PENDAHULUAN
Dua pertiga dari bumi terisi oleh air dan hampir seluruh aktivitas makhluk
hidup selalu tergantung pada air. Tampa tersedianya air, kiranya tiada kegiatan
hidup manusia di alam ini. Karna air dan udara merupakan elemen terpenting
dalam hidup manusia.
a. Dapat merencanakan suatu bendungan dengan baik dan benar sesuai dengan
keadaan bangunan yang sebenarnya dilapangan.
b. Untuk memperdalam ilmu keteknikan khususnya mengenai bangunan air
yang dapat diperoleh dari tenaga pendidik diperguruan tinggi.
c. Menciptakan mahasiswa yang berkualitas yang nantinya bila hidup
bermasyarakat mampu untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya tersebut.
d. Diharapkan setelah lulus kiranya mampu untuk menghitung daan
mendesain suatu gambar khususnya mengenai bangunan air.
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Suatu bendungan yang dibangun dengan cara menimbunkan bahan-bahan
seperti : batu, krakal, kerikil, pasir dan tanah pada komposisi tertentu dengan
fungsi sebagai pengempang atau pengangkat permukaan air yang terdapat di
dalam waduk di udiknya disebut bendungan type urugan atau “bendungan
urugan”.
Didasarkan pada ukuran butiran dari bahan timbunan yang digunakan,
secara umum dapat dibedakan 2 type bendungan urugan, yaitu :
Bendungan urugan batu (rock fill dam) disingkat dengan istilah
“bendungan batu”.
Bendungan urugan tanah (earth fill dam) disingkat dengan istilah
“bendungan tanah”.
Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula bendungan urugan campuran,
yaitu terdiri dari timbunan batu di bagian hilirnya yang berfungsi sebagai
penyangga, sedang bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang disamping
berfungsi sebagai penyangga tambahan, terutama berfungsi sebagai tirap kedap
air.
Didalam kegiatan-kegiatan baik perencanaannya, maupun
pembangunannya, kedua type bendungan tersebut mempunyai banyak
persamaan-persamaan yang cukup nyata.
Drainase
2) Bendungan zonal
Bendungan urugan digolongkan dalam type zonal, apabila timbunan
yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi
(susunan ukuran butiran) yang berbeda – beda dalam urutan – urutan
pelapisan tertentu.
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka type
ini masih dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Zone transisi
Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air tegak atau “bendungan
inti tegak” (central-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang
zone kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dengan
kedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah
dari tubuh bendungan. Apabila bahan pembentuk tubuh bendungan
terdiri dari bahan yang lulus air, tetapi dilengkapi dengan inti kedap
air yang berkedudukan vertikal.
Zone kedap air
Zone transisi
lapuk atau di atas alur sungai yang tersusun dari batuan sedimen
dengan kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya
dapat diperbaiki pada tingkat yang dikehendaki.
a b c d
e
Arah aliran
f g
a. Saluran pengarah
b. Saluran pengatur
c. Saluran peluncur
d. Peredam energy
e. Ambang penyadap
Bangunan pelimpah type ini, biasanya terdiri dari empat bagian utama yaitu :
H
V < 4 m/dtk
P > 1/5 H
Bentuk dan system kerja saluran pengatur aliran ini sangat bermacam-
macam disesuaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan untuk
bagian ini.
h0
D
D0
H
H
b b
3) Saluran peluncur
adalah saluran untuk meluncurkan air dengan kecepatan tinggi (aliran
superkritis 1 < Fr < 9).
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran
peluncur :
a. Diusahakan bentuknya lurus
b. Penampang melintang berbentuk segiempat
c. Kemiringan saluran pada bagian hulu landai dan semakin kehilir
semakin curam
4) Peredam energi
Berfungsi untuk meredusir energi yang terdapat di dalam aliran
sehingga tidak terjadi gerusan pada bagian hilir saluran peluncur.
Kolam olakan ini hanya sesuai untuk mengalirkan debit yang relatif
kecil dengan kapasitas peredaman energi yang kecil pula dan kolam
olakannyapun akan berdimensi kecil.
Vo2/2
g
He
H H
d
Vo V1
V2 Y2
Yu
Karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu
yang berkomposisi lepas, maka ada beberapa istilah penting pada tubuh
bendungan, yaitu :
1. Tinggi bendungan
Yang dimaksud dengan tinggi bendungan adalah perbedaan antara
elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu bendungan. Permukaan
pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar dari pada zone kedap air.
