Anda di halaman 1dari 13

“PERUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan


“PERUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN”
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

ANGGOTA KELOMPOK :
1. ANNISA RAHMAWATI (1201200018)
2. RISSA DAMAYANTI (1201200019)
3. TIYAS YULIANINGSIH (1201200020)
4. ENDY VILANTY A. (1201200021)
5. SISILIA TANTRI (1201200022)
6. RIZKA BERTI PRADANA (1201200023)
7. BAYU ALFI KURNIA (1201200024)
8. GEMALA AQILAH W.P (1201200025)
9. NOVI WIJAYANTI (1201200026)
10. ARIZEKI ARIVANI (1201200027)

KELAS 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN AJARAN 2012 / 2013

KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul ”Perumusan Rencana Asuhan Keperawatan” ini,
dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan harapan mampu
menambah dan meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yaitu mengenai permasalahan keluarga yang pada umumnya sering terjadi di sekitar kita dan
solusi pemecahannya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :
Bapak Samsul Bahri selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Keluarga yang senantiasa mendukung secara moril maupun materil, dan
Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung ikut membantu terselesaikannya makalah
ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan
di kemudian hari.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Lawang, Oktober 2012


Penulis

III. PERUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. PRINSIP UMUM
Pengertian rencana asuhan keperawatan :
· Jenniver dan Mark : Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang intervensi
rencana keperawatan.
· Mayer : Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis, identifikasi
masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi.
· Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien. Atau disebut juga suatu pemikiran
tentang perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien,
berdasarkan analisis pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan atau keperawatannya.
· Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat, D.III Keperawatan).
· Rumusan tujuan asuhan keperawatan harus berfokus pada pasien secara jelas, singkat, dapat
diukur dalam periode tertentu, realistik ditentukan bersama antara perawat dan pasien (subjek).

2. PERENCANAAN
A. Tujuan
Tujuan Umum :
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawat dan antar tim kesehatan lainnya.
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien.
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.

Tujuan Klinik :
Prioritas diagnosa evaluasi, mengarahkan kriteria hasil dan tujuan keperawatan intervensi.
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa
yang dilaksanakan.
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya untuk melaksanakan tindakan.

Tujuan Administratif :
Lebih fokus, tanggung jawab, independen, perbaikan kualitas askep,
fokus, arah dokumentasi, dan alat komunikasi.
1. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4. Menyediakan kriteria klasifikasi klien.

Tahap perencanaan memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat
untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

B. Alasan Rencana Perawatan (Renpra) :


· Karena berisi informasi/data penting dan jelas.
· Masalah klien dapat diidentifikasi dengan jelas.
· Dapat digunakan sebagai pedoman intervensi keperawatan.
· Sebagai alat komunikasi antar perawat, tim kesehatan dan klien.
· Memudahkan proses keperawatan yang berkelanjutan dalam intervensi dan evaluasi secara
konsisten.
· Sebagai dokumentasi khusus untuk keinginan dan hasil yang diharapkan klien/pasien.

C. Tipe – Tipe Rencana Perawatan (Renpra) :


— Desain renpra secara “tradisional” : yaitu renpra yang ditulis dan dikembangkan oleh perawat
dan ditujukkan terutama pada pasien-pasien khusus.
— Desain renpra yang “standar“ : yaitu renpra yang ditulis dan dikembangkan oleh komite
keperawatan dan digunakan pada pasien umum → digunakan untuk terapi dan keperawatan.

D. Macam-Macam Standar Rencana Perawatan (Renpra) :


— 1. Renpra yang berdasarkan diagnosis medis dan prosedur.
— 2. Renpra berdasarkan diagnosis keperawatan.
— 3. Renpra dicatat secara komputerisasi.

