas lengkap bagi orang dewasa dan anak / bayi

- Suction pump manual dan listrik 12volt DC

- Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya

- Puls Oxymeter

3. Petugas

- Satu sopir dengan kemampuan P3K [RJP] dan komunikasi

- Satu perawat Gawat Darurat dengan kemampuan RJP

4. Tata Tertib

- Sewaktu menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu


rotator

- Selama mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator.


Semua peraturan lalu lintas harus ditaati

4
BAB III

TATALAKSANA PELAYANAN AMBULANS

A. TATALAKSANA PENGGUNAAN AMBULANS PASIEN RAWAT INAP

1. Perawat rawat inap menginformasikan pemakaian ambulan sesuai dengan


waktu , tujuan dan kondisi pasien yang akan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat

2. Perawat Instalasi Gawat Darurat menuliskan informasi tersebut pada buku


permintaan ambulan Rumah Sakit St. Elisabeth Purwokerto

3. Perawat Instalasi Gawat Darurat menghubungi bagian umum (sopir) untuk


menginformasikan waktu dan tujuan transportasi pasien

4. Sopir dan perawat pendamping pasien menyiapkan fasilitas ambulan sesuai


dengan kondisi pasien yang akan dibawa

B. TATALAKSANA PENGGUNAAN AMBULANS BAGI PASIEN DI LUAR RS St.


ELISABETH PURWOKERTO

1. Petugas Instalasi Gawat Darurat menerima permintaan ambulan dari keluarga


pasien

2. Perawat menanyakan kondisi dan kebutuhan pasien pada keluarga

3. Perawat menginformasikan kepada dokter jaga tentang kondisi pasien

4. Perawat menginformasikan rencana penggunaan ambulan pada bagian umum


(sopir)

5. Sopir dan perawat menyiapkan fasilitas ambulan sesuai dengan kondisi pasien
yang akan dijemput

C. PEMELIHARAAN FASILITAS AMBULANS

1. Pemeliharaan dan pengadaan fasilitas medis di ambulan menjadi tanggung


jawab KaRu IGD / PJ shif IGD

2. Pemeliharaan dan pengadaan fasilitas non medis di ambulan menjadi tanggung


jawab bagian umum / sopir

3. Pembersihan mobil ambulan (bagian luar dan dalam) menjadi tanggung jawab
bagian umum (pengemudi yang sedang bertugas pada shiftnya)

4. Untuk kelengkapan alat tenun (laken , steek laken , selimut , bantal dll) bagi
pasien yang akan menggunakan ambulan harus disiapkan oleh sopir

5. Perawat ruangan yang akan membawa pasien dengan ambulan harus


bertanggung jawab atas penggunaan semua fasilitas medis yang ada di ambulan
5
6. Bila ada kerusakan alat medis / non medis yang ada di ambulan setelah
penggunaan mobil ambulan harus segera dilaporkan pada KaRu IGD / PJ shift
IGD yang bertugas.

D. PERAWATAN MOBIL AMBULANS

1. Mobil harus selalu dalam kondisi prima dan siap pakai (24 jam)

2. Bagian umum / sopir harus selalu kontrol / cek buku catatan service yang sudah
ada

3. Bagian umum / sopir selalu menjaga kebersihan mobil ambulan

4. Perawatan rutin dan berkala :

a. Tune up / service ringan (6 bulan sekali)

b. Ganti oli mesin (setiap 5.000 km)

c. Ganti filter oli (setiap 15.000 km)

d. Ganti oli garden dan porsneling (setiap 10.000 km)

e. Ganti tining bel (setiap 10.000 km)

f. Ganti air Accu (setiap 2 hari)

g. Kontrol air radiator (setiap 2 hari)

h. Ganti ban (melihat kebutuhan)

E. TATA CARA PENGGUNAAN BRANKAR AMBULANS

- Brankar adalah alat transportasi mengantar dan jemput pasien dari suatu tempat
/ ruangan untuk dibawa ke luar atau masuk pada ambulan

- Disamping sebagai alat transportasi antar jemput, juga sebagai tempat tidur bagi
pasien di dalam ambulan

- Ada tiga kunci pengaman yang harus dipahami sesuai fungsi masing-masing :

 1(satu) kunci pengait yang berada di dalam ambulan

 2(dua) kunci yang berada di samping kanan dan kiri brankar (1 di depan 1 di
belakang)

- Kunci pengait berfungsi untuk mengunci brankar dengan alas / tempat brankar ,
agar brankar tidak bergerak

- Rem / kunci brankar sebelah kanan untuk mengunci / membuka kunci kaki
brankar bagian depan

6
- Rem / kunci brankar sebelah kiri untuk mengunci / membuka kunci kaki brankar
bagian belakang

- Jika posisi kaki brankar pada posisi berdiri tegak lurus ke lantai , maka jangan
menekan / menarik rem / kunci brankar , karena brankar dalam posisi tegak lurus
sudah otomatis mengunci

- Jika rem / kunci ditarik maka kaki brankar akan menekuk dan brankar akan jatuh
tersungkur ke bawah

F. TATA TERTIB AMBULANS

1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator
3. Semua peraturan lalulintas harus di taati
4. Kecepatan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan bebas
hambatan
5. Petugas (perawat pendamping) membuat laporan keadaan pasien selama
transportasi yang mencakup identitas pasien , waktu dan keadaan pasien
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah Sakit
8. Penggunaan ambulans harus sesuai fungsi dari masing-masing ambulans
a. Ambulans transport
Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan.
b. Ambulans gawat darurat
Pengangkutan pasien gawat darurat yang sudah di stabilkan ke tempat
pelayanan definitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan
memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan
9. Penggunaan ambulans untuk transportasi diluar ketentuan tersebut seperti antar
jemput dokter , atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan Direktur
utama
10. Tarif pelayanan mengacu pada tarif pelayanan ambulans yang dikeluarkan oleh
rumah sakit