Apabila pada bendungan tidak terdapat dinding kedap air atau zone kedap
air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan
antara bidang vertikal yang melalui tepi udik mercu bendungan dengan
permukaan pondasi alas bendungan tersebut. Sedang mercu bendungan
adalah bidang teratas dari suatu bendungan yang tidak dilalui oleh luapan
air dari waduk. Akan tetapi, apabila pada mercu bendungan terdapat tembok
penahan (parafet) untuk melindungi mercu bendungan terhadap limpasan
ombak, maka tinggi jagaan waduk bertambah setinggi tembok panahan dan
puncak tembok dapat dianggap sebagai mercu bendungan yang
bersangkutan.
3. Panjang bendungan
Yang dimaksud dengan panjang bendungan adalah seluruh panjang
mercu bendungan yang bersangkutan, termasuk bagian yang digali pada
tebing-tebing sungai di kedua ujung mercu tersebut. Apabila bangunan
pelimpah atau bangunan penyadap terdapat pada ujung-ujung mercu, maka
lebar bangunan-bangunan pelimpah tersebut diperhitungkan pula dalam
menentukan panjang bendungan.
4. Volume bendungan
Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka
pembangunan tubuh bendungan termasuk semua bangunan pelengkapnya
dianggap sebagai volume bendungan.
Q 100 = 120% x Q
= 1,2 x 308
= 369,6 m3/dtk
Berdasarkan buku "Bendungan Type Urugan" dengan editor Ir.Suyono.S,
halaman 181 menyebutkan bahwa rumus untuk debit air yang melintas pada
bangunan pelimah,adalah :
Q = c x L x He 2/3
Dimana :
= 60,800 – 48,00
= 12,800 m
369,6
=
63,656+81,9−1,62Vo2
369,6
= 145,58−1,62Vo2
Maka ;
369,6 = 145,58Vo – 1,62 Vo2
= 262
Dengan cara coba-coba diperoleh nilai Vo = 1,87 m/dt
Sehingga diperoleh nilai Hd, yaitu :
Hd = 2,4 m
R1 = 0,5 x Hd = 1,198 m
R2 = 0,2 x Hd = 0,479 m
X1 = 0,175 x Hd = 0,419 m
X2 = 0,282 x Hd = 0,676 m
= 12,19 m/dtk
V2 = 16,51 m/dtk
Perencanaan Saluran Peluncur
E0 = E3
Persamaan Energinya
P + He + Z1 = y3 + V32/ 2g
Dengan : V3 = Q/A→ A = 31,83 x y3
= 308/31,83 x y3
= 9,677/y3
Kemiringan saluran peluncur
Direncanakan : h =8m
Panjang saluran Transisi adalah = 50 m , maka ;
9,6772
2,00 + 2,574 + 800 = y3 + [ / 19,62]
𝑦3
V3 = 21,75 m/dtk
21,75
Fr = √9,81 𝑥 0,445 = 10,4
Karena Fr ≥ 4,5 maka type kolam olak yang digunakan adalah USBR Type III,
yang dilengkapi dengan balok muka, dan balok penghalang ( KP 02 hal 59 )
Menentukan Tinggi Loncatan Air
Digunakan persamaan :
𝑦4 1
𝑦3
= 2 √( 1 + 8 Fr2) – 1
𝑦4 1
= 2 √( 1 + 8 x 10,42) – 1
0,445
= 0,5 x ( 29,455 – 1 )
𝑦4
= 14,228
0,445
y4 = 14,228 x 0,445
= 6,331 m
Maka tinggi loncatan air adalah :
Menghitung kecepatan air pada penampang 4
V4 = Q/A
308 308
= 31,83 𝑥 𝑉4 = 31,83 𝑥 6,331 = 1,5284 m/dtk ≤ 4 m/dtk (
aman!)
