Anda di halaman 1dari 37

REFLEKSI KASUS MEI 2019

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD TAUFIQ USMANI
N 111 17 067

PEMBIMBING KLINIK :
dr. RAYMOND R. ANURANTHA, Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia berasal dari bahasa latin, herniae, artinya penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga tersebut. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering
terjadi di perut dengan isi yang keluar berupa bagian usus. Hernia inguinalis lateralis
(indirek), ialah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak disebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus.1
Hernia dinding perut termasuk yang paling umum dari semua masalah bedah.
Hernia adalah penyebab utama hilangnya pekerjaan dan kecacatan dan kadang-kadang
mematikan. Pengetahuan tentang hernia dinding perut (biasa dan tidak biasa) dan
tonjolan yang menyerupai hernia adalah komponen penting dari armamentarium ahli
bedah umum dan anak.2
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan
lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.1
Hernia merupakan masalah umum yang sering didapati, namun insidensi
sebenarnya tidak diketahui. Diperkiraan 5% populasi akan mengalami hernia dinding
perut, tetapi prevalensinya mungkin lebih tinggi. Sekitar 75% dari semua hernia terjadi
didaerah inguinal, 2/3 diantaranya adalah hernia indirek, dan sisanya hernia direk. Pria
25 kali lebih mungkin mengalami hernia inguinal dibanding wanita. Pada pria hernia
indirek lebih mendominasi dari hernia direk dengan rasio 2:1, dan begitupun pada
wanita hernia direk sangat jarang terjadi. Rasio perempuan dan laki-laki pada hernia
femoral dan umbilikal, masing-masing adalah 10:1 dan 2:1. Meskipun hernia femoralis
lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, hernia inguinalis tetap menjadi
hernia paling umum diderita pada wanita. Strangulasi, merupakan komplikasi serius

1
paling umum terjadi pada penderita hernia, terjadi hanya pada 1%-3% dari hernia
inguinalis. Kebanyakan hernia strangulasi adalah hernia indirek, namun hernia
femoralis memiliki tingat strangulasi tertinggi (15% - 20%) dari semua hernia, dan
untuk alasan ini, disarankan agar semua hernia femoralis diperbaiki pada saat
ditemukan.3
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun
1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring
bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.3
Ruhl & Everhart (Mahmuda, Erina Nur. 2017) menyatakan angka kejadian
hernia inguinalis (medialis / direk dan lateralis / indirek) 10 kali lebih banyak daripada
hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80% dari seluruh
jenis hernia, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%, dan
hernia lainnya sekitar 3%
Perbaikan pada hernia inguinalis merupakan salah satu opersi umum dan
merupakan prosedur paling sering dilakukan di amerika. Estimasi hernia yang telah
dilakukan penanganan berkisar 800.000 kasus pada tahun 2003, dimana kasus ini
belum termasuk hernia rekuren ataupun hernia bilateral. Kemajuan dalam anestesi
perioperatif dan teknik operasi telah menjadikan ini sebagai operasi rawat jalan dengan
tingkat kekambuhan dan morbiditas yang rendah. Mengingat keberhasilan ini, kualitas
hidup dan menghindari rasa sakit kronis telah menjadi pertimbangan paling penting
dalam perbaikan hernia.4
Peningkatan derajat ekonomi sangat memengaruhi gaya hidup sehari-hari,
misalnya pola aktifitas dan pekerjaan disamping turut berdampak terhadap kesehatan
antara lain terjadinya hernia. Hampir 75% dari hernia abdominalis merupakan hernia
ingunalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia
disebut hernia skrotalis. Hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua per tiga dari
hernia ingunalis medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirect oleh karena keluar-nya tidak langsung menembus dinding abdomen. Hernia

2
inguinalis lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah
inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior. Penyebab terjadinya hernia
inguinalis lateralis yaitu karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat.5
Hernia merupakan suatu penyakit yang lazim didapatkan oleh semua dokter,
sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan
penatalaksaan hernia penting.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia
A. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1
B. Klasifikasi Hernia
1. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
a. Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang
terjadi sebagaiakibat dari perintah atau gangguan proses
perkembangan intrauterine – paten prosesus vaginalis adalah salah
satu contohnya.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita :
1) Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah,
seperti pada :
- Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh
darah femoralis yang melalui kanalis femoralis.
- Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara
normal, seperti pada regio lumbal
- Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk
menutup defek, seperti pada umbilikus

