Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dua pertiga dari bumi terisi oleh air dan hampir seluruh aktivitas makhluk
hidup selalu tergantung pada air. Tampa tersedianya air, kiranya tiada kegiatan
hidup manusia di alam ini. Karna air dan udara merupakan elemen terpenting
dalam hidup manusia.

Sejarah telah mencatat, bahwa tumbuhnya peradapan manusia dan


peradaban manusia dan perkembangan selanjutnya senantiasa dimulai di lembah-
lembah sungai yang besar, pembawa air yang berlimpah-limpah, hal ini
menunjukan bahwa air merupakan unsur terpenting dalam hidup manusia.

Bahkan ketika mereka mulai berkembang, bermukim dan mencoba untuk


bercocok tanam ditempat-tempat tertentu, maka air mulai semakin tak terpisahkan
dari kehidupan mereka. Dan ketika mereka menyadari bahwa hujan yang turun
tidaklah selalu sesuai dengan keinginan mereka dan bahkan air sungai pun
kadang-kadang kering dimusim kemarau, maka mulailah timbul kesadaran
perlunya menampung air dimusim hujan dengan mencoba membuat empang-
empang yang akan dipergunakan dimusim kemarau, untuk menyirami tanaman
agar tidak mati kekeringan. Maka dapat diperkirakan bahwa saat-saat inilah
lahirnya sejarah perkembangan teknik pembangunan bendungan.

Seirama dengan evolusi perkembangan peradaban manusia, maka kemajuan


teknik pembuatan empang inipun semakin meningkat yang ditandai dengan
semakin meningkatnya dimensi dari empang-empang itu. Akan tetapi empang-
empang (waduk-waduk purba) tersebut umumnya dibuat dengan konstruksi
bendungan type urugan.

Bahkan ketika bendungan beton type gravitasi diperkenalkan untuk pertama


kali di abad XVI, di seluruh dunia ini telah sempat dibangun bendungan type
urugan yang berjumlah sudah tak terhitung lagi. Dewasa inipun ditengah-tengah
munculnya berbagai type bendungan dengan segala bentuk dan modifikasi,

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 1


sebagai produk dari kemajuan teknologi modern, bendungan type urugan masih
tetap menduduki posisi yang penting, bukan saja untuk membangun waduk-
waduk yang kecil, tetapi juga untuk membangun waduk-waduk raksasa.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah, antara lain :

a. Perencanaan Bangunan Pelimpah


b. Perencanaan Kolam Olakan
c. Perencaan Tubuh Bendung
d. Analisa Stabilitas Bendung
e. Analisa Stabilitas Lereng

1.3 Maksud & Tujuan

Maksud dan tujuan dari mata kuliah ini adalah :

a. Dapat merencanakan suatu bendungan dengan baik dan benar sesuai dengan
keadaan bangunan yang sebenarnya dilapangan.
b. Untuk memperdalam ilmu keteknikan khususnya mengenai bangunan air
yang dapat diperoleh dari tenaga pendidik diperguruan tinggi.
c. Menciptakan mahasiswa yang berkualitas yang nantinya bila hidup
bermasyarakat mampu untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya tersebut.
d. Diharapkan setelah lulus kiranya mampu untuk menghitung daan
mendesain suatu gambar khususnya mengenai bangunan air.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 2


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umum
Suatu bendungan yang dibangun dengan cara menimbunkan bahan-bahan
seperti : batu, krakal, kerikil, pasir dan tanah pada komposisi tertentu dengan
fungsi sebagai pengempang atau pengangkat permukaan air yang terdapat di
dalam waduk di udiknya disebut bendungan type urugan atau “bendungan
urugan”.
Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan,
secara umum dapat dibedakan 2 type bendungan urugan, yaitu :
 Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah
“bendungan batu”.
 Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah
“bendungan tanah”.
Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran,
yaitu terdiri dari timbunan batu di bagian hilirnya yang berfungsi sebagai
penyangga, sedang bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang disamping
berfungsi sebagai penyangga tambahan, terutama berfungsi sebagai tirap kedap
air.
Didalam kegiatan-kegiatan baik perencanaannya, maupun
pembangunannya, kedua type bendungan tersebut mempunyai banyak
persamaan-persamaan yang cukup nyata.

2.2 Klasifikasi Bendungan Urugan


Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengempang air atau pengangkat
permukaan air di dalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh
bendungan merupakan penahan rembesan air ke arah hilir serta penyangga
tandonan air tersebut.
Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh
bendungan untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, maka bendungan
urugan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) type utama, yaitu :
 Bendungan urugan homogen (bendungan homogen)

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 3


 Bendungan urugan zonal (bendungan zonal)
 Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat)
Untuk dapat membedakan ketiga type tersebut, maka skema serta uraian
singkat tertera pada gambar berikut :
1) Bendungan homogen
Suatu bendungan urugan digolongkan dalam type homogen, apabila
bahan yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang
hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir
seragam.

Tubuh bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu


sebagai bangunan penyangga dan sekaligus sebagai penahan rembesan air.

Zone lulus air

Zone kedap air

Drainase

2) Bendungan zonal
Bendungan urugan digolongkan dalam type zonal, apabila timbunan
yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi
(susunan ukuran butiran) yang berbeda – beda dalam urutan – urutan
pelapisan tertentu.

Pada bendungan type ini sebagai penyangga terutama dibebankan


kepada timbunan yang lulus air (zone lulus air), sedang penahan rembesan
dibebankan kepada timbunan yang kedap air (zone kedap air).

Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type
ini masih dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

 Bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air atau “bendungan


tirai” (front core fill type dam), ialah bendungan zonal dengan zone
kedap air yang membentuk lereng udik bendungan tersebut. Apabila
bahan pembentuk tubuh bendungan terdiri dari bahan yang lulus air,
tetapi dilengkapi dengan tirai kedap air di udiknya.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 4


Zone kedap air

Zone lolos air

 Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau


“bendungan inti miring” (inclined-core fill type dam), ialah
bendungan zonal yang zone kedap airnya terletak didalam tubuh
bendungan dan berkedudukan miring kearah hilir. Apabila bahan
pembentuk tubuh bendungan terdiri dari bahan yang lulus air, tetapi
dilengkapi dengan inti kedap air yang berkedudukan miring ke hilir.

Zone kedap air

Zone lolos air

Zone transisi

 Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau “bendungan
inti tegak” (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang
zone kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dengan
kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah
dari tubuh bendungan. Apabila bahan pembentuk tubuh bendungan
terdiri dari bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi dengan inti kedap
air yang berkedudukan vertikal.
Zone kedap air

Zone lolos air

Zone transisi

3) Bendungan urugan bersekat (bendungan sekat)


Bendungan urugan digolongkan dalam type sekat (facing) apabila di
lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan
kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tanah karat, beton aspal,
lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain –
lain.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 5


Zone sekat

Zone lolos air

2.3 Keistimewaan Bendungan Urugan

a). Karakteristik Bendungan Urugan


Dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya, maka bendungan urugan
mempunyai keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut :

 Pembangunannya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi


geologi dan geografi yang dijumpai.
 Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat
di sekitar calon bendungan.
Akan tetapi type ini mempunyai kelemahan yang cukup berarti, yaitu
tidak mampu menahan limpasan di atas mercunya, dimana limpasan-
limpasan yang terjadi dapat menyebabkan longsoran-longsoran pada lereng
hilir yang dapat mengakibatkan jebolnya bendungan tersebut.

