Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN


SKABIES PADA SANTRI PUTRA PONDOK
PESANTREN AL-LUQMANIYYAH
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh:
ALLAMA ZAKI ALMUBAROK
201310201074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
PUTRA PONDOKPESANTREN AL-LUQMANIYYAH
YOGYAKARTA1
Allama Zaki Almubarok2, Rosiana Nur Imallah3
Email: allama904@gmail.com

Intisari
Latar Belakang: Kurangnya pengetahuan santri tentang personal hygiene dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit khususnya penyakit skabies. Faktor yang
berperan dalam penyebaran penyakit ini adalah sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, sosial budaya dan ekonomi, perilaku hygiene yang buruk, dan air.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri putra Pondok Pesantren
Al-Luqmaniyyah Yogyakarta Tahun 2017
Metode: Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan waktu
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yang diambil
dengan teknik non probability sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner
yang berjumlah 23 item pernyataan untuk variabel pengetahuan personal hygiene dan
checklist untuk kejadian skabies. Tekhnik nalisis data menggunakan chi square.
Hasil: Analisis hubungan tingkat pengetahuan tentang personal hygiene dengan
kejadian skabies, sebagian besar menunjukkan 24 responden memiliki tingkat
pengetahuan dengan kategori rendah (40%), Hasil uji statistik chi square menunjukkan
adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian
skabies pada santri putra Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
Simpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang personal hygiene
dengan kejadian skabies pada santri putra Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
Yogyakarta.
Saran: Memperbaiki pengetahuan tentang personal hygiene dan mengatasi kejadian
skabies di lingkungan santri dengan cara memberikan pendidikan tentang personal
hygiene pada santri.
Kata Kunci: Personal Hygiene, Kejadian Skabies.
Kepustakaan: 32 Buku, 4 Skripsi, 3 Jurnal, 1 Artikel Internet.
Jumlah Halaman: xii, 69 Halaman, 10 Tabel, 9 Lampiran.
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘ Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘ Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN PERSONAL HYGIENE KNOWLEDGE
LEVEL AND SCABIES IN AL-LUQMANIYYAH ISLAMIC BOARDING
SCHOOL MALE STUDENTS OF YOGYAKARTA1
Allama Zaki Almubarok2, Rosiana Nur Imallah3
Email: allama904@gmail.com

Abstract
Background: The lack of knowledge about personal hygiene can cause various diseases
especially scabies. The factors which cause the disease spreading are bad sanitation,
condensed population, sociocultural aspect, bad hygiene behavior and water.
Objective: The study is to investigate the correlation between personal hygiene
knowledge level and scabies in Al-Luqmaniyyah Islamic boarding school male students
of Yogyakarta in 2017.
Method: The study employed cprrelational method with cross sectional approach. Non
probability sampling techniques was used to draw the samples of the study which were
60 respondents. The data were taken using questionnaire with 23 questions for the
variable of personal hygiene knowledge and checklist for the variable of scabies. The
data were analyzed using chi square.
Result: The analysis on the correlation between personal hygiene knowledge level and
scabies showed that most respondents (24 respondents) had low category of knowledge
level (40%). The result of Chi square sttaistical test showed that there was correllation
between personal hygiene knowledge level and scabies in Al-Luqmaniyyah Islamic
boarding school male students of Yogyakarta.
Conclusion: There is a correlation between personal hygiene knowledge level and
scabies in Al-Luqmaniyyah Islamic boarding school male students of Yogyakarta.
Suggestion: The low knolwedge level about personal hygiene and scabies incidence can
be prevented by giving education on personal hygiene for students.
Keywords : Personal Hygiene, Scabies
Bibliography : 32 Books, 4 Undergraduate theses, 3 Journals, 1 Internet article.
Pages : xii, 69 Pages, 10 Tables, 9 Appendices.
