Anda di halaman 1dari 41

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GABUS Channa striata

YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN


RASIO ENERGI PROTEIN BERBEDA

HANI WIJIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kinerja Pertumbuhan


Ikan Gabus Channa striata yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio
Energi Protein Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Hani Wijianti
NIM C151150251
RINGKASAN

HANI WIJIANTI. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gabus Channa striata yang Diberi
Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Berbeda. Dibimbing oleh
MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan
DEDI JUSADI.

Ikan gabus menjadi komoditas budidaya ekonomis, selain sebagai ikan


konsumsi, ekstrak ikan gabus dimanfaatkan dalam dunia medis untuk
menyembuhkan beberapa penyakit karena kadar albuminnya yang tinggi. Namun
hingga kini budidaya ikan gabus belum begitu populer, tertinggal dengan
budidaya ikan nila maupun jenis ikan air tawar lainnya karena benih masih dari
alam dan menggunakan pakan ikan rucah ataupun pakan komersil untuk ikan lain.
Ikan rucah sebagai pakan memiliki beberapa kelemahan, seperti suplai, kualitas
dan harga yang tidak menentu sehingga tidak dapat diandalkan. Sedangkan
penggunaan pakan komersil untuk ikan lain yang sudah ada di pasar komposisi
nutriennya tidak sesuai dengan kebutuhan ikan gabus. Untuk mengatasi
permasalahan pakan maka perlu ada pakan khusus untuk ikan gabus. Pakan
khusus berupa pellet yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan nutrien
merupakan faktor penting untuk meningkatkan budidaya ikan gabus. Ikan dapat
tumbuh secara maksimal jika terpenuhi kebutuhan nutriennya (protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral). Kebutuhan protein ikan berkaitan dengan
kebutuhan energi total (protein, karbohidrat, dan lemak). Oleh karena itu untuk
mengoptimalkan pemanfaatan protein dan pertumbuhan ikan, membutuhkan rasio
energi protein yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar protein
dan rasio energi protein yang optimum bagi pertumbuhan ikan gabus pada pakan
buatan practical diet.
Penelitian dilakukan selama enam bulan terhitung dari bulan Agustus 2016
hingga Januari 2017 di Unit Pembudidaya Ikan Kota Depok. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 6
perlakuan yaitu A (32,5%;11,82 kkal GE g-1), B (32,5%;13,32 kkal GE g-1), C
(37,5%:10,64 kkal GE g-1), D (37,5%:12,07 kkal GE g-1), E (42,5%:10,02 kkal
GE g-1) dan F (42,5%:10,66 kkal GE g-1) dan masing-masing terdiri 4 ulangan.
Ikan gabus dengan bobot rata-rata 6.21±0.03 g dipelihara dalam bak fiber
berukuran 60×60×70 cm3 dengan volume air 150 L, pada kepadatan tebar 10 ekor
bak-1, dan diberi pakan dengan salah satu perlakuan penelitian selama 60 hari
pemeliharaan. Parameter yang diukur terdiri atas kinerja pertumbuhan (jumlah
konsumsi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, laju pertumbuhan
harian, efisiensi pakan dan ekskresi amonia ikan), glikogen hati dan otot serta
biokimia darah (kolesterol, trigliserida, low-density lipoprotein, high-density
lipoprotein, glukosa dan albumin).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kadar protein dan rasio
energi protein pakan berbeda, berpengaruh nyata terhadap kinerja pertumbuhan,
komposisi proksimat tubuh dan biokimia darah ikan gabus. Perlakuan pakan
dengan kadar protein 32,5% dan 37,5% peningkatan kadar protein pakan
menaikkan laju pertumbuhan, dan perlakuan dengan rasio energi protein tinggi
pada level protein pakan yang sama memberikan kinerja pertumbuhan yang lebih
baik. Namun demikian, pada kadar protein pakan 42,5%, peningkatan rasio energi
protein menyebabkan penurunan kinerja pertumbuhan. Peningkatan kadar protein
pakan menghasilkan kenaikan ekskresi amonia, akan tetapi ekskresi amonia
semakin menurun dengan meningkatnya rasio energi protein pakan. Peningkatan
rasio energi protein pakan berkorelasi positif terhadap kadar lemak dan protein
tubuh ikan. Hal yang sama juga terjadi pada glikogen hati dan otot. Tetapi hal
sebaliknya pada kadar air tubuh ikan, yaitu berkorelasi negatif. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa peningkatan rasio energi protein pakan berpengaruh
nyata dan berkorelasi positif terhadap kolesterol, trigliserida, high-density
lipoprotein, glukosa dan albumin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap low-
density lipoprotein. Kesimpulan yang didapat adalah kinerja pertumbuhan optimal
dicapai oleh kadar protein pakan 37,5% dan rasio energi:protein pakan 12.07 kkal
GE g-1.

Kata kunci: albumin, Channa striata, energi, pertumbuhan, protein.


SUMMARY

HANI WIJIANTI. Interaction of dietary protein and energy protein ratio on growth
performance of snakehead Channa striata. Supervised by MUHAMMAD AGUS
SUPRAYUDI, NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and DEDI JUSADI.

Snakehead is an aquaculture economic commodity. It is consumed as food,


and its extract is also used as medicine due to its high albumin content. However,
snakehead’s culture is unpopular and less developed compared to catfish’s or
other freshwater fish’s culture. The reasons are among others because snakehead’s
seeds are collected from nature and fed only by trash fish or commercial feed
made for other fish. Trash fish is unrealiable feed material because of uncertain
supply, low quality and unstable price. While existed commercial feed in the
market does not meet snakehead’s nutrient needs. To solve the feed problem,
specific diet for snakehead is required. Fish can grow maximum when their
nutrient needs (protein, fat, carbohydrates, vitamins and minerals) are fulfilled.
Fish protein requirement is related to the total energy needs (protein,
carbohydrate, and lipid). Therefore, best fits energy:protein ratio is required to
optimized protein utilization and fish growth. This research was conducted to
determine the optimum level of protein and energy:protein ratio, of the
snakehead’s growth fed with practical diet.
The research was conducted for six months, from August 2016 to January
2017 at the fish farmer unit in Depok City. The experiment was using a
completely randomized design consisted of six treatments with four replications
each, namely A (32.5%; 11.82 kcal GE g-1), B (32.5%; 13.32 kcal GE g-1), C
(37.5%; 10.64 kcal GE g-1), D (37.5%; 12.07 kcal GE g-1), E (42.5%; 10.02 kcal
GE g-1) and F (42.5%; 10.66 kcal GE g-1). Snakehead with an average weight of
6.21±0.03 g were farmed in a 60 × 60 × 70 cm3 fiber tank, at density of 10 fish
per tank and fed by one of the experimental diets for 8 weeks. The measured
parameters are the growth performance (Total Feed Intake, Protein Retention,
Lipid Retention, Energy Retention, Specific Growth Rate, Feed Efficiency,
Survival, and Total Amonia Nitrogen); Liver and muscle glycogen ; and blood
biochemical parameters (cholesterol, triglycerides, low-density lipoprotein, high-
density lipoprotein, glucose and albumin).
The results showed that protein dietary levels and energy:protein ratio was
significantly affect the growth performance, proximate composition, glycogen and
blood biochemical of snakehead. Feed treatment on 32.5% and 37.5% protein
dietary levels has increased the growth rate; and treatment with high
energy:protein ratio at the same protein dietary level provided better growth
performance. An increased in energy:protein ratio at protein dietary level of
42.5% resulted a decreased of growth performance. The increased of protein
dietary resulted an increased of ammonia excretion, however the ammonia
excretion has decreased with the increased of energy:protein dietary ratio. The
increased of energy:protein dietary ratio has positive correlation with the level of
lipid, protein, ash body mass, liver and muscle glycogen. While, the water content
of the fish body showed a negative correlation. The results also showed that the
increased of energy:protein dietary ratio is significantly (P<0.05) and positively
correlated with cholesterol, triglyceride, HDL, glucose and albumin, but had no
significant effect on LDL (P>0.05). It can be concluded that the optimal growth
performance was achieved by protein dietary level of 37.5% and energy:protein
ratio of 12.07 kcal GE g-1.

Keywords: albumin, Channa striata, energy, growth, protein.


