Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH :
NAMA : SUSANA GLORIA KERTY
NIM : 21606057
TAHUN 2018/2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK
1. Definisi
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan
lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur
pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
bervariasi.
2. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak Kongenital: Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun
2. Katarak Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak Senil: katarak setelah usia 50 tahun
4. Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada
umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena
sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
2
gangguan pertumbuhan,
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Trauma (kecelakaan) pada mata.
Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
4. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis an: nukleus korteks
& kapsul.nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring
dengan bertambahnya usia.disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
dianterior & posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna.perubahan fisik & kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi.salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa
proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang & mengganggu transmisi
sinar.teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam
melindungi lensa dari degenerasi.jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.
5. Manifestasi Klinik
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara
progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada
akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih
,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya.
3
Dapat melihat dobel pada satu mata.
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Keratometri.
Pemeriksaan lampu slit.
Oftalmoskopis.
A-scan ultrasound (echography).
Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
7. Komplikasi
Penyulit yg terjadi berupa : visus tdk akan mencapai 5/5 à ambliopia
sensori
Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus
8. Penatalaksanaan Medis
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh
diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak
perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia).
Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi. Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis.
Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa
anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan
tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder.
Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder
karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang
matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien
4
berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula
zinn.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu
fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya
diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan
rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
9. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit.C ,vit.A dan vit E
5
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KATARAK
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istrahat
Gejala: Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
b. Neurosensori
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskasn kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil. Peningkatan air
mata
c. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Ketidaknyamanan ringan atau mata berair
2. Prioritas Keperawatan
1. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut
2. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan atau penurunan ketajaman
penglihatan
3. Mencegah komplikasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
6
3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori atau status organ indera.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat,
keterbatasan kognitif.
4. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori atau status organ indera.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi Rasional
7
Ingatkan klien menggunakan Komunikasi yang disampaikan
kacamata katarak yang tujuannya dapat lebih mudah diterima
memperbesar kurang lebih 25 dengan jelas.
persen, pelihatan perifer hilang dan
buta titik mungkin ada.
Ingatkan klien menggunakan Cahaya yang kuat menyebabkan
kacamata katarak yang tujuannya rasa tak nyaman setelah
memperbesar kurang lebih 25 penggunaan tetes mata dilator.
persen, pelihatan perifer hilang dan Membantu penglihatan pasien.
buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan
berdekatan dengan klien Memudahkan pasien untuk
berkomunikasi
Intervensi Rasional
8
tinggi, atau miring ke sisi yang tak kenyamanan pasien.
sakit sesuai keinginan.
Batasi aktifitas seperti menggerakan
kepala tiba-tiba, menggaruk mata, Aktivitas berlebih mampu
membongkok. meningkatkan tekanan intra
Ambulasi dengan bantuan : berikan okuler mata.
kamar mandi khusus bila sembuh Visus mulai berkurang, resiko
dari anestesi. cedera semakin tinggi.
Minta klien membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri tajam Pengumpulan Informasi dalam
tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, pencegahan komplikasi
disorientasi, gangguan balutan.
Intervensi Rasional
9
Diskusikan kemungkinan Meminimalkan masalah seperti
efek/interaksi antar obat mata dan interaksi obat dan efek sistemik
masalah medis klien. yang tak diinginkan.
Anjurkan klien menghindari Aktivitas-aktivitas tersebut dapat
membaca, berkedip, mengangkat meningkatkan tekanan intra
berat, mengejan saat defekasi, okuler.
membongkok pada panggul, dll.
Anjurkan klien tidur terlentang Tidur terlentang dapat membantu
kondisi mata agar lebih nyaman.