G. PERSIAPAN PEMERIKSAAN AMBULANS


1. Mesin mati
- Periksa seluruh bodi ambulans
- Periksa roda / ban tekanan

7
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi yang
tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunci
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator,
pelumas, rem , air aki, dan pelumas setir
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman
- Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin
- Periksa jumlah bahan bakar (isi full tank terlebih dahulu bila diperlukan)

2. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan dan
pemeriksaan sebagai berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletakdi dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
- Periksa perlengkapan komunikasi
3. Mengoperasikan Ambulans
a. Syarat pengemudi ambulans
1. Sehat secara fisik
2. Sehat secara mental
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
5. Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda
ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat
penenang
7. Mempunyai SIM yang masih berlaku
8. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu di pakai
8
9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk
10. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD
b. Operasional Ambulans
Penentuan layak tidaknya ambulans untuk operasional ditentukan oleh
coordinator sopir ambulans dan penanggung jawab medis ambulans dengan
memperhatikan ceklist yang di buat oleh perawat dan sopir.
c. Aturan di jalan
Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika digunakan
untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam
respon gawat darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134, pengguna
jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan
berikut :
1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2. Ambulans yang mengangkut orang sakit
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu Negara.
6. Iring-iringan pengantar jenasah
7. Konvoi dan / kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator.
Sebagaimana bunyi UU No.22 tahun 2009
9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan
tidak ceroboh.
10. Hak-hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang
lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului setelah
member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari
hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belok setelah member sinyal
yang tepat.
9
d. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara
15-30meter.

e. Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan
saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa takut dan
cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cendrung tidak
member jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi
panic karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain,
gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.

f. Lampu rotator
1. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan
pasal 59 ayat 5
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna
merah
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.

g. Kecepatan dan keselamatan


1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulans berjalan.

h. Kendaraan Pengiring dan Forwarder


1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena
jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain
10
2. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulans dengan
kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.

i. Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternative dapat segera di buat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur
alternative

H. TRANSPORTASI
a. Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas
gawat darurat terdekat
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
 Henti nafas atau henti jantung
 Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
 Kejang berulang atau sedang terjadi
 Trauma mayor
 Amputasi
 Pasien luka bakar
 Persalinan iminen
 Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri
dada hebat.
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusan DPJP
4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute
alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk
pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
5. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju
RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke IGD rumah
sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.

b. Modus Berangkat
1. Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut
a) Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, pastikan ikatan
pada alat pengangkut / stretcher tidak menyebabkan pasien kesulitan
bernafas jika pasien tidak sadar,pastikan pasien mendapatkan pertukaran
udara yang cukup.
11
b) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans
2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan spine board pendek atau papan RJP di bawah matras
3. Longgarkan pakaian yang ketat
4. Periksa posisi balut dan bidai
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka
harus di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman
dengan baik agar tidak mempengarugi peruses perawatan pasien.
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta pastikan barang-
barang tersebut aman di ambulans jika memungkinkan, beritahu petugas
keamanan tentang hal ini.

c. Sampai di tempat rujukan


1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru menurunkan
pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas
yang siap
2. Pastikan mengantar pasien hingga operan / serah terima rujukan di IGD
selesai
3. Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula

d. Kembali dari tempat rujukan


1. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
2. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan sarung tangan
 Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mongering di
permukaan mobil termasuk stretcher
 Buang sampah medis termasuk verban dan pembalut yang sudah
terbuka dan belum di gunakan
 Bersihkan sampah kotoran non medis
 Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada
3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
 Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non
disposable
 Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan
4. Mengecek fungsi stretcher ambulans

12
BAB IV

DOKUMENTASI PELAYANAN AMBULANS

Standar prosedur operasional (SPO) dan formulir/ buku yang digunakan adalah sebagai
berikut :

A. Standar Prosedur operasional :


a. SPO Pemeliharaan fasilitas ambulan
b. SPO Penggunaan mobil ambulan bagi pasien diluar Rumah Sakit Umum St.
Elisabeth Purwokerto
c. SPO Penggunaan mobil ambulan untuk merujuk pasien gawat darurat keluar
Rumah Sakit Umum St. Elisabeth
d. SPO Penggunaan mobil ambulan untuk merujuk pasien keluar kota
e. SPO Penggunaan mobil ambulan untuk mengantar CT scan dan USG
f. SPO Memasukkan brankard ke mobil ambulan
g. SPO Pengambilan brankard dari mobil ambulan
h. SPO Penggunaan mobil operasional COLT T 120 SS untuk antar jemput
petugas Kamar operasi
i. SPO Penggunaan mobil operasional COLT T 120 SS untuk kepentingan
instalasi Farmasi
j. SPO Penggunaan mobil operasional COLT T 120 SS untuk kepentingan
Instalasi laboratorium dan radiologi
k. SPO Pemesanan Penggunaan ambulan untuk pasien di rumah sakit
l. SPO pemesanan penggunaan ambulan untuk pasien dari luar rumah sakit

B. Buku dan Formulir yang digunakan :

1. Buku Operasional Kendaraan


2. Buku Pemeliharaan kendaraan
3. Buku pemakaian dan operan dan alat medis
4. Buku pemesanan ambulan
5. Form monitoring pasien dalam ambulance

13

Anda mungkin juga menyukai