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GABUS Channa striata
YANG DIBERI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN
RASIO ENERGI PROTEIN BERBEDA

HANI WIJIANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2016 ini ialah
pengaruh pakan buatan terhadap kinerja pertumbuhan, dengan judul Kinerja
Pertumbuhan Ikan Gabus Channa striata yang Diberi Pakan dengan Kadar
Protein dan Rasio Energi Protein Berbeda.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Muhammad Agus Suprayudi
MSi, Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo MSi dan Dr Dedi Jusadi selaku komisi
pembimbing atas waktu dan arahan yang diberikan mulai dari penyusunan
proposal, pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan tesis, Dr Ir Kukuh
Nirmala, MSc selaku dosen penguji dan Prof Dr Ir Widanarni, MSi selaku
komisi Program Studi Ilmu Akuakultur yang telah memberikan arahan dan saran
dalam sidang tesis ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang telah memberikan kesempatan tugas belajar pada program
magister Ilmu Akuakultur. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada keluarga serta rekan-rekan Ilmu Akuakultur angkatan 2015 atas segala
saran, dukungan dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2017

Hani Wijianti
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
2 METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Rancangan Penelitian 3
Prosedur Penelitian 4
Parameter Pengamatan 5
Analisis Data 8
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Hasil 9
Pembahasan 11
4 SIMPULAN 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
1 Komposisi pakan percobaan 3
2 Kinerja pertumbuhan ikan gabus pada perlakuan pakan dengan kadar
protein dan rasio energi protein berbeda 9
3 Komposisi proksimat tubuh ikan gabus pada awal dan akhir
percobaan (% bobot basah) 10
4 Glikogen hati dan otot ikan gabus (% bobot basah) 10
5 Kadar total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, glukosa dan albumin
darah ikan gabus 11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan 17
2 Analisis statistik retensi protein 17
3 Analisis statistik retensi lemak 18
4 Analisis statistik retensi energi 18
5 Analisis statistik laju pertumbuhan harian 19
6 Analisis statistik efisiensi pakan 19
7 Analisis statistik total amonia nitrogen 20
8 Analisis statistik kadar air tubuh 20
9 Analisis statistik kadar protein tubuh 21
10 Analisis statistik kadar lemak tubuh 21
11 Analisis statistik kadar BETN tubuh 22
12 Analisis statistik kadar abu tubuh 22
13 Analisis statistik glikogen hati 23
14 Analisis statistik glikogen otot 23
15 Analisis statistik kolesterol darah 24
16 Analisis statistik HDL darah 24
17 Analisis statistik LDL darah 25
18 Analisis statistik trigliserida darah 25
19 Analisis statistik glukosa darah 26
20 Analisis statistik albumin darah 26
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan gabus menjadi komoditas budidaya ekonomis, selain sebagai ikan


konsumsi, ekstrak ikan gabus dimanfaatkan dalam dunia medis untuk
menyembuhkan beberapa penyakit karena kadar albuminnya yang tinggi (Mustafa
et al. 2012). Efektivitas terapi ekstrak ikan gabus murni yang diberikan via oral
dengan dosis 3x10 g dibandingkan dengan human albumin 20% (larutan infus) via
intravena dengan dosis 1x100 ml menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
terhadap peningkatan kadar albumin dan penurunan pH darah pasien
hipoalbuminemia (Nugroho 2016). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak ikan
gabus sebagai salah satu alternatif pengganti human albumin, dengan harga yang
murah. Kelebihan lain dari ikan ini adalah kemampuannya bertahan hidup dalam
lingkungan dengan jumlah air terbatas. Ikan gabus mampu bernafas dengan
mengambil udara langsung karena memiliki organ suprabrancial berpasangan
yang terletak di belakang dan di atas insang (Courtenay and Williams 2004).
Data produksi ikan gabus di Indonesia menurut Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2015) baru mencapai 6.490 ton, angka ini sangat kecil dibanding
produksi ikan air tawar lainnya seperti produksi ikan nila sebesar 912.613 ton.
Hingga kini budidaya ikan gabus belum begitu populer, tertinggal dengan
budidaya ikan nila, lele maupun jenis ikan air tawar lainnya karena benih masih
dari alam dan menggunakan pakan ikan rucah ataupun pakan komersil untuk ikan
lain. Ikan rucah sebagai pakan memiliki beberapa kelemahan, seperti suplai,
kualitas dan harga yang tidak menentu sehingga tidak dapat diandalkan.
Sedangkan penggunaan pakan komersil untuk ikan lain yang sudah ada di pasar
komposisi nutriennya tidak sesuai dengan kebutuhan ikan gabus. Untuk mengatasi
permasalahan pakan maka perlu ada pakan khusus untuk ikan gabus. Pakan
khusus berupa pellet yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan nutrien
merupakan faktor penting untuk meningkatkan budidaya ikan gabus.
Ikan dapat tumbuh secara maksimal jika terpenuhi kebutuhan nutriennya
(protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral). Dari kelima nutrien tersebut,
protein mempunyai peran yang penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan jaringan tubuh ikan. Selain itu protein juga sangat efisien sebagai
sumber energi bagi hewan air, khususnya ikan karnivora (Zamora-Sillero et al.
2013). Jumlah dan kualitas protein pakan akan memengaruhi pertumbuhan.
Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya
ukuran ikan, lingkungan, kadar pemberian pakan, kandungan energi dalam pakan
yang dapat dicerna dan kualitas protein (Farhat and Khan 2011). Apabila protein
dalam pakan kurang maka protein di dalam jaringan tubuh akan dimanfaatkan
untuk mempertahankan fungsi jaringan yang lebih penting. Sebaliknya apabila
protein pakan berlebih dan tidak digunakan dalam sintesis protein tubuh ikan,
maka akan diekskresikan sebagai buangan nitrogen terutama dalam bentuk
amonia (Kpogue et al. 2013). Amonia ini selanjutnya akan diekskresikan ke
dalam air yang akhirnya dapat meningkatkan kadar amonia di perairan dan hal ini
dapat membahayakan kehidupan ikan.
2

Kebutuhan protein ikan berkaitan dengan kebutuhan energi total (protein,


karbohidrat dan lemak). Jika energi dalam pakan berlebihan, akan menyebabkan
terjadinya penimbunan lemak pada jaringan, serta berkurangnya konsumsi
protein, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan
vitalitas dan meningkatkan pertumbuhan. Sebaliknya jika kandungan energi
rendah menyebabkan sebagian protein akan digunakan sebagai sumber energi
dalam proses metabolisme. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan pemanfaatan
protein dan pertumbuhan ikan, membutuhkan rasio energi protein yang tepat
(Kaushik and Seiliez 2010).
Informasi serta penelitian tentang kebutuhan nutrisi untuk ikan gabus masih
terbatas. Penelitian mengenai ikan gabus antara lain sudah dilakukan oleh
Samantaray and Mohanty (1997), menyebutkan bahwa respon pertumbuhan
terbaik pada ikan gabus terhadap pakan buatan berkadar protein 40% dengan
tingkat energi 4.400 kkal kg-1 dan pemberian pakan perhari 3% dari bobot tubuh.
Namun rasio konversi pakan masih tinggi yaitu 2.1. Sedangkan Aliyu-Paiko et al.
(2010) menyebutkan bahwa respon pertumbuhan terbaik ikan gabus terhadap
pakan buatan dengan sumber protein tepung ikan dan casein sebagai suplemen,
pada tingkat energi 4.440 kkal g-1, kadar protein 45% dan lemak 6.5%. Dengan
demikian, penelitian mengenai protein dan energi optimum dalam pakan buatan
(practical diet) untuk ikan gabus belum ada. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kandungan protein dan rasio energi protein yang
optimum bagi pertumbuhan ikan gabus pada pakan buatan (practical diet).

Perumusan Masalah

Faktor pakan merupakan salah satu penyebab tertinggalnya budidaya ikan


gabus di Indonesia dibandingkan dengan budidaya ikan air tawar lainnya. Saat ini
usaha budidaya ikan gabus menggunakan pakan ikan rucah ataupun pakan
komersil untuk ikan lain. Ikan rucah sebagai pakan memiliki beberapa kelemahan,
seperti suplai, kualitas dan harga yang tidak menentu sehingga tidak dapat
diandalkan. Sedangkan penggunaan pakan komersil untuk ikan lain yang sudah
ada di pasar komposisi nutriennya tidak sesuai dengan kebutuhan ikan gabus.
Untuk mengatasi permasalahan pakan tersebut maka perlu ada pakan khusus
untuk ikan gabus berupa pakan buatan yang diformulasikan sesuai dengan
kandungan nutrien dan keseimbangan energi protein yang dibutuhkan ikan gabus.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang kadar protein
dan rasio energi protein pakan yang tepat sehingga dapat memaksimalkan kinerja
pertumbuhan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dan rasio energi
protein yang optimum bagi pertumbuhan ikan gabus pada pakan buatan (practical
diet).
3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi mengenai kadar


protein dan rasio energi protein pada pakan untuk meningkatkan kinerja
pertumbuhan ikan gabus.