1
Thesis title
2
School of Nursing Student, Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3
School of Nursing Lecturer, Faculty of Health Sciences, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN pengetahuan tentang personal hygiene
Personal hygiene atau (DepkesRI, 1995).
kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan dalam menjaga kebersihan dan Di Indonesia, sebagai negara
kesehatan individu dengan tujuan untuk dengan jumlah penduduk muslim
mencapai kesejahteraan fisik maupun terbanyak di dunia, terdapat 14,798
psikis (Tarwoto & Wartonah, 2006). pondok pesantren dengan prevalensi
Pemeliharaan personal hygiene sangat skabies cukup tinggi. Hal ini didukung
menentukan status kesehatan, hal dari hasil penelitian survei epidemiologi
tersebut akan membuat individu secara penyakit skabies pada santri di Malang
sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga Raya yang meliputi wilayah Kota
kesehatan dan mencegah terjadinya Malang, Kabupaten Mgalang, dan Kota
penyakit (Notoatmodjo, 2003). Personal Batu. Hasil dari penelitian didapatkan
hygiene merupakan cara perawatan diri data 59% penderita skabies adalah santri
manusia untuk memelihara kesehatan baru yang tinggal di pondok pesantren,
mereka secara fisik dan keadaan 10% santri terkena skabies selama
emosional. Pemeliharaan personal tinggal di pondok pesantren, 11% santri
hygiene diperlukan untuk kenyamanan terkena skabies sebelum tinggal di
individu, keamanan, dan kesehatan pondok pesantren, dan hanya 20% saja
(Potter, 2005). santri yang belum pernah mengalami
penyakit skabies (Yahmi, 2016).
Personal hygiene penting dan
termasuk ke dalam tindakan pencegahan Berdasarkan studi pendahuluan
primer yang spesifik, karena personal yang dilakukan pada hari Minggu 19
hygiene yang baik dapat meminimalkan Maret 2017 di komplek putra Pondok
pintu masuk (portal of entry) Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta,
mikroorganisme yang ada dimana-mana dari 25 santri, 13 santri mengatakan
dan akhirnya mencegah seseorang pernah mengalami penyakit skabies, 7
terkena penyakit (Saryono & Widianti, santri sedang mengalami penyakit
2011). Dari beberapa penyakit tersebut, skabies dan 5 santri mengatakan belum
yang paling sering dialami oleh pernah mengalami penyakit skabies.
kebanyakan masyarakat di Indonesia Hasil dari wawancara dengan beberapa
adalah penyakit skabies. Penyakit santri yang terkena skabies ada di
skabies merupakan penyakit gatal pada komplek putra Pondok Pesantren Al-
kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, Luqmaniyyah, diperoleh informasi
kelembaban, dan diabaikannya personal bahwa 16 santri mengatakan tidak tahu
hygiene. Penyakit ini dapat menyerang mengenai pengetahuan terkait personal
siapa saja, tanpa memandang status hygiene. Berdasarkan latar belakang
sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
tingkatan usia. Termasuk di lingkungan hubungan tingkat pengetahuan tentang
pondok pesantren. Untuk mencegah personal hygiene dengan kejadian
penularan penyakit skabies diperlukan skabies pada santri putra Pondok
tindakan nyata yang harus dilakukan Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
dengan memutus mata rantai penularan
penyakit ini dengan menjaga personal METODE PENELITIAN
hygiene dan sanitasi lingkungan yang Jenis penelitian yang dilakukan
dimulai dengan meningkatkan adalah penelitian non-eksperiment yang
bersifat kuantitatif dengan desain santri putra di komplek putra yang
korelasi. Penelitian ini dilakukan untuk berjumlah 60 orang.
melihat hubungan antara variabel bebas
(Independent) dan variabel terikat Hasil
(Dependent) (Notoatmodjo, 2012). 1. Karakteristik responden
Rancangan dalam penelitian ini berdasarkan Kelas Diniyyah
menggunakan pendekatan waktu cross- Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Kelas
sectional artinya tiap subjek penelitian Diniyyah pada Santri Putra Pondok
hanya diobservasi satu kali saja dalam Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta
satu waktu (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian menekankan waktu Kelas Persentase
No.