Persamaan energy pada penampang 4
E0 = E4
P + He + Z1 = y4 + V42/ 2g + ∆f
1,525
200 + 2,574 + 8 = 6,331 + 19,62 + ∆f
n = 1,25 m
Tinggi blok halang ( n3 )
𝑑1 ( 4+𝐹𝑟 )
n3 = 6
0,794 𝑥 ( 6+10,4 )
= 6
n3 = 2,17 m
Jarak antara blok muka dan blok halang
L1 = 0,82 x d4
= 0,82 x 6,331
= 5,19 m
Panjang Kolam Olak Total
L2 = 2,7 x d4
= 2,7 x 6,331
= 17,1 m
Jarak antara blok muka = d1 = 0,794 m
Bendungan – Dahrul Kurniawan 2019 24
Lebar blok halang = 0,75 x n3
= 0,75 x 2,1713
= 1,6285 m
Jumlah blok muka ( S1 )
31,83 31,83
S1 = 2 𝑥 𝑑1 = 2 𝑥 0,794 = 20 ≈ 11 buah
= 6,87 ≈ 7 buah
Menghitung tinggi jagaan samping kolam olak
h ≥ ( n + y4 ) + 0,6 He
≥ ( 1,25 + 6,331 ) + ( 0,6 x 2,574 )
h ≥ 9,1288 m
maka digunakan tinggi jagaan dikolam olak 9 m
Sementara pada bangunan pelimpahan, untuk memperoleh tinggi
jagaan pada bangunan pelimpahan adalah :
Fb = 0,6 + ( 0,037 x V x d1/3 )
Dimana :
Fb = Tinggi jagaan ( m )
V = Kecepatan aliran ( m/dtk )
d = Keadaan aliran ( m )
Tinggi jagaan pada bagian Hulu ( Penampang 0 )
Fb0 = 0,6 + ( 0,037 x V0 x d01/3 )
= 0,6 + ( 0,037 x 1,87 x 2,396 1/3 )
= 0,655 m
Tinggi jagaan pada bagian Hulu ( Penampang 1 )
Fb1 = 0,6 + ( 0,037 x V1 x d11/3 )
dengan :
he = (( e x 𝜋 ) / 𝜋 √( g x Ho )
𝜋 = Siklus seisimis , 𝜋 = 1
Sehingga :
0,15 𝑥 1
He =[ ] x √( 9,81 x 12,80 )
3,14
0,15
= x 11,2
3,14
= 0,53 m
Maka :
Fb ≥ hw + ½ he + ha + hi
≥ 2,97 m
Fb diambil = 3 m
H = 12,80 + 2,57 + 3 + 1
= 19,37 ≈ 16 m
x = 2,3 ≈ 2,5
Maka perbandingan dengan kemiringan talud/lereng dihulu adalah 1 :
25
Down Stream :
55,6 1
= =𝑥
100
100
x = 55,6
x = 1,8 ≈ 2
Maka perbandingan dengan kemiringan talud/lereng dihilir adalah 1 :
2
= 0,022 m3/dtk
Kondisi Kering
𝐺 𝑥 𝛾𝑤 2,72 𝑥 1
𝛾wet = = = 0,7771 kg/cm3
1+𝑒 1+2,5
Gaya Vertikal
Gaya berat air dibagian lereng bendungan ( Ww )
Ww = 𝛾w x VA
= 1 x ( 0,5 x 15,37 x 46,122 )
= 354,540 ton
= 15,374 t/m2
78
Pub= ( 15,37 - [ ]15,37 ) 1
78
2
= 0 t/m
Sehingga :
Pu = 0,5 x Pua x SL x 1
= 0,5 x 15,374 x 78 x 1
= 559,586 t/m2
Gaya Horizontal
Gaya tekan air diam ( hidrostatis ) Pw
Pw = 0,5 (𝛾w H2 ) x 1
= 0,5 x ( 1 x 15,372 ) x 1
= 118,17994 ton
Gaya hidrodinamis ( Pd ) akibat gempa
Pd = 7/12 x ( 𝛾w x c x H2 ) → Kw = Koef. Gempa = 0,15 cm/dtk
= 0,5833 x ( 1 x 0,15 x 15,37 2 )
=20,68 ton
Gaya akibat tekanan tanah sedimen ( Ps )
Angka Keamanaan ( SF )
𝛴𝑀𝑉 22.161,63
SF = 𝛴𝑀𝐻 = −54991,3451 = 0,4 > 1,5 ….. Aman
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil Perencanaan Pembangunan Bendungan yang dibutuhkan , maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Fungsi bendungan sebagai pengempang air atau pengangkat permukaan air
di dalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh bendungan
merupakan penahan rembesan air ke arah hilir serta penyangga tandonan air
tersebut.
2. Bangunan Pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air dari daerah genangan
ke sungai atau ke kolam olak.