Disusun oleh:
Ita Sualia
Eko Budi Priyanto
I Nyoman N. Suryadiputra
Juni, 2010
Indonesia Programme
Panduan Pengelolaan
Budidaya Tambak Ramah Lingkungan
di Daerah Mangrove
© Wetlands International - Indonesia Programme, 2010
Saran Kutipan:
Sualia, I, Eko B.P., dan I N.N. Suryadiputra. 2010. Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di
Daerah Mangrove. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.
Daftar Isi
Halaman
1. Pendahuluan ............................................................................................................................................ 1
1.1. Pengertian/Kriteria Tambak Ramah Lingkungan ........................................................................... 1
1.2. Cakupan Buku Panduan .................................................................................................................. 3
Budidaya tambak ramah lingkungan ramai didengungkan akibat kerusakan lingkungan pesisir (mangrove) yang
parah, salah satunya akibat kegiatan pembukaan lahan untuk tambak. Sehingga konsep budidaya tambak ramah
lingkungan lebih sering disebut sebagai budidaya tambak yang melestarikan mangrove sebagai jalur hijau atau
penanaman mangrove di tambak (silvofishery). Padahal konsep budidaya ramah lingkungan tidak hanya mencakup
penerapan jalur hijau (green belt) atau penanaman mangrove, tetapi juga pada penerapan tata cara budidaya yang
baik dalam arti tidak menggunakan bahan baku produksi yang merusak lingkungan dan atau membahayakan
keselamatan dan kesehatan konsumen produk yang dihasilkan.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua praktik silvofishery di Indonesia menerapkan
konsep budidaya tambak ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan petambak masih menggunakan bahan baku
produksi yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan pestisida dan atau antibiotik secara gegabah.
Dikarenakan lokasi tambak-tambak di Indonesia umumnya berlokasi di lahan pasang surut (daerah mangrove)
maka panduan ini membahas mengenai pengembangan konsep budidaya tambak ramah lingkungan di daerah
mangrove. Perbaikan ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda baik dari segi ekonomi maupun
lingkungan, dalam arti produksi dapat meningkat dan menguntungkan petambak serta keseimbangan lingkungan
dapat tercipta/terjaga. Beberapa manfaat atau kelebihan dari tambak ramah lingkungan diantaranya :
1. Biaya dan resiko produksi jauh lebih rendah dan dapat dioperasikan dalam skala kecil (rumah tangga).
4. Produk udang yang dihasilkan memiliki kualitas yang premium dan memiliki harga yang lebih tinggi di
pasaran internasional karena bersifat organik atau tidak mengandung bahan kimia berbahaya
5. Kawasan tambak ramah lingkungan lebih tahan terhadap serangan penyakit, akibat kemampuan mangrove
dalam menyerap limbah dan menghasilkan zat antibakteri
X
Gambar 1. Mangrove ditanam di Gambar 2. Tambak tanpa vegetasi
sepanjang tanggul tambak mangrove, terasa gersang
Buku Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove ini difokuskan pada
kegiatan-kegiatan on farm untuk tambak skala ekstensif (tradisional dan tradisional plus), sehingga kegiatan-
kegiatan penyediaan, produksi benur, kegiatan lain di hatchery dan pemasaran tidak dibahas dalam panduan ini.
Jenis komoditas budidaya yang didiskusikan pada buku ini adalah udang windu Penaeus monodon, bandeng Chanos
chanos dan rumput laut Glacilaria sp
Sebagaimana telah disampaikan pada pendahuluan di atas, definisi konsep tambak ramah lingkungan tidak hanya
mencakup penciptaan atau pemeliharaan jalur hijau di sekitar areal tambak, akan tetapi juga kepada praktik
pengelolaan tambak itu sendiri. Beberapa penerapan sederhana akan konsep budidaya tambak ramah lingkungan
di Indonesia yaitu sistem silvofishery dan polikultur.
Sylvofishery atau dikenal juga dengan sebutan wanamina terdiri dari dua kata yaitu “sylvo’ yang berarti
hutan/pepohonan (wana) dan “fishery” yang berarti perikanan (mina). Silvofishery merupakan pola pendekatan
teknis yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan/udang dengan kegiatan
penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian hutan mangrove.
a. Kontruksi pematang tambak akan menjadi kuat karena akan terpegang akar-akar mangrove dari pohon
mangrove yang ditanam di sepanjang pematang tambak dan pematang akan nyaman dipakai para pejalan
kaki karena akan dirimbuni oleh tajuk tanaman mangrove
c. peningkatan produksi dari hasil tangkapan alam dan ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat petani
ikan.
d. Mencegah erosi pantai dan intrusi air laut ke darat sehingga pemukiman dan sumber air tawar dapat
dipertahankan
e. Terciptanya sabuk hijau di pesisir (coastal green belt) serta ikut mendukung program mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim global karena mangrove akan mengikat karbondioksida dari atmosfer dan melindungi
kawasan pemukiman dari kecenderungan naiknya muka air laut.
f. Mangrove akan mengurangi dampak bencana alam, seperti badai dan gelombang air pasang, sehingga
kegiatan berusaha dan lokasi pemukiman di sekitarnya dapat diselamatkan
Dalam pengembangannya, tambak silvofishery telah banyak dimodifikasi, namun secara umum terdapat (tiga)
model tambak silvofishery, yaitu: model empang parit, komplangan, dan jalur (Gambar 3).