Beberapa karakteristika utama dari bendungan urugan, adalah sebagai


berikut ini :

1. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang


harus didukung oleh pondasi bendungan per satuan unit luas biasanya
kecil. Beban utama yang harus didukung oleh pondasi terdiri dari
berat tubuh bendungan dan tekanan hydrostatis dari air dalam waduk.
Karena hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun di atas
batuan yang sudah

lapuk atau di atas alur sungai yang tersusun dari batuan sedimen
dengan kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya
dapat diperbaiki pada tingkat yang dikehendaki.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 6


2. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan
batuan beton, yang terdapat di sekitar calon bendungan.
Dibandingkan dengan jenis bendungan beton, yang memerlukan
bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan harga
yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan
urugan dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positip.
3. Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilaksanakan
secara mekanis dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan
karena banyaknya type-type peralatan yang sudah diprodusir, maka
dapat dipilihkan peralatan yang paling cocok, sesuia dengan sifat-sifat
bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan pelaksanaannya.
4. Akan tetapi karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau
timbunan batu yang berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya
bendungan umumnya disebabakan oleh hal-hal sebagai berikut :
a) longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng
hilir tubuh bendungan.
b) Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang
timbul dalam aliran filtrasi yang terjadi di dalam tubuh
bendungan.
c) Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh
bendungan, karena konstruksi tersebut tak dapat mengikuti
gerakan konsolidasi dari tubuh bendungan tersebut.
d) Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka
terhadap pengaruh iklim.
Lebih-lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum
tertentu perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan
dan pemadatannya.

2.4 Pelimpahan ( Spillway )


Pada hakekatnya untuk bendungan urugan, terdapat berbagai type bangunan
pelimpah dan untuk menentukan type yang sesuai, diperlukan suatu study yang
luas dan mendalam, hingga diperoleh alternatif yang paling ekonomis.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 7


selanjutnya type bangunan pelimpah yang paling umum dipergunakan pada
bendungan urugan, bangunan pelimpah terbuka dengan ambang tetap. Secara
detailnya dapat digambarkan sebagai berikut :

a b c d

e
Arah aliran

f g

Denah Bangunan Pelimpah


Keterangan :

a. Saluran pengarah

b. Saluran pengatur

c. Saluran peluncur

d. Peredam energy

e. Ambang penyadap

f. Bagian transisi (dasar dengan kemiringan variable)

g. Bagian berbentuk terompet

Pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air dari daerah genangan ke sungai


atau ke kolam olak. Sedangkan manfaatnya adalah melimpahkan air yang
berlebihan agar pada saat terjadi banjir besar tidak terjadi overtopping melebihi
tinggi main dam (tubuh bendungan).

Bangunan pelimpah type ini, biasanya terdiri dari empat bagian utama yaitu :

 Saluran pengarah aliran


Bagian ini berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolika yang baik. Pada saluran
pengarah aliran ini, kecepatan masuknya aliran air supaya tidak melebihi 4
m/dt dan lebar saluran makin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan
tersebut melebihi 4 m/dt, maka aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas
pengalirannya akan menurun. Disamping itu aliran helisoidal tersebut akan
mengakibatkan peningkatan beban hydrodinamis pada bangunan pelimpah

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 8


tersebut. Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih
besar dari 1/5 x tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah.

H
V < 4 m/dtk

P > 1/5 H

 Saluran pengatur aliran


Bagian ini berfungsi sebagai pengatur kapasitas aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah.

Bentuk dan system kerja saluran pengatur aliran ini sangat bermacam-
macam disesuaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan untuk
bagian ini.

Bentuk – bentuk saluran pengatur aliran :

1) Type ambang bebas

h0

D
D0

H
H

b b

2) Tipe bendungan pelimpah


Bendung pelimpah (over flow wier) sebagai salah satu komponen dari
saluran pengatur aliran dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan
serta memperbesar debit air yang akan melintasi bangunan pelimpah.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 9


H0

3) Saluran peluncur
adalah saluran untuk meluncurkan air dengan kecepatan tinggi (aliran
superkritis 1 < Fr < 9).
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran
peluncur :
a. Diusahakan bentuknya lurus
b. Penampang melintang berbentuk segiempat
c. Kemiringan saluran pada bagian hulu landai dan semakin kehilir
semakin curam
4) Peredam energi
Berfungsi untuk meredusir energi yang terdapat di dalam aliran
sehingga tidak terjadi gerusan pada bagian hilir saluran peluncur.

Disesuaikan dengan type bendungan urugan, kondisi topografi


serta system kerjanya, maka peredam energi mempunyai berbagai
type dan khusus untuk bendungan-bendungan urugan biasanya
digunakan type-type sebagai berikut :

a. Tipe loncatan (water jump type)


b. Tipe kolam olak (stilling basin type)
c. Tipe bak pusaran (roller bucket type)
Agar diperoleh type peredam energi yang sesuai untuk suatu
calon bangunanpelimpah, maka perlu dipertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:

a. gambaran karakteristik hydrolis pada peredam energi yang


direncanakan.
b. hubungan lokasi antara peredam energi dengan tubuh
bendungan.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 10


c. karakteristika hydrolis dan karakteristika konstruktif dari
bangunan pelimpah.
d. kondisi topografi, geologi dan hydrolika didaerah tempat
kedudukan calon peredam energi.
e. situasi serta tingkat perkembangan dari sungai di sebelah
hilirnya.

2.5 Peredam Energi Type Kolam Olakan


Suatu bangunan peredam energi yang berbentuk kolam, dimana prinsip
peredaman energinya yang sebagian besar terjadi akibat proses pergesekan di
antara molekul-molukel air, sehingga timbul olakan-olakan didalam kolam
tersebut dinamakan peredam energi type kolam olakan atau disingkat dengan
nama kolam olakan.

Secara umum kolam olakan datar paling banyak dipergunakan. Selanjutnya


kolam olakan datar inipun masih mempunyai berbagai variasi dan yang terpenting
adalah 4 (empat) type,yang dibedakan oleh rezim hidrolika alirannya dan kondisi
konstruksinya,meliputi :

1. Kolam olakan datar type I


Adalah suatu kolam olakan dengan dasar yang datar dan terjadinya
peredaman energi yang terkandung dalam aliran air dengan benturan secara
langsung aliran tersebut ke atas permukaan dasar kolam. Benturan langsung
tersebut menghasilkan peredaman energi yang cukup tinggi, sehingga
perlengkapan-perlengkapan lainnya guna penyempurnaan peredaman tidak
diperlukan lagi pada kolam olakan tersebut

Kolam olakan ini hanya sesuai untuk mengalirkan debit yang relatif
kecil dengan kapasitas peredaman energi yang kecil pula dan kolam
olakannyapun akan berdimensi kecil.

