Anda di halaman 1dari 8

PETUNJUK TEKNIS

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDESA)

KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2019

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Efektivitas pembangunan mengatasi berbagai permasalahan, memenuhi kebutuhan dan menjawab
tantangan perkembangan masyarakat ditentukan sejauh mana proses pembangunan dapat meningkatkan
kapasitas desa untuk mencapai kemandirian, karena sebagaian besar penduduk berada di daerah pedesaan.
Dengan demikian, keberhasilan membangun desa akan memberikan dampak yang besar terhadap
keberhasilan pembangunan secara makro.
Dari cara pandang diatas, menjadi sangat penting untuk memacu peningkatan kapasitas masyarakat dan
aparatur Pemerintahan Desa dengan meningkatkan daya dukung (support system) dalam pengelolaan
pembangunan, yang mencakup, antara lain:
a. Mutu, kesesuaian dan ketepatan perangkat lunak pembangunan desa (peraturan perundangan,
pedoman,dll)
b. Efektivitas sistem pengelolaan pembangunan desa.
c. Kemampuan desa menyelenggarakan pembangunan
d. Kemampuan dan kebisaan masyarakat dan aparatur Pemerintahan Desa.

Salah satu persoalan mendasar dalam penyelenggaraan pembangunan desa adalah perencanaan
pembangunan desa (RPJM-Desa). Karena RPJM-Desa merupakan dokumen yang menunjukkan arah, tujuan
dan kebijakan pembangunan desa. Maka, kualitas RPJM-Desa, baik dari segi: proses penyusunan, kualitas
dokumen maupun kesesuaiannya dengan Peraturan Perundangan yang berlaku, menjadi sangat penting
untuk diperhatikan.

Penyusunan RPJM-Desa berdasar pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 114 Tahun
2014. Guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan Permendagri dimaksud serta mendorong dan
memfasilitasi Pemerintah Desa menyusun RPJM-Desa, perlu disediakan Panduan Teknis Penyusunan RPJM-
Desa, yang diturunkan dari serta menjabarkan secara rinci Permendagri No. 114 Tahun 2014.

II. PERATURAN PERUNDANGAN


Peraturan perundangan yang dijadikan dasar dan acuan penyusunan RPJM Desa , antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4309);l
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.

III. PENGERTIAN
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
3. Lembaga Kemasyarakatan desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat.
4. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis
5. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan
Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
6. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa
7. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
9. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang
melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasiann sumber daya
yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilahay/daerah
dalam jangka waktu tertentu.
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat RPJM Desa, adalah Rencana
Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
11. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
12. Pengkajian Keadaan Desa adalah proses penggalian dan pengumpulan data mengenai keadaan obyektif
masyarakat, masalah, potensi, dan berbagai informasi terkait yang menggambarkan secara jelas dan
lengkap kondisi serta dinamika masyarakat Desa
13. Peraturan Desa yang selanjutnya disingkat (Perdes) adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat
oleh BPD bersama Kepala Desa.
IV. TUJUAN
Tujuan penyusunan ‘Panduan Teknis Penyusunan RPJM-Desa’ adalah
a. Menyediakan pedoman yang dapat digunakan berbagai pihak yang terlibat dalam proses penyusunan
RPJM-Desa;
b. Menyediakan instrumen yang dapat digunakan berbagai pihak untuk menilai kualitas proses penyusunan
dan dokumen RPJM-Desa;
c. Menyediakan pedoman yang dapat digunakan berbagai pihak yang berkompeten untuk mengevaluasi dan
menemukenali kekuatan dan kelemahan berbagai aspek perencanaan pembangunan desa;
d. Mendorong Pemerintah Desa meningkatkan kualitas proses penyusunan dan dokumen RPJM-Desa, dan
e. Mendorong terwujudnya RPJM-Desa sebagai dokumen perencanaan yang penting dan berfungsi secara
efektif dalam pelaksanaan pembangunan desa

BAB II

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

(RPJM-Desa)