(B)
(D)
Gambar 3. Model Wanamina : (A) Empang Parit, (B) Gambar 5. Wanamina model empang parit
Komplangan, (C) Jalur, (D) Tanggul, dikombinasikan dengan tanaman teh
Sumber : PMD Mahakam & Fak. Perikanan UNMUL 2009
Polikultur merupakan suatu istilah budidaya yang membudidayakan lebih dari satu jenis komoditas dalam satu
masa pemeliharaan dalam petak yang sama. Konsep polikultur berkembang dikarenakan banyaknya kasus
kegagalan produksi monokultur di tambak terutama udang, sehingga diharapkan dengan memelihara dua atau
lebih jenis komoditas, masih dapat menghasilkan produksi untuk menutupi kegagalan lainnya. Dalam
perjalanannya ternyata konsep polikultur malah dapat meningkatkan produksi kedua komoditas yang dipelihara
akibat faktor yang menguntungkan satu sama lain di dalam tambak, seperti misalnya antara udang dan bandeng,
atau udang dan rumput laut, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya tahapan pengelolaan tambak ramah lingkungan baik untuk komoditas udang windu, bandeng dan
rumput laut akan melalui beberapa tahap sederhana seperti diagram di bawah ini.
1. Pemilihan Lokasi
2. Persiapan lahan dan air (perbaikan pematang dan saluran, pengeringan, pengapuran, pembasmian hama
dan pemupukan)
7. Pencatatan dan evaluasi data harian di dalam buku harian tambak (format)
Tahapan nomor dua sampai dengan nomor tujuh merupakan suatu siklus yang terus berlangsung dalam suatu
siklus produksi sebagaimana ilustrasi berikut
1. Tidak menghilangkan atau menebang tumbuhan di area sekitar 130m untuk membuka tambak. Hal ini
sesuai dengan hukum Nasional mengenai lebar jalur hijau, yaitu 130 kali selisih rat-rata pasang tertinggi
dan surut terendah
2. Jangan memilih lokasi tambak baru di lokasi dengan produksi tambak yang rendah atau sedang mewabah
penyakit pada udang/ ikan
3. Patuhi semua peraturan yang berlaku dan perencanaan pengembangan wilayah pesisir
4. Penanaman kembali hutan bakau dapat membantu merehabilitasi tambak-tambak yang telah mati dan
meningkatkan produksi tangkapan alam.
Gambar 8. Hindari pembuatan tambak Gambar 9. Pematang yang lebar
dengan membendung daerah tergenang memudahkan akses menuju tambak
1. Bentuk tambak dibuat persegi panjang teratur sehingga memudahkan dalam pengontrolan dan pengelolaan.
2. Pintu air terbuat dari kayu yang tahan air dan diberi saringan berlapis, terletak di saluran utama pemasok air
dan dipasang di tengah sisi pematang tambak.
3. Elevasi atau tinggi pematang harus memungkinkan kedalaman air bisa mencapai minimal 80 cm di pelataran.
4. Ukuran luasan tambak sebaiknya tidak terlalu luas berkisar antara 2-5 ha, agar pengelolaan terhadap air dan
tanah saat persiapan dan pemeliharaan mudah dilakukan, dan panen mudah dilakukan.
5. Memiliki caren dengan kedalaman kurang lebih 40-80 cm dengan lebar 1-4 meter di sekeliling tambak.
6. Jika memungkinkan, pengaturan kemiringan dasar tambak harus lebih diperhatikan untuk memudahkan
kesempurnaan saat pembuangan air.
7. Lebar atas pematang sebaiknya memungkinkan dilalui sepeda motor untuk kepentingan transportasi.
Tahap persiapan sering dianggap remeh petambak, padahal keberhasilan produksi tidak bisa terlepas dari
kesempurnaan proses persiapan. Tahapan persiapan tersebut dibagi ke dalam persiapan lahan dan persiapan air
sebelum tebar.
Penerapan tahap persiapan lahan dan air pada sistem tambak tradisional umumnya tidak semuanya dilakukan
oleh petani tambak, hal ini dikarenakan bergantung kepada kondisi lahan dan ketersediaan modal. Sebagai
contoh petambak di Teluk Banten yang membudidayakan bandeng maupun udang pada umumnya tidak
mengeringkan lahan atau tambak tidak pernah benar-benar dikosongkan saat panen. Hal tersebut dikarenakan
konstruksi pintu air pembuangan lebih tinggi daripada kedalaman caren. Pengeringan hanya dimungkinkan jika
dilakukan pemompaan air di caren ke saluran pembuangan, dan ini tentu saja membutuhkan biaya.
Demikian halnya pada proses persiapan tambak di Pemalang, dimana juga tidak dilakukan persiapan lahan sampai
kering. Persiapan lahan dilakukan hanya pada tahapan perbaikan tambak. Namun kelebihan tambak-tambak di
Pemalang meski lahan tambak tidak dikeringkan karena memiliki sungai besar yang bermuara di laut yaitu Sungai
Jamuran dan Saluran Cepuk, sehingga pembilasan tambak saat panen hampir mendekati sempurna.
1. Setelah panen, keringkan lahan dengan penjemuran selama kurang lebih 7 hari jika cuaca baik (cerah)
hingga dasar tambak retak-retak. Bila air di dalam tambak tidak dapat dikeringkan secara sempurna, maka
harus dibantu dengan menggunakan pompa untuk mengeluarkan air genangan tersebut. Pompa berbahan
bakar bensin yang umumnya digunakan mulai dari 5,5 PK hingga di atas 10 PK (Gambar 10).