2. Kolam olakan datar type II


Kolam olakan type ini cocok untuk aliran dengan tekanan hydrostatis
yang tinggi dan dengan debit yang besar (q > 45 m3/dt/m, tekanan
hydrostatis > 60 m dan Froude > 4,5).

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 11


Akan tetapi untuk bangunan pelimpah, misalnya dengan V = 18 m/dt,
maka akan lebih ekonomis apabila dipergunakan kolam olakan datar type
III. Kolam olakan type ini sangat sesuai untuk bendungan urugan dan
penggunaannya cukup luas.

3. Kolam olakan datar type III


Pada hakekatnya prinsip kerja dari kolam olakan ini sangat mirip
dengan system kerja dari kolam olakan datar type II, akan tetapi lebih
sesuai untuk mengalirkan air dengan tekanan hydrostatis yang rendah dan
debit yang agak kecil (q < 18,5 m3/dt/m, V < 18 m dan Froude > 4,5).

Untuk mengurangi panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi


pemencar aliran di tepi udik dasar kolam, gigi penghadang aliran (gigi
benturan) pada dasar kolam olakan.

Kolam olakan type ini biasanya untuk bangunan pelimpah pada


bendungan urugan yang rendah.

4. Kolam olakan datar type IV


System kerja kolam olakan type ini sama dengan system kerja kolam
olakan type III, akan tetapi penggunaannya yang paling cocok adalah untuk
aliran dengan tekaana hidrstatis yang rendah dan debit yang besar perunit
lebar, yaitu untuk aliran dalam kondisi superktitis dengan bilangan Froude
antara 2,5 s/d 4,5.

Biasanya kolam olakan type ini dipergunakan pada bangunan-


banguanan pelimpah suatu bendungan urugan yang sangat rendah.

Vo2/2
g
He
H H
d

Vo V1

V2 Y2
Yu

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 12


2.6 Tubuh Bendungan
Pada hakekatnya eksistensi suatu bendungan telah dimulai sejak
diadakannya kegiatan-kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis,
pembangunan, operasi dan pemeliharaan sampai akhir dari umur efektif
bendungan tersebut.

Karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu
yang berkomposisi lepas, maka ada beberapa istilah penting pada tubuh
bendungan, yaitu :

1. Tinggi bendungan
Yang dimaksud dengan tinggi bendungan adalah perbedaan antara
elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu bendungan. Permukaan
pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar dari pada zone kedap air.
Apabila pada bendungan tidak terdapat dinding kedap air atau zone kedap
air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan
antara bidang vertikal yang melalui tepi udik mercu bendungan dengan
permukaan pondasi alas bendungan tersebut. Sedang mercu bendungan
adalah bidang teratas dari suatu bendungan yang tidak dilalui oleh luapan
air dari waduk. Akan tetapi, apabila pada mercu bendungan terdapat tembok
penahan (parafet) untuk melindungi mercu bendungan terhadap limpasan
ombak, maka tinggi jagaan waduk bertambah setinggi tembok panahan dan
puncak tembok dapat dianggap sebagai mercu bendungan yang
bersangkutan.

2. Tinggi jagaan (free board)


Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi permukaan maksimum-
rencana air dalam waduk dan elevasi mercu bendungan. Elevasi permukaan
air maksimum-rencana biasanya merupakan elevasi banjir-rencana waduk.
Kadang-kadang elevasi permukaan air penuh normal atau elevasi
permukaan banjir waduk lebih tinggi dari elevasi banjir-rencana dan dalam
keadaan yang demikian yang disebut elevasi permukaan air maksimum
rencana adalah elevasi yang paling tinggi yang diperkirakan akan dicapai
oleh permukaan air waduk tersebut. Selain itu dalam hal-hal tertentu

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 13


tambahan tinggi tembok penahan ombak di atas mercu bendungan kadang-
kadang diperhitungkan pula pada penentuan tinggi jagaan.

3. Panjang bendungan
Yang dimaksud dengan panjang bendungan adalah seluruh panjang
mercu bendungan yang bersangkutan, termasuk bagian yang digali pada
tebing-tebing sungai di kedua ujung mercu tersebut. Apabila bangunan
pelimpah atau bangunan penyadap terdapat pada ujung-ujung mercu, maka
lebar bangunan-bangunan pelimpah tersebut diperhitungkan pula dalam
menentukan panjang bendungan.

4. Volume bendungan
Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka
pembangunan tubuh bendungan termasuk semua bangunan pelengkapnya
dianggap sebagai volume bendungan.

5. Kemiringan lereng (slope gradient)


Kemiringan rata-rata lereng-lereng bendungan (lereng udik dan lereng
hilir) adalah perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui
puncak dan panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing
lereng tersebut. Berm-lawan dan drainage prisma biasanya dimasukkan
dalam perhitungan penentuan kemiringan lereng, akan tetapi alas kedap air
biasanya diabaikan.

6. Penimbunan extra (extra-banking)


Sehubungan dengan terjadinya gejala konsolidasi tubuh bendungan,
yang prosesnya berjalan lama sesudah pembangunan bendungan tersebut
diadakan penimbunan extra melebihi tinggi dan volume rencana dengan
perhitungan agar sesudah proses konsolidasinya berakhir, maka penurunan
tinggi dan penyusutan volume akan mendekati tinggi dan volume-rencana
bendungan.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 14


2.7 Stabilitas Bendungan
Analysa dan perhitungan untuk stabilitas tubuh bendungan urugan, terdiri
dari 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu :

1. Mengadakan analysa-analysa dan inventarisasi terhadap gaya-gaya yang


akan bekerja pada tubuh bendungan. Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh
bendungan adalah gaya berat (berat dari bendungan), tekanan hidrostatis,
gaya angkat, gaya gempa. Gaya-gaya ini dirambatkan ke pondasi dan
tumpuan bendungan, yang bereaksi terhadap bendungan dengan gaya sama
besar dan berlawanan yaitu reaksi pondasi. Pengaruh dari tekanan yang
disebabkan endapan sedimen di dalam waduk dan gaya-gaya dinamik yang
disebabkan oleh air yang mengalir di atas bendungan memungkin perlu
dipertimbangkan dalam hal-hal khusus.
2. Mengadakan analysa-analysa dan perhitungan-perhitungan pada stabilitas
lereng-lereng calon tubuh bendungan. Karena jebolnya suatu bendungan
urugan, biasanya dimulai dengan terjadinya suatu gejala longsoran baik
pada lereng udik maupun lereng hilir bendungan tersebut, yang disebabkan
kurang memadainya stabilitas kedua lereng tersebut. Oleh sebab itu, dalam
pembangunan suatu bendungan urugan, stabilitas lereng-lerengnya
merupakan kunci dari stabilitas tubuh bendungan secara keseluruhan.
3. Mengadakan analysa-analysa dan perhitungan-perhitungan pada stabilitas
calon tubuh bendungan terhadap gaya-gaya yang timbul oleh adanya aliran
filtrasi di dalam tubuh bendungan tersebut. Baik tubuh bendungan maupun
pondasinya diharuskan mampu mempertahankan diri terhadap gaya-gaya
yang ditimbulkan oleh adanya air filtrasi yang mengalir melalui celah-celah
antara butiran-butiran tanah pembentuk tubuh bendungan dan pondasi
tersebut. Hal-hal tersebut dapat diketahui dengan mendapatkan formasi
garis depresi (seepage line formation) dalam tubuh bendungan dan
membuat suatu jaringan trayektori aliran filtrasi (seepage flow-net) dalam
tubuh serta pondasi bendungan.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 15