4
2) Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma
pada dinding, seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
2. Berdasarkan tempat terjadinya, hernia terbagi atas :
a. Hernia Femoralis
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya,
isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar
pada fosa ovalis.6

Gambar 1. Hernia Femoralis


b. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet
dan tidak adanya fasia umbilikalis.6

5
Gambar 2. Hernia Umbilikalis
c. Hernia Paraumbilikus
Hernia paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya
diperlukan tindakan operasi untuk dikoreksi.6

Gambar 3. Hernia Paraumbilikus


d. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar
melalui defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.6

6
Gambar 4. Hernia Epigastrika
e. Hernia Lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua trigonum
masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.6

Gambar 5. Hernia Lumbalis


f. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle,
hernia littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.6

7
Gambar 6. Hernia Littre
g. Hernia Spiegheli
Hernia spieghell ialah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di linea
semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.6

Gambar 7. Hernia Spieghel


h. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium.6

8
Gambar 8. Hernia Obturatoria
i. Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui
otot dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara
primer pada perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada
perineum, seperti prostatektomi, reseksi rektum secara
abdominoperineal, dan eksenterasi pelvis. Hernia keluar melalui dasar
panggul yang terdiri atas otot levator anus dan otot sakrokoksigeus
beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul.6

Gambar 9. Hernia Perinealis

9
3. Hernia menurut tingkat kegawatan yang terjadi : Hernia dapat reponibel,
ireponibel, akreta, inkarserata dan strangulasi.
a. Hernia reponibel
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar
ketika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel,
tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.6

Gambar 10. Hernia Reponibel Tanpa Inkaserasi dan Strangulasi


Keterangan gambar 2.: (1) Kulit dan jaringan subkutan (2) Lapisan
otot (3) Jaringan praperitoneal (4) Kantong hernia dengan usus.

b. Hernia Ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia.6

10
Gambar 11. Hernia ireponibel
c. Hernia Akreta
Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia.6
d. Hernia Inkaserata
Merupakan isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia
inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai
gangguan pasase.6

Gambar 12. Hernia inkaserata

11
e. Hernia Strangulata
Sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia
ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi, menjadi iskemia
parah dan gangren usus yang mengharuskan tindakan operasi segera.6

Gambar 13. Hernia Strangulata

2.2 Anatomi
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian
bawah dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Saluran
ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke
abdomen dan sebaliknya pula pada laki-laki. Pada perempuan, saluran ini dilalui
oleh ligamentum teres uteri yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendus.
Selain itu, saluran ini dilewati oleh nervus ilioinguinalis baik pada laki-laki
maupun perempuan.7

12
Gambar 14. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis


internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis
otot transversus abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal
ini dibatasi oleh annulus inguinalis externus, bagian terbuka dari aponeurosis otot
oblikus abdominis. Atapnya adalah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis
dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanalis inguinalis berisi funiculus
spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.1
Dinding abdomen pada region inguinal terdiri atas peritoneum, fasia
transversalis, musculus obliqus internus dan eksternus dan struktur aponeurosis
beserta kulit, kegagalan fasia transversalis untuk mencegah isi intra abdominal
untuk mengalami protrusi secara anatomi yang kemudian dikenal sebagai
orifisium miopektinal fruchaud, merupakan penyebab terjadinya hernia inguinal.
Hernia ini terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.7
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V”
dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian
atas muskulus transversus abdomins, iliopubik tract dan onterfovelar
(Hasselbach) ligamentum dan pembuluh darah epigastric inferior dibagain

13
medial. External inguinal ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis
muskulus obliqus eksternus, berbentuk “U” dengan ujung terbuka kearah inferior
dan medial.7