2 METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus 2016 sampai Januari 2017.


Pemeliharaan ikan dilakukan di unit pembudidaya ikan Kota Depok. Analisis
proksimat bahan pakan, pakan formulasi dan tubuh ikan serta analisis glikogen
hati dan otot dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya
Perairan, FPIK IPB. Analisis kimia darah meliputi, total kolesterol, trigliserida,
high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), glukosa dan
albumin dilakukan di di laboratorium Pusat Studi Satwa Primata IPB. Selanjutnya,
analisis kimia air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen
Budidaya Perairan, FPIK IPB.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan perlakuan pakan dengan kadar protein dan rasio
energi protein berbeda. Komposisi perlakuan pakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Perlakuan pada penelitian ini adalah:
1 Perlakuan A ₌ kadar protein 32,5%; 11.82 kkal GE g-1
2 Perlakuan B ₌ kadar protein 32,5%; 13.32 kkal GE g-1
3 Perlakuan C ₌ kadar protein 37,5%; 10.64 kkal GE g-1
4 Perlakuan D ₌ kadar protein 37,5%; 12.07 kkal GE g-1
5 Perlakuan E ₌ kadar protein 42,5%; 10.02 kkal GE g-1
6 Perlakuan F ₌ kadar protein 42,5%; 10.66 kkal GE g-1

Tabel 1 Komposisi pakan percobaan


Perlakuan
A B C D E F
(32.5;11.82) (32.5; 13.32) (37.5:10.64) (37.5: 12.07) (42.5: 10.02) (42.5: 10.66)
Komposisi (g 100g-1)
Dedak gandum 35.98 26.38 23.58 - 17.58 -
Tepung ikan 24.80 10.00 27.20 10.00 10,00 10.00
Soybean Meal 13.60 17.30 28.09 38.30 39.98 37.74
Meat bone meal 10.00 10.00 6.30 10.00 14.87 10.30
Cassava meal 5.80 2.90 - - - -
Onggok 5.00 - 5.00 - - -
Minyak ikan 1.00 5.00 1.00 8.25 3.63 10.00
Garam 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
PMC (Binder) 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
4

Tabel 1 Komposisi pakan percobaan (lanjutan)


Perlakuan
A B C D E F
(32.5;11.82) (32.5; 13.32) (37.5:10.64) (37.5: 12.07) (42.5: 10.02) (42.5: 10.66)
Komposisi (g 100g-1)
Mold Inhibitor Powder 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
Phytase 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Tepung terigu - 14.60 5.00 21.61 - 13.14
Poultry by-product meal - 10.00 - 8.00 8.10 10.00
Tepung darah - - - - 2.00 5.00
Premix vitamin & mineral 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Analisis proksimat :
Kadar air (%) 9.83 9.10 10.58 9.95 8.80 11.22
Kadar protein (%) 32.78 32.56 37.17 37.33 43.08 42.88
Kadar lemak (%) 5.74 9.75 5.52 12.01 8.49 13.20
Serat kasar (%) 4.02 1.35 2.80 1.01 2.61 1.77
Abu (%) 11.95 9.27 11.79 9.36 11.06 9.52
Gross Energy (kkal kg-1) 3,873 4,336 3,956 4,505 4,317 4,564
Rasio energi protein 11.82 13.32 10.64 12.07 10.02 10.66
(kkal g-1)
Komposisi asam amino
(%)
Metionin 0.80 0.80 0.89 0.80 0.83 1.06
Lisin 1.91 1.98 2.24 2.26 2.38 2.85
Treonin 1.22 1.21 1.44 1.43 1.65 1.67
Arginin 2.09 2.18 2.43 2.56 2.91 2.77
Isoleusin 1.22 1.24 1.50 1.54 1.66 1.60
Leusin 2.19 2.22 2.61 2.67 3.10 3.25
Valin 1.50 1.55 1.75 1.78 2.07 2.18
Histidin 0.82 0.78 0.96 0.90 1.10 1.18
Fenilalanin 1.30 1.35 1.57 1.63 1.87 1.94
Triptofan 0.35 0.34 0.42 0.40 0.46 0.47
Glisin 2.31 2.50 2.33 2.56 3.07 2.87
Serin 1.38 1.59 1.66 1.87 2.11 2.13
Prolin 1.83 2.15 2.02 2.41 2.66 2.58
Alanin 1.88 1.86 2.05 2.00 2,41 2.41
Asam aspartat 2.89 2.83 3.60 3.64 4,17 4,16
Asam glutamat 4.86 5.14 5.93 6.34 6.72 6.58
Keterangan: Gross energy 1 g protein : 5.664 kkal GE, 1 g lemak : 9.48 kkal GE, 1 g BETN : 4.128 kkal GE
(Halver et al. 2002)

Prosedur Penelitian

Pembuatan Pakan Uji


Pembuatan formula pakan uji diawali dengan melakukan analisis proksimat
terhadap seluruh bahan baku yang digunakan. Selanjutnya, berdasarkan formula
pakan yang disusun, semua bahan baku makro (tepung ikan, poultry by-product
meal, meat bone meal, soybean meal, cassava meal dan lain-lain) masing-masing
digiling dan diayak dengan mesh size 40. Hasil ayakan ditimbang sesuai dengan
kebutuhan, selanjutnya dicampur di dalam mixer sampai homogen dan
ditambahkan minyak ikan dan bahan baku mikro seperti premix dan anti mold.
Selanjutnya, adonan dipindahkan ke dalam mesin pellet otomatis (pellet ukuran 2
mm). Pellet kemudian dikeringkan menggunakan oven. Pakan yang sudah kering
didinginkan dan kemudian dikemas dalam wadah tertutup.
5

Pemeliharaan Ikan Uji


Penelitian ini menggunakan benih ikan gabus yang berusia dua bulan,
diperoleh dari hatchery di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa
Barat. Ikan diaklimatisasi dengan kondisi laboratorium selama satu bulan, dan
diberi pakan dengan tingkat protein dan rasio energi protein terendah. Selanjutnya
ikan dengan bobot awal 6.21 ± 0.03 g dipindahkan ke bak fiber (ukuran 60 cm x
60 cm x 70 cm) yang telah diisi dengan air sebanyak 150 liter dengan kepadatan
10 ikan per bak. Masing-masing bak fiber diberi eceng gondok yang berfungsi
sebagai shelter dan ditutup menggunakan waring (mesh 0.5 cm) untuk
menghindari meloncatnya ikan gabus keluar bak. Ikan dipuasakan terlebih dahulu
sebelum dipindahkan. Ikan uji kemudian diadaptasikan dengan pakan percobaan
selama tujuh hari sebelum dimulai perlakuan. Pemberian pakan dilakukan dengan
feeding rate sebanyak 4%, dengan frekuensi empat kali sehari pada pukul 07.00,
11.00, 15.00 dan 19.00 selama 60 hari pemeliharaan.
Kualitas air dijaga dengan cara dibersihkan dari kotoran menggunakan
selang kecil (siphon) bersamaan dengan penggantian air sebanyak 75 %. Kualitas
air seperti temperatur, pH, oksigen terlarut dan total amonia nitrogen diukur
secara berkala dengan nilai rata-rata 28-31◦C, 7.8-8.1, 3.5-4.5 mg L-1 dan 0.12-
0.15 mg L-1. Pada awal penelitian, 15 benih ikan digunakan untuk analisis tubuh
awal. Setiap 2 minggu sekali dilakukan sampling bobot ikan untuk menyesuaikan
jumlah pemberian pakan. Saat sampling, dilakukan pembiusan terhadap ikan
menggunakan MS222 dengan konsentrasi 150 mg L-1.
Ikan dipuasakan pada akhir penelitian selama 24 jam. Selanjutnya dihitung
jumlah total ikan dan diukur bobot tubuh ikan dari setiap ulangan. Empat dari
sepuluh ekor ikan dari masing-masing ulangan diambil secara acak untuk analisis
proksimat. Sampel darah empat ekor ikan lainnya diambil untuk analisis biokimia
darah dari masing-masing ulangan. Selanjutnya daging dan hati empat ekor ikan
tersebut diambil untuk analisis glikogen. Sisa dua ekor ikan dari masing-masing
ulangan digunakan untuk analisis ekskresi amonia.

Parameter Uji
Parameter yang diujikan meliputi analisa proksimat, glikogen, kimia darah
dan total amonia nitrogen. Analisis proksimat dilakukan pada pakan, tubuh awal
dan akhir ikan. Analisis proksimat yang meliputi pengukuran kadar air, protein
kasar, lemak kasar, kadar abu, serat kasar dan glikogen dengan metode AOAC
(2005). Analisis biokimia darah meliputi protein plasma, albumin, glukosa,
kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida dengan metode enzymatic colorimetric
menggunakan test kit. Sedangkan analisis ekskresi amonia dengan metode APHA
2005.