BAB III

ANALISA & PERENCANAAN

3.1 Perencanaan & Geometri


Berdasarkan keadaan fisik lapangan dan hasil analisis data hidrologi
diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Volume Tampungan = 308 x 103 m³
2. Debit Banjir Rancangan Q100 = 308 m³/dt
3. Elevasi Maksimum Tampungan = 60,8 m
4. Elevasi Dasar Sungai = 48 m
5. Lebar Sungai = 28 m

Data – data sebagai berikut :

Volume Tampungan = 308000 m3

Debit Banjir Rancangan Q100 = 308 m³/dt

Elevasi Maksimum Tampungan = 60,8 m

Elevasi Dasar Sungai = 48 m

untuk menentukan debit pada bangunan pelimpah,berdasarkan KP 02


halaman 84 menyatakan bahwa debit pengaliran diambil sebesar 120 %
sehingga :

Q 100 = 120% x Q
= 1,2 x 308
= 369,6 m3/dtk
Berdasarkan buku "Bendungan Type Urugan" dengan editor Ir.Suyono.S,
halaman 181 menyebutkan bahwa rumus untuk debit air yang melintas pada
bangunan pelimah,adalah :

Q = c x L x He 2/3

Dimana :

c = Koefisien Pengaliran ( dengan nilai, c = 2.00 s/d 2.10 ) diambil nilai c =


2,00

L = Lebar efektif Spillway

He = Tinggi tekan air diatas mercu bendung

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 16


Kedalaman Air dibagian Hulu ( H )

H = Elv. Max. Tampungan – Elv. Dasar sungai

= 60,800 – 48,00

= 12,800 m

 Perencanaan Lebar Bangunan Pelimpahan


Berdasarkan KP-02 hal. 38 bahwa lebar bangunan pelimpahan
maksimum adalah :
B ≤ 1,2 x Lebar Sungai
B ≤ 1,2 x 28,00
B ≤ 33,60 m
Berdasarkan buku panduan type urugan hal.174 menyatakan bahwa :
B ≥ 3,6 H/3 – 3,0
Dimana H adalah kedalaman air dihulu bendungan
B ≥ 3,6 x 12,800 1/3 – 3,00
B ≥ 5,4212 m
Maka dari hasil kedua perhitungan diatas diambil lebar pelimpahan
= 33,60 m
 Perencanaan Lebar Efektif Spillway
Lebar efektif spillway diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
L = L’ – 2 ( n Kp + Ka ) He
Dimana :
L’ = Lebar bangunan pelimpahan sebenarnya, dengan L’ = B – 𝛴t ;
maka
L’ = 33,60 – 1 x 1
L’ = 33,60 m
Kp = Koefisien kontraksi pilar; 0,01 pilar berujung bulat
Ka = Koefisien kontraksi dinding pilar; 0,10 untuk pangkal tembok
hulu 90⁰
n = jumlah pilar , direncanakan menggunakan ( n ) = 5,00 pilar
Maka,
L = 33,60 – 2 ( 1 x 0,01 + 0,10 ) x He

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 17


L = 33,60 – 0,300 He
Q = c x L x He 2/3
367 = 2,00 x ( 33,60 – 0,300 He ) He 3/2
= 60,4 He 2/3 – 0,6 He 3/2
= 262,88
Dengan cara coba-coba diperoleh nilai He = 2,57 m
Sehingga diperoleh lebar efektif bendung yaitu :
L = 33,60 – 0,300 He
L = 33,60 – 0,300 x 2,574
= 31,83 m
Perencaan Tinggi Mercu ( P )
P ≥ 0,2 x H
P ≥ 0,2 x 12,800
P ≥ 2,56 m
Maka direncanakan tinggi bangunan pelimpah adalah 2 m
Kecepatan air dihulu pelimpah :
Vo = Q/ A
Dimana :
A = L ( P + Hd ) dan
Hd = He – ( Vo 2 / 2g )
Sehingga ;
Vo = Q / ( P + He- ( Vo / 2g )
Maka :
Vo = Q/L ( P + He – ( Vo2 / 2g ))
369,6
= Vo2
31,83x ( 2,00+2,574−( )
19,62

369,6
=
63,656+81,9−1,62Vo2
369,6
= 145,58−1,62Vo2

Maka ;
369,6 = 145,58Vo – 1,62 Vo2
= 262
Dengan cara coba-coba diperoleh nilai Vo = 1,87 m/dt
Sehingga diperoleh nilai Hd, yaitu :

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 18


Hd = He – Vo2/ 2g
= 2,574 – 1,87 2/ 19,62
= 2,574 – 0,17823
= 2,396 m
 Menentukan Type Bangunan Pelimpahan
Bentuk pelimpahan atau mercu direncanakan menggunakan type
Ogee dengan bagian muka tegak, sedangkan bagian lengkung dari
mercu bendung diberikan persamaan sebagai berikut :
X” = k x Hd (n-1) x y
Dimana :
X = jarak horizontal
Y = jarak vertical
K = koefisien kemiringan permukaan hilir
N = Parameter tergantung pada kemiringan permukaan hilir
Hd = tinggi tekanan rencanaan

Tabel nilai koefisien n dan k

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 19


Persamaan Kemiringan Bendung
X 1,85 = 2 x Hd 0,85 x y
X 1,85 = 2 x 2,396 0,85 x y
X 1,85 = 4,203 x y
Y = X 1,85/ 4,203
Y = 0,238 X 1,85
Tabel Hasil Perhitungan :

Penampang Lintang Bagian Muka

Hd = 2,4 m

R1 = 0,5 x Hd = 1,198 m

R2 = 0,2 x Hd = 0,479 m

X1 = 0,175 x Hd = 0,419 m

X2 = 0,282 x Hd = 0,676 m

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 20


 Perencanaan Pelimpahan
E0 = E1
Persamaan Energinya
P + He = y1 + V12/ 2g
Dengan : V1 = Q/A→ A = 31,83 x y1
= 308 /31,83 x y1
= 9,677/y1
9,672
2,00 + 2,57 = y1 + [ 𝑦1 / 19,62]