2.3 Embriologi
Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga
kehamilan, berupa divertikulum peritoneal yang terdiri dari bagian transversal
fasia endoabdominal.Pembentukan gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di
sebelah anteromedial nephrogenic ridges. Pada janin laki-laki, gonad dan
skrotum dihubungkan oleh gubernakulum, sementara pada janin perempuan,
gonad dan labia dihubungkan oleh ligamentum rotundum. Pada bulan ketiga
kehamilan mulai terjadi penurunan gonad. Pada bulan ketujuh gestasi, testis
mencapai annulus inguinalis eksterna. Penurunan testis pada janin dipengaruhi
oleh calcitonin gene- related peptide (CGRP) yang dihasilkan melalui androgen
fetal oleh saraf genitofemoral. CGRP juga mempengaruhi penutupan prosesus
vaginalis paten (PPV). Akan tetapi, proses penutupan ini belum dipahami
sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan, testis mulai turun dari kanal dengan
dipandu oleh prosesus vaginalis.7
Faktor yang mengatur penurunan testis tidak sepenuhnya jelas. Hal ini
menunjukkan, walaupun perkembangan ekstra-abdomen dari gubernaculum
menghasilkan migrasi intra-abdominal, terdapat peningkatan tekanan intra-
abdominal yang menyebabkan penurunan organ memlalui canalis inguinalis, dan
regresi gubernaculum extra-abdominal ini melengkapi pergerakan testis ke
skrotum. Secara normal, testis mencapai region inguinalis sekitar kehamilan 12
minggu, bermigrasi melalui canalis inguinalis pada 28 minggu dan mencapai
skrotum pada usia 33 minggu. Proses ini dipengaruhi oleh hormon, termasuk
androgen dan MIS (Müllerian Inhibiting Substance). Selama penurunan, suplai
darah ke testis dari aorta dipertahankan, dan pembuluh darah testikularis meluas
dari posisi awalnya di lumbar turun ke testis di dalam skrotum.7

14
Gambar 15. Embriologi
Secara embriologi, penurunan prosesus vaginalis bersama dengan testis
terjadi pada bulan ketiga kehidupan fetus. Testis turun dari dinding belakang
abdomen melalui canalis inguinalis menuju kantong skrotum, hal ini erat
hubungannya dengan kejadian hernia inguinalis pada anak-anak. Pada waktu
perkembangan lebih lanjut bagian distal prosesus vaginalis bersatu dan menutupi
testis yang disebut sebagai prosesus vaginalis peritonei sedangkan bagian
proximal berobliterasi. Apabila bagian proximal prosesus vaginalis peritonei
tidak menutup sempurna, dapat terjadi hernia dengan atau tanpa hidrokel.7
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang
normal. Pada fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus
testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya terdapat di rongga
retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei. Pada
umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus

15
inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia
didaerah tersebut.1
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah
tersebut ialah titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen kanal itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih produktif dan
melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah
sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena
pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada
saat BAB.1
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan
semakin lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis
karena kelemahan trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena
penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi prostat.1

2.4 Hernia Inguinalis Lateralis


a. Definisi
Hernia
inguinalis lateralis adalah tonjolan dari perut di
lateral pembuluh epigastrica inferior, yang keluar melalui dua
pintu dan saluran yaitu annulus dan canalis inguinalis.
b. Etiologi
1. Kelemahan otot dinding abdomen
- Kelemahan jaringan
- Adanya daerah yang luas diligament inguinal
- Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal
- Obesitas

16
- Mengangkat benda berat
- Mengejan
- Kehamilan
- Batuk kronik
- Hipertrofi prostat
Pada hernia lateralis dikatakan lateralis karena menonjol dari perut di
lateral pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar
melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada
pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat
terjadi secara kongenital atau akuisita :
A. Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi
dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap
berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan
demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum
tersebut.4
B. Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada
suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal
dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.
Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi
hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.4
c. Epidemiologi
Pada hernia inguinalis lateralis keluhan pada orang dewasa berupa
benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau
mengangkat beban berat dan menghilang waktu istirahat baring. Sekitar 80-
90% dari hernia inguinalis lateralis ditemukan pada laki-laki dan 10% pada
perempuan. Lebih dari 750.000 pasien yang menjalani operasi per tahun di
Amerika Serikat. Insidens hernia inguinalis lateralis yang mengalami