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah parameter kinerja


pertumbuhan (jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan,
retensi protein, retensi lemak, retensi energi dan tingkat kelangsungan hidup),
proksimat tubuh ikan gabus (% bobot basah), glikogen hati dan otot serta profil
darah (total kolesterol, trigliserida, high density lipoprotein, low density
lipoprotein, glukosa dan albumin), dan ekskresi amonia.
6

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)


Jumlah konsumsi pakan diketahui dengan menghitung total pakan yang diberikan
selama penelitian.

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)


Laju pertumbuhan spesifik ikan uji dihitung berdasarkan persamaan sebagai
berikut:
Ln(Wt) − Ln(Wo)
LPS (% hari−1 ) = x 100
t

Keterangan:
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (% hari-1)
Wt = Rata-rata bobot individu pada akhir percobaan (g)
Wo = Rata-rata bobot individu pada awal percobaan (g)
t = Waktu percobaan (hari)

Efisiensi Pakan (EP)


Efisiensi pakan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
(Wt + Wd) − W0
EP (%) = x100
F

Keterangan:
EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Biomassa ikan akhir pemeliharaan (g)
Wo = Biomassa ikan awal pemeliharaan (g)
Wd = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
F = Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)

Retensi Protein (RP)


Retensi protein diketahui melalui analisis proksimat protein tubuh ikan pada awal
dan akhir penelitian dengan metode AOAC (2005). Rumus perhitungan retensi
protein sebagai berikut :
(F − I)
RP (%) = x100
P
Keterangan:
RP = Retensi protein (%)
F = Jumlah protein ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein ikan pada awal pemeliharaan (g)
P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

Retensi Lemak (RL)


Retensi lemak diketahui melalui analisis proksimat lemak tubuh ikan pada awal
dan akhir penelitian dengan metode AOAC (2005). Rumus perhitungan retensi
lemak sebagai berikut :

(F − I)
RL (%) = x100
L
7

Keterangan:
RL = Retensi lemak (%)
F = Jumlah lemak ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah lemak ikan pada awal pemeliharaan (g)
L = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)

Retensi Energi
Retensi energi dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

(F − I)
RE (%) = x100
E

Keterangan:
RE = Retensi energi (%)
F = Jumlah energi ikan pada akhir pemeliharaan (kkal)
I = Jumlah energi ikan pada awal pemeliharaan (kkal)
E = Jumlah energi yang dikonsumsi ikan (kkal)

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)


Tingkat kelangsungan hidup dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
Nt
TKH (%) = x 100
No

Keterangan:
TKH = Tingkat kelangsungan hidup ikan (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

Biokimia Darah
Analisis Total Kolesterol
Pengukuran total kolesterol menggunakan metode CHOD-PAP dengan kit
CHOLESTEROL liquicolor, merk HUMAN. Rumus perhitungan total kolesterol :

Absorban sampel
Total Kolesterol = 𝑥 200 𝑚𝑔/𝑑𝐿
Absorban blanko

Analisis Trigliserida
Pengukuran trigliserida dilakukan dengan menggunakan metode CHOD-PAP
(enzymatic colorimetric test for triglyserida with lipid clearing factor) dengan kit
TRIGLYSERIDA liquicolormono merk HUMAN. Rumus perhitungan trigliserida :

Absorban sampel
Total Trigiserida (TT) = 𝑥 200 𝑚𝑔/𝑑𝐿
Absorban blanko

Analisis Kolesterol HDL Darah


Pengukuran High density lipoprotein (HDL) dengan menggunakan metode
CHOD-PAP (enzymatic colorimetric test for triglyserida with lipid clearing
8

factor) dengan kit HDL CHOLESTEROL liquicolor merk HUMAN. Rumus


perhitungan HDL:

Absorban sampel
HDL (mg/dl) = 𝑥 konsentrasiHDL standar
Absorban blanko

Analisis Kolesterol LDL


Low density lipoprotein (LDL) tidak dianalisis secara enzimatis menggunakan
Test Kit, tetapi dihitung dengan menggunakan rumus :

Trigliserida
LDL (mg dL−1 ) = Kolesterol total − Kolesterol HDL −
5

Analisis Glukosa Darah


Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode
CHOD-PAP (enzymatic colorimetric test for glucose method with
deproteinization) dengan kit GLUCOSE liquicolor, merk HUMAN. Rumus
perhitungan glukosa darah:

Absorban sampel
Total Glukosa (TG) = 𝑥 100 𝑚𝑔/𝑑𝐿
Absorban blanko

Analisis Glikogen
Pengukuran glikogen hati dan daging mengacu metode AOAC (2005).

Pengukuran Eskresi Amonia


Eskresi amonia ikan per gram ikan perjam pengamatan setiap perlakuan dihitung
dengan rumus (APHA 2005):

[NH3−N]ti− [NH3−N]to
Ekskresi amonia/ NH3 − N(mg kg −1 jam−1 ) = xV
gxt

Keterangan
[NH3− N]ti = Konsentrasi amonia pada akhir pengamatan (mg L-1)
[NH3- N]to = Konsentrasi amonia pada awal pengamatan (mg L-1)
V = Volume air dalam wadah (liter)
g = Bobot ikan (g)
t = Lama pengambilan sampel (jam)

Analisis Data

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan


enam perlakuan dan empat ulangan. Data yang diperoleh diolah menggunakan
software SPSS 16, dilanjutkan analisis ANOVA dengan selang kepercayaan 95%,
dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan digunakan uji lanjut Duncan
(Duncan Multi Range Test).
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kinerja pertumbuhan terdiri dari jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi


protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), laju pertumbuhan harian
(LPH), efisiensi pakan (EP) dan ekskresi amonia ikan gabus selama 60 hari
pemeliharaan yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa
perlakuan protein dan rasio energi protein berbeda berpengaruh terhadap nilai
JKP. Nilai JKP terendah terdapat pada perlakuan A dan B, berbeda nyata (p<0.05)
dengan keempat perlakuan lainnya. Namun JKP pada perlakuan F menurun. JKP
tertinggi pada perlakuan D yaitu sebesar 229.73±3.91g.

Tabel 2 Kinerja pertumbuhan ikan gabus pada perlakuan pakan dengan kadar
protein dan rasio energi protein berbeda
Perlakuan (kadar protein; rasio energi protein)
Parameter A B C D E F
(32.5;11.82) (32.5; 13.32) (37.5:10.64) (37.5: 12.07) (42.5: 10.02) (42.5: 10.66)
JKP (g) 21.24±3.41a 21.22±3.3a 21.94±2.08b 22.97±3.91d 22.65±1.62cd 22.39±1.53c
RP (%) 27.83±0.99a 32.44±1.19b 32.54±0.48b 39.58±3.35c 31.31±0.54b 30.91±0.78b
RL (%) 60.54±6.37ab 72,10±7,34c 51.31±4.69a 92.14±9.32d 67.90±5.45bc 74.20±7.40c
RE (%) 18.94±2.30a 25.77±2.84b 22.35±1.65ab 38.56±3.68d 22.55±0.88ab 31.59±2.93c
LPH
1.74±0.04a 1.89±0.02bc 1.87±0.01b 2.13±0.02d 1.92±0.01c 1.87±0.01b
(%hari-1)
EP (%) 52.60±1.34a 60.71±0.09d 57.37±0.95b 68.87±1.11e 58.70±+0.05c 56.38±0.20b
TKH (%) 100 100 100 100 100 100
TAN (mg
15.62±1.71 13.06±1.52 19.70±2.78 12.28±1.66 22.23±4.18 15.61±2.26ab
ab a bc a c
kg-1 jam-1)
Keterangan: JKP: jumlah konsumsi pakan; RP: retensi protein; RL: retensi lemak; RE: retensi
energi; LPH: laju pertumbuhan harian; EP: efisiensi pakan; TKH: tingkat kelangsungan hidup;
TAN: total amonia nitrogen. Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh
perlakuan yang berbeda nyata (p<0.05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan simpangan
baku.