2. Setelah dasar tambak kering, angkat lumpur yang berwarna hitam (busuk) dan, sisa-sisa bangkai
ikan/udang dll yang masih ada di dasar tambak (Gambar 13). Pastikan buangan tersebut tidak masuk lagi
ke dalam tambak saat hujan lebat.
Pada budidaya bandeng di tambak, pengeringan dasar tambak umumnya dilakukan bila dua kali siklus produksi
pertumbuhan bandeng tidak signifikan atau dikenal dengan istilah kuntet, maka sebaiknya dilakukan pengeringan
dasar tambak sampai dasar tambak pecah-pecah, sama seperti tahapan dalam tambak udang.
X
Gambar 13. Pengupasan dan pengangkatan
Gambar 12. Lumpur hitam namun masih bisa lumpur hitam di dasar tambak setelah tanah
ditolelir untuk produksi tambak dijemur hingga retak-retak (foto: BMP Aceh)
Pengapuran Dasar
Tanah tambak di daerah mangrove umumnya memiliki pH (keasaman) yang lebih rendah dibandingkan dengan
pH tanah di daerah atasnya (sawah, kebun, dll). Hal ini dikarenakan tingginya kandungan bahan organik (humus)
di dalam tanah di daerah mangrove. Pengapuran tanah dasar tambak yang masam merupakan salah satu faktor
penting dalam peningkatan produksi udang di tambak, karena tanah masam menyebabkan : (1) Tingkat kematian
udang dan ikan tinggi, (2) Resiko terhadap penyakit tinggi, (3) Pertumbuhan alga sebagai pakan alami rendah, (4)
Dapat menurunkan kadar oksigen terlarut
Gunakan pengukur pH tanah, diukur saaat tanam basah
Jangan membalik tanah yang masam karena dapat menyebabkan tanah menjadi lebih asam
Pengapuran tanah dasar tambak bertujuan untuk menaikkan pH tanah hingga pada tingkat yang
dibutuhkan udang/ikan (>6.0-7.0).
Pemberian kapur dalam jumlah banyak juga sangat disarankan pada dasar tambak yang sulit dikeringkan dengan
maksud untuk membunuh bibit penyakit Manfaat pengapuran dasar tambak diantaranya adalah: (1) membunuh
parasit, (2) menaikkan pH tanah hingga mencapai level yang cocok untuk udang/ikan, (3) mencegah fluktuasi pH
yang drastis, (4) meningkatkan produktivitas biologi dengan mengaktifkan bakteri pemecah bahan organik di dalam
tanah. (6) menetralisir zat berbahaya seperti asam, dan (7) secara tidak langsung memperbaiki tekstur tanah tambak.
Beberapa kriteria yang perlu dijadikan patokan sebelum melaksanakan pengapuran adalah:
1. Pemberian kapur dilakukan saat dasar tambak kering, setelah pembilasan. Jenis dan Jumlah Kapur Dasar
yang Dibutuhkan berdasarkan pH Tanah di Daerah Mangrove
16 Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove
pH tanah CaCO3 (kaptan)/Ha Ca(OH)2 (gamping)/ Ha
<5 3,0-5,0 ton 1,5-2,5 ton
5-6 2,0-3,0 ton 1,0-1,5 ton
>6 <1 ton <0,75 ton
2. Pemberian kapur disarankan pada waktu dimana angin tidak berhembus kencang untuk mencegah kapur
beterbangan keluar tambak. Tempatkan posisi tubuh yang membelakangi arah angin agar kapur tidak
mengenai tubuh saat pemberian kapur.
3. Sebarkan kapur semerata mungkin di dasar tambak dan pematang bagian dalam, terutama pada bagian
caren atau bagian yang masih tergenang.
4. Diamkan tambak selama beberapa hari setelah pengapuran, kemudian isi dengan air laut dan, jika
memungkinkan, dilakukan pemeriksaan pH air. Diharapkan pH air telah mencapai 7,5-8,5 yang
menunjukkan bahwa proses pengapuran telah berhasil.
Perbaikan konstruksi dan prasarana tambak dilakukan untuk melakukan perawatan terhadap pematang, pintu air,
dan, jika ada, jembatan anco. Penambalan pematang yang bocor sangat bermanfaat untuk mencegah kehilangan
air selama masa pemeliharaan dan mencegah introduksi penyakit lewat carrier yang masuk (misalnya kepiting atau
udang liar). Perbaikan pintu air dan saringannya juga harus dilakukan untuk mencegah masuknya predator (ikan
buas), carrier dan kompetitor lainnya (ikan, kepiting, udang liar).
Pengisian Air
Pengisian air pertama kali dilakukan jika tahapan persiapan lahan dan perbaikan prasarana sudah dilakukan
dengan sempurna. Penting untuk dicatat bahwa pengisian air perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pengisian air hanya dilakukan jika air sumber (tandon atau saluran masuk) memiliki kualitas yang baik
(tidak keruh, kotor, atau berbau).
2. Tidak disarankan untuk mengambil air dari saluran pembuangan tambak, ataupun dari tambak sebelahnya,
untuk mencegah wabah penyakit.
4. Saringan berlapis harus dipasang pada pintu air saat pengisian air ke dalam tambak untuk mencegah
masuknya hama/predator, carrier, dan atau ikan liar (Gambar 17 dan 18).
5. Jika air dalam kolam mengandung hama/predator (seperti kakap, kepiting dll), maka kolam yang telah
berisi air perlu diberi bahan desinfektan seperti bubuk teh (saponin) dan akar tuba (retenon).