4,57 = y1 + 4,77/y2………… x y12


Y13- 4,57 y12+ 4,77 = 2,39
Dengan cara coba-coba diperoleh nilai y1 = 0,794
Sehingga :
308
V1 = 31,83 𝑥 𝑦1
308
= 31,83 𝑥 0,794

= 12,19 m/dtk

 Perencanaan Perencanaan Transisi


E0 = E2
Persamaan Energinya
P + He + Zo = y2 + V22/ 2g
Dengan : V2 = Q/A→ A = 31,83 x y2
= 308 /31,83 x y2
= 9,677/y2
9,6772
2,00 + 2,574 + 300 = y2 + [ / 19,62]
𝑦2

7,57 = y2 + 4,77/y22………… x y22


Y23- 7,57 y22+ 4,77 = 2,37
Dengan cara coba-coba diperoleh nilai y2 = 0,586 m
Direncanakan panjang saluran transisi adalah 20 m , maka ;
∝ = Arc.tg3/20 = 8,531

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 21


308
V2 = 31,83 𝑥 𝑦2
308
V2 = 31,83 𝑥 0,586

V2 = 16,51 m/dtk
 Perencanaan Saluran Peluncur
E0 = E3
Persamaan Energinya
P + He + Z1 = y3 + V32/ 2g
Dengan : V3 = Q/A→ A = 31,83 x y3
= 308/31,83 x y3
= 9,677/y3
Kemiringan saluran peluncur
Direncanakan : h =8m
Panjang saluran Transisi adalah = 50 m , maka ;

9,6772
2,00 + 2,574 + 800 = y3 + [ / 19,62]
𝑦3

12,57 = y3 + 4,77/y32………… x y32


Y33- 12,57 y32+ 4,77 = 2,37
Dengan cara coba-coba diperoleh nilai y3 = 0,445 m
Sehingga :
308
V3 = 31,83 𝑥 𝑦3
308
V3 = 31,83 𝑥 0,445

V3 = 21,75 m/dtk

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 22


3.3 Perencanaan Kolam Olak ( Peredam Energi )
Menentukan Bilangan Froude ( Fr )
Berdasarkan KP-02 halaman 56 :

21,75
Fr = √9,81 𝑥 0,445 = 10,4

Karena Fr ≥ 4,5 maka type kolam olak yang digunakan adalah USBR Type III,
yang dilengkapi dengan balok muka, dan balok penghalang ( KP 02 hal 59 )
 Menentukan Tinggi Loncatan Air
Digunakan persamaan :
𝑦4 1
𝑦3
= 2 √( 1 + 8 Fr2) – 1
𝑦4 1
= 2 √( 1 + 8 x 10,42) – 1
0,445

= 0,5 x ( 29,455 – 1 )
𝑦4
= 14,228
0,445

y4 = 14,228 x 0,445
= 6,331 m
Maka tinggi loncatan air adalah :
Menghitung kecepatan air pada penampang 4
V4 = Q/A
308 308
= 31,83 𝑥 𝑉4 = 31,83 𝑥 6,331 = 1,5284 m/dtk ≤ 4 m/dtk (

aman!)
Persamaan energy pada penampang 4
E0 = E4
P + He + Z1 = y4 + V42/ 2g + ∆f
1,525
200 + 2,574 + 8 = 6,331 + 19,62 + ∆f

12,57 = 6,331 + 0,12 + ∆f


12,57 = 6,450 + ∆f
∆f = 6,12 m

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 23


Menghitung Dimensi Kolam Olak USBT Type III
Tinggi blok muka / pemecah aliran ( d1 )
Yaitu d1 = y1 = 0,794 m
Tinggi ambang ujung ( n )
𝑑1 ( 18+𝐹𝑟 )
n = 18
0,794 𝑥 ( 18+10,4 )
= 18

n = 1,25 m
Tinggi blok halang ( n3 )
𝑑1 ( 4+𝐹𝑟 )
n3 = 6
0,794 𝑥 ( 6+10,4 )
= 6

n3 = 2,17 m
Jarak antara blok muka dan blok halang
L1 = 0,82 x d4
= 0,82 x 6,331
= 5,19 m
Panjang Kolam Olak Total
L2 = 2,7 x d4
= 2,7 x 6,331
= 17,1 m
Jarak antara blok muka = d1 = 0,794 m
Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 24
Lebar blok halang = 0,75 x n3
= 0,75 x 2,1713
= 1,6285 m
Jumlah blok muka ( S1 )
31,83 31,83
S1 = 2 𝑥 𝑑1 = 2 𝑥 0,794 = 20 ≈ 11 buah

Lebar sisi blok halang


= 0,2 x n3
= 0,2 x 2,1713
= 0,43 m
Jumlah blok halang ( S2 )
24−( 2 𝑥 0,375 𝑥 𝑛3 )
S2 = 2 𝑥 0,75 𝑥 𝑛3
24−( 2 𝑥 0,375 𝑥 2,17)
= 2 𝑥 0,75 𝑥 2,17
24−1,628
= 3,257

= 6,87 ≈ 7 buah
Menghitung tinggi jagaan samping kolam olak
h ≥ ( n + y4 ) + 0,6 He
≥ ( 1,25 + 6,331 ) + ( 0,6 x 2,574 )
h ≥ 9,1288 m
maka digunakan tinggi jagaan dikolam olak 9 m
Sementara pada bangunan pelimpahan, untuk memperoleh tinggi
jagaan pada bangunan pelimpahan adalah :
Fb = 0,6 + ( 0,037 x V x d1/3 )
Dimana :
Fb = Tinggi jagaan ( m )
V = Kecepatan aliran ( m/dtk )
d = Keadaan aliran ( m )
Tinggi jagaan pada bagian Hulu ( Penampang 0 )
Fb0 = 0,6 + ( 0,037 x V0 x d01/3 )
= 0,6 + ( 0,037 x 1,87 x 2,396 1/3 )
= 0,655 m
Tinggi jagaan pada bagian Hulu ( Penampang 1 )
Fb1 = 0,6 + ( 0,037 x V1 x d11/3 )

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 25


= 0,6 + ( 0,037 x 12,2 x 0,794 1/3 )
= 0,7194 m
Tinggi jagaan pada bagian Hulu ( Penampang 2 )
Fb2 = 0,6 + ( 0,037 x V2 x d21/3 )
= 0,6 + ( 0,037 x 16,5 x 0,586 1/3 )
= 0,7194 m
Tinggi jagaan pada bagian Hulu ( Penampang 3 )
Fb3 = 0,6 + ( 0,037 x V3 x d31/3 )
= 0,6 + ( 0,037 x 21,7 x 0,445 1/3 )
= 0,6m

3.4 Perencanaan Tubuh Bendung


Berdasarkan buku "bendungan type urugan" (Ir.Suyono.S) halaman 169 -
173,tinggi bendungan adalah sebagai berikut :
H = Tinggi Air Normal + He + F + 1
Dimana :
Fb = hw + 1/2 he + ha + hi

dengan :

hw = Tinggi ombak akibat tiupan angin

nilai hw diambil dari diagram saville (buku bendungan type urugan )