10
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny “M”
DENGAN KATARAK
PENGKAJIAN
A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Ny “M” Pendidikan terakhir : Tidak
Tempat/tgl lahir : Jombang, 70 th sekolah
Jenis kelamin : Perampuan Diagnosis medis (bila ada) : -
Status perkawinan : Janda Alamat : Panti werdha teratai
Agama : Islam Palembang
Suku bangsa : Jawa
Keanggotaan organisasi :-
Lain-lain :-
5. Riwayat keluarga
11
1. Saudara kandung : Tidak ada
Nama Keadaan saat ini Keterangan
1
2
3
4
5
12
2. Eliminasi
1. BAK
Frekuensi dan waktu : 6x/hari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1x
Keluhan yang berhubungan dengan BAK: Tidak ada
2. BAB
Frekuensi dan waktu : 4 hari sekali,
pagi hari
Konsistensi : Padat
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada
Pengalamanan yang memakai laxantif/pencahar : tidak pernah
7. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam satu tahun terakhir : penglihatan kabur,
sakit pinggang
Gejala yang dirasakan : klien mengatakan
penglihatan nya kabur sudah sejak 4 tahun yang lalu, kadang-
kadang mata klien berair sehingga penglihatan klien terganggu dan
Aklivitas klien sedikit terganggu karena penyakit yang dialaminya.
Faktor pencetus : penyakit katarak :
( ) Pergi ke bidan/perawat
13
2. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu, dll) :Alergi
mengkonsumsi telur
3. Riwayat kecelakaan : Tidak pernah
4. Riwayat dirawat di rumah sakit : Tidak pernah
5. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
2. Oral hygiene
Frekuensi dan waktu gosok gigi : Tidak pernah (tidak
ada gigi)
Menggunakan gosok gigi : Tidak pernah
3. Cuci rambut
Frekuensi : 2 hari sekali
Penggunaan shampoo (ya/tidak) : ya
14
5. Kebiaasaan mengisi waktu luang
1. Olahraga : ya, setiap pagi jalan-jalan keliling
panti.
2. Nonton TV : ya
3. Berkebun atau memasak : Tidak
4. Lain-lain :-
15
B. MASALAH KESEHATAN KRONIS
16
Nyeri kaki saat berjalan √
Nyeri pinggang atau √
tulang belakang
Nyeri persendian atau √
bengkak
H Fungsi persyarafan √
Lumpuh/kelemahan kaki
atau tangan
Kehilangan rasa √
Gemetar/tremor √
Nyeri/pegal pada daerah √
tengkuk
I Fungsi saluran
perkemihan
Buang air kecil √
Sering buang air kecil √
pada malam hari
Tidak mampu √
mengontrol pengeluaran
air kemih (mengompol)
JUMLAH=23 (Masalah 4 15 5
kesehatan kronis sedang)
Analisis Hasil
Skor : ≤ 25 : Tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalh kesehatan
kronis ringan
Skor : 26-50 : Masalah kesehatan kronis sedang
Skor : ≥ 51 : Masalah kesehatan kronis berat
17
3. Dada : Tidak ada masalah
4. Abdomen : Tidak ada masalah
5. Kulit : Keriput
6. Ekstremitas atas : Tidak terjadi kelumpuhan
7. Ekstremitas bawah : Tidak terjadi kelumpuhan
18
C. FUNGSI KOGNITIF
Pengkaijian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan
klien berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya
ingat.
19
Analisis hasil :
Skor Benar : 8-10 : tidak ada gangguan
Skor Salah : 0-7 : ada gangguan
D. STATUS FUNGSIONAL
Modifikasi indeks kemandirian Katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dlam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan
pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien
menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan
fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.
20
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan √
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : √
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak dan membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau √
kebutuhan keluarga
13 Megelola keuangan (menyimpan dan √
menggunakan uang sendiri)
14 Bepergian √
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai √
dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan √
untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan.
17 Melakukan aktivitas di waktu luang √
(kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi,
olahraga, dan menyalurkan hobi)
JUMLAH POIN MANDIRI 15
Analisis hasil
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : ketergatungan
21
E. STATUS PSIKOLOGIS (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)
22
23 Berfikir banyak orang lain yang lebih baik dari √
pada anda ?
24 Sering kali merasa kesal karena hal sepele ? √
25 Sering merasa ingin menangis ? √
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi ? √
27 Menikmati tidur ? √
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial ? √
29 Mudah mengambil keputusan ? √
30 Mempunyai fikiran yang jernih √
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 10
Analisis hasil
: terganggu nilai 1
: normal nilai 0
23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika :
Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-
anamuda.html
24