Gambar 17. Saringan pada pintu air. Gambar 18. Saringan pada pipa yang terhubung
Foto:Pamudi dengan pompa air. Sumber : BMP Aceh
Pembasmian hama bertujuan untuk membunuh benih/anakan ikan liar yang terlanjur masuk ke dalam tambak
dan atau tandon. Jenis ikan liar yang masuk tergantung pada daerah masing-masing misalnya kakap putih, keting,
belanak, mujair, dan, terkadang, kerapu. Beberapa hal penting dalam pembasmian hama di dalam tambak adalah:
1. Pembasmian hama dilakukan setelah beberapa hari (4 hari) sejak pengisian air, untuk menjamin telur dari
hama telah menetas, sehingga meningkatkan efektivitas pemusnahan hama.
2. Pada budidaya udang Pembasmian hama ikan liar dilakukan dengan menggunakan saponin (20-30 ppm)
atau akar tuba (7-10 ppm). Penggunaan saponin dan akar tuba hanya efektif untuk membunuh ikan,
sementara untuk membunuh udang dan kepiting liar umumnya menggunakan kaporit. Penggunaan
kaporit pada daerah yang masih tergenang juga sangat efektif membunuh hama.
3. Pemberian saponin sebaiknya dilakukan pada saat siang atau sore hari untuk meningkatkan efektivitas
pembasmian hama, karena efektivitas saponin terjadi pada temperatur dan salinitas yang lebih tinggi.
Sebagai tambahan, jika pembasmian hama ingin dilakukan di tengah-tengah masa pemeliharaan, maka
jangan dilakukan pada malam hari karena dapat menurunkan pH dan mematikan plankton.
4. Diamkan air selama 3 hari setelah pemberian saponin, untuk mengumpulkan ikan liar yang mati dan untuk
mengurangi sifat racun sebelum dilakukan penebaran benur atau ikan.
5. Jangan gunakan pestisida karena dapat merusak kualitas lingkungan. Mitos bahwa penggunaan pestisida
dapat menumbuhkan cacing yang berguna untuk makanan udang adalah tidak benar adanya.
Pemupukan berguna untuk mempercepat pertumbuhan plankton/ pakan alami menjadi lebih cepat. Selain
sebagai pakan alami, plankton juga berperan dalam efek peneduhan dan penyerapan dan pembuangan zat
beracun di dalam tambak.
X
Gambar 20. Pemupukan tidak Gambar 21. Disarankan
menggunakan masker dapat menggunakan masker saat
mengganggu kesehatan menebarkan pupuk atau kapur
Pemilihan dan penebaran benih merupakan proses lanjutan setelah kegiatan persiapan lahan dan air, dimana
tahapan ini bisa dilakukan jika hanya proses sebelumnya telah berjalan secara sempurna. Pemilihan benih sangat
penting dilakukan untuk mendapatkan benih yang berkualitas agar memiliki pertumbuhan yang baik dan tahan
terhadap serangan penyakit. Sementara itu, tahapan penebaran benih memerlukan perlakuan khusus dalam
proses manipulasi lingkungan dan aklimatisasi.
Secara umum, pastikan hanya membeli benur/nener yang sehat, memiliki riwayat hidup yang baik, kuat, dan
cukup umur. Untuk mudahnya, belilah benih pada panti benih yang besar dan terpercaya, atau jika mungkin,
hatchery yang memiliki sertifikat dari instansi yang berwenang (Kementerian Kelautan dan Perikanan/Balai).
Sangat disarankan untuk tidak mudah terpengaruh oleh penawaran harga benih yang murah, karena umumnya,
walau tidak selalu, makin murah harganya akan makin buruk kualitasnya.
(SR>95%)
Benur/nener umumnya dikemas dalam kantong plastik. Pemanenan benur di hatchery atau nener di panti
pendederan umumnya dilakukan pada malam hingga pagi hari, agar suhu transportasi menjadi rendah dan benur
dapat ditebar pada pagi hari saat suhu air mencapai suhu terendah. Jika lama pengiriman lebih dari 6 jam maka
perlu diberikan tambahan es untuk menurunkan suhu selama perjalanan. Adapun prosedur pengiriman benur
adalah sebagai berikut:
a. Sebelum pengiriman, salinitas air di hatchery/panti pendederan tempat benih berasal semaksimal mungkin
disesuaikan dengan salinitas air tambak di tempat tujuan. Perubahan salinitas di hatchery harus dirancang
sedemikian mungkin agar maksimal hanya 3 ppt per hari.
Pendederan benur umumnya dilakukan petani tambak jika benur yang dibeli bukan ukuran glondongan atau
dekan kata lain benur yang dibeli berumur kurang dari 30 hari atau berat kurang dari 1-2 gram/ ekor. Petani
tambak beranggapan benur belum terlalu kuat untuk dilepas ke tambak sehingga perlu diasuh selama beberapa
hari di dalam hapa (waring) atau kolam yang lebih kecil yanfg ada di tambak agar mencapai umur siap mencari
makan sendiri.
a. Kolam pendederan harus dipersiapkan dan diperlakukan sama seperti halnya tambak pembesaran, dalam
arti memerlukan pengeringan lahan, pengapuran dll. Jika menggunakan hapa, maka hapa diletakkan di
tambak pembesaran yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Kepadatan tebar benur pada pendederan adalah 100-200 ekor/m2. Benur dipelihara selama 15-20 hari.