Ir.Suyono.S, halaman 172 dengan mengasumsikan panjang lintasan ombak ( F
)= 1000 m dan kecepatan angin diatas permukaan iar waduk V = 20
m/dtk, dan lereng dengan permukaan halus dengan perban- dingan 1 :
2,sehingga dari grafik saville tersebut diperoleh tinggi ombak akibat tiupan
angin ( hw) adalah 1,2 m.

he = Tinggi ombak akibat gempa

Berdasarkan buku bendungan type urugan Ir.Suyono.S, halaman 172 untuk


menentukan tinggi ombak akibat gempa menggunakan persamaan :

he = (( e x 𝜋 ) / 𝜋 √( g x Ho )

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 26


dengan : e = Intensitas seisimis horizontal, e = 0,15

𝜋 = Siklus seisimis , 𝜋 = 1

Ho = Kedalaman air didalamm waduk , Ho = 12,80 m,

Sehingga :
0,15 𝑥 1
He =[ ] x √( 9,81 x 12,80 )
3,14

0,15
= x 11,2
3,14

= 0,53 m

Ha = Tinggi permukaan air waduk yang disebabkan ketidaknormalan operasi


pintu-pintu bangunan pelimpah.

Berdasarkan buku bendungan type urugan Ir.Suyono.S, halaman 173 untuk


menentukan tinggi kenalkan air permukaan waduk biasanya sebagai standar ,
diambil, ha = 0,5 m.

Berdasarkan buku bendungan type urugan Ir.Suyono.S, halaman 173,


mengingat bendungan type urugan akan sangat berbahaya, maka untuk
bendungan ini angka tambahan tinggi jagaan diambil,yaitu = 1 m.

Maka :

Fb ≥ hw + ½ he + ha + hi

≥ 1,2 + ( ½ x 0,53 ) + 0,5 + 1

≥ 2,97 m

Fb diambil = 3 m

Sehingga tinggi bendungan ( H )

H = 12,80 + 2,57 + 3 + 1

= 19,37 ≈ 16 m

 Perencanaan Lebar Bendungan ( B )


B = 3,6 H1/3 – 3
= 3,6 x ( 16 ) 1/3 – 3
Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 27
= 5,99 ≈ 6 m
 Perencanaan Kemiringan Talud/ Lereng Bendungan
Up Stream :
= 1/ ( 0,05 H + 1,5 ) x 100%
= 43,5 %
Down Stream :
= 1/ ( 0,05 H + 1 ) x 100%
= 55,6 %
Perbandingan dengan kemiringan talud/lereng Up stream :
43,5 1
= =𝑥
100
100
x = 43,5

x = 2,3 ≈ 2,5
Maka perbandingan dengan kemiringan talud/lereng dihulu adalah 1 :
25
Down Stream :
55,6 1
= =𝑥
100
100
x = 55,6

x = 1,8 ≈ 2
Maka perbandingan dengan kemiringan talud/lereng dihilir adalah 1 :
2

Lebar dasar sungai


Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 28
Up Stream :
= 16 x 2,5 = 40 m
Down Stream :
= 16 x 2 = 32 m
Panjang total bendungan ( L )
L = 40 + 32 + 6
= 78,00 m

3.5 Analisa Stabilitas Bendung


Stabilitas terhadap Rembesan
Tinggi Bendungan Utama = 16,00 m
Elevasi Dasar Bendungan = 48,00 m
Elevasi Crest Dam = 64,00 m
Elevasi Crest Spillway = 60,80 m
Elevasi Muka Air Maks. = 63,37 m
Lebar Puncak Bendungan = 6,00 m
Kemiringan Talud Hulu = 1 : 2,5 m
Kemiringan Talud Hilir =1:2m
Lebar Dasar Bendungan = 78,00 m
Panjang Filter Drainase = 10,00 m

Menentukan Garis Seepage dan Flownet


Tinggi Air Maksimu ( h ) = 63,37 – 48,00 = 15,37 m
Panjang ( L1 ) = 2,50 x 15,37 = 38,44 m

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 29


Arah garis depresi = 0,30 x 38,44 = 11,53 m
Bila panjang filter drainase diambil = 10,00 m
Maka, L2 = 78,0 – ( 38,44 + 10,00 )
= 29,6 m
d = L2 + 0,30 L1
= 29,6 + ( 0,30 x 38,44 )
= 41,1 m
Maka persamaan parabolanya adalah :
Yo = √ ( h2 + d2 ) – d
= √ ( 15,37 2 + 41,12 ) – 41,1
Yo = 2,78 m
2yo = 5,56 m
Persamaan hasil parabolanya
Y = √ ( 2yo x X ) + yo2 )
= √ (5,56 x X ) + 2,782 )

Tinggi Air Maks ( h ) = 12,30 m


Panjang ( L ) = 3,00 x 12,30 = 36,90 m
0,3 ( L1 ) = 0,30 x 36,90 = 11,07 m
L2 = 78,0 – ( 36,90 + 10,00 ) = 31,1 m
D = 31,1 + 11,07 = 42,2 m
Maka persamaan parabolanya adalah :
Yo = √ ( h2 + d2 ) – d
= √ ( 12,302 + 42,22 ) – 42,2
Yo = 1,76 m
2yo = 3,51 m
Persamaan hasil parabolanya
Y = √ ( 2yo x X ) + yo2 )
= √ (3,51 x X ) + 1,762 )

Tinggi Air Maks ( h ) = 9,22 m

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 30


Panjang ( L ) = 2,50 x 9,22 = 23,0 6 m
0,3 ( L1 ) = 0,30 x 23,06 = 6,92 m
L2 = 78,0 – ( 23,06 + 10,00 ) = 44,9 m
D = 44,9 + 6,92 = 51,9 m
Maka persamaan parabolanya adalah :
Yo = √ ( h2 + d2 ) – d
= √ ( 9,222 + 51,92 ) – 51,9
Yo = 0,81 m
2yo = 1,63 m
Persamaan hasil parabolanya
Y = √ ( 2yo x X ) + yo2 )
= √ (1,63 x X ) + 0,812 )

Tinggi Air Maks ( h ) = 6,15 m


Panjang ( L ) = 2,50 x 6,15= 15,37 m
0,3 ( L1 ) = 0,30 x 15,37 = 4,61 m
L2 = 78,0 – ( 15,37 + 10,00 ) = 52,6 m
D = 52,6 + 4,61 = 57,2 m
Maka persamaan parabolanya adalah :
Yo = √ ( h2 + d2 ) – d
= √ ( 6,152 + 57,22 ) – 57,2
Yo = 0,33 m
2yo = 0,66 m
Persamaan hasil parabolanya
Y = √ ( 2yo x X ) + yo2 )
= √ (0,66 x X ) + 0,332 )