2.1.Tujuan
Tujuan penyusunan RPJM-Desa adalah:
a. Merumuskan rencana pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat;
b. Merumuskan arah, tujuan, kebijakan dan strategi pembangunan desa, dan
c. Menyelaraskan rencana kegiatan dan anggaran
d. Meningkatkan peran serta masyarakat di desa dalam proses pembangunan
2.2.Prinsip Penyusunan RPJM-Desa
Penyusunan RPJM-Desa dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip:
a. Lengkap
RPJM-Desa mencakup semua aspek pembangunan masyarakat dan desa
b. Cermat
Data diperoleh dan dihimpun secara teliti, objektif dan dapat dipercaya
c. Sistematis
RPJM-Desa disusun berdasarkan alur pemikiran logis dan sesuai tata susun yang runut
d. Partisipatif
Melibatkan semua pihak / pemangku kepentingan secara aktif dalam proses pembahasan dan pengambilan
keputusan.
e. Keterbukaan
Memberikan akses seluas-luasnya kepada para pemangku kepentingan untuk mendapatkan informasi dan
mengontrol proses penyusunan RPJM-Desa.
2.3. Kaidah Dasar Penyusunan RPJM-Desa
2.3.1. RPJM-Desa sebagai Proses Pemikiran Strategis
RPJM-Desa pada hakikatnya adalah dokumen yang menerjemahkan proses pemikiran strategis menjadi
kerangka perencanaan pembangunan desa. Dengan demikian, mutu rencana pembangunan desa
ditentukan sejauh mana dokumen tersebut menampilkan rumusan pemikiran strategis. Pemikiran
strategis dimaksud berkenaan dengan arah dan tujuan pembangunan desa, target pencapaian selama
periode perencanaan serta cara dan langkah-langkah mencapai tujuan.
Dari proses pemikiran strategis tersebut diharapkan terumuskan:
a. Tujuan dan sasaran pembangunan desa yang:
 Konsisten dengan visi dan misi Kepala Desa terpilih,
 Sesuai dengan kaidah penyusunan rencana (Spesifik, Terukur, Dapat diterima, Realistis dan Jelas
kerangka waktunya) dan
 Sesuai dengan kemampuan desa untuk melaksanakannya.
b. Arah pembangunan desa yang dapat dipahami secara jelas oleh masyarakat
c. Kebijakan pendayagunaan sumber daya dan dana secara terarah dan efisien
d. Kebijakan untuk menyelaraskan dan memadukan rencana serta sumber daya yang tersedia
e. Cara dan langkah yang jelas dan terarah untuk mencapai tujuan, dan
f. Alat ukur untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan pembangunan desa.
2.3.2. RPJM-Desa sebagai Proses Berkelanjutan
RPJM-Desa sebagai dokumen perencanaan akan berhasil apabila dilaksanakan dan diperlakukan sebagai
proses yang berkelanjutan. Dengan demikian, penyusunan maupun pelaksanaan RPJM-Desa harus:
a. Berorientasi pada pemberdayaan Masyarakat dan Aparatur Pemerintahan Desa
b. Dimasyarakatkan dan dikonsutasikan secara berkelanjutan
c. Dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi
d. Dilakukan evaluasi secara berkelanjutan.
2.3.3. RPJM-Desa sebagai Rangkaian Kegiatan yang Sistematis
Penyusunan RPJM-Desa pada dasarnya adalah proses kegiatan sesuai tahapan secara sistematis. Tahapan
dimaksud adalah
a. pembentukan tim penyusun RPJM Desa
b. penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten
c. pengkajian keadaan Desa
d. penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa
e. penyusunan rancangan RPJM Desa
f. penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa ; dan
g. penetapan RPJM Desa
2.4.Tim Penyusun RPJM-Desa
2.4.1. Pembentukan Tim Penyusun
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa melalui Musyawarah Desa
Sebelum melaksanakan tugasnya Tim Penyusun diberikan Pelatihan terlebih dahulu
2.4.2. Jumlah anggota dan Unsur Tim Penyusun
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang:
a. Kepala Desa selaku pembina;
b. Sekretaris Desa selaku ketua;
c. ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan;
d. anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader pemberdayaan
masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya
e. Tim penyusun, mengikutsertakan perempuan
f. Tim penyusun ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa
2.4.3. Kegiatan Tim Penyusun
Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
a. penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten
b. pengkajian keadaan Desa;
c. penyusunan rancangan RPJM Desa; dan
d. penyempurnaan rancangan RPJM Desa
2.4.4. Masa Tugas
Masa tugas Tim Penyusun selama-lamanya 3 (tiga) bulan, terhitung sejak diterbitkannya surat penetapan
Tim Penyusun RPJM-Desa oleh Kepala Desa sampai pengajuan Rancangan RPJM-Desa oleh Kepala Desa
kepada BPD.
2.5.Tahapan Kegiatan Penyusunan RPJM-Desa
2.5.1. Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah
a. Memastikan terbentuknya Tim Penyusun RPJM-Desa
b. Memastikan tersedianya hasil –hasil Pengkajian Keadaan Desa sebagai bahan pembahasan /
penyusunan Rancangan RPJM-Desa
c. Menetapkan jadwal dan agenda Rapat Tim Penyusun
d. Menyiapkan sarana, alat dan kebutuhan lainnya untuk mendukung kelancaran Rapat Tim Penyusun
2.5.2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten
a. Penyelarasan arah kebijakan dilakukan untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan
Kabupaten dengan pembangunan Desa
b. Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten sekurang-kurangnya meliputi:
 rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten
 rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
 rencana umum tata ruang wilayah kabupaten;
 rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten; dan
 rencana pembangunan kawasan perdesaan
c. Kegiatan penyelarasan dilakukan dengan cara mendata dan memilah rencana program dan kegiatan
pembangunan Kabupaten yang akan masuk ke Desa
d. Rencana program dan kegiatan, dikelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
e. Hasil pendataan dan pemilahan, dituangkan dalam format data rencana program dan kegiatan
pembangunan yang akan masuk ke Desa