28 Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove
c. Selama masa pendederan, benur harus diberi makan sesering mungkin (kurang lebih 1 kg/hari untuk
100.000 ekor benur) untuk menjaga tingkat pertumbuhan dan mencegah kanibalisme (saling makan antar
benur). Penggantian air, jika pendederan dilakukan di kolam terpisah, harus dilakukan minimal 2 hari
sekali untuk menjaga kualitas air.
d. Jika hendak membeli benur glondongan dari panti pendederan, periksalah kondisi benur glondongan
secara baik-baik untuk menghindari kualitas yang buruk (Gambar 26).
1
2
Pengelolaan kualitas air dan pakan bertujuan untuk mengelola lingkungan agar media hidup di dalam tambak
sesuai untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang/ikan yang dipelihara. Dikarenakan sifatnya yang
ekstensif maka pengelolaan pakan lebih mengarah kepada pembentukan dan menjaga kelimpahan pakan alami di
dalam tambak.
Proses pengelolaan air sebetulnya sudah dimulai sejak pengisian air pertama kali. Seperti dijelaskan di bab
sebelumnya bahwa penyaringan dan pemupukan awal merupakan salah satu tahapan pengelolaan air.
Pengelolaan air setelah tebar lebih diarahkan untuk menjaga agar kualitas air selalu berada pada kisaran yang baik
untuk pertumbuhan udang/ikan. Untuk tambak tradisional di daerah mangrove, parameter yang menjadi
perhatian utama biasanya adalah salinitas, pH dan oksigen terlarut. Pengisian air umumnya dilakukan setiap hari
saat air laut mengalami pasang tinggi dan membuang air tambak saat surut. Pasang surut air laut berbeda dari
satu hamparan pesisir dengan yang lainnnya
Pengelolaan pakan pada usaha tambak ekstensif bertujuan untuk menumbuhkan dan menjaga kelimpahan pakan
alami di dalam tambak. Praktik yang umum dilakukan adalah dengan pemupukan awal dan susulan, kemudian
pada padat penebaran yang agak banyak, kadangkala dilakukan pemberian pakan pellet dalam jumlah yang sedikit
sejak umur tertentu.
Beberapa hal penting perlu dicatat jika petani tambak bermaksud untuk memberikan pakan buatan kepada
udang/nener yang dipelihara, diantaranya:
a. Pemberian pakan benur pada kolam dengan tingkat kecerahan air lebih tinggi (pakan alami sedikit)
pemberian pakan harus diberikan lebih awal atau paling lambat pada umur 25 hari sejak tanggal penebaran.
c. Pakan untuk udang adalah pellet yang tenggelam (sinking type) sedangkan pellet untuk bandeng adalah
yang mengapung (floating type).
d. Jika umur udang sudah menginjak minimal 50 hari dan sampling telah dilakukan (bobot rataan dan
estimasi populasi diketahui), maka dosis pemberian pakan secara kasar dapat dihitung sebagai berikut:
Asumsi: Jika luas tambak = 1 hektar (10.000m2), luas bukaan jala sampling = 5 m2, bobot rataan = 6 gram, dan rata-
rata hasil tangkapan udang di jala = 3 ekor, maka populasi udang di tambak adalah = (10.000/5)*3 = 6.000 ekor, dan
jumlah pakan hariannya adalah = (2,5/100)*6.000*6 = 0,9 kg/hari
e. Perlu diperhatikan untuk senantiasa memilih dan menjaga kualitas pakan dengan cara memilih pakan dari
perusahaan yang terbukti kredibel (bermerk), selalu menyimpan pada kemasan tertutup, diletakkan di
tempat yang kering dan bersih, tidak basah dan terserang jamur, dan tidak kadaluarsa.
Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove 33
f. Pakan disebarkan dari pinggir kolam (sekeliling pematang) dan merata ke seluruh area yang bersih di
tambak.
g. Jika mungkin, taruh beberapa anco untuk mengetahui laju konsumsi pakan (populasi, nafsu makan udang)
dan senantiasa diperiksa secara rutin setelah 2 jam.
h. Jangan berlebih dalam pemberian pakan karena dapat merusak kualitas air dan menyebabkan pemborosan
karena harga pakan yang tinggi.
i. Kurangi jumlah pakan setengahnya atau hentikan sama sekali jika udang tidak nafsu makan, sedang
molting, atau saat hujan lebat. Pakan dapat diberikan kembali keesokan harinya atau 2 hari setelahnya.
j. Sesuaikan ukuran/tipe pakan yang diberikan dengan ukuran udang/bandeng yang dipelihara. Lakukanlah
konsultasi dengan penjual pakan mengenai tata cara pemberian pakan yang lebih baik (tepat, hemat).
Pengelolaan kesehatan udang bertujuan untuk mencegah serangan penyakit terhadap udang yang dipelihara.
Pengelolaan air dan pakan yang baik akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Bab ini pengelolaan
kesehatan lebih diarahkan kepada pengenalan jenis-jenis penyakit yang sering menyerang udang windu dan cara
pencegahannya baik yang disebabkan virus, bakteri jamur dan parasit. Pencegahan merupakan usaha yang terbaik
karena jika udang terserang penyakit, maka kecil kemungkinan udang untuk sembuh seperti sediakala, disamping
pencegahan jauh lebih hemat dari sisi biaya.
a. Pemeriksaan udang di malam hari dengan menggunakan senter (jika disorot senter, udang yang sehat
memiliki mata yang cerah/merah dan bereaksi cepat terhadap cahaya dengan berenang menjauh, sementara
udang yang lemah akan memiliki mata yang pucat dan bereaksi lambat terhadap cahaya dan berenang lemah
ke pinggir/sudut tambak).