Tinggi Air Maks ( h ) = 3,07m

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 31


Panjang ( L ) = 2,50 x 3,07 = 7,6 9 m
0,3 ( L1 ) = 0,30 x 7,69 = 2,31 m
L2 = 78,0 – ( 7,69 + 10,00 ) = 60,3 m
D = 60,3 + 2,58 = 62,6 m
Maka persamaan parabolanya adalah :
Yo = √ ( h2 + d2 ) – d
= √ ( 3,072 + 62,62 ) – 62,6
Yo = 0,08 m
2yo = 0,15 m
Persamaan hasil parabolanya
Y = √ ( 2yo x X ) + yo2 )
= √ (0,15 x X ) + 0,082 )

Dari gambar flownet didapat : Nt = 5,00


Np = 20,00
Kapasitas Aliran Filtrasi
𝑵𝒇
Qf = xHxLxK
𝑵𝒑
𝟓,𝟎𝟎
= x 15,37 x 78,0 x 0,000075
𝟐𝟎,𝟎𝟎

= 0,022 m3/dtk

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 32


3.6 Analisa Stabilitas Lereng Bendungan Urugan
Stabilitis Terhadap Geser dan Guling
Data - data material urugan / timbunan sebagai berikut :

Sudut geser dalam ( 𝜑 ) = 18o

Specifk grafity (G) = 2,72 kg/cm3

Water Content (w) = 70%

Void Rasio (e ) = 2,5

Kohesi (c) = 2,4 kg/cm2

Permeabilitas (k) = 0,000045

Koefisien Gempa = 0,15 cm/dtk

 Menentukan Berat Volume Material Timbunan


 Kondisi Lembab / Basah
𝐺 𝑥 𝛾𝑤 ( 1+𝑤 ) 2,72 𝑥 1 𝑥 ( 1+0,7 )
𝛾wet = = = 1,32114 kg/cm3
1+𝑒 1+2,5

 Kondisi Jenuh Air


( 𝐺+𝑒 )𝛾𝑤 ) ( 2,72+2,5 )𝑥 1 )
𝛾wet = = = 1,4914 kg/cm3
1+𝑒 1+2,5

 Kondisi Kering
𝐺 𝑥 𝛾𝑤 2,72 𝑥 1
𝛾wet = = = 0,7771 kg/cm3
1+𝑒 1+2,5

 Gaya Vertikal
Gaya berat air dibagian lereng bendungan ( Ww )
Ww = 𝛾w x VA
= 1 x ( 0,5 x 15,37 x 46,122 )
= 354,540 ton

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 33


Gaya berat bendungan sendiri ( Wt )
Wt1 = 𝛾b x VA
= 1,321 x ( 0,5 x 40,00 x 16,00 )
= 442,766 ton
Wt2 = 𝛾b x VA
= 1,321 x ( 0,5 x 6,00 x 16,00 )
= 63,415 ton
Wt3 = 𝛾b x VA
= 1,321 x ( 0,5 x 32,00 x 16,00 )
= 338,213 ton
Wtot = 422,766 + 63,415 + 338,213
= 824.393 ton
Gaya angkat air ( Up Lift )
Pux = ( Pux – ( Lx / 𝛴L ) ∆h ) 𝛾w
0
Pua = ( 15,37 - [78]15,37 ) 1

= 15,374 t/m2
78
Pub= ( 15,37 - [ ]15,37 ) 1
78
2
= 0 t/m
Sehingga :
Pu = 0,5 x Pua x SL x 1
= 0,5 x 15,374 x 78 x 1
= 559,586 t/m2
 Gaya Horizontal
Gaya tekan air diam ( hidrostatis ) Pw
Pw = 0,5 (𝛾w H2 ) x 1
= 0,5 x ( 1 x 15,372 ) x 1
= 118,17994 ton
Gaya hidrodinamis ( Pd ) akibat gempa
Pd = 7/12 x ( 𝛾w x c x H2 ) → Kw = Koef. Gempa = 0,15 cm/dtk
= 0,5833 x ( 1 x 0,15 x 15,37 2 )
=20,68 ton
Gaya akibat tekanan tanah sedimen ( Ps )

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 34


Dengan sudut geser dalam tanah ( 𝜑 ) = 18o koef. Tekanan tanah aktif
sehingga dapat dihitung dengan rumus :
Ka = tg2 ( 45 – 𝜑 /2 )
= tg2 ( 45 – ( 18/2 )
= tg2 ( 36 )
= 60,07
Ps = 0,5 x (𝛾𝑠𝑎𝑡x Ka x H2 )
= 0,5 x ( 1,941 x 60,07 x 15,37 2 ) x 1
= 10587,719 ton
Gaya gempa akibat berat sendiri tubuh bendungan
Pkw = Kw x Wtotal
= 0,15 x 824,393
= 123, 65897 ton
Gaya-gaya menahan geseran
R = ( Wtotal- u ) x tg 𝜑 ) + ( c x L ), dimana :
W total = Berat total tubuh bendungan;
U = 0,5 x 𝛾w x H x L ; tan 𝜑 = -1,137314
L = Lebar bendungan ; c = Kohesi tanah

ᵠ = sudut geser dalam = 24 ton /m2


Maka :
U = 0,5 x 𝛾w x H x L
= 0,5 x 1 x 16,00 x 78,00
= 624 ton/m
R = ( Wtot – u ) x tg 𝜑 ) + ( c x L )
= ( 824,4 – 624 ) x -1,14 ) + ( 24 x 78,00 )
= 1644,0901 ton/m
 Kontrol Keamanan
Keadaan Normal
SF = R / ( Pw + Pd )
1644,0901
SF = 147,47314+20,68

= 11,83979 > 1,5 ……….Aman


Keadaan Gempa

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 35


SF = R / Ptot
Ptot = 118,18 + 20,68 + 10587,72 + 123,66
= 13509,03 ton/m
1644,0901
SF = 10850,24

= 0,151525 > 1,1 ……. Aman


 Keamanan Terhadap Guling
Momen terhadap titik B
 Beban Vertikal
M1 = Wt3 x 2/3 x 32,00 = 7.215,20 tm
M2 = Wt2 x ((1/2 x 6,00 ) + 32,00 ) = 2.219,59 tm
M3 = Wt1 x ((1/3 x 40,00) + 6,00 +32,00 ) = 21.701,97 tm
M4 = -Pu x ( 2/3 x 78,00 ) = -31.178,47 tm
M5 = Ww x ( 78,00 – ( 1/3 x 46,122 ) = 22.203,41 tm
𝛴MV = 22.161,63
 Beban Horizontal
M6 = -Pw x 1/3 H = -118,1799 x (1/3 x 15,37 ) = -605,6327
M7 = -Pd x 2/5 H = -20,6814 x (2/5 x 15,37 ) = -127,1828
M8 = -Ps x 1/3 H = -10587,718 x (1/3 x 15,37 ) = -51258,52
𝛴MH = -54991,34

Angka Keamanaan ( SF )
𝛴𝑀𝑉 22.161,63
SF = 𝛴𝑀𝐻 = −54991,3451 = 0,4 > 1,5 ….. Aman

 Langkah Analisa/ Perhitungan tabel Stabilitas Lereng pada berbagai


kondisi pada Hulu dan Hilir bagian
 Kolom 1 = Nomor Pias,pada bagian Hulu & Hilir dibagi menjadi 10
pias.
 Kolom 2 = Bagian Potongan
 Kolom 3 = b yaitu Lebar pias
 Kolom 4 = h yaitu tinggi pias
 Kolom 5 = U yaitu Tinggi air diatas Cofferdam perpias
 Kolom 6 = A yaitu Luas : b x h
 Kolom 7 = 𝛾 : Cofferdam dry : 𝛾dry (Keadaan Kering)

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 36


𝛾wet (Ada Rembesan Air)

 Kolom 8 = 𝛾' : Cofferdam dry : 𝛾dry


Cofferdam dry : 𝛾wet
Water : 𝛾wet =1
 Kolom 9 = w yaitu A x 𝛾
 Kolom 10 = w’ yaitu A x 𝛾′
 Kolom 11 = 𝛼 yaitu sudut pada irisan bidang luncur
 Kolom 12 = sin 𝛼
 Kolom 13 = Cos 𝛼
 Kolom 14 = T : w x Sin 𝛼
 Kolom 15 = N : w x Cos 𝛼
 Kolom 16 = Te : e x w’ x Sin 𝛼
 Kolom 17 = Ne : e x w’ x Cos 𝛼
 Kolom 18 = L : b / Cos 𝛼
 Kolom 19 = U : 𝜇b / Cos 𝛼
 Kolom 20 = tg 𝜃 (𝜃 = sudut geser dalam = 16o )
 Kolom 21 = ( N – Ne – U ) tg 𝜃
 Kolom 22 = c x L ; dimana c : kohesi 2 )
 Kolom 23 = ( N – U ) tg 𝜃
 Kontrol Stabilitas Lereng
Kontrol Stabilitas Lereng pada Bagian Hulu
 Kondisi perhitungan pada Air Maksimum
Kondisi Air Normal
Σ ( cL + ( N – U ) tg 𝜃
SF = 𝛴𝑇
287,602+( −71,540 )
= 64,342

= 3,35 > 1,5 ……… Aman


Kondisi Gempa
𝛴 ( 𝑐.𝐿+( 𝑁−𝑁𝑒−𝑈 )𝑡𝑔 𝜃)
SF = 𝛴 ( 𝑇+𝑇𝑒 )
287,602+( −123,225 )
= 64,342+7,67

= 2,27 > 1,1 ……….. Aman


 Kondisi perhitungan pada Air Normal
Kondisi Air Normal

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 37


Σ ( cL + ( N – U ) tg 𝜃
SF = 𝛴𝑇
397,683+228,68
= 246,381

= 2,54 > 1,5 ……… Aman


Kondisi Gempa
𝛴 ( 𝑐.𝐿+( 𝑁−𝑁𝑒−𝑈 )𝑡𝑔 𝜃)
SF = 𝛴 ( 𝑇+𝑇𝑒 )
397,683+344,081
= 246,381+42,97

= 2,56 > 1,1 ……….. Aman


 Kondisi perhitungan pada Air Kosong
Kondisi Air Normal
Σ ( cL + ( N – U ) tg 𝜃
SF = 𝛴𝑇
213,796+286,91
= 241,726

= 2,07 > 1,5 ……… Aman


Kondisi Gempa
𝛴 ( 𝑐.𝐿+( 𝑁−𝑁𝑒−𝑈 )𝑡𝑔 𝜃)
SF = 𝛴 ( 𝑇+𝑇𝑒 )
213,796+243,9
= 241,726+36,26

= 1,65 > 1,1 ……….. Aman


Kontrol Stabilitas Lereng pada Bagian Hilir
 Kondisi perhitungan pada Air Kosong
Kondisi Air Normal
Σ ( cL + ( N – U ) tg 𝜃
SF = 𝛴𝑇
204,079+253,98
= 243,018

= 1,88 > 1,5 ……… Aman


Kondisi Gempa
𝛴 ( 𝑐.𝐿+( 𝑁−𝑁𝑒−𝑈 )𝑡𝑔 𝜃)
SF = 𝛴 ( 𝑇+𝑇𝑒 )
204,079+215,886
= 243,018+36,453

= 1,5 > 1,1 ……….. Aman

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 38


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil Perencanaan Pembangunan Bendungan yang dibutuhkan , maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Fungsi bendungan sebagai pengempang air atau pengangkat permukaan air
di dalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh bendungan
merupakan penahan rembesan air ke arah hilir serta penyangga tandonan air
tersebut.
2. Bangunan Pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air dari daerah genangan
ke sungai atau ke kolam olak.

3. Dari hasil perhitungan untuk perencanaan bangunan pelimpahan , maka


didapat dimensi pada masing-masing perencanaan, untuk perencanaan lebar
bangunan pelimpahan dengan lebar 33,60 m , perencanaan lebar efektif
spillway = 31,83 m , tinggi bangunan pelimpahan ( Hd ) = 2,4 m ,
perencanaan pelimpahan = 12,19 m/dtk , perencanaan saluran transisi =
16,51 m/dtk , perencanaan saluran peluncur = 21,75 m/dtk .

4. Kolam olak adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk merendam


energi yang timbul dalam tipe air superkritis yang melewati pelimpahan.

5. Dari hasil perhitungan untuk perencanaan kolam olak , maka didapat


dimensi pada masing-masing perencanaan, untuk tinggi loncatan air =
6,331 m , tinggi ambang ujung (n) = 1,25 m , tinggi blok halang (h3) = 2,17
m , Jarak blok muka & blok halang (L1) = 5,19 m , panjang kolam olak total
(L2) = 17,1 m , jarak antara blok muka = 0,794 m , lebar blok halang =
1,6285 m , jumlah blok muka = 11 buah, lebar blok sisi halang = 0,43 m ,
jumlah blok halang = 7 buah,tinggi jagaan kolam olak = 9 m , tinggi jagaan
bagian hulu = 0,6553 m , tinggi jagaan bagian penampang 1 = 0,7194 m ,
tinggi jagaan bagian penampang 2 = 0,794 m , dan tinggi jagaan bagian
penampang 3 = 0,6 m.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 39


4.2 Saran
Adapun saran dari penulis setelah menyelesaikan laporan ini,yaitu:

1. Sebelum merencanakan bangunan bendung hendaknya seluruh data-data


yang dibutuhkan guna kebutuhan perencanaan disiapkan dan dilengkapi
terlebih dahulu.
2. Perencanaan bangunan bendungan hendaknya mengikuti data dan keadaan
sebenarnya pada lapangan agar tidak terjadi selisih pekerjaan dan
perhitungan.
3. Ketelitian dalam Perencaan merupakan hal yang sangat diperlukan, karena
itu dibutuhkan ketelitian dalam menghitung.

Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 40


Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 41

Anda mungkin juga menyukai