Anda di halaman 1dari 60

KETENTUAN UMUM DAN

TATACARA PERPAJAKAN
(UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU Nomor 28 Tahun 2007)

Oleh :
Dani Ramdani, SE., M.Ak
V

PENETAPAN DAN
KETETAPAN SKP & STP
PENETAPAN
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang


disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2008, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

jumlah pajak yang Pembayaran oleh WP tanpa didahului


terutang sesuai dengan surat ketetapan pajak, yaitu
dengan ketentuan melalui pemotongan/pemungutan pihak
peraturan ketiga dan dibayar sendiri.
perundang-undangan
perpajakan
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN Berdasarkan hasil


pemeriksaan atau
keterangan lain

Surat Ketetapan
Pajak
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2008, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang


dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2008
tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi
yang sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan.

maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya Surat


pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut Ketetapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak
SURAT KETETAPAN PAJAK

Surat ketetapan pajak adalah surat


ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar.
(Pasal 1 angka 15 UU KUP)
Pokok Pajak
SKPKB >
Kredit Pajak
K
Pokok Pajak
E
SKPLB < T
Produk Kredit Pajak E
T
pemeriksaan A
Pokok Pajak
untuk tujuan P
menguji SKPN = A
Kredit Pajak N
kepatuhan
Ada data baru &
SKPKBT utang pajak

STP Sanksi adm.

BUKTI PERMULAAN
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat


ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
(Pasal 1 angka 16 UU KUP)

JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 6.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) UU KUP
Dalam jangka waktu 5 (lima tahun) setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
hal-hal sebagai berikut :

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan
PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0 % (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4a).
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf a
UU KUP
a
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. {Pasal 13 (2) UU KUP}
Contoh: SPT PPh badan Tahun 2008 (Tahun Takwim) dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2009.

Berakhirnya Terbit
tahun pajak SKPKB

31/12/08 1/1/09 12 bulan 20/12/09


Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp312.500.000,00.
Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
SKPKB
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
tanggal 10
Oktober Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 6.000.000,00
2009
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 36.000.000,00
Pasal 13 (1) huruf b
PENERBITAN SKPKB UU KUP
b
apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran;
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang
disetor; atau
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai
dengan tanggal 30 April 2009, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh badan tahun 2008. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 Mei
2009 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Juni 2009. PT
ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Juni 2009, dengan perincian sbb:
Rugi (Rp200.000.000,00)
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang dibayar Rp --
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto
sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah
Rp12.500.000,00.

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00


menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp --
SKPKB
tanggal 10 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp12.500.000,00
Desember Sanksi administrasi (50%) Rp 6.250.000,00
2009
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp18.750.000,00
Pasal 13 (1) huruf c
PENERBITAN SKPKB UU KUP
c
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen);

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus persen)
dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

{Pasal 13 (3) UU KUP}


Contoh
PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2008 dengan rincian sbb:
Pajak Keluaran Rp200.000.000,00
Pajak Masukan Rp230.000.000,00
Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2009.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar
Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00


menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00)
SKPKB
tanggal 10 Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)
Desember Dikompensasikan ke Masa Jan’09 Rp 30.000.000,00
2009
Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf d
d UU KUP
apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Ketentuan mengenai Kewajiban WP ketika dilakukan
PEMBUKUAN pemeriksaan
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang
disetorkan;
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.
Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan buku2,
catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT sehingga pajak terutang
tidak dapat dihitung. Berdasarkan data yang ada DJP menetapkan Penghasilan Neto
sebesar Rp1,1milyar.
DJP Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
tanggal 10
Oktober Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 15.000.000,00
2009 Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 45.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf e
UU KUP
e
apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) per bulan paling lama 24
(dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

{Pasal 13 (2) UU KUP}


Contoh
CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik yang mulai
berusaha sejak awal Januari 2007, tetapi belum mendaftarkan diri sampai dengan
tanggal 10 Oktober 2009 ketika Dirjen Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan.
Berdasarkan data yang ada, diperoleh penghasilan neto selama tahun 2007 adalah sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 0,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 282.500.000,00
Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2007 sebagai akibat
penerbitan NPWP secara jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB.
Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2009 maka SKPKB tersebut adalah sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Sanksi administrasi (bunga 24 bulan) Rp135.600.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp418.100.000,00
DALUWARSA PENERBITAN SKPKB Pasal 13 UU KUP
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar…”

(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak
dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.