17
inkarserata atau strangulata bervariasi 5-15% pada seluruh dunia. Hernia
inguinalis inkarserata dan strangulata merupakan kasus akut abdomen yang
harus segera ditangani oleh karena dapat memengaruhi morbiditas (19-30%)
dan juga mortalitas (1,4-13,4%).5
d. Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga
terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea.
Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal
sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang
kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.7
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami
proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk – batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek
tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital
dan dapat terjadi pada semua.7

18
Gambar 16. Hernia Ingunalis Lateralis
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran
isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan
perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.7
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

19
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.7

2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipatan
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atu mengedan dan
menghilang saat berbaring. Keluhan nyeri jarang didapatkan, kalaupun ada,
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia.4
Pemeriksaan fisik adalah jalan terbaik untuk menetukan ada atau tidaknya
hernia inguinal. Diagnosis dapat ditegakkan dengan insipeksi sederhana ketika
tampak benjolan. Hernia yang tidak terlihat memerlukan pemeriksaan digital
pada canalis inguinalis. Cara klasik pemeriksaannya adalah hernia indirek dapat
didorong kembali dengan ujung jari, jika hernia tersebut dapat direposisi pada
waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan, jika
ujung jari menyentuh hernia, maka dapat dikatakan hernia inguinalis lateralis,
dan jika bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis.4
Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan
atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsisitensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan
jari telunjuk atau jari kelingnking pada anak, cincin hernia, berupa annulus yang
melebar, kadang dapat diraba.4

20
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya cara pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasty. Pada
herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian reposisi dan
kantong hernia diikat setinggi mungkin dan kantong dijahit setinggi mungkin lalu
dipotong.7
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori utama:7
a. Open anterior repair
Teknik open anterior repair diantaranya menggunakan teknik Bassini,
Mc Vay atau melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliqus eksternus
abdominis dan membebaskan funikulus spermatikus. Fascia transversalis
kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis inguinalis, celah hernia direct
atau indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis inguinalis
direkonstruksi. Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan rekonstruksi,
tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia
disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis.Kelemahannya
yaitu yang terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri
juga dapat terjadi nekrosis otot yang menyebabkan jahitan terlepas dan
mengakibatkan kekambuhan.
1) Teknik Bassini 3,4,7
Komponen utama dari teknik bassini adalah:
a) Membelah aponeurosis otot obliquus eksternus abdomminis di
canalis inguinalis hingga ke cincin eksterna.
b) Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari
hernia indirect sekaligus mengispeksi dasar dari kanalis inguinal
untuk mencari hernia direct.

21
c) Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis
(fascia transversalis).
d) Melakukakan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin.
e) Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia tranversalis,
otot tranversalis abdominis dan otot abdominis internus ke
ligamentum inguinalis lateral.

Gambar 17. Teknik Bassini


2) Teknik Mc Vay
Operasi ini memiliki persamaan dengan teknik Bassini, kecuali
dalam penggunaan ligamentum Cooper’s sebagai pengganti dari
ligamentum inguinalis untuk bagian medial dari perbaikan. Penjahitan
dilakukan mulai dari tuberkulum pubik lateral hingga sepanjang
ligamentum Cooper’s, sehingga mempersempit cincin femoral. Jahitan
terakhir pada ligamentum Cooper’s diketahui sebagai jahitan transisi dan
mencakup ligamentum inguinal. Penjahitan memiliki dua tujuan, yaitu (1)
mempersempit cincin femoral dengan mendekatkan ligamentum ingunal
dengan ligamentum Cooper’s serta jaringan median, dan (2) menyediakan
media transisi untuk ligamentum inguinalis dan pembuluh darah femoral

22
sehingga dapat melanjutkan ke sisi lateral. Memberikan tension bertujuan
untuk menjembatani pada jarak defek yang lebar.Pada beberapa literature
dijelaskan tension dapat menyebabkan nyeri dibandingkan hernioraphy
dan predisposisi recurrent.Untuk alasan ini, teknik Mc Vay jarang
menjadi pilihan, kecuali pada hernia femoral atau pasien dengan spesifik
kontraindikasi.

