Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rheza Adhitya Prathama

NPM : 270110170069
Kelas : B

A. Genesa Batuan Piroklastik

Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunungapi, mengeluarkan


magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari
pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh gunung itu terhempas ke udara, sehingga magma
tersebut membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu).
Gumpalan tersebut memiliki tekstur dan struktur yang tertentu pula. Sedangkan batu-batu
tadi yang telah mengalami prosespengangkutan (transportasi) oleh angin dan air, maka
batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik. Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang
telah mengalami pengangkutan yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh
media air dan angin yang membawanya. Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang
rendah, disebabkan oleh air dan angin yang membawanya ke tempat yang rendah disekitar
gunung api.

Pada umumnya proses pembentukan gunungapi dapat dibedakan dari kedudukan tektonik
lempengannya, yaitu:
1. Daerah pemekaran Daerah pemekaran yang disebut juga sebagai daerah divergen
disebabkan karena adanya aktifitas tektonik yang menghasilkan pemekaran pada lempeng
samudera. Magma keluar melalui celah pada daerah lemah dan membentuk punggungan.
Pemekaran ini menghasilkan sifat magma berupa umafik hingga ultramafik. Sifat magma
yang cenderung basa dikarenakan mantel dari lempeng samudera sendiribersifat basa
hingga ultrabasa. Tipe batuan yang dihasilkan bersifat basa. Pada kerak kontinen juga
dapat terjadi proses pemekaran dan menghasilkan tipe batuan dengan sifat batuan
dengan sifat basa sama dengan magma yang keluar dari pemekaran kerak samudera.

2. Daerah penunjaman Daerah ini terjadi penunjaman salah satu lempeng atau dengan
sebutan daerah konvergen. Umumnya lempeng samudera menyusup dibawah lempeng
samudera mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada berat jenis lempeng benua.
Daerah ini dapat menghasilkan sifat magma yang beragam mulai dari asam hingga basa.
Variasi sifat magma ini dipengaruhi dari sudut penunjaman scat proses tumbukan lempeng
samudera dengan lempeng benua. Semakin kecil sudut penunjaman maka akan
menghasilkan magma yang bersifat asam sementara semakin besar sudut penunjaman
maka akan menghasilkan magma yang bersifat basa.
3. Hot spot (Intraplate volcanism) Pembentukan gunungapi dari aktifitas hot spot
dikarenakan adanya terobosan magma dari atmosfer menuju ke lithosfer dan pada bagian
bawah kerak lithosfer magma ini melewati celah yang mempunyai kedudukan lateral.
Komposisi magma bila keluar di lempeng samudera akan bersifat basa, hal ini sama dengan
produk magma yang keluar dari pemekaran lempeng samudera, bila magma keluar di
kontinen maka sangat berpotensial menjadi magma yang bersifat sama. Pembentukan
gunungapi daerah ini berbeda dengan proses pemebntukan daerah subduksi dan
pemekaran, karena daerah ini mempunyai pusat magma yang tetap.

B. Klasifikasi Batuan Piroklastik

Endapan piroklastik bermula dari adanya jatuhan ketika gunung berapi meletus yang
kemudian pengendapan yang terjadi memiliki ukuran yang tebal. Adapun pembagian endapan
piroklastik terbagi atas 3 macam, yaitu:

1. Endapan Jatuhan Piroklastik – Merupakan endapan piroklastik yang dihasilkan dari letusan
eksplosif material vulkanik ke atmosfer yang kemudian jatuh kembali dan terkumpul di
sekitar gunung berapi. Endapan ini memiliki ketebalan endapan yang relatif berukuran
sama. ( baca : Dampak Vulkanisme )
2. Endapan Aluran Piroklastik – Merupakan endapan yang dihasilkan dari proses pergerakan
lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang di transport dalam
bentuk gas atau cairan, dimana material vulkanik ini akan di transportasi jauh dari gunung
berapi. Endapan ini pada umumnya memiliki aliran kebawah dari pusat letusan gunung
berapi yang memiliki kecepatan tinggi ketika terjadi longsoran. Endapan ini biasanya berisi
batuan yang memiliki ukuran bongkah.
3. Endapan Surge Piroklastik – Endapan ini dihasilkan dari letusan gunung berapi yang
kemudian dialirkan karena terdapat penyatuan dari jatuhan dan aliran. Karakteristik dari
endapan ini adalah memiliki stratifikasi yang bersilang, strukturnya berpasir, laminasi
planar, memiliki struktur pind and swell serta memiliki endapan yang sedikit menebal pada
bagian topografi yang rendah dan menipis pada bagian topografi yang tinggi.
Fisher, 1984 dan Williams, 1982 mengelompokkan material-material penyusun batuan-batuan
piroklastik sebagai berikut :
a. Kelompok Juvenil (Essential)
Bila material penyusun dikeluarkan langsung dari magma, terdiri dari padatan, atau partikel
tertekan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal (pyrogenic crystal).
Kelompok Cognate (Accessory)
Bila material penyusun dari material hamburan yang berasal dari letusan sebelumnya, dan
gunung api yang sama atau tubuh vulkanik yang lebih tua dari dinding kawah.
b. Kelompok Accidental (bahan asing)
Bila material penyusunnya merupakan bahan hamburan yang berasal dari batuan non gunung
api atau batuan dasar berupa batuan beku, sediment atau metamorf, sehingga mempunyai
komposisi yang seragam.
Material piroklastik dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya sebagai berikut (Schmid,
1981 vide Fisher, 1984)

Daftar Pustaka
https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-piroklastik [Diakses pada Senin, 6 Mei 2019 pukul
19.25 WIB]
elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40384/d025fd0777d36d725d3a023f00a51cb [Diakses
pada Senin, 6 Mei 2019 pukul 19.32 WIB]
http://geologinotes.blogspot.com/2016/12/pengertian-dan-klasifikasi-batuan.html [Diakses
pada Senin, 6 Mei 2019 pukul 19.47 WIB]

Anda mungkin juga menyukai