Perlakuan pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein berpengaruh
nyata (p<0.05) terhadap nilai RP, RL dan RE. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa pada kadar protein pakan 32.5% dan 37.5 %, peningkatan rasio
energi protein yaitu pada perlakuan B dan D, meningkatkan persentase nilai RP,
RL dan RE. Namun nilai RP pakan berkadar protein 42.5%, turun drastis jika
dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan D (p<0.05).
Pengaruh rasio energi protein bervariasi. Pemberian pakan dengan kadar
protein 32,5% dan 37,5%, peningkatan rasio energi protein meningkatkan laju
pertumbuhan harian, namun pada kadar protein pakan 42,5%, rasio energi protein
yang lebih tinggi mengurangi laju pertumbuhan harian. Hal yang sama juga terjadi
pada nilai efisiensi pakan. Efisiensi pakan yang terendah ditunjukkan oleh ikan
yang diberi perlakuan pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein
terendah (A). Kelangsungan hidup ikan selama penelitian adalah 100% untuk
setiap perlakuan.
10

Tingkat ekskresi amonia cenderung meningkat seiring dengan peningkatan


kadar protein pakan dan menurun pada rasio energi protein yang lebih tinggi.
Tingkat ekskresi TAN tertinggi (22,23±4,18 mg kg-1 jam-1) terdapat pada
perlakuan 42,5%; 10,02 kkal GE g-1 (E), sedangkan nilai terendah diperoleh pada
perlakuan kadar protein 37,5% dan rasio energi protein 12,07 kkal GE g-1 (D).
Komposisi proksimat tubuh ikan gabus disajikan pada Tabel 3. Kadar
protein dan rasio energi protein pakan berpengaruh nyata terhadap kadar air,
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan abu tubuh ikan gabus
(p<0.05). Pengaruh pakan terhadap komposisi proksimat ikan pada setiap
perlakuan terlihat bahwa kadar protein, lemak, BETN dan abu tubuh ikan pada
akhir penelitian semakin tinggi dengan bertambahnya kadar protein dan rasio
energi protein pakan. Namun semakin tinggi kadar protein dan rasio energi
protein pakan, kadar air tubuh menurun secara nyata.

Tabel 3 Komposisi proksimat tubuh ikan gabus pada awal dan akhir percobaan (% bobot
basah)
Parameter Perlakuan (kadar protein; rasio energi protein)
Awal A B C D E F
(32.5;11.82) (32.5; 13.32) (37.5:10.64) (37.5: 12.07) (42.5: 10.02)(42.5: 10.66)
Kadar air 76.23 73.32±0.64d 71.32±0.28b 72.56 ±0.31cd 69.87±0.79a 72.22±0.83bc 71.40±0.39b
Protein 15.25 16.60±0.42a 16.77±0.44a 17.43±0.23ab 17.82±1.07b 16.77±0.2a 17.07±0.32ab
Lemak 4.07 4.75±0.07a 5.50±0.16b 4.63±0.06a 6.55±0.29d 5.32±0.11b 6.20±0.23c
BETN 0.35 0.74±0.033a 0.76±0.05ab 0.80±0.02bcd 0.84±0.02d 0.77±0.04abc 0.82±0.03cd
Kadar abu 3.83 4.43±0.45ab 4.94±0.29b 4.53±0.40ab 4.56±0.41ab 4.48±0.71ab 4.16±0.14a
Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang
berbeda nyata (p<0.05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan simpangan baku.

Kadar protein dan rasio energi protein pakan secara nyata juga mempengaruhi
glikogen hati dan otot. Kandungan glikogen hati dan otot dapat dilihat pada Tabel
4. Perlakuan kadar protein pakan 32,5% dan 37,5%, glikogen hati dan otot
meningkat sejalan dengan kenaikan rasio energi protein. Namun peningkatan rasio
energi protein menurunkan glikogen hati dan otot pada kadar protein pakan 42,5%
(E dan F).

Tabel 4 Glikogen hati dan otot ikan gabus (% bobot basah)


Parameter Perlakuan (kadar protein; rasio energi protein)
A B C D E F
(32,5;11,82) (32,5; 13,32) (37,5:10,64) (37,5:12,07) (42,5:10,02) (42,5:10,66)
Glikogen hati (%) 0,20+0,01a 2,15+0,21c 0,3+0,03a 5,21+0,51e 3,29+0,19d 0,76+0,05b
Glikogen otot (%) 0,15+0,01a 0,20+0,02b 0,16+0,01a 0,31+0,03d 0,24+0,01c 0,19+0,02b
Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang
berbeda nyata (p<0.05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan simpangan baku.

Hasil analisis biokimia darah ikan gabus meliputi, kolesterol, trigliserida,


low-density lipoprotein (LDL) dan high-density lipoprotein (HDL), glukosa dan
albumin disajikan pada Tabel 5. Hasil analisis profil darah memperlihatkan bahwa
kadar protein dan rasio energi protein pakan berpengaruh nyata terhadap
kolesterol, trigliserida, HDL, glukosa dan albumin (p<0.05). Sedangkan kadar
LDL tidak berbeda nyata (p>0.05) antar perlakuan.
11

Tabel 5 Kadar total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, glukosa dan albumin
darah ikan gabus
Perlakuan (kadar protein; rasio energi protein)
Parameter A B C D E F
(32.5;11.82) (32.5; 13.32) (37.5:10.64) (37.5: 12.07) (42.5: 10.02) (42.5: 10.66)
Kolesterol 144.75±15.44a 176.75±3.86b 154.50±7.23a 183±7.96b 174±9.42b 187.50±7.55b
(mgdl-1)
HDL 31±5.16a 54±4.39b 36±4.39a 57±2.58b 55±2.45b 59±5.35b
-1
(mgdl )
LDL 88.55±6.94a 90.45±1.7a 90.6±0.71a 92.8±3.46a 90.8±5.37a 94.3±1.62a
-1
(mgdl )
Trigliserida 126±18.06a 161.5±5.92b 139.5±11.45a 166±11.05b 141±9.42a 171±14.51b
-1
(mgdl )
Glukosa 104±11.89bc 112.5±18.81bc 107±11.37bc 115±6.98c 93.33±13.47ab 84±3.65a
-1
(mgdl )
Albumin 1.55±0.13a 1.85±0.13b 1.6±0.08a 2.2±0.18c 1.6±0.08a 1.75±0.13ab
-1
(gdl )
Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang
berbeda nyata (p<0.05); Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan simpangan baku.

Pembahasan

Perlakuan pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein berbeda
berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan, yang terdiri dari jumlah konsumsi
pakan (JKP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), laju
pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan ekskresi amonia ikan gabus.
JKP yang sama pada perlakuan A dan B memiliki nilai JKP paling rendah
diantara perlakuan lainnya. Rendahnya nilai JKP pada kedua perlakuan tersebut
diduga disebabkan rendahnya kadar alanin dan asam glutamat yang merupakan
asam amino bebas dan berperan sebagai atraktan sehingga berpengaruh terhadap
menurunnya palatabilitas sesuai dengan pendapat Yufera et al. (2002). Pada
perlakuan C, D dan E, nilai JKP menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya
kadar protein dan energi pakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian pada African
catfish (Farhat and Khan 2011) dan Cho et al. (2015) pada rockfish (Sebastes
schlegeli). Namun pakan dengan kadar protein 42.5% dan rasio energi protein
10.66 kkal GE g-1 (perlakuan F) menyebabkan lemak pakan meningkat sehingga
menurunkan palatabilitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ling et al. (2006) yang
menyebutkan bahwa kelebihan lemak dalam pakan tidak dianjurkan karena dapat
menurunkan jumlah konsumsi pakan. Hal serupa juga dilaporkan Cheng et al.
(2013) pada marble eel (Anguilla marmorata); Ng et al. (2008) pada Malaysian
mahseer (Tor tambroides) dan Okorie et al. (2007) pada ikan sidat A. japonica.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada kadar protein pakan
32.5% dan 37.5 %, peningkatan rasio energi protein yaitu pada perlakuan B dan
D, meningkatkan persentase nilai RP, RL dan RE. Hal ini menunjukkan bahwa
ikan gabus yang diberi pakan B dan D, dapat menekan energi Spesific Dinamic
Action (SDA), energi katabolisme protein sehingga pemanfaatan protein (protein
sparing effect) untuk tumbuh lebih besar dan total heat increment lebih rendah
(Ding et al. 2010; Hasan& Khan 2013; Suprayudi et al. 2014). Hal ini sejalan
dengan pendapat Kaushik and Seiliez (2010) yang menyampaikan bahwa
pemanfaatan kadar protein dan pertumbuhan ikan dapat dioptimalkan dengan
12