Gambar 18. Teknik Mc Vay


b. Open posterior repair
Open posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus)
dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke
cincin luar dan masuk ke peritoneal space. Diseksi kemudian diperdalam ke
semua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik
open anterior alah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari
jaringan parut dari operasi sebelumnya.7
c. Tension-Free repair with mesh
Operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak

23
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan
sebuah prosthesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki
defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia.
Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan
dilaporkan kurang dari 1%.7
Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang
penggunaan inplant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau
penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah
mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus popular. Teknik ini
dilakukan dengan anestesi local, regional, atau general.3,4
d. Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin popular dalam beberapa tahun
terakhir. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di region ingunal diatas peritoneum.
Teknik ini ditinggalkan karena potensi obtruksi usus halus dan pembentukan
fistel karena paparan usus terhadap mesh.8
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphy dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan yaitu transabdominal preperitoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP), pendekatan TAPP dilakukan dengan
meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki
region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan
kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah
prosedur laparoscopic dimana akan diletakkan mesh pada luar peritoneum.8

2.7 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini
terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal,
atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.1

24
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan
cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal,
fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.1
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia inkarserata.
Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat
darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.1

2.8 Prognosis
Prognosis hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta
kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka dan obstruksi usus
segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis
dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi. Prognosis biasanya cukup baik bila
hernia diterapi dengan baik. Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari
3%.1

25
BAB III
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 72 tahun
Pekerjaan : Buruh tani
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 6 April 2019

Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah disertai bengkak pada kantung buah
zakar sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan dirasakan sejak 2 tahun terakhir, nyeri hilang timbul memberat pada
jam 23.00 (5/4/2019). Riwayat bengkak kantung buah zakar sejak kurang lebih 5
tahunan, bengkak sebelumnya hanya kecil namun lama kelamaan semakin membesar.
Sebelum ada bengkak pada buah zakar kanan, mulanya muncul benjolan pada lipatan
paha sebelah kanan kadang disertai nyeri dan lama kelamaan benjolan turun ke buah
zakar. Biasanya benjolan muncul saat pasien sedang berdiri dan melakukan aktivitas
yakni mengangkat air, mengangkat barang-barang dan mengedan saat BAB, terasa
nyeri, nyerinya hilang timbul. Keluhan lain seperti mual, muntah, batuk, sesak, sakit
kepala disangkal pasien. BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya pernah memiliki benjolan dilipatan
paha sebelah kanan sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu. Riwayat HT (+) tidak
terkontrol, DM (-), penyakit jantung (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : HT (-), DM (-), penyakit jantung (-), hanya pasien yang
menderita keluhan seperti ini.

26
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- TD : 170/90 mmHg
- N : 88 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,7 oC

Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor ukuran 2,5
mm/2,5 mm, refleks cahaya +/+
Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : (Inspeksi) simetris bilateral


(Palpasi) vokal fremitus ka=ki
(Perkusi) sonor +/+
(Auskultasi) vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : (Inspeksi) tampak cembung


(Auskultasi) peristaltik (+) normal
(Palpasi) nyeri tekan (+) regio inguinal dextra
(Perkusi) tympani (+)

Ekstremitas : (Atas) hangat +/+, edema -/-


(Bawah) hangat +/+, edema -/-

27
Status Lokalis:
Regio skrotalis dextra:

Inspeksi: tampak benjolan berbentuk agak bulat,


diameter ± 12 cm, permukaan rata, warna sesuai
warna kulit, tidak kemerahan.

Palpasi: teraba massa di daerah skrotum dextra


dengan diameter ± 12 cm, tidak teraba hangat,
massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.

Auskultasi: bising usus (+).