pengukuran atau observasi data variabel Diniyyah Jumlah (%)
dependent dan independent yang dinilai 1 Idady 10 16,7
secara simultan dan tidak ada tindak 2 Jurumiyyah 13 21,7
lanjut. (Nursalam, 2011). 3 Imrithi 13 21,7
Populasi dalam penelitian ini 4 Alfiyyah 1 16 26,7
adalah seluruh santri putra Pondok 5 Takhtim 8 13,3
Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta
Jumlah 60 100
yang berjumlah 150. Dalam penelitian
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat
ini, peneliti menggunakan teknik non
dilihat jumlah 60 responden terbagi
probability sampling yaitu pengambilan
dalam beberapa kelas diniyyah, untuk
sampel yang tidak memberikan peluang
kelas Idady ada 10 responden (16,7%),
yang sama bagi setiap anggota populasi
kelas Jurumiyyah ada 13 responden
untuk dipilih sebagai anggota sampel.
(21,7%), kelas Imrithi ada 13 responden
Pengambilan sampel menggunakan
(21,7%), kelas Alfiyyah 1 ada 16
rumus Slovin dan didapatkan 60
responden (26,7%), dan kelas Takhtim
responden. Instrumen yang digunakan
ada 8 responden (13,30%).
dalam penelitian ini adalah kuesioner
dan checklist. Kuesioner pengetahuan
2. Karakteristik responden
tentang personal hygiene dan checklist
berdasarkan usia
kejadian skabies keduanya sudah
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Usia
dilakukan validitas dan reabilitas.
pada Santri Putra Pondok Pesantren Al-
Luqmaniyyah Yogyakarta
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Usia Persentase
No.
Penelitian ini dilakukan di (tahun) Jumlah (%)
Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah 1 15 1 1,7
Yogyakarta pada hari Selasa pada 2 16 1 1,7
tanggal 13 Juni 2017. Pondok ini 3 17 1 1,7
terletak di jalan Babaran, Gang 4 19 8 13,3
Cemani, Dusun Kalangan Rt 15 Rw 04 , 5 20 13 21,7
Kelurahan Pandean, Kecamatan
6 21 16 26,7
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi
7 22 9 15,0
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Responden dalam penelitian ini adalah 8 23 5 8,3
9 24 3 5,0
10 25 2 3,3 menempuh sebagai mahasiswa
11 28 1 1,7 perguruan tinggi terdapat 50 responden
(83,3), tingkat pendidikan sarjana (S1)
Jumlah 60 100
ada 2 responden (3,3%), dan tingkat
pendidikan pasca sarjana (S2) ada 3
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat dari
responden (5,0%).
60 responden terbagi dalam beberapa
usia, untuk usia 15 tahun ada 1
4. Tingkat Pengetahuan Responden
responden (1,7%), usia 16 tahun ada 1
tentang Personal Hygiene pada
responden (1,7%), usia 17 tahun ada 1
Santri Putra Pondok Pesantren
responden (1,7%), usia 19 tahun ada 8
Al-Luqmaniyyah Yogyakarta
responden (13,3%), usia 20 tahun ada
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan
13 responden (21,7%), usia 21 tahun
Responden Tentang Personal Hygiene
ada 16 responden (26,7%), usia 22
pada Santri Putra Pondok Pesantren Al-
tahun ada 9 responden (15,0%), usia 23
Luqmaniyyah Yogyakarta.
tahun ada 5 responden (8,3%), usia 24
tahun ada 3 responden (5,0%), usia 25 No. Kategori Jumlah Persentase (%)
tahun ada 2 responden (3,3%), dan usia
28 tahun ada 1 responden (1,7%). Dari 1 Rendah 24 40,0
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 2 Sedang 22 36,7
jumlah usia terbanyak dari responden 3 Baik 14 23,3
pada penelitian ini adalah 21 tahun Jumlah 60 100
dengan jumlah 16 responden.
Dari tabel 4.5 diatas, dapat diketahui
3. Karakteristik responden jumlah responden yang masuk dalam
berdasarkan tingkat pendidikan kategori rendah adalah 24 responden
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan (40,0%), responden dengan kategori
Tingkat Pendidikan pada Santri Putra sedang 22 responden (36,7%), dan
Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah responden dengan kategori baik ada 14
Yogyakarta responden (23,3%). Dari tabel diatas
Tingkat Persentase dapat disimpulkan bahwa hampir
No.