(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah pajak yg tidak
atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak
pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2008 2009 /2013 2014

Saat
terutang PPh
badan tahun SKPKB tetap dapat
jangka waktu 5 (lima) tahun
pajak 2008 Dirjen Pajak dapat menerbitkan diterbitkan apabila WP
dengan SKPKB melakukan tindak
tahun pidana yang
takwim menimbulkan kerugian
negara berdasarkan
putusan hakim
dengan
sanksi adm.
bunga 48%
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 17 UU KUP)

JUMLAH PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.

Apabila skp terdahulu terbit


termasuk data
sudah pernah berdasarkan pemeriksaan maka
baru adalah
diterbitkan dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila
data yang
surat ketetapan skp terbit berdasarkan keterangan lain
semula belum
pajak maka dilakukan pemeriksaan, bukan
terungkap
pemeriksaan ulang
DATA BARU

Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan mengenai segala
sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang
belum diberitahukan pada
yang oleh Wajib Pajak
waktu penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan
perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum
terungkap, yaitu data yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta


lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya
atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus
tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar
sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP

ayat 2
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.

ayat 3
Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan
berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas
kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai
melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Contoh
Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2008 a/n PT FGH telah dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2009 dengan
perincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00
Sanksi adm. bunga Pasal 13 (2) Rp 2.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00
Pada bulan Mei 2010 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang
belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa
Desember 2008 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga seharusnya
jumlah pokok pajak pada Masa Des’08 adalah Rp120juta.
DJP Jumlah Pajak Rp120.000.000,00
menerbitkan Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00
SKPKBT Tambahan Jumlah Pajak Rp 20.000.000,00
tanggal 25 Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00
Mei 2010 Tambahan jumlah pajak yang
masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
DALUWARSA PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

ayat 4
Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh
delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam
hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2008 2009 /2013 2014

Saat
terutang PPh
badan tahun SKPKBT tetap dapat
jangka waktu 5 (lima) tahun
pajak 2008 diterbitkan apabila WP
Dirjen Pajak dapat
dengan melakukan tindak
menerbitkan SKPKBT setelah
tahun pidana yang
dilakukan pemeriksaan apabila
takwim menimbulkan kerugian
atas PPh badan tahun pajak
negara berdasarkan
2008 yang sudah diterbitkan
putusan hakim
skp ditemukan data baru
dengan
sanksi adm.
bunga 48%
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR
(SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan


pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang.
(Pasal 1 angka 19 UU KUP)

PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp16.000.000,00
JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang.

ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

ayat 3
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan
lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru
ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar
daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah
ditetapkan.
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 202.500.000,00)
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp252.500.000,00.

Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00)
SKPLB Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00)
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 2 Per. Menkeu No. 190/PMK.03/2007
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak,
setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam hal terjadi kesalahan Jangka waktu paling lama 3 bulan sejak surat
pemotongan atau pemungutan permohonan diterima
a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak dipungut
dan pajak yang salah dipotong/dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, WP
yang melakukan pemotongan/pemungutan atau PKP yang melakukan pemungutan
tidak dapat meminta kembali pajak yang salah dipotong atau dipungut tsb.
PPh yang salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak
yang dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan.

PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP yang
dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan atau belum
dibebankan sebagai biaya.

Pengembalian dapat dilakukan melalui WP/PKP yang memotong/memungut, dalam


hal: a) tidak memiliki NPWP; b) subjek pajak luar negeri; atau c) terdapat kesalahan
penerapan ketentuan oleh pemotong/pemungut.
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan


pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
(Pasal 1 angka 18 UU KUP)

POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp10.000.000,00
PAJAK NIHIL Rp --

POKOK PAJAK Rp --
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp --
PAJAK NIHIL Rp --
PENERBITAN SKPN Pasal 17A UU KUP

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,


menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran
pajak.