Resume
Pasien laki-laki umur 72 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
dirasakan sejak 2 tahun terakhir, nyeri hilang timbul memberat pada jam 23.00
(5/4/2019). Disertai riwayat bengkak kantung buah zakar sejak kurang lebih 5 tahunan,
bengkak sebelumnya hanya kecil namun lama kelamaan semakin membesar. Sebelum
ada bengkak pada buah zakar kanan, mulanya muncul benjolan pada lipatan paha
sebelah kanan kadang disertai nyeri dan lama kelamaan benjolan turun ke buah zakar.
Biasanya benjolan muncul saat pasien sedang berdiri dan melakukan aktivitas yakni
mengangkat air, mengangkat barang-barang dan mengedan saat BAB, terasa nyeri,

28
nyerinya hilang timbul. Pasien sebelumnya pernah memiliki benjolan dilipatan paha
sebelah kanan sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu. Riwayat HT (+) tidak terkontrol.
Pada skrotalis dextra tampak benjolan berbentuk lonjong, diameter ± 12 cm, permukaan rata,
warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan, teraba massa di daerah skrotum dextra dengan
diameter ± 12 cm, tidak teraba hangat, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba, bising
usus (+).

Diagnosis Kerja : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Ireponibel

Diagnosis Banding : - Hidrokel


- Tumor testis
- Varikokel
- Orchitis
- Undecensuss testis

Planning Diagnostik : - Cek Darah Rutin


- HbsAg, SGOT, SGPT, GDS, Ureum, Kreatinin
- USG Abdomen

Planning Operatif : - Pro herniotomy dan herniography


- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

Prognosis : Dubia ad Bonam

Pemeriksaan Penunjang (5 April 2019)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Leukosit 8.60 4.00-11.00 103/uL

29
Eritrosit 5.20 4.00-6.20 106/uL
Hemoglobin 15.1 12.0-18.0 g/dL
Hematokrit 45.2 35.0-55.0 %
Trombosit 253 150-400 103/uL
PT 17.25 11-18 Detik
APTT 27.95 27-42 Detik
HbsAg Non Reactive Non Reactive (<0.05) IU/mL
SGOT 11.3 < 35 U/L
SGPT 6.5 < 45 U/L
Gula Darah Sewaktu 114 70-140 mg/dL
Urea 26.3 10-50 mg/dL
Kreatinin 1.17 < 1.3 mg/dL
USG Abdomen
Belum dilakukan

Foto Thorax

Kesan: Cardiomengaly + Elongatio et Atherosclerosis Aortae

30
Diagnosis Akhir : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Ireponibel

Planning Operatif : - Pro herniotomy dan herniography


- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/iv
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

Follow Up Harian
08/04/2019
S : Nyeri perut kanan bawah (+), nyeri buah zakar (+) berkurang, demam (-), mual (-
) muntah (-), BAK (+) biasa, BAB (+) biasa
O : TD : 170/80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,7 oC
A : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Ireponibel PH 2
P :
- Pro herniotomy dan hernioraphy 09/04/2019
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac 30mg/8jam/IV
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
09/04/2019
Pasien telah dipuasakan jam 00.00 dan di dorong ke kamar operasi 09.00
Alat dan bahan untuk operasi telah disiapkan
TD : 190/120 mmHg
N : 102 x/menit
RR : 20 x/menit

31
S : 36,6 oC
Dokter anestesi memutuskan menunda operasi dengan alas an tekanan darah pasien
terlalu tinggi dan menganjurkan pasien terlebih dahulu konsul ke dokter jantung.

S : Nyeri perut kanan bawah (+), nyeri buah zakar (+) berkurang, demam (-), mual (-
) muntah (-), BAK (+) biasa, BAB (+) biasa
O : TD : 180/110 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7 oC
A : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Ireponibel PH 3
P :
- Apabila tekanan darah terkontrol disiapkan tindakan herniotomy dan hernioraphy
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
- Inj. Ketorolac 30mg/8jam/IV
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
- Konsul dokter spesialis jantung
10/04/2019
S : Nyeri perut kanan bawah (+), nyeri buah zakar (+) berkurang, demam (-), mual (-
) muntah (-), BAK (+) biasa, BAB (+) biasa
O : TD : 180/110 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7 oC
A : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Ireponibel PH 4
P :
- Aff infus
- Aff kateter urin

32
- Cefixime 100 mg 2x1
- Paracetamol 500 mg 3x1
- Ranitidin 150 mg 2x1
- Rawat Jalan
- Kontrol poli dokter spesialis jantung