b. Lakukanlah pengecekan anco atau sampling dengan jala secara berkala jika udang sudah menginjak usia di
atas 45-50 hari untuk melakukan pemeriksaan secara langsung (Gambar 28 dan 29). Udang yang sehat akan
ditandai dengan tubuh dan insang yang bersih, warna tubuh alami, ekor tidak gripis, kaki-kaki tidak patah,
dan ususnya penuh makanan. Udang yang kurang sehat akan ditandai dengan tubuh yang kotor atau insang
yang hitam, warna tubuh merah atau ada bercak putih, ekor bengkak, dan atau ususnya kosong.
c. Hilangnya nafsu makan, yang bukan dikarenakan faktor molting, merupakan indikasi serangan penyakit atau
memburuknya kualitas air. Oleh karena itu segera lakukan penanganan yang semestinya untuk mencegah
masalah menjadi bertambah buruk (cek kualitas/kurangi pakan, cek kualitas/ganti air, atau lakukan panen
jika udang sudah cukup umur).
d. Jika kasus serangan jamur dan parasit sering terjadi (udang lumutan), gunakan formalin sebanyak 100-150
liter per hektar. Pemberian formalin diberikan maksimal tiga kali selama masa pemeliharaan dan diberikan
setelah udang berumur 40 hari. Pemberian formalin harus diberikan pada siang hari saat cuaca cerah dan
tidak boleh diberikan saat udang molting. Sehari setelah pemberian formalin, air tambak harus diganti
sebanyak 30%, sehingga jika dirasa sulit untuk melakukan penggantian air maka pemberian formalin dapat
ditunda.
Beberapa penyakit yang akhir-akhir ini sering menyerang udang windu di tambak adalah:
Penyakit virus yang paling sering menyerang udang windu akhir-akhir ini adalah White Spot Syndrome Virus
(WSSV) atau SEMBV (systemic ectodermal and mesodermal baculovirus). Penyakit ini disebabkan oleh virus DNA, yang
Gambar 30 dan 31. Udang yang terserang virus bercak putih, dan terkadang berlumut bila tingkat akut (Gambar 32)
Penyakit Vibriosis
Penyakit vibriosis disebabkan oleh bakteri Vibrio. Bakteri jenis ini memiliki beberapa spesies yang berbeda dan
memiliki keganasan yang berbeda pula. Yang paling berbahaya dan menyebabkan kematian massal adalah jenis
Panen umumnya dilakukan jika petani merasa udang sudah cukup umur (bobot/size) dan pasar memiliki
permintaan dengan harga yang bagus. Panen dan penjualan umumnya bergantung pada sistem distribusi
pemasaran di masing-masing daerah, dimana petani tambak bisa menjual udang terlebih dahulu kepada
pengumpul ataupun langsung ke pasar. Keberadaan klembagaan formal seperti koperasi petani tambak juga
berperan penting dalam kegiatan usaha tambak, dimana koperasi umumnya memberikan pinjaman modal dan
membantu penyediaan sarana produksi serta mengatur jadwal panen dan penjualan udang milik petani tambak.
Prosedur panen:
Untuk menjamin kualitas dan ukuran/size udang/bandeng agar memiliki harga yang bagus, maka perlu dilakukan
sampling udang minimal satu hari sebelum panen untuk melihat kualitas udang/bandeng yang akan dipanen.
Kriteria visual yang diamati oleh pembeli udang (pabrik) diantaranya adalah ukuran, kesegaran, kekerasan
karapas, dan warna. Semakin besar ukuran, semakin segar, semakin keras cangkang atau semakin gelap warna
1. Mempersiapkan tim panen, peralatan dan bahan yang dibutuhkan seperti box (styrofoam atau plastik) dan
es dengan jumlah yang cukup.
2. Pastikan semua peralatan yang digunakan (wadah tampungan, dll) telah bersih dan didesinfeksi.
3. Waktu panen tidak dilaksanakan saat udang molting. Panen saat udang molting massal akan merusak
kualitas udang dan menjatuhkan harga jual udang di pasar. Persentasi udang molting di bawah 5% masih
dapat ditolerir.
4. Waktu panen dilaksanakan saat surut terendah dalam siklus bulanan, untuk memudahkan dan
mempercepat panen. Sangat disarankan untuk menurunkan/membuang air tambak sedikit demi sedikit
menjelang panen agar mampu mempersingkat waktu panen.
5. Untuk mencegah kerusakan atau kesegaran, waktu panen dilakukan saat suhu rendah (malam atau
menjelang pagi) dan harus selesai sebelum matahari terik.
6. Pemasangan jaring panen pada pintu air (outlet) tambak harus menampung udang/bandeng yang dipanen
dan mencegah kebocoran yang menyebabkan udang/bandeng lolos dari jaring panen (Gambar 33 dan 34).
7. Udang yang terkumpul dalam jaring panen harus segera diangkat untuk mencegah kerusakan udang (mati
berlama-lama, patah rostrum atau ekor, atau terkena lumpur).
8. Sangat disarankan udang/bandeng yang dipanen segera direndam dalam air es sebelum mati untuk
mempertahankan kesegarannya.
Gambar 33 dan 34. Proses pemasangan jaring panen/julu (gambar kiri) dan
jaring setelah terpasang (gambar kanan) di pintu air tambak (foto: Ilman).
a. Seperti halnya transportasi benur, maka transportasi udang/bandeng hasil panen harus dilaksanakan saat
suhu rendah (malam hari) dan sebaiknya tiba di pabrik saat pagi hari untuk mencegah kerusakan kualitas
udang/ikan.
b. Pastikan alat transportasi yang digunakan bersih dari sumber pencemaran (bahan kimia dan obat-obatan)
dan dalam kondisi layak pakai. Catat kondisi kelayakan dan kebersihan alat transportasi dalam Cek list
Pemeriksaan Alat Transportasi.
c. Jika alat transportasi yang dipakai berasal dari pihak ketiga maka harus dipastikan alat tersebut tidak bekas
digunakan untuk mengangkut bahan-bahan yang berbahaya seperti bahan kimia, pupuk dan sebagainya.
d. Wadah berisi udang yang sudah siap dikirim dipindahkan ke dalam alat transportasi yang sudah disiapkan
dan ditutup dengan rapi.
e. Jika pengiriman tidak menggunakan mobil ice cool box, maka jumlah es yang dipakai harus disesuaikan
dengan jumlah udang dan jarak (lama) perjalanan.
f. Lama perjalanan sebaiknya di bawah 10 jam. Jika tidak maka pergantian es perlu dilakukan untuk
mempertahankan kesegaran.
Catatlah Kegiatan sehari-hari di tambak dalam sebuah buku. Informasi tersebut terdiri dari
Gambar 37. Rumah jaga tambak sekaligus dapat
dijadikan gudang penyimpanan pupuk dan pakan
Budidaya rumput laut Gracillaria di tambak saat ini semakin digandrungi karena permintaan pasarnya yang tinggi.
Gracillaria merupakan bahan baku utama pembuatan agar untuk keperluan industri. Tingginya permintaan dunia
akan produk agar menjadikan permintaan akan produk Gracillaria juga semakin meningkat. Gracillaria merupakan
salah satu jenis rumput laut yang sangat tahan terhadap perubahan salinitas dibandingkan Euchema. Sehingga
jenis ini lebih cocok untuk dikembangkan di ekosistem tambak dan makin banyaknya tambak yang terbengkalai
menyebabkan kegiatan budidaya Gracillaria di tambak semakin meningkat.
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi untuk budidaya Gracillaria sangatlah sederhana dan mudah. Lokasi yang sesuai untuk
pengembangan budidaya Gracillaria adalah:
Akses yang mudah dijangkau sehingga dekat dengan jalan dan pemukiman masyarakat
Lahan tambak, terutama bekas tambak yang sudah tidak produktif, namun memiliki saluran yang masih
berfungsi
Lokasi harus mampu mendapat suplai air untuk sirkulasi (suplai nutrient), jarak tidak jauh dari sumber air
laut (<1km)
Air sumber tidak keruh sehingga memungkinkan terjadinya proses fotosintesis
Persiapan Lokasi
Mempersiapkan tambak untuk budidaya Gracillaria hampir serupa dengan mempersiapkan tambak untuk
pembesaran udang/bandeng. Hal ini dikarenakan budidaya Gracillaria juga umumnya dikembangkan bersamaan
dengan budidaya udang/bandeng.
Bibit Gracillaria umumnya diperoleh dari kebun bibit atau tambak yang memproduksi Gracillaria. Untuk
memilih bibit yang berkualitas baik, maka ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan diantaranya:
Setelah mengetahui tata cara pemilihan bibit yang baik, maka selanjutnya adalah proses transportasi dan
penebaran bibit di tambak. Untuk menghasilkan panen Gracillaria dengan kualitas yang baik, maka beberapa
patokan dalam transportasi dan penebaran bibit adalah sebagai berikut:
Jarak (lama) perjalanan dan metoda pengangkutan harus mampu menjaga agar bibit rumput laut tidak
kering selama perjalanan
Air yang digunakan untuk media pemeliharaan harus air baru yang masih segar
Penebaran bibit harus dilakukan saat cuaca teduh (pagi atau sore hari) dan disebar merata
Banyaknya bibit yang diperlukan adalah satu ton berat basah untuk satu hektar tambak
Pemeliharaan
Masa pemeliharaan merupakan tahapan paling penting dalam kesuksesan budidaya Gracillaria di tambak.
Beberapa patokan standar yang harus diperhatikan adalah:
Pada penebaran perdana, pemeliharaan dilakukan selama empat bulan untuk mencapai panen perdana,
panen berikutnya bisa dilakukan setiap 60 hari (2 bulan)
Kedalaman air saat awal pemeliharaan (1 bulan pertama) adalah berkisar antara 30-50 cm untuk
memperbanyak cabang/tunasan (thallus), memasuki bulan kedua hingga panen, kedalaman ditingkatkan
menjadi 50-80 cm untuk meningkatkan kandungan agar
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk menjaga bibit yang dipelihara agar dapat tumbuh secara normal
dan tidak mati. Hama yang sering menyerang adalah Ikan semadar (cabe), sedangkan penyakit yang sering
menyerang adalah ice-ice (penyakit putih pada thallus) dan gangguan pertumbuhan kompetitor seperti lumut
sutra.
Untuk menanggulangi hama ikan maka penanggulangannya dapat dilakukan dengan cara pemberian saponin,
seperti halnya pemberantasan hama di tambak udang. Sementara itu, penyakit ice-ice umumnya menyerang
tambak yang memiliki kecerahan dan suhu air yang tinggi atau pada saat pergantian musim (pancaroba hujan ke
kemarau) dimana air sumber cenderung lebih keruh dari biasanya. Oleh karena itu, pencegahan terhadap
penyakit ini adalah dengan menurunkan posisi rumput laut di dalam air atau dengan menaikkan kedalaman air
atau dengan tidak memelihara rumput laut saat pergantian musim. Penanganan terhadap pertumbuhan lumut
sutra yang berlebih dapat dilakukan dengan pembersihan secara manual dengan tenaga manusia.
Panen dapat dilakukan setelah rumput laut sudah cukup umur dan memiliki kandungan agar yang memadai.
Umur panen rumput laut biasanya berkisar antara 45-60 hari bergantung kepada kesuburan perairan. Prosedur
pemanenan adalah sebagai berikut:
Rumput laut yang dipanen harus sudah matang. Tanaman yang belum matang dapat ditanam kembali di
dalam tambak (Gambar 38).
Sebelum pengeringan, hasil panen perlu dicuci dulu dengan air tambak untuk menghilangkan kotoran dan
lumpur
Pengeringan dilakukan di atas para-para (bambu) atau gedek. Jika dilakukan di tanah maka perlu dilapisi
alas dengan terpal atau waring (Gambar 39-40).
Jika pengeringan dilakukan pada musim hujan, maka pengeringan bisa dilakukan dengan cara mengangin-
anginkan rumput laut yang ditaruh di atas rak (ketebalan 5-8 cm) atau digantung di dalam gudang
Pengeringan dilakukan hingga kelembaban mencapai kurang lebih 12%. Apabila diremas dan terasa sakit
di telapak tangan maka artinya kekeringan sudah cukup baik.
Rumput laut kemudian diayak untuk merontokkan garam atau debu yang masih melekat sekaligus
melakukan sortir ulang
Hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan di dalam gudang yang bersih dan kering
serta memiliki sirkulasi udara yang baik (Gambar 41)
48 Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove
Gambar 38,39,40. Pemanenan rumput laut (kiri), penjemuran (tengah) dan pengemasan untuk diangkut ke pengumpul
untuk tahap pengemasan dalam volume yang lebih kecil lagi per kemasan
Kombinasi sistem polikultur antara bandeng dan udang windu merupakan sistem yang paling banyak diterapkan
di masyarakat. Untuk memudahkan dalam contoh metode polikultur maka disajikan metode budidaya sistem
polikultur dengan luas 1 hektar dengan penebaran benur sebanyak 20.000 ekor dan nener sebanyak 4.000 ekor.
Penggunaan bahan produksi yang diberikan adalah bahan yang biasa digunakan oleh petani tambak.
Persiapan Lahan
1. Pengeringan lahan, perbaikan pintu air dan pemasangan saringan (nylon/kere bambu), membutuhkan
waktu selama 1 minggu
2. Pengolahan tanah dengan cara keduk teplok yaitu memperbaiki dan memperdalam caren dan pematang
tambak serta membersihkan kotoran dan tumbuhan liar di dalam tambak membutuhkan waktu selama 10
hari
3. Pengisian air dan pemberantasan hama menggunakan saponin sebanyak 50-70 kg. Saponin direndam
dalam ember selama 24 jam kemudian ditebar merata ke seluruh permukaan tambak, kemudian dibiarkan
selama 3 hari.
4. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk organik sebanyak 1.000 kg/ha. Bila perlu, penambahan
pupuk urea dicampur dengan pupuk TSP diberikan sebanyak 20-30 kg. Untuk memacu pertumbuhan
plankton petani tambak biasanya juga memberikan Lodan (nutrient/pupuk jadi). Setelah itu didiamkan
selama 1 minggu (warna air berubah) sebelum penebaran.
1. Penebaran benur terlebih dahulu dilakukan yaitu pada pagi hari, benur dimasukkan kedalam tambak secara
perlahan-lahan untuk menghindari stress benur.
2. Setelah 15 hari, selanjutnya nener dimasukkan ke dalam tambak.
3. Penambahan air dilajukan apabila air berkurang, sampai pada batas 80 cm.
4. Lakukan pemupukan ulang setelah 30 hari, untuk menambah jumlah plankton/klekap dengan dosis TSP
sebanyak 10 kg.
Pemberian Pakan
Biasanya pakan tambahan (pellet) diberikan setelah umur 2 bulan dari waktu penebaran. Pakan benur di awal
masa pemeliharaan adalah dengan menggunakan ikan rucah yang telah dimasak yang dicampur dengan dedak
halus (masing-masing sebanyak 10 kg). Pemberian pakan diberikan selama 2 hari sekali sampai berumur 1 bulan.
Selanjutnya di bulan berikutnya menggunakan pakan jenis loyang (nasi bekas) 10 kg yang dicampur dengan dedak
sebanyak 20 kg sampai berumur 4 bulan.
Pemanenan
Pemanenan udang dilakukan setelah udang layak panen yaitu berumur 4 bulan. Pemanenan biasanya
menggunakan jala. Secara umum rata-rata hasil produksi panen udang sekitar 400 kg dengan size 40-50. Setelah
udang dipanen, selanjutnya ikan bandeng diberikan pakan menggunakan pelet sebanyak 10 kg perhari yang
diberikan selama 2 kali. Setelah 15 hari ditingkatkan jumlah pakan menjadi 15 kg perhari. Pemberian pakan ini
dilakukan sampai bandeng berumur 5-6 bulan dengan perkiraan size bandeng 3-4.
Keberlanjutan tambak ramah lingkungan sangat tergantung sepenuhnya pada produksi yang dihasilkan. Produksi
sangat tergantung dari kualitas lingkungan dan kualitas air pada tambak tersebut sehingga menjaga keberadaan
hutan mangrove dan ekosistem perairan dari pencemaran sangat berpengaruh terhadap kestabilan produksi
tambak. Hal-hal yang dapat kita lakukan adalah dengan cara :