Pendidikan Jumlah (%) separuh dari responden memiliki tingkat
1 SMA 5 8,3 pengetahuan tentang personal hygiene
2 Mahasiswa 50 83,3 dalam kategori rendah.
Sarjana
3
(S1) 2 3,3 5. Responden yang Mengalami
Pasca Penyakit Skabies pada Santri
4 Sarjana Putra dari hasil Observasi di
(S2) 3 5,0
Pondok Pesantren Al
Jumlah 60 100 Luqmaniyyah Yogyakarta
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat
dilihat 60 responden terbagi dalam Tabel 4.6 Responden yang Mengalami
beberapa tingkat pendidikan yang Penyakit Skabies pada Santri Putra di
ditempuh, untuk tingkat pendidikan Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
SMA ada 5 responden (8,3%), tingkat Yogyakarta.
pendidikan responden yang masih
Kejadian Persentase responden (41,7%) yang tidak
No.
Skabies Jumlah (%) mengalami penyakit skabies dan
1 Tidak 25 41,7 terdapat 35 responden (58,3%) yang
2 Ya 35 58,3 mengalami penyakit skabies. Dari hasil
penelitian ini menandakan kejadian
Jumlah 60 100
skabies di Pondok Pesantren Al-
Luqmaniyyah Yogyakarta tergolong
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat
tinggi.
diketahui hasil observasi dari 60
responden yang diteliti terdapat 25

6. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Personal Hygiene dengan


Kejadian Skabies pada Santri Putra Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
Yogyakarta
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Personal
Hygiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Putra Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
Yogyakarta.
Dependen
Kejadian Skabies
Independen Jumlah %
Ya Tidak
Tingkat
Pengetahuan jumlah % jumlah %
Baik 3 5,0 11 18,3 14 23,3
Sedang 14 23,3 8 13,3 22 36,7
Rendah 18 30,0 6 10,0 24 40,0
Jumlah 35 58,3 25 41,7 60 100
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas terlihat pengetahuan tentang personal hygiene
bahwa tingkat pengetahuan santri putra santri putra yang tertinggi tidak
yang tertinggi dan mengalami penyakit mengalami skabies terdapat pada
skabies terdapat pada kategori rendah kategori baik ada 14 responden (23,3%)
ada 18 responden (30,0%) dan yang dan yang terendah terdapat pada
terendah terdapat pada kategori baik ada kategori rendah ada 6 responden
3 responden (5,0%) sedangkan tingkat (10,0%).

7. Hasil Uji Chi Square


Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Chi Square.
Koefisien
No.
Variabel Korelasi Signifikan Keterangan
Tingkat Pengetahuan
1 Personal Hygiene
dengan kejadian skabies 0,398 0,004 Signifikan
Dari data dalam tabel 4.8, dapat ada hubungan yang signifikan antara
diketahui bahwa nilai koefisiensi tingkat pengetahuan tentang personal
korelasi sebesar 0,398 dengan nilai hygiene dengan kejadian skabies pada
signifikan 0,004 (p<0,05). Dengan santri putra Pondok Pesantren Al-
demikian ditarik kesimpulan bahwa “ Luqmaniyyah Yogyakarta”. Hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang materi yang berkaitan dengan PHBS,
personal hygiene dengan kejadian dan kurang mendapatkan informasi
skabies sebesar (r=0,398), maka tentang perilaku hidup sehat yang baik
memiliki kekuatan koefisien “rendah” dari Puskesmas dan institusi kesehatan
menurut intepretasi koefisien korelasi lainnya. Seperti yang diungkapkan salah
(Sugiyono, 2014). satu pengurus Pondok Pesantren Al-
Luqmaniyyah bahwa di pondok tersebut
PEMBAHASAN masih jarang dilakukan penyuluhan
tentang kebersihan perorangan yang
Tingkat Pengetahuan Responden
baik, perilaku hidup bersih dan sehat,
Tentang Personal Hygiene pada
dan materi yang berkaitan dengan
Santri Putra Pondok Pesantren Al-
kebersihan dari Puskesmas atau institusi
Luqmaniyyah Yogyakarta.
lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian
diatas didapatkan responden yang Hal tersebut menyebabkan
memiliki tingkat pengetahuan tentang perilaku personal hygiene dan perilaku
personal hygiene rendah sebesar 24 hidup bersih dan sehat santri menjadi
responden (40%), responden dengan buruk, seperti santri menganggap
tingkat pengetahuan tentang personal skabies merupakan penyakit yang sudah
hygiene sedang sebesar 22 responden biasa terjadi, memakai handuk dan
(36,70%), dan responden dengan tingkat pakaian secara bergantian. Selain itu
pengetahuan tentang personal hygiene kamar santri yang kecil tidak seimbang
baik sebasar 14 responden (23,30%) dengan jumlah santri dan berdampak
dari 60 responden yang diteliti. Dari pada kontak langsung santri yang
data santri putra sejumlah 24 responden mengalami skabies dengan santri yang
(40%) memiliki pengetahuan yang tidak mengalami skabies sehingga
rendah tentang personal hygiene. Dari menyebabkan penyebaran penyakit
hasil penelitian yang dilakukan skabies menjadi tinggi.
menunjukkan tingkat pengetahuan
tentang personal hygiene pada santri Kejadian Skabies pada Santri
putra Pondok Pesantren Al- Putra Pondok Pesantren Al-
Luqmaniyyah Yogykarta dalam kategori Luqmaniyyah Yogyakarta.
rendah. Hasil ini sesuai dengan dengan Berdasarkan hasil penelitian
penelitian (Hilma UD, 2014) yang yang dilakukan dengan checklist dan
melakukan penelitian tentang faktor- observasi, dari 60 responden yang
faktor yang mempengaruhi kejadian semuanya adalah santri putra didapatkan
skabies di Pondok Pesantren Mlangi sebanyak 35 responden (58,3%)
Nogotirto Sleman Yogyakarta, hasil menderita penyakit skabies dan 25
penelitian Hilma didapatkan tingkat responden (41,7%) tidak mengalami
pengetahuan responden tentang penyakit skabies. Dari data ini
personal hygiene pada santri cenderung menunjukkan bahwa angka kejadian
rendah yaitu 34 responden (64,2%) dari skabies sebesar 35 responden (58,3%).
total responden sebanyak 53 orang. Kejadian skabies pada santri putra
Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
Banyaknya persentase pada disebabkan oleh berbagai faktor, dan
penelitian ini disebabkan karena santri salah satu faktor yang berperan dalam
jarang mendapatkan penyuluhan tentang tingginya angka kejadian penyakit
kebersihan perorangan, pemberian
skabies adalah masih kurangnya tingkat penyebaran dapat mencegah
pengetahuan santri tentang personal terjangkitnya penyakit skabies.
hygiene sehingga mengakibatkan
perilaku personal hygiene yang buruk Hubungan Tingkat
seperti santri mandi sekali dalam sehari, Pengetahuan Responden tentang
menggunakan baju dan handuk secara Personal Hygiene dengan Kejadian
bergantian, tidur bersama-sama dalam Skabies pada Santri Putra Pondok
satu ruang dan menganggap bahwa Pesantren Al-Luqmaniyyah
kebersihan perorangan tidak ada Yogyakarta.