2.5.3. Pengkajian Keadaan Desa


2.5.3.1. Pengertian

Pengkajian keadaan desa adalah proses penggalian dan pengumpulan data mengenai keadaan
masyarakat, masalah, potensi dan berbagai informasi terkait, yang menggambarkan secara jelas
dan lengkap kondisi dan dinamika masyarakat desa.

2.5.3.2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali secara objektif, lengkap dan cermat:
a. Potensi desa
b. Permasalahan yang dihadapi
c. Kebutuhan masyarakat

2.5.3.3 Kegiatan Pengkajian Keadaan Desa meliputi :


a. penyelarasan data Desa dilakukan melalui kegiatan pengambilan data dari dokumen data Desa
dan pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini. Hasil penyelarasan data Desa
dituangkan dalam format data Desa.;
b. penggalian gagasan masyarakat dilakukan secara partisipatif untuk menemukenali potensi dan
peluang pendayagunaan sumber daya Desa, dan masalah yang dihadapi Desa. Hasil penggalian
gagasan, menjadi dasar bagi masyarakat dalam merumuskan usulan rencana kegiatan; dan
c. penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.

2.5.3.3. Fasilitator
Kegiatan pengkajian keadaan desa difasilitasi oleh KPMD, LPMD dan dibantu oleh Pedamping
Desa dan Pendamping Lokal Desa.

2.5.3.4. Pendekatan, Metode dan Alat


Pengkajian keadaan desa dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan metode P3MD
(Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat dan Desa). Alat kaji yang digunakan adalah
sketsa Desa, kalender musim dan bagan kelembagaan Desa sebagai alat kerja untuk menggali
gagasan masyarakat. Tim penyusun RPJM Desa dapat menambahkan alat kerja, dalam rangka
meningkatkan kualitas hasil penggalian gagasan. Dalam hal terjadi hambatan dan kesulitan dalam
penerapan alat kerja, tim penyusun RPJM Desa dapat menggunakan alat kerja lainnya yang
sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat Desa
2.5.3.5. Proses
a. Memfasilitasi masyarakat dalam pertemuan di tingkat kelompok dengan diskusi kelompok
secara terarah untuk menemukenali potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat dengan
menggunakan alat kaji tersebut diatas.
b. Memfasilitasi masyarakat dimaksud melakukan pengelompokan dan penentuan peringkat
masalah
c. Memfasilitasi masyarakat dimaksud melakukan pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah
d. Memfasilitasi masyarakat dimaksud melakukan Penentuan Peringkat Tindakan

2.5.3.6. Laporan hasil Pengkajian Keadaan Desa


a. Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
b. Laporan dimaksud dituangkan dalam berita acara yang dilampiri dokumen :
 data Desa yang sudah diselaraskan;
 data rencana program pembangunan kabupaten yang akan masuk ke Desa;
 data rencana program pembangunan kawasan perdesaan;
 Data Potensi Desa
 Data Permasalahan
 Data Kebutuhan / Peringkat Tindakan Sesuai matrik lampiran Permendagri No. 114
Tahun 2014.
 rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan Desa dari dusun dan/atau kelompok
masyarakat.
c. Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa hasil pengkajian keadaan Desa
d. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa setelah
menerima laporan dari Tim penyusun dalam rangka penyusunan rencana pembangunan
Desa melalui musyawarah Desa.

2.5.4. Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa


a. Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil
pengkajian keadaan desa, dilaksanakan terhitung sejak diterimanya laporan dari kepala Desa.
b. Sebelum Musyawarah Desa diawali terlebih dahulu dengan Musyawarah Desa Khusus Perempuan
c. Musyawarah Desa membahas dan menyepakati sebagai berikut:
 laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
 rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi kepala Desa; dan
 rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
d. Pembahasan rencana prioritas kegiatan, dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah yang dibagi
berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
e. Diskusi kelompok secara terarah, membahas sebagai berikut:
 laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
 prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun;
 sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa; dan
 rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat Desa, unsur masyarakat
Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
f. Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa dituangkan dalam Berita Acara dan menjadi pedoman bagi
pemerintah Desa dalam menyusun RPJM Desa.

