Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

KISTA OVARIUM

Oleh:

Vaidhaeshwari Marimuthu 1702612117

Putu Prabhawati Dwikrisna 1702612132

Nindya Nabilah Utami 1702612194

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DEPARTEMEN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

RSUP SANGLAH DENPASAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya laporan PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.dr.T.G.A.Suwardewa, Sp.OG (K), selaku Ketua Bagian/SMF Obstetri


dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
2. Dr.dr.I.G.N. Harry Wijaya Surya, Sp.OG, selaku koordinator pendidikan
sarjana Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar.
3. dr. Endang Sri Widiyanti, M.Biomed Sp.OG, selaku pembimbing dan
penguji PBL kelompok kami.
4. Pasien dan keluarga yang bersedia dikunjungi pada pelaksanaan PBL kali
ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.

Denpasar, 8 Juli 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................................i
Lembar Persetujuan ................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS


2.1 Identitas Pasien…...................................................................................... 2
2.2 Anamnesis................................................................................................. 2
2.3 Pemeriksaan fisik...................................................................................... 3
2.4 Pemeriksaan penunjang............................................................................. 5
2.5 Diagnosis …….......................................................................................... 5
2.6 Penatalaksanaan........................................................................................ 5
2.7 Perjalanan Persalinan................................................................................ 6
2.8 Perkembangan Kesehatan Pasien............................................................. 10

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Daftar Permasalahan............................................................................... 13
3.2 Analisis Kebutuhan Pasien..................................................................... 14
3.3 Saran....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 18

LAMPIRAN
Lampiran 1: Denah Rumah............................................................................. 19
Lampiran 2: Dokumentasi Kunjungan............................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium adalah organ yang penting dalam fungsi reproduksi wanita. Tidak
hanya itu organ ini juga berfungsi sebagai kelenjar hormonal. Gangguan pada
ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium,
sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan salah
satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita. 1

Kista adalah pertumbuhan berupa kantung yang tumbuh dibagian tubuh


tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh dalam ovarium.1 Kista ovarium dapat bersifat fisiologis
(ovulasi) atau bisa bersifat neoplastik yang jinak, borderline (risiko keganasan
rendah), atau ganas. Kista ovarium ditemukan pada saat evaluasi pasien dengan
nyeri pelvis.2

Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan


penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Insidensi keganasan
ovarium memiliki variasi yang luas rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia
(14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika, insidensi keganasan ovarium
semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.Di
Indonesia, angka kejadian kista ovarium sekitar 37,2% dan paling sering mengenai
berusia 20-50 tahun dan jarang terjadi pada pubertas.3 Angka kejadian kista
ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal
sebanyak 13.900 orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena
penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan
apabila sudah terjadi metastasis sehingga 60-70% pasien datang pada stadium
lanjut.4

4
Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala (asimtomatis), tetapi sebagian
lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan kista
ovarium yang malignan tidak menimbulkan gejala pada stadium awal sehingga
sering ditemukan dalam stadium yang lanjut. Manifestasi klinis yang terjadi dapat
berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit buang air kecil, nyeri panggul, dan
nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi.5 Komplikasi yang paling sering
dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam kehamilan adalah
peristiwa torsio atau terpeluntir. Ada beberapa kista yang dapat menjadi ganas,
dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita yang mulai menopause. 1

Dalam mendiagnosa pasien dengan kista ovarium dibutuhkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan penunjang dengan yang tepat. Penatalaksanaan kista berupa
observatif dan operatif. Penatalaksanaan yang dipilih berdasarkan usia pasien,
besarnya kista, dan kondisi pasien. 6 Penatalaksanaan kista ovarium juga
didasarkan pada jenis kista tersebut. Tidak semua kista ovarium mendapat
penatalaksanaan pembedahan, beberapa kista ovarium dalam hilang dengan
sendirinya atau setelah mendapat terapi farmakologi. Namun, sebagian besar
memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya
melibatkan keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormonal dan
fertilitas seorang wanita.1

5
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : MG

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : PNS

Alamat : Lingkungan Sengguan Gianyar

Bangsa : Indonesia

Status perkawinan : Menikah

Tanggal MRS : 30 Juli 2019

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Teraba benjolan pada perut sebelah bawah

Keluhan Penyakit Sekarang

Pasien datang dalam keadaan sadar ke poli kebidanan dirujuk dari Rumah
Sakit Umum Sanjiwani Gianyar pada tanggal 30 Juli 2019 dengan dengan keluhan
teraba benjolan di perut bawah bagian kanan. Keluhan teraba benjolan telah
dirasakan sejak bulan Mei atau kurang lebih 2 bulan SMRS. Pasien mengatakan

6
tidak terasa nyeri pada bagian perut bawah kanan maupun demam sebelumnya.
Penurunan berat badan juga disangkal oleh pasien. Pasien juga mengatakan tidak
mengalami keputihan dan pengeluaran flek pervaginam. Buang air kecil dan buang
air besar masih normal. Pasien dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
pada tanggal 30 Juli 2019 setelah dapat rencana operasi pada tanggal 2 Juli 2019.

Riwayat Menstruasi

Pasien mengalami haid pertama kali pada usia 15 tahun dengan siklus yang
teratur setiap bulannya yaitu setiap 28-29 hari. Lamanya haid dalam 1 periode
yaitu 3-4 hari dengan frekuensi mengganti softex 3x perhari (±60 ml). Pasien
mengatakan seringkali ada keluhan pegel-pegel di bagian punggungnya dan tidak
ada nyeri pada perut bagian bawah selama haid. Hari pertama haid terakhir
(HPHT) adalah tanggal 15 Juli 2019.

Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali pada usia 26 tahun dan pernikahannya
telah berlangsung selama 11 tahun

Riwayat Persalinan

Cara Penolo Abortus Lahir


Berat Sex/
Umur Pers ng
Hidup/
Hamil Bada
Kehamil Umur alina Persalin Ya Tdk
Ke: n Mati
an n an
Lahir
L P

1 Preterm Dokter  Mati

4000 L(20 Pspt


2 Aterm Dokter  Hidup
g thn) B

7
3800 P(13 Pspt
3 Aterm Dokter  Hidup
g thn) B

Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya. Pasien juga
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung, asma, hepatitis, dan HIV sebelumnya.

Riwayat Sosial dan Penyakit Keluarga

Pasien adalah seorang pegawai negeri yang bekerja di KODIM Gianyar yang
sehari-hari mengerjakan pekerjaan kantor dari jam 8 pagi sehingga jam 6 sore.
Suami pasien bekerja sebagai tentara. Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan
mengonsumsi minuman beralkohol. Pasien menggunakan asuransi atau jaminan
selama dirawat di rumah sakit. Dua saudara pasien serta bibi pasien memiliki
riwayat penyakit yang serupa dengan pasien. Tidak terdapat riwayat penyakit
sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, hepatitis,
dan HIV dalam keluarga pasien.

Riwayat Penyakit dan Pengobatan

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi dan riwayat pengobatan.

8
2.3 Pemeriksaan Fisik (Senin, 8 Juli 2019 pukul 17.00)

Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6 (Compos Mentis)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu axilla : 36oC

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 70 kg

Status General
Mata : Anemia -/-, icterus -/-, isokor+/+, edema palpebral-/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
THT : Dalam batas normal
Thorax Jantung : S1S2 tunggal, regular murmur (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : sesuai status ginekologi
Ekstremitas : akral hangat +/+, edema -/-

Status Ginekologis

Abdomen

Inspeksi : Tampak pembesaran pada perut kanan

Palpasi : TFU tidak teraba, distensi (+), teraba massa kistik 12x6 cm,
batas tegas, mobilitas (-), nyeri tekan (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

9
Vagina

Inspekulo : Flx (-), Fluor (-), pØ (-)

VT : Flx (-), fluor (-), pØ (-), slinger pain (-), CD bulging (-), CuaF
besar konsistensi normal, adnexa parametrium teraba massa
kistik ukuran 12x6 cm, kesan terfiksir dari adnexa sebelah
kanan

2.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah lengkap (24 Juli 2019)

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

WBC 9.42 103/µL 4.1 - 11.0


NE% 62.80 % 47 – 80
LY% 28.21 % 13 – 40
MO% 5.73 % 2.0 - 11.0
EO% 2.26 % 0.0 - 5.0
BA% 0.99 % 0.0 - 2.0
MCH 26.04 pg 26.0 - 34.0
PLT 536.70 103/µL 140 – 440 Tinggi
MPV 5.56 fL 6.80 - 10.0 Rendah
RBC 4.83 106/µL 4.0 - 5.2
MCHC 29.23 g/dL 31 – 36 Rendah
RDW 12.68 % 11.6 - 14.8
NE# 5.92 103/µL 2.50 - 7.50
LY# 2.66 103/µL 1.00 - 4.00
MO# 0.54 103/µL 0.10 - 1.20
EO# 0.21 103/µL 0.00 - 0.50
BA# 0.09 103/µL 0.0 - 0.1
HGB 12.57 g/dL 12.0 - 16.0
HCT 43.00 % 36.0 - 46.0
MCV 89.08 fL 80.0 - 100.0

10
b. Pemeriksaan Kimia Klinik (24 Juli 2019)

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


PPT 13.7 detik 10.8 - 14.4
INR 1.11 0.9 - 1.1
APTT 33.9 detik 24 – 36
AST/SGOT 13.8 U/L 11.00 - 27.00
ALT/SGPT 11.40 U/L 11.00 - 34.00
Albumin 4.60 g/dL 3.40 - 4.80
Glukosa 148 mg/dL 70 – 140 Tinggi
Darah
(Sewaktu)
BUN 10.00 mg/dL 8.00 - 23.00
Kreatinin 0.85 mg/dL 0.50 - 0.90
e-LFG 79.59 >= 90 Rendah
Kalium (K) - 4.73 mmol/L 3.50 - 5.10
Serum
Natrium (Na) 137 mmol/L 136 – 145
- Serum
Klorida (Cl) - 97.9 mmol/L 94 – 110
Serum

c. Tumor Marker
(Prodia, 24 Mei 2019)
Ca 125 : 92,1

(Sanglah, 23 Mei 2019)


Ca 125 : 109,50

11
d. USG (RSU Famili Husada 17 Mei 2019)

 Hepar : ukuran normal, echoparenchyme homogeny normal, sudut tajam tepi


regular, system billier dan vascular tidak melebur, tak tampak kista/massa.
 Gb : ukuran tidak melebar, tak tampak penebalan dinding, tak tampak
batu/polip
 Pancreas : ukuran tidak membesar, SOL (-)
 Lien : ukuran tidak membesar, SOL (-)
 Ginjal kanan: ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus cortex tampak
jelas tak tampak ectasis, tak tampak batu/kista/massa.
 Ginjal kiri : ukuran tidak membesar, echocortex normal, sinus cortex tampak
jelas tak tampak ectasis, tak tampak batu/kista/massa
 Buli : terisi urine cukup, tak tampak batu/massa
 Tampak kista multiple setated batas tegas beberapa area tampak irregular
ukuran 13, 16x8x7,8cm pada adnexa kanan
 Tampak lesi heterogen batas tegas tepi irregular pada dinding antero kiri uterus
uk 4,7x4,65x4,69cm
 Tak tampak cairan bebas cavum abdomen

12
Kesan :

 Mengesankan gambaram kista kompleks adnexa kanan dengan curiga tampak


perlengketan sekitarnya
 Tampak gambaran myoma uteri dinding antero kiri
 Hepar, lien, GB, pancreas, ginjal kanan, kiri, buli saat ini tak tampak kelainan

e. Foto Thorax PA (24 Juni 2019)

Cor : besar dan bentuk normal (CTR : 45%)

Pulmo : tak tampak infiltrat/nodul. Corakan bronchovaskuler normal

Sinus pleura kanan kiri tajam

Diaphragma kanan kiri normal

Tulang-tulang : tidak tampak kelainan

Kesan:

Cor dan pulmo tak tampak kelainan.

13
f. Papsmear (RSUD Sanjiwani Gianyar, 7 Juni 2019)

Hasil: Negative Intraepithelial Lesion or Malignancy (NILM)

2.5 Diagnosis Kerja

Diagnosis masuk : Kista ovarium dextra + Trombositosis e.c. reaktif

Diagnosis akhir : Kista Endometrioma + Mioma Uteri post Total Abdominal


Histerectomy - Bilateral Saphingooophorectomy – Adhesiolysis + Trombositosis
ec Reaktif.

2.6 Penatalaksaan

 MRS
 Cefixime 100 mg tiap 12 jam per oral
 Paracetamol 500 mg tiap 8 jam per oral
 Ranitidine 150 mg tiap 12 jam per oral
 Monitoring: keluhan, tanda-tanda vital
 KIE pasien dan keluarga tentang keadaan pasien, diagnosis dan rencana
penanganan, pengawasan lanjutan, komplikasi dan prognosisnya.

2.7 Perkembangan Perawatan (2 Juli 2019 pukul 12.35 WITA)

Telah dilakukan TAH-BSO Adhesiolisis

S : Pasien dalam pengaruh anestesi

O : Kesadaran : somnolen

TD : 110/70 RR : 18x/menit

N : 80x/menit Tax : 36,5C

14
Status general

Mata : anemis -/-

Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler

Pulmo : vesikuler +/+

Ektremitas : akral hangat

Status Ginekologi

Abdomen : Luka operasi terawat, distensi (-), BU (+)

Vagina : Pengeluaran (-)

A : Kista Endometrioma + Mioma Uteri post Total Abdominal Histerectomy - Bilateral


Salphingooophorectomy - Adhesiolysis hari ke-0 + Trombositosis ec Reaktif (520.20)

P : - Perawatan post Operasi

- IVFD RL 500 ml – 28 tpm


- Analgetik – TS Anestesi
- Injeksi Cefotaxim 1 gram tiap 8 jam IV
- Cek Darah Lengkap, kimia, 6 jam Post OP
- Asam Tranexamat 1 gram tiap 8 jam IV

Tanggal 3 Juli 2019 pukul 06.00 WITA

S : nyeri post op (+) berkurang, BAK (+) Spontan, flatus (-), Mobilisasi (+) minimal

O: Status present

TD : 120/80 mm Hg RR : 18x/menit

N : 80x/menit T : 36,5C

15
Status general

Mata : anemis -/-

Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler

Pulmo : vesikuler +/+

Ektremitas : akral hangat

Status Ginekologi

Abdomen : Luka operasi terawat, distensi (-), BU (+)

Vagina : pengeluaran (-), pemeriksaan dalam tidak dikerjakan.

A: Kista Endometrioma + Mioma Uteri post Total Abdominal Histerectomy - Bilateral


Salphingooophorectomy - Adhesiolysis hari ke-1 + Trombositosis ec Reaktif

P: Perawatan post operatif

- Infus RL 28 tpm
- Pasetamol 300 mg tiap 8 jam IO
- Cefixime 100 mg tiap 12 jam IO
- Injeksi ranitidine 50 mg tiap 12 jam IV

Tanggal 4 Juli 2019 pukul 12.00 WITA

S : nyeri post op (+) berkurang, BAK (+) Spontan, flatus (-), Mobilisasi (+) minimal

O : Status present

TD : 120/80 mm Hg RR : 18x/menit

N : 80x/menit T : 36,5oC

16
Status general

Mata : anemis -/-

Thorax : Cor : S1S2 tunggal, reguler

Pulmo : vesikuler +/+

Ektremitas : akral hangat

Status Ginekologi

Abdomen : Luka operasi terawat, distensi (-), BU (+)

Vagina : pengeluaran (-), pemeriksaan dalam tidak dikerjakan.

A : Kista Endometrioma + Mioma Uteri post Total Abdominal Histerectomy -


Bilateral Salphingooophorectomy - Adhesiolysis hari ke-2 + Trombositosis ec
Reaktif

P: - Poliklinis

- Aff Infus

- Parasetamol 500mg tiap 8 jam IO

- Cefixime 100mg tiap 12 jam IO

- Ranitidine 150mg tiap 12 jam IO

17
BAB III
HASIL KUNJUNGAN

3.1 Daftar Permasalahan


Kunjungan dilakukan ke rumah pasien di Lingkungan Sengguan Gianyar, pada
tanggal 6 Juli 2019 pukul 11.00 WITA. Saat dilakukan wawancara, pasien tidak
ada merasakan keluhan yang cukup berarti. Pasien hanya mengeluhkan kadang-
kadang merasakan nyeri pada bagian yang menjalani operasi (nyeri luka jahitan
operasi). Namun, nyeri ini tidak mengganggu aktivitas seharian pasien seperti
berjalan dan pasien hanya duduk beristirahat saat mendapat nyeri ini untuk
meredakan nyerinya. Pasien juga mengatakan mendapat tiga jenis obat bawa
pulang ke rumah waktu keluar dari RSUP Sanglah, yaitu antibiotik profilaksis dan
obat pereda nyeri. Antibiotik yang diberikan adalah sefiksim 100mg yang
diminum 1 kapsul dua kali sehari. Obat pereda nyeri adalah parasetamol 500mg
yang diminum 1 tablet tiga kali sehari dan ranitidine 150 mg yang diminum 1 tablet
dua kali sehari. Pasien mengkonsumsi obat-obat tersebut secara rutin. Nafsu
makan pasien juga dikatakan baik. Pasien juga katakan sekarang bisa lancar buang
air kecil dan air besar. Pasien sudah mampu berdiri dan melakukan aktivitas
ringan. Pasien juga mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak tergantung pada
orang lain. Pasien juga untuk sementara berhenti bekerja sebagai seorang pegawai
di KODIM Gianyar supaya tidak mengganggu proses penyembuhan pasien dan
bisa dapat istirahat yang secukupnya. Pasien juga masih merasa agak sulit untuk
menerima penyakit yang dideritanya sebab pasien merasa dirinya selalu menjaga
perilaku hidup sehat dan mengonsumi makanan yang bernutrisi. Pengertian pasien
terhadap penyakit yang diderita ini cukup karena banyak anggota keluarganya
yang mengalami keluhan yang sama dan pasien merasa positif dan yakin terhadap
tindakan medis yang dijalani dan proses penyembuhannya.

18
3.2 Analisis Kebutuhan Pasien
3.2.1 Kebutuhan Fisik Biomedis
Kecukupan Gizi
Keadaan gizi pasien saat wawancara tampak baik. Menurut pengakuan pasien,
dalam sehari pasien biasanya makan sebanyak 3 kali. Porsi makanan yang
dimakan pasien terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pagi hari
berupa buah dan roti. Siang hari berupa nasi putih, ayam, sayur. Malam hari
berupa nasi putih, ayam, tahu, tempe serta buah-buahan.

Akses Pelayanan Kesehatan


Akses kesehatan pasien terbilang cukup mudah, karena pasien tinggal di kota.
Terdapat beberapa praktek dokter swasta, puskesmas, dan rumah sakit swasta dan
RSUD Sanjiwani disekitar tempat tinggalnya. Jarak antara rumah pasien dan
RSUP Sanglah terhitung kurang lebih 29 kilometer yang dapat ditempuh selama
kurang lebih 45 sampai 60 menit.

Lingkungan
Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Pasien tinggal bersama
suaminya di rumah yang berukuran 15 m x 20 m. Dalam rumah pasien terdapat 2
kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang tamu. Pasien tinggal di sebuah
kamar berukuran 4 m x 5 m bersama suaminya. Dinding kamar pasien terbuat dari
tembok dicat berwarna kuning dan lantai sudah dikeramik. Tingkat kebersihan
area kamar, dapur, dan kamar mandi cukup. Penerangan kamar terkesan baik,
cahaya matahari dapat masuk dengan mudah, ventilasi di kamar mencukupi. Di
depan kamar pasien terdapat pekarangan dengan pohon yang rindang sehingga
udara di area rumah pasien baik. Di sebelah kamar pasien terdapat ruang kamar
yang dulu ditempati anaknya yang terletak berdempetan. Bagian halaman rumah
terdapat tempat untuk pasien menanam pohon, tanaman dan terdapat kandang
ayam. Tempat pembuangan sampah diambil 3 sekali dalam seminggu oleh petugas
kebersihan setempat. Sumber air yang digunakan keluarga pasien adalah air sumur

19
bor. Sumber air tersebut cukup bersih untuk mandi dan mencuci. Sumber air
minum pasien berasal dari air kemasan isi ulang. Pasien mengatakan warga serta
tetangga di sekitar rumahnya memilki hubungan yang baik dengan pasien dan
selalu memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga.

Kebutuhan Emosi / Kasih Sayang


Pasien sering menghabiskan waktunya dengan suami atau berkumpul bersama
tetangga. Suami dan anak pasien yang tertua tinggal di Denpasar saat hari kerja
dan kembali ke Gianyar pada akhir minggu. Suami pasien sangat membantu dan
mengerti keadaan pasien saat ini. Suami pasien merupakan seorang tentara yang
bekerja di Denpasar. Suami pasien dikatakan mecukupi kebutuhan finansial dan
meluangkan waktu untuk mengurus pasien. Pasien juga tinggal bersama anak
bungsunya yang membantu pasien mengurus pekerjaan rumah sehari-hari. Dari
sini dapat dilihat bahwa kebutuhan kasih sayang pasien sudah cukup terpenuhi.

3.2.2 Analisis Biopsikososial


Lingkungan Biologis
Lingkungan biologis pasien dapat dilihat dari keluarga pasien. Dua saudara pasien
dan bibi pasien memiliki riwayat penyakit yang serupa dengan pasien.Tidak
terdapat riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, asma, hepatitis, dan HIV dalam keluarga pasien. Saat dilakukan
kunjungan, pasien mengatakan bahwa kondisi kesehatan keluarganya dalam
keadaan yang baik.

Lingkungan Psikososial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga di
lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Pasien suka beraktivitas di luar rumah dan
memiliki banyak tetangga. Keluarga pasien selalu siap dan siaga untuk
mengantarkan pasien ke fasilitas kesehatan jika pasien mengalami keluhan
kesehatan.

20
3.3 Saran
1. Diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit gangguan
reproduksi khususnya kista ovarium yang dialami oleh pasien sehingga dapat
mengetahui tanda dan gejala dari kista ovarium sehingga dapat mengetahui
secara dini apabila menemukan tanda dan gejala dari kista ovarium tersebut.
2. Menyarankan pasien untuk rutin kontrol sesuai yang sudah dijadwalkan
3. Menyarankan pasien untuk meminum obat yang diberikan saat pulang dari
rumah sakit sesuai intruksi dokter.
4. Pasien diharapkan dapat membuka diri untuk mengungkapkan isi hatinya
terkait dengan permasalahan kesehatan yang pasien rasakan pada orang terdekat
sehingga akan mengurangi dampak-dampak negative seperti depresi akibat
sakit yang dialami.
5. Bagi keluarga pasien, diharapkan lebih memperhatikan kondisi fisik dan psikis
pasien agar pasien tidak terlalu terganggu dengan penyakit yang dialaminya dan
selalu memberikan semangat dan kasih sayang kepada pasien.
6. Menyarankan agar pasien memeriksakan diri ke tempat pelayaan kesehatan
apabila ada keluhan kembali dirasakan.
7. Menyarankan pasien agar tidak segan bercerita dengan siapapun yang bisa
dipercayai ketika merasa ada masalah atau mengalami perasaan yang tidak
stabil untuk menghindari terjadinya masalah psikologis.

21
DENAH RUMAH

B C

E
D

Luas rumah pasien, terdiri dari :

A. Pintu masuk dan halaman rumah.


B. Ruang Tamu
C. Dapur
D. Kamar 1
E. Kamar Mandi
F. Kamar 2

22
DOKUMENTASI

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14
2. Duncan T, Scott-barrett S, Booth D. Guideline on The management of
Ovarian masses. NHS (Nofolk Norwich Univ Hosp. 2019;3:1–14.
3. Fadhilah E, Hiswani, Jemadi. KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA
KISTA OVARIUM DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANG
SIANTAR TAHUN 2011-2013. Portalgaruda. 2013;1–10.
4. RI DK. Bulan Peduli kanker Payudara. InfoDatin. Jakarta Selatan; 2016. 1-
9 p.
5. Grenlee, Robert T WBCR. Prevalence, Incidence and natural history of
Ovarian Cyst among women over age 55 in large cancer sceening. NIH
Public Access. 2011;202(4):1–6.
6. Anderson NG. Diagnosis and management of simple ovarian cysts : An
audit. Diagnostic Radiol. 2017;49(March 2005):27–31.

24

Anda mungkin juga menyukai