E. Komponen Tahap Perencanaan :

1. Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan


Pada pengkajian, perawat menemukan berbagai masalah pada klien. Setelah merumuskan
diagnosa keperawatan untuk masalah klien, perawat mulai membuat urutan diagnosa keperawatan.
Urutan diagnosa keperawatan tersebut memungkinkan perawat, klien dan orang terdekat untuk
mengatur masalah - masalah klien sesuai dengan urutan kepentingan dan urgensinya.
Diagnosa keperawatan diurutkan dengan prioritas tinggi, sedang dan rendah. Perawat, klien,
keluarga dan orang terdekat berfokus pada usaha-usaha mengatasi masalah klien dengan prioritas
tertinggi lebih dulu. Masalah dengan prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam
hidup (mis : bersihan jalan nafas ). Masalah dengan prioritas sedang berhubungan dengan situasi
yang tidak gawat dan situasi yang tidak mengancam hidup klien (mis : higiene individu). Masalah
dengan prioritas rendah tidak berhubungan secara langsung dengan keadaan sakit atau masalah
yang spesifik (mis : masalah kebutuhan sosial klien). Masalah dengan prioritas tinggi (mis :
membuat jalan nafas yang bersih) membutuhkan perhatian yang cepat sebelum masalah dengan
prioritas rendah (mis : memenuhi kebutuhan sosial klien).
Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow (1968) membantu perawat untuk memprioritaskan
urutan diagnosa keperawatan. Kerangka hirarki ini termasuk kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Lima tingkatan dari hirarki tersebut adalah:
· Fisiologis
· Keselamatan dan keamanan
· Mencintai dan memiliki
· Harga diri
· Aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri.
Contohnya, orang yang kekurangan makanan akan mencari makanan lebih dulu sebelum mencari
tujuan karirnya.

2. Membuat Kriteria Hasil


Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan dapat diukur dimana klien untuk
mencapainya kriteria hasil menggambarkan meteran untuk mengukur hasil akhir askep. Kriteria
hasil merupakan tujuan ke arah mana perawat kesehatan diarahkan dan dasar untuk rencana askep.
Kriteria hasil harus konsisten dengan terapi dari tim multidisiplin. Contohnya kriteria hasil
saling berhubungan dengan hasil yang dibuat oleh ahli gizi, ahli terapi fisik dan okupasi, dokter,
pekerja sosial dan yang lainnya. Kriteria hasil disusun bersama-sama klien, keluarga, dan orang
terdekat. Kegagalan klien dan keluarga dalam menentukan kriteria hasil dan identifikasi hasil yang
realistik mempengaruhi resolusi masalah.
Tujuan, sasaran, dan hasil yang diharapkan dari klien yang diinginkan adalah sinonim yang
mempunyai arti yang sama sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil mengidentifikasi tahapan yang
harus diselesikan klien dalam upaya mencapai kriteria hasil. Kriteria hasil memberikan arah untuk
intervensi keperawatan dan memberikan pondasi untuk evaluasi askep.
Setiap kriteria hasil membuat kata kerja yang dapat diukur untuk memudahkan proses evaluasi.
Kata kerja yang dapat diukur menunjukkan tindakan yang dapat dilihat, didengar,dan dirasakan
oleh perawat. Kriteria hasil dituliskan dalam rencana askep. Pada tahap lima, yaitu tahap terakhir
dari proses keperawatan, perawat kembali menuliskan kriteria hasil untuk mengevaluasi apakah
klien telah berhasil mencapai hasil tersebut.
Komponen Pernyataan Kriteria Hasil :
a. Subjek :
Menunjukkan siapa yang mencapai kriteria hasil. Mis: Klien, keluarga, atau o rang terdekat
dan masyarakat.
b. Kata kerja yang dapat diukur :
Menunjukkan tindakan, tingkah laku, dan respon dari klien yang dapat dilihat, didengar , atau
diraba, jadi dapat diukur.
c. Hasil :
Menunjukkan respon fisiologis, psikologis, dan gaya hidup yang diharapkan dari klien terhadap
intervensi. Klien diharapkan berespon dalam tingkah laku yang spesifik terhadap intervensi
keperawatan tertentu.
d. Kriteria :
Mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil. Kriteria menunjukkan tingkatan kecakapan
yang diperlukan untuk menyelesaikan hasil akhir.
e. Target waktu :
Menunjukkan periode waktu tertentu yang diinginkan untuk mencapai kriteria hasil. Batasan
waktu membantu perawat dalam evaluasi. Tahap untuk memastikan apakah kriteria hasil dicapai
dalam periode waktu tersebut.
3. Menulis instruksi keperawatan
Instruksi keperawatan merupakan tindakan-tindakan spesifik yang diimplementasikan oleh
perawat untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Instruksi keperawatan menunjukkan
tindakan yang spesifik, dapat diukur, dapat diamati dan realistik yang dilakukan oleh perawat.
Instruksi keperawatan, tindakan keperawatan, dan intervensi keperawatan merupakan istilah yang
dapat dipertukarkan penggunaannya.
A. Komponen Instruksi Keperawatan :
· Tanggal : Hari, bulan dan tahun ditulis pada rencana askep oleh perawat.
· Kata kerja yang dapat diukur : Merupakan tindakan perawat yang dapat dilihat, dirasa dan
didengar.
· Subjek : Menunjukkan siapa yang menerima tindakan perawatan.
· Hasil : Menunjukkan hasil yang dituju dari tindakan perawat.
· Target waktu : Menunjukkan periode dimana perawat mengimplementasikan instruksi
keperawatan.
· Tanda tangan : Membuktikan kebenaran instruksi keperawatan.

B. Tipe Instruksi Keperawatan:


• Diagnostik
Mengkaji kemajuan klien ke arah pencapaian kriteria hasil dengan pemantauan aktivitas klien
secara langsung. Instruksi diagnostik dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam
upaya untuk mengisi informasi yang kurang.
• Terapeutik
Menunjukkan tindakan oleh perawat yang secara langsung mengurangi, memperbaiki atau
mencegah ekserbasi masalah.
• Penyuluhan
Meningkatkan perawatan diri klien dengan membantu individu untuk memperoleh tingkah laku
baru yang mempermudah resolusi masalah klien. Instruksi penyuluhan menekankan partisipasi
klien untuk bertanggungjawab terhadap perawatan diri.
• Rujukan
Menekankan peran perawat sebagai koordinator dan manajer dalam perawatan klien dalam
anggota tim perawat kesehatan.
3. CONTOH RUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
PERENCANAAN
1
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah
gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal
Dengan Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan
obat vasokontriksi
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
2
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria Hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
5. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan
6. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan
yang mati.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti biotik.
3
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria Hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
8. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
9. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
10. Ciptakan lingkungan yang tenang.
11. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
12. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien
13. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
14. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

ANGGOTA KELOMPOK :
1. ANNISA RAHMAWATI (1201200018)
2. RISSA DAMAYANTI (1201200019)
3. TIYAS YULIANINGSIH (1201200020)
4. ENDY VILANTY A. (1201200021)
5. SISILIA TANTRI (1201200022)
6. RIZKA BERTI PRADANA (1201200023)
7. BAYU ALFI KURNIA (1201200024)
8. GEMALA AQILAH W.P (1201200025)
9. NOVI WIJAYANTI (1201200026)
10. ARIZEKI ARIVANI (1201200027)

KELAS 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN AJARAN 2012 / 2013

KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul ”Perumusan Rencana Asuhan Keperawatan” ini,
dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan harapan mampu
menambah dan meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yaitu mengenai permasalahan keluarga yang pada umumnya sering terjadi di sekitar kita dan
solusi pemecahannya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :
Bapak Samsul Bahri selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Keluarga yang senantiasa mendukung secara moril maupun materil, dan
Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung ikut membantu terselesaikannya makalah
ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan
di kemudian hari.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Lawang, Oktober 2012

Penulis

III. PERUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. PRINSIP UMUM
Pengertian rencana asuhan keperawatan :
· Jenniver dan Mark : Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang intervensi
rencana keperawatan.
· Mayer : Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis, identifikasi
masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi.
· Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien. Atau disebut juga suatu pemikiran
tentang perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien,
berdasarkan analisis pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan atau keperawatannya.
· Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat, D.III Keperawatan).
· Rumusan tujuan asuhan keperawatan harus berfokus pada pasien secara jelas, singkat, dapat
diukur dalam periode tertentu, realistik ditentukan bersama antara perawat dan pasien (subjek).

2. PERENCANAAN
A. Tujuan
Tujuan Umum :
1. Sebagai alat komunikasi antara sesama anggota perawat dan antar tim kesehatan lainnya.
2. Untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien.
3. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang akan dicapai.

Tujuan Klinik :
Prioritas diagnosa evaluasi, mengarahkan kriteria hasil dan tujuan keperawatan intervensi.
1. Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.
2. Mengomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi dan apa
yang dilaksanakan.
3. Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya untuk melaksanakan tindakan.

Tujuan Administratif :
Lebih fokus, tanggung jawab, independen, perbaikan kualitas askep,
fokus, arah dokumentasi, dan alat komunikasi.
1. Mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan.
4. Menyediakan kriteria klasifikasi klien.

Tahap perencanaan memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat
untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

B. Alasan Rencana Perawatan (Renpra) :


· Karena berisi informasi/data penting dan jelas.
· Masalah klien dapat diidentifikasi dengan jelas.
· Dapat digunakan sebagai pedoman intervensi keperawatan.
· Sebagai alat komunikasi antar perawat, tim kesehatan dan klien.
· Memudahkan proses keperawatan yang berkelanjutan dalam intervensi dan evaluasi secara
konsisten.
· Sebagai dokumentasi khusus untuk keinginan dan hasil yang diharapkan klien/pasien.

C. Tipe – Tipe Rencana Perawatan (Renpra) :


— Desain renpra secara “tradisional” : yaitu renpra yang ditulis dan dikembangkan oleh perawat
dan ditujukkan terutama pada pasien-pasien khusus.
— Desain renpra yang “standar“ : yaitu renpra yang ditulis dan dikembangkan oleh komite
keperawatan dan digunakan pada pasien umum → digunakan untuk terapi dan keperawatan.

D. Macam-Macam Standar Rencana Perawatan (Renpra) :


— 1. Renpra yang berdasarkan diagnosis medis dan prosedur.
— 2. Renpra berdasarkan diagnosis keperawatan.
— 3. Renpra dicatat secara komputerisasi.

E. Komponen Tahap Perencanaan :

1. Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan


Pada pengkajian, perawat menemukan berbagai masalah pada klien. Setelah merumuskan
diagnosa keperawatan untuk masalah klien, perawat mulai membuat urutan diagnosa keperawatan.
Urutan diagnosa keperawatan tersebut memungkinkan perawat, klien dan orang terdekat untuk
mengatur masalah - masalah klien sesuai dengan urutan kepentingan dan urgensinya.
Diagnosa keperawatan diurutkan dengan prioritas tinggi, sedang dan rendah. Perawat, klien,
keluarga dan orang terdekat berfokus pada usaha-usaha mengatasi masalah klien dengan prioritas
tertinggi lebih dulu. Masalah dengan prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam
hidup (mis : bersihan jalan nafas ). Masalah dengan prioritas sedang berhubungan dengan situasi
yang tidak gawat dan situasi yang tidak mengancam hidup klien (mis : higiene individu). Masalah
dengan prioritas rendah tidak berhubungan secara langsung dengan keadaan sakit atau masalah
yang spesifik (mis : masalah kebutuhan sosial klien). Masalah dengan prioritas tinggi (mis :
membuat jalan nafas yang bersih) membutuhkan perhatian yang cepat sebelum masalah dengan
prioritas rendah (mis : memenuhi kebutuhan sosial klien).
Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow (1968) membantu perawat untuk memprioritaskan
urutan diagnosa keperawatan. Kerangka hirarki ini termasuk kebutuhan fisiologis dan psikologis.
Lima tingkatan dari hirarki tersebut adalah:
· Fisiologis
· Keselamatan dan keamanan
· Mencintai dan memiliki
· Harga diri
· Aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri.
Contohnya, orang yang kekurangan makanan akan mencari makanan lebih dulu sebelum mencari
tujuan karirnya.

2. Membuat Kriteria Hasil


Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan dapat diukur dimana klien untuk
mencapainya kriteria hasil menggambarkan meteran untuk mengukur hasil akhir askep. Kriteria
hasil merupakan tujuan ke arah mana perawat kesehatan diarahkan dan dasar untuk rencana askep.
Kriteria hasil harus konsisten dengan terapi dari tim multidisiplin. Contohnya kriteria hasil
saling berhubungan dengan hasil yang dibuat oleh ahli gizi, ahli terapi fisik dan okupasi, dokter,
pekerja sosial dan yang lainnya. Kriteria hasil disusun bersama-sama klien, keluarga, dan orang
terdekat. Kegagalan klien dan keluarga dalam menentukan kriteria hasil dan identifikasi hasil yang
realistik mempengaruhi resolusi masalah.
Tujuan, sasaran, dan hasil yang diharapkan dari klien yang diinginkan adalah sinonim yang
mempunyai arti yang sama sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil mengidentifikasi tahapan yang
harus diselesikan klien dalam upaya mencapai kriteria hasil. Kriteria hasil memberikan arah untuk
intervensi keperawatan dan memberikan pondasi untuk evaluasi askep.
Setiap kriteria hasil membuat kata kerja yang dapat diukur untuk memudahkan proses evaluasi.
Kata kerja yang dapat diukur menunjukkan tindakan yang dapat dilihat, didengar,dan dirasakan
oleh perawat. Kriteria hasil dituliskan dalam rencana askep. Pada tahap lima, yaitu tahap terakhir
dari proses keperawatan, perawat kembali menuliskan kriteria hasil untuk mengevaluasi apakah
klien telah berhasil mencapai hasil tersebut.
Komponen Pernyataan Kriteria Hasil :
a. Subjek :
Menunjukkan siapa yang mencapai kriteria hasil. Mis: Klien, keluarga, atau o rang terdekat
dan masyarakat.
b. Kata kerja yang dapat diukur :
Menunjukkan tindakan, tingkah laku, dan respon dari klien yang dapat dilihat, didengar , atau
diraba, jadi dapat diukur.
c. Hasil :
Menunjukkan respon fisiologis, psikologis, dan gaya hidup yang diharapkan dari klien terhadap
intervensi. Klien diharapkan berespon dalam tingkah laku yang spesifik terhadap intervensi
keperawatan tertentu.
d. Kriteria :
Mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil. Kriteria menunjukkan tingkatan kecakapan
yang diperlukan untuk menyelesaikan hasil akhir.
e. Target waktu :
Menunjukkan periode waktu tertentu yang diinginkan untuk mencapai kriteria hasil. Batasan
waktu membantu perawat dalam evaluasi. Tahap untuk memastikan apakah kriteria hasil dicapai
dalam periode waktu tersebut.
3. Menulis instruksi keperawatan
Instruksi keperawatan merupakan tindakan-tindakan spesifik yang diimplementasikan oleh
perawat untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Instruksi keperawatan menunjukkan
tindakan yang spesifik, dapat diukur, dapat diamati dan realistik yang dilakukan oleh perawat.
Instruksi keperawatan, tindakan keperawatan, dan intervensi keperawatan merupakan istilah yang
dapat dipertukarkan penggunaannya.
A. Komponen Instruksi Keperawatan :
· Tanggal : Hari, bulan dan tahun ditulis pada rencana askep oleh perawat.
· Kata kerja yang dapat diukur : Merupakan tindakan perawat yang dapat dilihat, dirasa dan
didengar.
· Subjek : Menunjukkan siapa yang menerima tindakan perawatan.
· Hasil : Menunjukkan hasil yang dituju dari tindakan perawat.
· Target waktu : Menunjukkan periode dimana perawat mengimplementasikan instruksi
keperawatan.
· Tanda tangan : Membuktikan kebenaran instruksi keperawatan.

B. Tipe Instruksi Keperawatan:


• Diagnostik
Mengkaji kemajuan klien ke arah pencapaian kriteria hasil dengan pemantauan aktivitas klien
secara langsung. Instruksi diagnostik dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam
upaya untuk mengisi informasi yang kurang.
• Terapeutik
Menunjukkan tindakan oleh perawat yang secara langsung mengurangi, memperbaiki atau
mencegah ekserbasi masalah.
• Penyuluhan
Meningkatkan perawatan diri klien dengan membantu individu untuk memperoleh tingkah laku
baru yang mempermudah resolusi masalah klien. Instruksi penyuluhan menekankan partisipasi
klien untuk bertanggungjawab terhadap perawatan diri.
• Rujukan
Menekankan peran perawat sebagai koordinator dan manajer dalam perawatan klien dalam
anggota tim perawat kesehatan.

3. CONTOH RUMUSAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
PERENCANAAN
1
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah
gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal
Dengan Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan
obat vasokontriksi
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
2
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria Hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
5. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan
6. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan
yang mati.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti biotik.
3
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria Hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
8. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
9. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
10. Ciptakan lingkungan yang tenang.
11. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
12. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien
13. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
14. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Anda mungkin juga menyukai