2.5.5. Penyusunan Rancangan RPJM-Desa


a. Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara Musyawarah Desa
dan dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.
b. Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM Desa yang
dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa dan disampaikan kepada Kepala Desa.
c. Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM
Desa, apabila kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM Desa maka Tim penyusun RPJM Desa
melakukan perbaikan berdasarkan arahan kepala Desa.
d. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, dilaksanakan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa.

2.5.6 Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa
a. Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan untuk
membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa
b. Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan unsur masyarakat.
c. Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan;
perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok perajin; perwakilan
kelompok perempuan; perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan perwakilan
kelompok masyarakat miskin
d. Agenda dan proses pembahasan adalah sebagai berikut:
 Pembukaan dan pengarahan oleh Camat
 Pemaparan proses penyusunan Rancangan RPJM-Desa oleh Kepala Desa
 Pemaparan Pokok-pokok materi Rancangan (Awal) RPJM-Desa
 Tanggapan, masukan dan saran dari peserta
 Tanggapan balik Kepala Desa / Tim Penyusun
 Perumusan kesimpulan dan keputusan hasil pembahasan
 Pemaparan tindak lanjut hasil pembahsanan Rancangan RPJM-Desa oleh Kepala Desa
Penutupan oleh Kepala Desa
a. Musyawarah perencanaan pembangunan Desa, membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa
dan hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara.

2.5.7 Penetapan RPJM Desa


a. Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan RPJM
Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa
b. Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi lampiran rancangan peraturan
Desa tentang RPJM Desa.
c. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa
d. Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibahas dan
disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Desa tentang RPJM Desa.

2.5.8 Sistematika Penyusunan RPJMD Desa


a. Penyusunan RPJMD-Desa dibuat dalam 9 Bab yang terdiri dari :
 Bab I : Pendahuluan
 Bab II : Gambaran Umum Kondisi Desa
 Bab III : Visi dan Misi
 Bab IV : Tujuan dan Sasaran
 Bab V : Strategi Pembangunan Desa
 Bab VI : Arah Kebijakan Keuangan Desa
 Bab VII : Kebijakan Umum
 Bab VIII : Program Pembangunan Desa
 Bab IX : Penutup
b. Penyusunan RPJMD-Desa dibuat dalam 5 Bab yang terdiri dari :
 Bab I : : Pendahuluan
 Bab II : Profil Desa
 Bab III : Potensi dan Masalah
 Bab IV : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
 Bab V : Penutup

2.5.9 Perubahan RPJM Desa


a. Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:
 terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan
sosial yang berkepanjangan; atau
 terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa
dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.

2.6.Sumber Dana
Pembiayaan yang timbul dari kegiatan penyusunan RPJM-Desa dipenuhi dari sumber dana:
a. APB Desa
b. Swadaya Masyarakat
c. Sumber lain yang tidak mengikat
2.7.Pelaporan
Kepala Desa wajib menyampaikan Perdes Tentang RPJM-Desa kepada Bupati sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.
2.8.Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan proses penyusunan RPJM-Desa dilakukan oleh pejabat pemerintah yang
berkompeten sesuai peraturan perundangan.

BAB III
PENILAIAN DAN EVALUASI RPJM-DESA
4.1. Tujuan
Menilai dan mengevaluasi secara jelas dan objektif:
a. Ketepatan perumusan perencanaan pembangunan desa sebagaimana terangkum dalam dokumen RPJM-Desa
dan RKPD
b. Ketepatan pelaksanaan rencana pembangunan desa
c. Pencapaian tujuan pembangunan desa
4.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penilaian dan evaluasi mencakup:
a. Kelayakan dokumen
b. Kualitas proses
c. Ketepatan Perumusan / Kualitas Proses Pemikiran Strategis Ketepatan perumusan
d. Kualitas RPJM Desa
e. Kualitas pelaksanaan Musrenbang Pembahasan
f. Keterpaduan
4.3. Instrumen
Instrumen / alat ukur yang digunakan terlampir. (Lampiran 4)

4.4. Tata Cara Penilaian

a. Setiap ”Aspek” memiliki bobot yang telah ditetapkan


b. Setiap ”Indikator” memiliki sub bobot yang telah ditetapkan
c. Rentang nilai Skor untuk setiap indikator adalah 1 s/d 100.
d. Nilai ”Skor Tertimbang’’ dari setiap indikator dari satu aspek/Sub aspek tertentu, dihitung berdasarkan
”Subbobot (Indikator) kali Skor kali Bobot (Aspek)”
e. Total Nilai perolehan dengan menjumlahkan nilai skor tertimbang dari semua indikator.
f. Kesimpulan / Hasil penilaian akhir berdasarkan skala nilai berikut:

 ≤ 55 : Tidak layak

 56-59: Kurang

 60-65: Cukup

 66-74: Layak

 75-90: Memuaskan

 91-100: Sangat memuaskan

Anda mungkin juga menyukai