memberikan rasio energi protein yang tepat. Ketepatan rasio energi protein pada
pakan perlakuan D menunjukkan nilai pemanfaatan protein pakan yang disimpan
menjadi protein tubuh lebih tinggi, sehingga amonia yang diekskresikan relatif
rendah yaitu sebesar 12.28±1.66 mg kg-1 jam-1. Hal serupa juga dilaporkan oleh
Suprayudi et al. (2014) pada Bluefin Trevally (Caranx melampygus) dan Guo et
al. ( 2012) pada hybrid sturgeon.
Nilai RP pakan berkadar protein 42.5%, turun drastis jika dibandingkan
dengan ikan yang diberi pakan D (p<0.05). Hal tersebut memberikan gambaran
bahwa protein pakan terlalu berlebih sehingga sebagian protein dirombak menjadi
energi. Banyaknya protein yang dideaminasi oksidatif menyebabkan peningkatan
ekskresi amonia. Pemberian protein terlalu tinggi (perlakuan E dan F) akan
memacu peningkatan energi katabolisme protein yang dapat menurunkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan (Kpogue et al. 2013). Hal serupa juga dilaporkan
Kim et al. (2016) pada Parrot Fish (Oplegnathus fasciatus) dan Ozo’rio et al.
(2009) pada ikan seabream (Diplodus vulgaris).
Nilai TKH selama berlangsungnya penelitian adalah 100% pada setiap
perlakuan. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pakan yang diberikan pada
seluruh perlakuan mampu mencukupi kebutuhan nutrisi ikan gabus dan juga
membuktikan bahwa tingkat pemberian pakan dan lingkungan perairan yang
mampu memenuhi syarat kebutuhan dasar ikan untuk hidup dan tumbuh.
Kadar protein tubuh semakin meningkat dengan bertambahnya kadar protein
dan rasio energi protein pakan. Kandungan protein tubuh dipengaruhi oleh
pengambilan protein pakan dan timbunan protein yang berkorelasi positif dengan
kadar protein pakan. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh Rema et al.
(2008) pada ikan Senegalese sole, Kim and Lee (2009) pada tiger puffer (Takifugu
rubripes) dan Zhang et al. (2010) pada black sea bream (Sparus macrocephalus).
Hasil analisis terhadap komposisi proksimat tubuh ikan menunjukkan
bahwa kadar lemak tubuh ikan semakin meningkat dengan bertambahnya kadar
lemak pakan. Tingginya lemak tubuh ikan disebabkan adanya peningkatan lemak
yang dikonsumsi sebagai akibat bertambahnya kadar lemak di dalam pakan.
Lemak pakan yang dikonsumsi ikan dan yang tidak digunakan sebagai sumber
energi disimpan sebagai lemak tubuh. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Rahimnejad et al. (2015) bahwa kadar lemak yang tinggi di dalam pakan dan
tidak digunakan sebagai sumber energi oleh ikan akan di deposit sebagai lemak
tubuh ikan. Beberapa penelitian menunjukkan meningkatnya kadar lemak pakan
berpengaruh nyata terhadap kenaikan kadar lemak tubuh ikan seperti yang
dilaporkan oleh Tian et al. (2012) pada ikan Grass carp (Ctenopharyngodon
idella) dan Adamidou et al. (2011) pada ikan sharpsnout seabream (Diplodus
puntazzo). Sebaliknya, pada penelitian ini kadar air tubuh ikan berbanding
terbalik dengan kadar lemak tubuh ikan. Hasil penelitian yang sama juga
dilaporkan oleh Mohseni et al. (2011) pada ikan Persian sturgeon (Acipenser
persicus) dan Ai et al. (2004) pada ikan Japanese seabass (Lateolabrax
japonicus). Peningkatan kadar protein dan rasio energi protein pakan secara nyata
menurunkan kadar air tubuh ikan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar
protein dan energi pakan akan memengaruhi tekstur daging ikan.
Glikogen hati dan otot meningkat sejalan dengan kenaikan energi pakan.
Hal ini menunjukkan terpenuhinya kebutuhan energi pada perlakuan pakan
berenergi tinggi sehingga sintesis glikogen dari glukosa naik. Berdasarkan data
13

nilai glikogen hati dan otot, diketahui penyimpanan glikogen di hati lebih besar
dibandingkan penyimpanan glikogen dalam otot. Meningkatnya glikogen hati dan
otot pada ikan yang diberi perlakuan energi tinggi sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Enes et al. (2009) dan Wu et al. (2015) pada ikan hybrid striped
bass.
Pada ikan, lemak diangkut dalam bentuk lipoprotein, termasuk LDL dan
HDL. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol dari jaringan tubuh ke
hati, sedangkan LDL berperan dalam pengangkutan kolesterol dari hati ke
jaringan tubuh (Luo et al. 2014). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kolesterol, HDL dan LDL meningkat selaras dengan kenaikan kadar protein dan
rasio energi protein. Sesuai dengan pendapat Jiang et al. (2015) yang menyatakan
bahwa kolesterol, HDL dan LDL dapat dipengaruhi oleh kadar protein dan lemak
pakan. Dalam penelitian ini, peningkatan trigliserida yang selaras dengan
kenaikan kadar lemak pakan menunjukkan bahwa pengangkutan lemak lebih aktif
pada pakan berkadar lemak tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jiang et al. (2015) pada hybrid grouper dan Wang et al. (2017)
pada juvenil red-spotted grouper.
Kadar protein dan energi pakan secara nyata memengaruhi glukosa darah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Okorie et al. (2007) pada
ikan Japanese eel, Anguilla japonica. Glukosa memegang peranan penting
sebagai sumber energi. Jika jumlah glukosa lebih banyak dari yang dibutuhkan,
maka kelebihan glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen. Namun
kemampuan tubuh untuk menyimpan glikogen terbatas sehingga kelebihan
glikogen tersebut akan diubah dalam bentuk trigliserida (Kersten 2001). Hasil
penelitian ini menunjukkan nilai glukosa ikan gabus berkisar antara 84-115 mg
dL-1. Secara umum kadar glukosa darah pada semua perlakuan masih dalam
kisaran normal, berdasarkan pendekatan pada kisaran normal glukosa darah ikan
nila sebesar 32-137 mg dL-1 (Mauel et al. 2007).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein dan rasio energi
protein pakan secara nyata memengaruhi albumin. Peningkatan kadar protein dan
rasio energi protein menaikkan kadar albumin. Sesuai dengan pendapat Balmer

4 SIMPULAN

Pemberian pakan dengan kadar protein 37.5% dan rasio energi protein 12.07
kkal GE g-1 memberikan kinerja pertumbuhan ikan gabus yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Adamidou S, Rigos G, Mente E, Nengas I, Fountoulaki E. 2011. The effects of


dietary lipid and fibre levels on digestibility of diet and on the growth
14

performance of sharpsnout seabream (Diplodus puntazzo). Medit Mar


Sci.12(2):401-412.
Ai Q, Mai K, Li H, Zhang C, Zhang L, Duan Q, Tan B, Xu W, Ma H, Zhang W,
Liufu Z. 2004. Effects of dietary protein to energy ratios on growth and
body composition of juvenile Japanese seabass, Lateolabrax japonicus.
Aquaculture. 230:507–516.
Aliyu-Paiko M, Hashim R, Chong AS, Yogarajag L, El-Sayed AM. 2010.
Influence of different sources and level of dietary protein and lipid on the
growth, feed efficiency, muscle composition and fatty acid profile of
snakehead Channa striatus (Bloch, 1793) fingerling. Aquacult Res.
41:1365-1376.
[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods for The
Examination of The Water and Wastewater. Washington, DC: American
Public Health Association.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Method of
Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Arlington.
Virginia. USA: Association of Official Analytical Chemists. Inc.
Balmer PE. 2001. Chauses and mechanisms of hypoalbuminaemia. Clin Nut.
20:271-273.
Cheng W, Lai CS, Lin YH. 2013. Quantifying the dietary protein and lipid
requirements of marble eel Anguilla marmorata with different body weight.
J Fish Soc. 40:135–142.
Cho SH, Kim HS, Myung SH, Jung WG, Choi J, Lee SM. 2015. Optimum dietary
protein and lipid levels for juvenile rockfish (Sebastes schlegeli, Hilgendorf
1880). Aquacult Res. 46:2954-2961.
Courtenoy WRJr, Williams D. 2004. Snakehead (Pisces: Channidae) - A
Biological Synopsis and Risk Assesment. US Geological Survey Circular.
Ding LY, Zhang LM, Wang JY, Ma JJ, Meng XJ., Duan PC, Sun YZ. 2010.
Effect of dietary lipid level on the growth performance, feed utilization,
body composition and blood chemistry of juvenile starry flounder
(Platichthys stellatus). Aquacult Res. 41:1470–1478.
Enes P, Panserat S, Kaushik S, Oliva-Teles A. 2009. Nutritional regulation of
hepatic glucose metabolism in fish. Fish Physiol Biochem. 35:519–539.
Farhat KMA, Khan MA. 2011. Growth, feed conversion and nutrient retention
efficiency of African catfish, Clarias gariepinus (Burchell) fingerling fed
diets with varying levels of protein. J App Aquacult. 23(4):304-316.
Guo Z, Zhu X, Liu J, Yang Y, Lan Z, Xie S. 2012. Effects of dietary protein
level on growth performance, nitrogen and energy budget of juvenile
hybrid sturgeon Acipenser baerii × A. gueldenstaedtii. Aquaculture. 338:89–
95.
Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish Nutrition. California: Academic Press.
Hasan AJZ, Khan U. 2013. Protein sparring effect and the efficiency of different
compositions of carbohydrates, lipids and protein on the growth of rohu
(Labeo rohita) fingerlings. World J Fish Mar Sci. 5(3).244-250.
Jiang YD, Wang JT, Han T, Li XY, Hu SX. 2015. Effect of dietary lipid level on
growth performance, feed utilization and body composition by juvenile red
spotted grouper (Epinephelus akaara). Aquacult Int. 23:99–110.
15