hubungannya dengan kejadian penyakit Berdasarkan data pada tabel 4.7
skabies. Hasil penelitian ini sesuai terlihat bahwa santri putra yang
dengan penelitian (Nur, 2011) yang menderita penyakit skabies tertinggi ada
mengatakan bahwa penyebab tingginya pada responden dengan kategori tingkat
kejadian skabies disebabkan masyarakat pengetahuan personal hygiene rendah
karena kebiasaan kebersihan perorangan yaitu 18 responden (30,0%) dan
yang kurang. Lingkungan tempat tinggal penderita penyakit skabies terendah ada
responden yang berpenghuni padat pada responden dengan kategori tingkat
(tinggal bersama-sama dalam satu pengetahuan personal hygiene baik
tempat yang relative sempit), serta yaitu 3 responden (5,0%). Dari data ini
sanitasi lingkunan yang kurang baik dapat diketahui bahwa semakin baik
(kepadatan huni rumah dan kelembaban tingkat pengetahuan santri tentang
kamar yang kurang memenuhi syarat). personal hygiene semakin kecil pula
Beberapa responden juga peluang santri untuk terjangkit penyakit
beranggapan bahwa penyakit skabies skabies dan sebaliknya semakin rendah
merupakan penyakit yang biasa terjadi tingkat pengetahuan santri tentang
dan apabila terjangkit penyakit beberapa personal hygiene semakin tinggi pula
responden tidak langsung mengobatinya peluang santri mengalami kejadian
melainkan membiarkannya begitu saja penyakit skabies. Hal ini menguatkan
dan ketika ada santri yang terjangkit bahwa pengetahuan tentang personal
penyakit skabies tidak ada kamar atau hygiene harus diperbaiki dan
tempat isolasi agar tidak terjadi ditingkatkan dalam hal nyata sehingga
penularan kepada santri yang lain. dari pengetahuan santri tentang personal
Sebanyak 25 responden (41,7%) tidak hygiene yang baik dapat membuat pola
menderita skabies lebih rendah dari kebiasaan hidup yang baik dan sehat
responden yang mengalami penyakit sehingga berdampak pada angka
skabies, hal ini dikarenakan karena kejadian penyakit skabies dapat dicegah
tingkat pengetahuan responden yang dan menurunkan angka kejadian skabies
tidak terkena penyakit skabies tentang di Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah
personal hygiene cenderung baik dan Yogyakarta.
beranggapan bahwa penyakit skabies Dari hasil analisa dengan uji
adalah penyakit yang menyerang statistik sederhana yaitu chi square pada
seseorang dengan perilaku kebersihan tingkat signifikan 5% dengan bantuan
yang buruk. Responden yang tidak program SPSS 16.0 didapatkan hasil
terkena penyakit skabies beranggapan sebagai berikut p = 0,004<0,005. Hasil
bahwa pengetahuan tentang kebersihan ini menunjukkan ada hubungan yang
personal dan memutus rantai signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang personal hygiene dengan
kejadian skabies di Pondok Pesantren RR = 1,80). Dengan demikian faktor
Al-Luqmaniyyah Yogyakarta. Terdapat paling besar pengaruhnya terhadap
hubungan yang signifikan antara tingkat penularan penyakit skabies diantara
pengetahuan santri tentang personal santri Ponpes di Kabupaten Lamongan
hygiene dengan kejadian skabies karena adalah kamar tidur santri yang tidak
rendahnya tingkat pengetahuan santri saniter.
putra tentang personal hygiene sehingga
berdampak pada pola perilaku hidup SIMPULAN DAN SARAN
baik dan sehat serta menganggap bahwa Simpulan
penyakit skabies adalah penyakit yang Berdasarkan hasil penelitian
biasa terjadi dan ketika terkena skabies yang telah dilakukan dapat disimpulkan
cenderung membiarkannya. bahwa Ada hubungan yang signifikan
Tingkat pengetahuan tentang antara tingkat pengetahuan tentang
personal hygiene dengan kejadian personal hygiene dengan kejadian
skabies memiliki keeratan hubungan skabies pada santri putra Pondok
dengan kategori rendah yaitu 0,398. Hal Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
ini disebabkan karena adanya faktor Terhadap 60 responden di komplek
lain yang bisa mempengaruhi skabies putra Pondok Pesantren Al-
selain pengetahuan tentang personal Luqmaniyyah Yogyakarta, sebagian
hygiene, adapun faktor yang bisa besar responden memiliki tingkat
mempengaruhi kejadian skabies pada pengetahuan tentang personal hygiene
santri putra Pondok Pesantren Al- rendah yaitu sebesar 24 responden
Luqmaniyyah Yogyakarta adalah (40%), tingkat pengetahuan tentang
kepadatan hunian, dengan ukuran kamar personal hygiene sedang sebesar 22
4x4 meter dan jumlah santri yang responden (36,70%), dan tingkat
tinggal disetiap kamar 12 sampai 14 pengetahuan tentang personal hygiene
santri merupakan hal yang sangat baik sebesar 14 responden (23,30%).