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan autoanamnesis dari Tn.N umur 72 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan nyeri perut dirasakan sejak 2 tahun terakhir, nyeri hilang timbul memberat
pada jam 23.00 (5/4/2019). Disertai riwayat bengkak kantung buah zakar sejak kurang
lebih 5 tahunan, bengkak sebelumnya hanya kecil namun lama kelamaan semakin
membesar. Sebelum ada bengkak pada buah zakar kanan, mulanya muncul benjolan
pada lipatan paha sebelah kanan kadang disertai nyeri dan lama kelamaan benjolan
turun ke buah zakar. Biasanya benjolan muncul saat pasien sedang berdiri dan
melakukan aktivitas yakni mengangkat air, mengangkat barang-barang dan mengedan
saat BAB, terasa nyeri, nyerinya hilang timbul. Pasien sebelumnya pernah memiliki
benjolan dilipatan paha sebelah kanan sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu. Riwayat
HT (+) tidak terkontrol. Pada skrotalis dextra tampak benjolan berbentuk lonjong, diameter
± 12 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan, teraba massa di daerah
skrotum dextra dengan diameter ± 12 cm, tidak teraba hangat, massa teraba lunak, fluktuasi (-),
testis tidak teraba, bising usus (+).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis hernia skrotalis
irreponible dextra di mana pada daerah skrotum kanan ditemukan massa pada skrotum, berbentuk
agak bulat di mana ini menandakan sebelumnya mengalami hernia inguinalis lateralis. Benjolan juga
kenyal, mobile dan finger test teraba benjolan di ujung jari pemeriksa. Warna
kulit sama dengan warna kulit di sekitarnya (menyingkirkan adanya radang).
Pada kasus hernia inguinalis lateralis, pemeriksaan darah rutin kurang
menunjang untuk dijadikan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan
darah rutin dilakukan untuk menilai apakah terdapat faktor komorbid yang lain, seperti
infeksi atau anemia.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan, dapat ditegakkan diagnosis pasien ini mengalami hernia skrotalis dextra
ireponibel, hal ini sudah sesuai dengan teori-teori yang telah dipaparkan.

34
Untuk penatalaksanaan dari hernia ingunalis lateralis adalah dengan dilakukan
tindakan operatif. Pada pasien ini dilakukan tindakan hernioraphy untuk mengatasi
keluhan pasien, hal ini sudah sesuai dengan teori. Operasi hernioraphy yang dilakukan
berupa herniotomi dan hernioplasti, dengan operasi ini dilakukan pembukaan kantong
hernia untuk memastikan isi kantong hernia dan setelah dilakukan pembukaan kantong
hernia maka bias didapatkan berupa usus halus. Namun pada pasien ini belum
dilakukan operasi hernioraphy, karena tekanan darah pasien terlalu tinggi yakni
190/120 mmHg. Dengan itu tidak memenuhi syarat tindakan anestesi.
Maka pasien tetap dianjurkan untuk berobat ke dokter spesialis jantung terlebih
dahulu kemudian kontrol ke dokter bedah untuk dijadwalkan kembali operasinya.
Namun pasien sampai saat ini belum datang kembali ke RSU Anutapura untuk berobat,
sehingga pasien dapat diprognosis dengan dubia ad malam. Pengobatan rasional hernia
hanya dengan operasi.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Sistem Organ dan Tindak
Bedahnya. Edisi 4, Vol. 2. EGC: Jakarta.
2. Rather, AA. Geibel, J. Abdominal Hernia. Medscape. 2018. Diakses 1 Maret 2019,
dari https://emedicine.medscape.com/article/189563-overview#a2
3. Townsend, Courtney M. 2004. Sabiston Textbook of Surgery. 17thEdition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217
4. Brunicardi, F Charles. 2005. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth edition.
New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
5. Rawis, CG. Limpeleh, HP. Wowiling, PAV. Pola Hernia Inguinalis Lateralis di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014. Jurnal
e-Clinic (e-Cl). Vol. 3, No. 2, pp 695-699. 2015. Diakses 1 Maret 2019, dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/8603/8176
6. Amrizal, 2015. Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA, Vol.6
(No.1), September 2015. Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu
Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat dr. M. Djamil Padang
7. Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. EGC.
Jakarta.
8. Sadler TW. 2000. Langmasn’s Medical Embriology 8th Edition. Lippincott
William & Wilkins. New York.

36

Anda mungkin juga menyukai