untuk PPh,PPN dan PPnBM, jumlah kredit pajak sama


dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak;
SURAT TAGIHAN PAJAK
(STP)

untuk
Surat Tagihan Pajak adalah surat
melakukan tagihan pajak dan/atau
sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
(Pasal 1 angka 20 UU KUP)

Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama


dengan surat ketetapan pajak.
(Pasal 14 angka 2 UU KUP)

sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan


Surat Paksa.
PENERBITAN STP Pasal 14 (1) UU KUP
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
b akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
e secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984
dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas
pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
f PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau

g PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan pajak

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat


salah tulis dan/atau salah hitung;
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
serangkaian kegiatan STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yang dilakukan untuk dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi
menilai kelengkapan berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
pengisian Surat untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
Pemberitahuan dan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
lampiran-lampirannya berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
termasuk penilaian Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya STP.
tentang kebenaran (Pasal 14 ayat (3) UU KUP)
penulisan dan
penghitungannya.
Contoh
PPh Pasal 25 Tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh
tempo tiap tanggal 15. Bulan Juni 2008, dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000,00.

Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar Rp60juta.

Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan STP


pada tanggal 18 September 2008 dengan penghitungan
sbb:

Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2008 Rp60.000.000,00


Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 Rp 3.600.000,00
Jumlah yang harus dibayar Rp63.600.000,00

1 Juli 2008 – 18 September 2008 = 3 bulan


Contoh
SPT Tahunan PPh tahun 2008 (tahun takwim) yang
disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009 setelah dilakukan
penelitian ternyata terdapat salah hitung yang
menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00.

Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada


tanggal 12 Juni 2009 dengan penghitungan sbb:

- Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00


- Bunga = 6 x 2% x Rp1.000.000,00= Rp 120.000,00
- Jumlah yang harus dibayar Rp1.120.000,00

1 Januari 2009 – 12 Juni 2009 = 6 bulan


PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa bunga

Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yg


mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yg
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 9 ayat 2a KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam
suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat 2b KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
penyampaian SPT Tahunan
Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut
ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal WP menunda penyampaian SPT Tahunan yang
penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
Pasal 14 ayat 1 huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU
PPN 1984 dan perubahannya.
CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada tanggal 20
Februari 2010, yang semula menyatakan jumlah pajak terutang sebesar
Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah
pajak terutang sebesar Rp130juta dan kredit pajak tetap. Kekurangan
pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Februari 2010.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa


bunga sesuai dengan Pasal 8 ayat 2 UU KUP sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 20 Februari 2010 = 10
bulan.

DJP menerbitkan STP untuk


menagih sanksi administrasi berupa
bunga tersebut
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi


berupa denda

Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha


Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi
tidak tepat waktu;
Pasal 14 ayat 1 huruf e: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
Pasal 14 ayat 1 huruf f: PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak. (Pasal 14 ayat 4 UU KUP)
Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktunya;
Contoh
Pengusaha Kena Pajak A pada tanggal 30 Mei 2008 menyerahkan Barang
Kena Pajak dengan harga jual Rp10juta kepada Pengusaha Kena Pajak B.
Pelunasan dilakukan oleh A pada tanggal 2 Juli 2008 dan bersamaan dengan
itu PKP A menerbitkan Faktur Pajak Standar tertanggal 2 Juli 2008.

PKP A terlambat membuat Faktur Pajak Standar yang


seharusnya paling lambat tanggal 30 Juni 2008.

Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal


melalui pemeriksaan, maka PKP A dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% x DPP

DJP menerbitkan STP

2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
Catatan PENERBITAN STP Pasal 14 (1) UU KUP

e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan
perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli
serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh PKP pedagang eceran;

Merupakan Faktur Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut


Pajak Sederhana masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang
terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda
berdasarkan RUU
sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
Perubahan ketiga
PPN (yang belum (Pasal 14 ayat 5 UU KUP)
berlaku)
VI