perperan karena menyebabkan kontak Tingkat pengetahuan tentang personal
langsung antara santri yang mengalami hygiene dengan kejadian skabies pada
skabies dengan yang tidak mengalami santri putra Pondok Pesantren Al-
skabies, pemakaian barang seperti baju Luqmaniyyah Yogyakarta memiliki
dan handuk secara bergantian (Song, keeratan hubungan “rendah”.
2005). Tidur secara bersama-sama
dalam panti asuhan/pondok pesantren Saran
juga sebagai salah satu faktor Berdasarkan hasil penelitian dan
persebaran penyakit skabies (Soedarto, pembahasan dapat diberikan saran bagi
2009). Hasil penelitian ini juga sesuai santri putra Pondok Pesantren Al-
dengan penelitian (Isa Ma’rufi, Luqmaniyyah Yogyakarta diharapkan
Soedjajadi Keman, dan Hari Basuki dapat menggali informasi, wawasan,
Notobroto, 2005) dalam penularan dan pengetahuan tentang personal
penyakit skabies menunjukkan hygiene dengan cara membaca buku,
parameter yang paling berperan mencari informasi dari internet dengan
berturut-turut adalah sanitasi kamar sumber yang dapat dipercaya, serta aktif
tidur (p <0,01, RR = 3,42) dan ventilasi dalam penyuluhan yang diadakan oleh
kamar tidur (p <0,01, RR = 2,10); petugas kesehatan sekitar.. Bagi
perilaku sehat (p <0,01, RR = 3,05); pengurus Pondok Pesantren Al-
serta higiene perorangan (p <0,05, Luqmaniyyah Yogyakarta melakukan
kegiatan penyuluhan dan seminar Fatmawati. (2012). Hubungan Persepsi
kesehatan kepada santri tentang Perilaku Kebersihan Diri Dengan
kesehatan khususnya terkait personal Kejadian Tinea Krisus Pada Anak
hygiene dan pendidikan tentang Jalanan di Yogyakarta. Skripsi
penyakit skabies setiap 1-3 bulan sekali. tidak dipublikasikan. STIKES
Pemberian fasilitas pengobatan seperti ‘Aisyiyah Yogyakarta.
kamar yang dikhususkan untuk santri Heukelbach, J & H. Feldmeier. (2006).
yang mengalami skabies dan Scabies. Lancet. 367(9524): 1767-
penambahan kamar.. Peneliti 74.
Selanjutnya agar mampu
mengembangkan penelitian serupa Hidayat, A. A. A. (2007). Riset
dengan pengkajian lebih dalam kepada Keperawatan dan Teknik
responden serta menggunakan asisten Penulisan Ilmiah, (edisi 2).
penelitian, mengembangkan variabel Jakarta: Salemba Medika.
bebas seperti meneliti tentang perilaku
Hidayat, S. (2014). Kecanduan
hidup bersih dan sehat pada santri putra
Penggunaan Smartphone dan
Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah.
Kualitas Tidur pada Mahasiswa
RIK UI. PSIK Universitas
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Kampus UI Depok.
Arikunto, S. (2013). Prosedur
http://www.k-sate-
Penelitian Suatu Pendekatan
edu/parasitlogy/625tutorials/Anthr
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
opods01.html.
Brown. (2005). Dermatologi. Jakarta:
Iskandar, T. (2000). Masalah Skabies
Erlangga.
Pada Hewan dan Manusia Serta
Bungin, B. (2014). Metode Penelitian Penanggulangannya. Wartazoa.
Kuantitatif: Komunika, Ekonomi, Vol. 10, No. 1 th 2000. hal 28-34.
dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-
Kurnitasari. (2004). Faktor-faktor yang
ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
berhubungan dengan penyakit
Kencana.
skabies di pondok pesantren di
Cak, M. (2007). Skabies: Kulit Gatal kecamatan Wanayasa kabupaten
Bikin Sebal. Diakses 13 April Banjarnegara.Diakses: 13 April
2017. 2017.
http://fkm.undip.ac.id/data/index.p
Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit hp?action=4&idx=2228.
dan Kelamin, (edisi 5). Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Laily, I. & Sulistyo, A. (2012). Personal
Indonesia. Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dinkes RI. (1995) 1, Upaya kesehatan Marwali. (2003). Ilmu Penyakit Kulit.
anak usia sekolah di pondok Jakarta: Hipokrates.
pesantren http:// exdeath-
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
health.blogspot.com/2008/02/scab
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
ies.html. Diakses tanggal 16 Juni
Rineka Cipta.
2017.
______________(2005). Metode Saryono & Anggraeni, M. D. (2013).
Penelitian Kesehatan, (edisi Metodologi Penelitian Kualitatif
revisi) Jakarta: Rineka Cipta. dan Kuantitatif dalam bidang
kesehatan. Yogyakarta: Nuha
______________(2007). Promosi Medika.
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta. Saryono & Widianti. (2011). Catatan
Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
______________(2012). Metodologi (KDM). Yogyakarta: Nuha
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Medika.
Cipta.
Soedarto (2009). Penyakit Menular.
Nursalam. (2015). Manajemen
Jakarta: CV Sagung Seto.
Keperawatan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Profesional.
Song C, (2005), Skabies, Jurnal
Surabaya: Salemba Medika.
Kesehatan & Kedokteran Fakultas
Kedokteran Tarumanegara
(volume 3: 54).
Pawening, A. (2009). Perbedaan angka
kejadian skabies antar kelompok Stone, S.P., Jonathan N.G., Rocky E.B.,
santri bardasar lama belajar di 2008, In: Fitzpatrick,s
pesantren. Diakses: 13 April Dermatology in General
2017. Medicine. 7th ed. New York:
http://digilib.uns.ac.id/abstrak_12 McGraw-Hill, pp. 2030-31.
62_perbedaan-angka-kejadian-
Sudirman, T. (2006). Scabies : Masalah
skabies-antar-kelompok-santri-
Diagmosis dan Pengobatan.
berdasar-lama-belajar-di-
Majalah Kesehatan Damianus.
pesantren.html.
Vol. 5, No. 3. September 2006.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Hal : 177-190.
Ajar Fundamental Keperawatan;
Sugiyono. (2011). Statistik Untuk
Konsep, Proses, dan Praktik
Penelitian, (edisi 2). Bandung:
(Edisi 4). Jakarta: EGC.
Alfabeta.
Pratiwi & Noviar. (2008). Hubungan _________(2014). Metode Penelitian
Pengetahuan dan Sikap Siswa Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
terhadap PHBS di SDN Ngebel Bandung: Alfabeta.
Kec. Kasihan Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Raqith, H. (2007). Hidup sehat Cara
Islam. Bandung: Marja. Sujarweni, V. W. (2012). SPSS untuk
Paramedis. Yogyakarta: Gava
Santoso, S. (2010). Panduan Lengkap Media.
Menguasai Statistik dengan SPSS
Tarwoto & Wartonah. (2003).
17. Jakarta: Elex Media
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Compusmindo.
Proses Keperawaran. Jakarta:
Salemba Medika.
__________________(2015).
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses keperawatan, (Edisi 5).
Jakarta Selatan: Salemba Media.
Wardhani. (2007). Hubungan Praktek
Kebersihan Diri Dan Penggunaan
Alat Pelindung Diri Dengan
Kejadian Skabies Pada Pemulung
di TPA Bukung Bandar Lampung.
Skripsi. Semarang. UNDIP.
WHO. (2001). Planet Kita Kesehatan
Kita. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Yahmi, I. Mohamad, A. Utami.
Endang, S. (2016). Skabies dan
Upaya Pencegahannya.
Yogyakarta: LeutikaPrio.

Anda mungkin juga menyukai