Jiang S, Wu X, Li W, Wu M, Luo Y, Lu S, Lin H. 2015. Effects of dietary protein


and lipid levels on growth, feed utilization, body and plasma biochemical
compositions of hybrid grouper (Epinephelus lanceolatus ♂×Epinephelus
fuscoguttatus ♀) juveniles. Aquaculture 446. 148–155.
Kaushik SJ, Seiliez I. 2010. Protein and amino acid nutrition and metabolism in
fish: current knowledge and future needs. Aquacult Res. 41:322–332.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Statistik Perikanan Budidaya.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
Kersten S. 2001. Mechanisms of nutritional and hormonal regulation of
lipogenesis. EMBO Reports. 21:282–286.
Kim SS, Lee KJ. 2009. Dietary protein requirement of juvenile tiger puffer
(Takifugu rubripes). Aquaculture. 287:219–222.
Kim KW, Kim KD, Han HS, Moniruzzaman M, Yun H, Lee S, Bai SC. 2016.
Optimum Dietary Protein Level and Protein-to-energy Ratio for Growth of
Juvenile Parrot Fish, Oplegnathus fasciatus. J World Aquacult Soc. doi:
10.1111/jwas.12337.
Kpogue D, Gangbazo H., Fiogbe E. 2013. A preliminary study on the dietary
protein requirement of Parachanna obscura (Gunther, 1861) larvae. J Fish
Aquatic Scien. 13:111-117.
Ling S, Hashim R, Kolkovski S, Chong ASC. 2006. Effects of varying dietary
lipid and protein levels on growth and reproductive performance of female
Swordtail fish (Xiphorushelleri poeciliidae). Aquacult Res. 37:1267–
1275.
Luo L, Xue M, Vachot C, Geurden I, Kaushik S. 2014. Dietary medium chain
fatty acids from coconut oil have little effects on postprandial plasma
metabolite profiles in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Aquaculture.
420:24–31.
Mauel MJ, Miller DL, Merril AL. 2007. Hematologic and plasma biochemical
values of healthy hybrid tilapia Oreochromis aureus X Oreochromis
nilotica maintained in a recirculating system. J Zoo Wild Med. 38(3): 420–
424. doi:10.1638/06-025.1.
Mohseni M, Pourkazemi M, Hosseni MR, Hassani MHS, Bai SC. 2011. Effects of
the dietary protein levels and the protein to energy ratio in sub-yearling
Persian sturgeon, Acipenser persicus (Borodin). Aquacult Res. 44:378–387.
Mustafa A M, Aris W, Yohanes K. 2012. Albumin and zinc content of Snakehead
Fish (Channa striata) extract and its role in health. IEESE International J
Scien Tech (IJSTE). 1(2):1-8.
Ng WK, Abdullah N, De Silva SS. 2008. The dietary protein requirement of the
Malaysian mahseer, Tor tambroides (Bleeker), and the lack of protein-
sparing action by dietary lipid. Aquaculture 284: 201–206.
Nugroho AY. 2016. Perbandingan Efektivitas Terapi Albumin Ekstrak Ikan
Gabus Murni Dibanding Human Albumin 20% Terhadap Kadar Albumin
dan pH Darah pada Pasien Hipoalbuminemia. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Okorie EO, Kim YC, Lee S, Bae JY, Yoo JH, Han K, Bai SC, Park GJ, Choi SM.
2007. Reevaluation of the dietary protein requirements and optimum dietary
protein to energy ratios in Japanese eel, Anguilla japonica. J World
Aquacult Soc. 38:418–426.
16

Ozo’rio ROA, Valente LMP, Correia S, Pousao-Ferreira P, Damasceno-Oliveira


A, Ecorcio C, Oliva-Teles A. 2009. Protein requirement for maintenance
and maximum growth of two-banded seabream, Diplodus vulgaris,
juveniles. Aquacult Nutr. 15:85–93.
Rahimnejad S, Ban IC, Park JY, Sade A, Choi J, Lee SM. 2015. Effects of dietary
protein and lipid levels on growth performance, feed utilization and body
composition of juvenile hybrid grouper, Ephinephelus fuscoguttatus x E.
lanceolatus. Aquaculture. 446:283-289.
Rema P, Conceicao LEC, Evers F, Castro-Cunha M, Dinis MT, Dias J. 2008.
Optimal dietary protein levels in juvenile Senegalese sole (Solea
senegalensis). Aquacult Nutr. 14: 263–269.
Samantary K, Mohanty SS. 1997. Interactions of dietary levels of protein and
energy on fingerling snakehead, Channa striata. Aquaculture. 156:241-253.
Suprayudi, MA, Ihu MZ, Utomo NBP, Ekasari J. 2014 Protein and Energy:Protein
Ratio in Diets for Juvenile Bluefin Trevally Caranx melampygus. J App
Aquacult. 26:187–196.
Tian LX, Liu YJ, Yang HJ, Liang GY, Niu J. 2012. Effect of Different Dietary
Wheat Starch Level on Growth Feed Efficiency and Digestability in Grass
carp (Ctenopharyngodon idella). Aquacult Int. 20:283-293.
Doi:10.1007/s10499-011-945-6
Wang JT, Han T, Li XY, Yang YX, Yang M, Hu SX, Jiang YD, Harpaz S. 2017.
Effects of dietary protein and lipid levels with different protein- to- energy
ratios on growth performance, feed utilization and body composition of
juvenile red- spotted grouper, Epinephelus akaara. Aquacult Nutr. 1–9.
Wu XY, Castillo S, Rosales M, Burn A, Mandoza M, Gatlin III DM. 2015.
Relative use of dietary carbohydrate, non-essential amino acids, and lipids
for energy by hybrid striped bass, Morone chrysops ♀ × M. saxatilis ♂.
Aquaculture. 435:116-119.
Yufera M, Kolkovski S, Fernandez-Diaz, Pabrowski K. 2002. Free asam amino
acid leaching from proteinwalled microencapsulated diet for fish larvae.
Aquaculture. 214:273-287.
Zamora-Sillero J, Ramos LRV, Romanol LA, Monserrat JM, Tesser MB. 2013.
Effect of dietary dextrin levels on the growth performance, blood chemistry,
body composition, hepatic triglicerides and glycogen of Lebranche mullet
juveniles (Mugil liza Valenciennes 1836, Mugilidae). J. Appl. Ichthyol 29.
1342–1347.
Zhang J, Zhou F, Wang LL, Shao Q, Xu Z, Xu J. 2010. Dietary protein
requirement of juvenile black sea bream, Sparus macrocephalus. J World
Aquacult Soc. 41(2):151–164.
17

Lampiran 1 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova jumlah konsumsi pakan

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 10.706 5 2.141 27.160 .000
Galat 1.419 18 0.079
Total 12.125 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 21.24 a
B 4 21.22 a
C 4 21.94 b
D 4 22.97 d
E 4 22.65 22.65 cd
F 4 22.39 c
Sig. .931 1.000 .220 .124

Lampiran 2 Analisis statistik retensi protein (p<0,05)

Tabel Anova jumlah retensi protein

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 303.685 5 60.737 24.719 .000
Galat 44.228 18 2.457
Total 347.913 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05 Pengelompokan


Perlakuan Ulangan
1 2 3
A 4 27.83 a
B 4 32.44 b
C 4 32.54 b
D 4 39.58 c
E 4 31.31 b
F 4 30.91 b
Sig. 1.000 .191 1.000
18

Lampiran 3 Analisis statistik retensi lemak (p<0,05)

Tabel Anova jumlah retensi lemak

Sumber Jumlah Derajat bebas Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat (db) tengah (KT)
Perlakuan 3818.645 5 763.729 15.923 .000
Galat 863.328 18 47.963
Total 4681.973 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05 Pengelompokan


Perlakuan Ulangan
1 2 3 4
A 4 60.54 60.54 ab
B 4 72.10 c
C 4 51.31 a
D 4 92.14 d
E 4 67.90 67.90 bc
F 4 74.20 c
Sig. .076 .150 .239 1.000

Lampiran 4 Analisis statistik retensi energi (p<0,05)

Tabel Anova jumlah retensi energi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 1047.228 5 209.446 32.176 .000
Galat 117.170 18 6.509
Total 1164.399 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 18.94 a
B 4 25.77 b
C 4 22.35 22.35 ab
D 4 38.56 d
E 4 22.55 22.55 ab
F 4 31.59 c
Sig. .073 .090 1.000 1.000
19

Lampiran 5 Analisis statistik laju pertumbuhan harian (p<0,05)

Tabel Anova laju pertumbuhan harian

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan .326 5 .065 128.471 .000
Galat .009 18 .001
Total .335 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 1.74 a
B 4 1.89 1.89 bc
C 4 1.87 b
D 4 2.13 d
E 4 1.92 c
F 4 1.87 b
Sig. 1.000 .118 .101 1.000

Lampiran 6 Analisis statistik efisiensi pakan (p<0,05)

Tabel Anova efisiensi pakan

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 603.016 5 120.603 181.884 .000
Galat 11.935 18 .663
Total 614.951 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4 5
A 4 52.60 a
B 4 60.71 d
C 4 57.37 b
D 4 68.87 e
E 4 58.70 c
F 4 56.38 b
Sig. 1.000 .102 1.000 1.000 1.000
20

Lampiran 7 Analisis statistik total amonia nitrogen (p<0,05)

Tabel Anova total amonia nitrogen

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 248.809 5 49.762 8.591 .001
Galat 86.887 15 5.792
Total 335.696 20

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3
A 4 15.62 15.62 ab
B 4 13.06 a
C 4 19.70 19.70 bc
D 3 12.28 a
E 3 22.23 c
F 3 15.61 15.61 ab
Sig. .113 .051 .189

Lampiran 8 Analisis statistik kadar air (p<0,05)

Tabel Anova kadar air

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 28.821 5 5.764 16.842 .000
Galat 6.160 18 .342
Total 34.981 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 73.32 d
B 4 71.32 b
C 4 72.56 72.56 cd
D 4 69.87 a
E 4 72.22 72.22 bc
F 4 71.40 b
Sig. 1.000 .052 .429 .084
21

Lampiran 9 Analisis statistik kadar protein (p<0,05)

Tabel Anova kadar protein

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 4.381 5 .876 3.089 .035
Galat 5.106 18 .284
Total 9.487 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2
A 4 16.60 a
B 4 16.77 a
C 4 17.43 17.43 ab
D 4 17.82 b
E 4 16.77 a
F 4 17.07 17.07 ab
Sig. .060 .076

Lampiran 10 Analisis statistik kadar lemak tubuh ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova kadar lemak tubuh ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 11.848 5 2.370 76.395 .000
Galat .558 18 .031
Total 12.406 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 4.75 a
B 4 5.50 b
C 4 4.63 a
D 4 6.55 d
E 4 5.32 b
F 4 6.20 c
Sig. .368 .155 1.000 1.000
22

Lampiran 11 Analisis statistik kadar BETN tubuh ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova kadar BETN tubuh ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan .026 5 .005 4.712 .006
Galat .020 18 .001
Total .047 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 0.74 a
B 4 0.76 0.76 ab
C 4 0.80 0.80 0.80 bcd
D 4 0.84 d
E 4 0.77 0.77 0.77 abc
F 4 0.82 0.82 cd
Sig. .246 .088 .088 .178

Lampiran 12 Analisis statistik kadar abu tubuh ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova kadar abu tubuh ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 1.268 5 .254 1.338 .293
Galat 3.413 18 .190
Total 4.681 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk
Perlakuan Ulangan alpha=0.05 Pengelompokan
1 2
A 4 4.43 4.43 ab
B 4 4.94 b
C 4 4.53 4.53 ab
D 4 4.56 4.56 ab
E 4 4.48 4.48 ab
F 4 4.16 a
Sig. .243 .156
23

Lampiran 13 Analisis statistik glikogen hati ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova glikogen hati ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 76.782 5 15.356 246.215 .000
Galat 1.060 17 .062
Total 77.843 22

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4 5
A 4 0.20 a
B 4 2.15 c
C 4 0.3 a
D 4 5.21 e
E 3 3.29 d
F 4 0.76 b
Sig. .598 1.000 1.000 1.000 1.000

Lampiran 14 Analisis statistik glikogen otot ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova glikogen otot ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan .061 5 .012 39.191 .000
Galat .005 17 .000
Total .066 22

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3 4
A 4 0.15 a
B 4 0.20 b
C 4 0.16 a
D 4 0.31 d
E 4 0.24 c
F 3 0.19 b
Sig. .847 .701 1.000 1.000
24

Lampiran 15 Analisis statistik kolesterol darah ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova kolesterol darah ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 5658.333 5 1131.667 13.197 .000
Galat 1543.500 18 85.750
Total 7201.833 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2
A 4 144.75 a
B 4 176.75 b
C 4 154.50 a
D 4 183 b
E 4 174 b
F 4 187.50 b
Sig. .154 .073

Lampiran 16 Analisis statistik HDL darah ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova HDL darah ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 2869.333 5 573.867 32.280 .000
Galat 320.000 18 17.778
Total 3189.333 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2
A 4 31 a
B 4 54 b
C 4 36 a
D 4 57 b
E 4 55 b
F 4 59 b
Sig. .111 .140
25

Lampiran 17 Analisis statistik LDL darah ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova LDL darah ikan gabus


Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P
keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 81.040 5 16.208 1.024 .433
Galat 284.900 18 15.828
Total 365.940 23

Hasil uji lanjut Duncan


Subset untuk
Perlakuan Ulangan alpha=0.05 Pengelompokan
1
A 4 88.55 a
B 4 90.45 a
C 4 90.60 a
D 4 90.80 a
E 4 92.80 a
F 4 94.30 a
Sig. .085

Lampiran 18 Analisis statistik trigliserida darah ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova trigliserida darah ikan gabus


Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P
keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 6369.333 5 1273.867 8.368 .000
Galat 2740.000 18 152.222
Total 9109.333 23

Hasil uji lanjut Duncan


Subset untuk alpha=0.05
Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2
A 4 126 a
B 4 161.5 b
C 4 139.5 a
D 4 166 b
E 4 141 a
F 4 171 b
Sig. .120 .317
26

Lampiran 19 Analisis statistik glukosa darah ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova glukosa darah ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 2825.875 5 565.175 3.907 .014
Galat 2603.750 18 144.653
Total 5429.625 23

Hasil uji lanjut Duncan

Subset untuk alpha=0.05


Perlakuan Ulangan Pengelompokan
1 2 3
A 4 104 104 bc
B 4 112.5 112.5 bc
C 4 107 107 bc
D 4 115 c
E 4 93.33 93.33 ab
F 4 84 a
Sig. .291 .051 .250

Lampiran 20 Analisis statistik albumin darah ikan gabus (p<0,05)

Tabel Anova albumin darah ikan gabus

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F hitung Nilai P


keragaman kuadrat bebas (db) tengah (KT)
Perlakuan 1.188 5 .238 14.752 .000
Galat .290 18 .016
Total 1.478 23

Hasil uji lanjut Duncan


Subset untuk alpha=0.05 Pengelompokan
Perlakuan Ulangan
1 2 3
A 4 1.55 a
B 4 1.85 b
C 4 1.6 a
D 4 2.2 c
E 4 1.6 a
F 4 1.75 1.75 ab
Sig. .054 .280 1.000
27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pemalang pada 7 Juli 1979, merupakan anak kedua


dari dua bersaudara pasangan Ibu Kuntinah dan Bapak Kirnoto. Pendidikan
sarjana di tempuh pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, lulus pada tahun 2002.
Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister melalui jalur tugas belajar
pada Program Studi Ilmu Akuakultur Institut Pertanian Bogor diperoleh pada
tahun 2015.
Penulis bekerja di Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2002, dan saat ini ditugaskan di Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya. Artikel berjudul “Protein and Energy Protein
Ratio in Practical Diet for Juvenile Snakehead Channa striata” merupakan
bagian dari Karya Ilmiah program S-2 telah di-submitte pada Jurnal Aquaculture
Research dan saat ini berada pada tahap Awaiting Reviewer Scores.

Anda mungkin juga menyukai