PENAGIHAN PAJAK
PENANGGUNG PAJAK
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)

a. badan oleh pengurus; kecuali apabila dapat


b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; membuktikan dan
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau meyakinkan Dirjen Pajak
badan yang ditugasi untuk melakukan bahwa mereka dalam
pemberesan; kedudukannya benar-
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator; benar tidak mungkin
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh untuk dibebani
salah seorang ahli warisnya, pelaksana tanggung jawab atas
wasiatnya atau yang mengurus harta pajak yang terutang
peninggalannya; atau tersebut.
f. anak yang belum dewasa atau orang yang (Pasal 32 ayat 2 UU KUP)
berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.
(Pasal 32 ayat 1 UU KUP)
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran
yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak,
dan Tahun Pajak.
dilakukan apabila
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan
kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di
Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha,
atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang
dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Pasal 20 ayat 2 UU KUP
OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP

PENAGIHAN

Secara FORMAL Secara MATERIAL

STP
WP mempunyai kewajiban perpajakan
SKPKB begitu peraturan atau UU pajak
SKPKBT diberlakukan

SK Pembetulan
WP PPH ps 25,21,PPn dll
SK Keberatan
Putusan Banding
Putusan PK
OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP
Pasal 20 angka 1 UU KUP
Jumlah pajak yang masih
harus dibayar
yang tidak dibayar oleh Surat
Penanggung Pajak
sesuai dengan jangka
Paksa
STP waktu
SKPKB
SKPKBT

SK Pembetulan
SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan
Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran
Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
Tambahan jumlah tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak yang masih pajak
harus dibayar
Jangka Waktu Penagihan
1 bln 7 hari 21 hari 2 x 24 Jam 14 hari 14 hari

Penjualan

Cegah - Sandera
Surat

(Pasal 29-36)
Ketetapan
Tegoran
SPMP Lelang
Pajak
(Psl 8(2)) (psl12-24) (Psl 27-28)

Jatuh Tempo Surat Pengumuman


Ketetapan Paksa Lelang
Pajak
(Psl 7-11) (Psl 25-26)

Penagihan Aktif
(58 hari)

Penagihan
Persuasif
BUNGA PENAGIHAN

Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang
masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh
tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar,
maka atas jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar itu dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan
atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 angka 1 UU KUP)
BUNGA PENAGIHAN
Pasal 19 ayat (1), (2) dan (3) UU KUP

2 % PER BULAN
dikenakan terhadap :

1. 2. 3.
Pajak yg terutang menurut SKPKB, Pajak yg terutang Kekurangan pajak yg
SKPKBT, SK Pembetulan, SK belum dilunasi, apabila
Keberatan , Putusan Banding, dlm hal WP
WP diberikan
Putusan PK yang menyebabkan diperbolehkan
penundaan
pajak yang harus dibayar mengangsur / penyampaian SPT
bertambah, apabila pada saat menunda Tahunan PPh
jatuh tempo pemba-yaran tidak/ pembayaran
kurang dibayar Bunga dihitung dari
Bunga dihitung dari tanggal jt. saat berakhirnya
Tempo pem bayaran s/d tgl. Pem penyampaian SPT s/d
bayaran atau tgl STP tgl pembayaran
kekurangan pjk

BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH SATU BULAN


CONTOH

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008 atas nama PT
ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB dengan perincian sbb:
Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00
Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00
Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00
SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober 2009.

Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2009.

Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00

Ditagih dengan Surat


Tagihan Pajak (STP)
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(Pasal 20 ayat 3 UU KUP)

UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak


dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 19 Tahun 2000
HAK MENDAHULU Pasal 21 UU KUP
ayat (1)
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik
Penanggung Pajak.
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan
mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan
dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
ayat (2)
Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak.
ayat (3)
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu
brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.

ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau
orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta
WP dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya
sebelum menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.
DALUWARSA HAK MENDAHULU Pasal 21 UU KUP
ayat (4)
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima)
tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

ayat (5)
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi
maka jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan


angsuran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut
dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda,


kenaikan, dan biaya penagihan pajak Surat Tagihan Pajak,
daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak penerbitan, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
(Pasal 22 ayat 1 UU KUP)

Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak Surat Tagihan


Pajak dan surat ketetapan pajak diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan,
banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa penagihan pajak 5 (lima)
tahun dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali.
TERTANGGUHNYA DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 22 ayat 2 UU KUP
Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila:
Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada
Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut.

Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan


permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP karena WP


melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang
dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
tersebut.

Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan
Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai