Anda di halaman 1dari 7

Nerissa Arviana R

1102013210

Tatalaksana hipertensi pada pasien stroke iskemik dan hemoragik


 Umum
1. Cara pengukuran
a. Tekanan darah diukur paling sedikit 2 X dengan selang waktu
5 – 20v menit pada sisi kiri dan kanan dengan menggunakan
sphygmomanometer air raksa dalam posisi duduk.
b. Tekanan darah yang dipakai adalah tekanan darah yang lebih
tinggi.
c. Tekanan darah arterial sistemik rerata adalah tekanan darah
sistolik + dua kali tekanan darah diastolik dibagi tiga.
[(sistolik+ 2.diastolik)] / 3.

2. Jenis obat parenteral untuk terapi hipertensi emergency pada stroke


akut:
Sifat khusus obat parenteral

a. Labetalol
Labetalol adalah gabungan penyekat alfa dan beta. Obat ini berguna
dan aman untuk kegawat daruratan hipertensi, tetapi tidak boleh
diberikan pada penderita gagal jantung akut atau blok jantung derajat 2
atau 3. Hati-hati pada cadangan jantung lemah, asma atau riwayat
spasme bronkus. Sediaan injeksi, belum beredar di Indonesia.
b. Nikardipin
Sediaan intravena dari preparat Dihydropyridine yang merupakan Ca
channel blocker (CCBs) yang di berikan secara infus kontinyu. Efek
hemodinamik primer adalah menimbulkan vasodilatasi perifer dengan
mempertahankan atau peningkatkan aktifitas pompa jantung. Sediaan
yang larut dalam air dan tidak sensitif terhadap cahaya sehingga baik
untuk penggunaan intravena. Dari beberapa studi telah dibuktikan
bahwa nikardipin dengan pemberian infus langsung menurunkan
tekanan darah sistemik dan selanjutnya dapat dipertahankan pada level
tekanan darah yang diinginkan 24-26.
c. Diltiazem
Diltiazem adalah penyekat saluran kalsium, obat ini sebaiknya
diberikan sebagai infus kontinyu 5-40 g/kg/menit daripada suntikan
bolus (10 mg dilarutkan dalam 10 ml salin disuntikkan dalam waktu 3-
5 menit). Penurunan tekanan darah 27,3% dengan infus kontinyu dan
7,5% dengan suntikan bolus. Kecepatan denyut nadi tidak berubah
dengan infus kontinyu, sedangkan pada suntikan bolus kecepatan nadi
sedikit berkurang dari 88 sampai 82 per menit. Obat ini tidak boleh
diberikan pada blok sino-atrial, blok AV derajat 2 atau 3 dan wanita
hamil.
d. Esmolol
Merupakan beta bloker kardioselektif relatif, dimetabolisme secara
cepat oleh esterase darah dan mempunyai half life pendek (90 menit)
dan lama kerja kurang dari 30 menit. Dosis yang dianjurkan adalah
200-500ug /kg/menit untuk 4 menit, selanjutnya 50-300 ug /kg/ menit
iv.

3. Obat oral untuk terapi hipertensi urgensi pada stroke akut:

- Obat anti-hipertensi tunggal


- Obat anti-hipertensi kombinasi

4. Terapi hipertensi pada stroke iskemik

- Sebagian besar ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada


stroke iskemik
akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah
sistolik >220 mmHg atau diastolik >120 mmHg.
- Sebagian ahli berpendapat obat-obat anti-hipertensi yang sudah ada
sebelum serangan stroke diteruskan pada fase awal stroke dan
menunda pemberian obat anti-hipertensi yang baru sampai dengan 7 –
10 hari pasca awal serangan stroke.
- Pada penderita dengan tekanan darah diastolik > 140 mmHg (atau
>110 mmHg bila akan dilakukan terapi trombolisis) diperlakukan
sebagai penderita hipertensi emergensi berupa drip kontinyu
nikardipin, diltiazem, nimodipin dan lain-lain.
- Jika tekanan darah sistolik > 230 mmHg dan /atau tekanan darah
diastolik 121 – 140 mmHg, berikan labetalol i.v. selama 1 – 2 menit.
Dosis labetalol dapat diulang atau digandakan setiap 10 – 20 menit
sampai penurunan tekanan darah yang memuaskan dapat dicapai atau
sampai dosis komulatif 300 mg yang diberikan melalui teknik bolus
mini. Setelah dosis awal, labetalol dapat diberikan setiap 6 – 8 jam
bila diperlukan. (Pilihan obat lain lihat tabel jenis-jenis obat untuk
terapi emergensi).
- Jika tekanan darah sistolik 180-230 mmHg dan/ atau tekanan darah
diastolik 105-120 mmHg, terapi darurat harus ditunda kecuali adanya
bukti perdarahan intraserebral, gagal ventrikel jantung kiri, infark
miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi aorta, ensefalopati
hipertensi dan sebagainya. Jika peninggian tekanan darah tersebut
menetap pada dua kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka
diberikan 200-300 mg labetalol 2-3 kali sehari sesuai kebutuhan.
Pengobatan alternatif yangmemuaskan selain labetalol adalah nifedipin
oral 10 mg setiap 6 jam atau 6,25 – 25 mg kaptopril setiap 8 jam. Jika
monoterapi oral tidak berhasil atau jika obat tidak dapat diberikan per
oral, maka diberikan labetalol i.v. seperti cara diatas atau obat pilihan
lainnya (urgensi).
- Batas penurunan tekanan darah sebanyak banyaknya sampai 20% -
25% dari tekanan darah arterial rerata, dan tindakan selanjutnya
ditentukan kasus per kasus.

5. Terapi hipertensi pada stroke hemoragik


o Pada stroke perdarahan intraserebral (PIS) dengan tekanan darah
sangat tinggi (tekanan darah sistolik > 220 mmHg, tekanan
diastolik > 120 mmHg) harus diturunkan sedini dan secepat
mungkin, untuk membatasi pembentukan edema vasogenik
akibat robeknya sawar darah otak pada daerah iskemia sekitar
perdarahan.
o Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko perdarahan
ulang atau perdarahan yang terus menerus, akan tetapi daerah
otak sekitar hematom bertambah iskemik karena autoregulasi
pada daerah ini telah hilang. Atas dasar ini obat anti hipertensi
diberikan kalau tekanan sistolik > 180 mmHg atau tekanan
diastolik > 100 mmHg.
o Dandapani et al. menganjurkan penurunan tekanan darah sedini
mungkin pada perdarahan intra serebral dengan tekanan darah
arterial rerata >145 mmHg untuk mencegah perdarahan ulang,
pengurangan tekanan intrakranial dan edema otak serta
mencegah kerusakan organ akhir (end organ)
o Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik
> 140 mmHg, berikan nikardipin, diltiazem atau nimodipin
(dosis dan cara pemberian lihat tabel jenis-jenis obat untuk
terapi emergensi).
o Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolik 105-
140 mmHg, atau tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg :

a. Labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit. Ulangi atau


gandakan setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg atau
berikan dosis awal bolus diikuti oleh labetalol drip 2-8
mg/menit atau;
b. Nicardipin
c. Diltiazem
d. Nimodipin
- Pada fase akut tekanan darah tak boleh diturunkan lebih
dari 20% - 25% dari tekanan darah arteri rerata.
REFERENCES:
1. Nasution, Darulkutni. 2007. Strategi Pencegahan Stroke.
http://dc118.4shared.com/img/-DDtRwSP/preview.html
2. Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan.
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_185Strokegejalapenatalaksanaa
n.pdf/05_185Strokegejalapenatalaksanaan.pdf.

Anda mungkin juga menyukai