Anda di halaman 1dari 4

A.

Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan
atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan susuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan memiliki dua tingkatan, ada yang berat dan ada yang ringan, namun peranan individu juga
menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh
seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan
energi untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan
kebahagiaan. Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “resiko” hidup. Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada ummatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau
kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dari-Nya.

Di bawah ini adalah 3 contoh penderitaan yang mungkin sering kita lihat di lingkungan kita:

Pemutusan hak kerja : Bagi orang yang sudah berkeluarga mungkin penderitaan ini yang paling di
takutkan apalagi bagi seorang ayah yang mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya,hal ini akan
berdampak buruk tidak hanya bagi sang ayah namun juga bagi keluarganya.

Kehilangan orang tua : Hubungan kita dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh
sebab itu pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan berusaha
menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan cara selalu berada di dekatnya,
menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.

Bencana : Tidak ada yang dapat menghindari sebuah bencana yang diberikan oleh Allah SWT. Bencana
yang datang dapat menghilangkan sebagian ataupun seluruh harta benda yang ada, bahkan dapat
mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma yang diakibatkan oleh bencana juga sulit untuk
dipulihkan. Hal ini membutuhkan banyak waktu untuk seseorang kembali bangkit dan hidup normal
dengan membangun kehidupannya seperti sedia kala.

B. Siksaan

Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya. Siksaan atau penyiksaan
(Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan
kekerasan hati korban. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan
pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk
mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Siksaan berupa
jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan.

Siksaan Yang Sifatnya Psikis :

 Kebimbangan: memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan dipilih.
 Kesepian: merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya sendiri / jiwanya walaupun ia dalam
lingkungan orang ramai.
 Ketakutan: adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut
sebagai phobia.

3 contoh siksaan yang bersifat psikis:


1. Takut pada orang lain

Pernah bertemu orang yang mukanya memerah saat bicara di depan orang banyak? Berkeringat, susah
bicara atau gagap atau bahkan sampai sakit perut? Itulah ciri-ciri orang yang takut pada orang lain atau
dikenal dengan nama sosialphobia. Yang parah, kadang bukan saat melakukan pembicaraan di depan
umum saja. Penderita sosialphobia juga kerap kesulitan makan atau minum di depan orang banyak.
Gejalanya baru terlihat setelah memasuki usia puber.

2. Takut ketinggian

Ini adalah jenis phobia yang juga lumayan banyak penderitanya. Diperkirakan sebagnyak 3-5% dari seluruh
populasi dunia menderita akrophobia, takut berada di tempat tinggi. Pada riset yang pernah dilakukan,
penderita akrophobia merasa semua tempat tinggi berjarak lebih tinggi dari yang sesungguhnya. Misalnya
tinggi sebenarnya hanya 3 meter, maka di mata penderita akrophobia, mereka seperti melihat obyek yang
tingginya 6 meter.

3. Takut kegelapan

Takut pada kegelapan yang diderita anak-anak ternyata adalah phobia paling umum juga. “Anak-anak
mempercayai imajinasinya bahwa di kegelapan bisa mendadak muncul hanti, penculik, atau perampok,”
jelas Thomas Ollendick, profesor psikologi dan direktur Child Study Center di Virginia Tech. Secara normal,
ketakutan ini akan hilang seiring dengan bertambahnya usia. Namun jika hingga usia dewasa kita masih
menderita ketakutan pada gelap, maka artinya kita menderita nyctophobia.

Apa yang membuat seseorang menjadi phobia ?

Kebanyakan phobianya dimulai dengan suatu schock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu,
misalnya pekerjaan baru, kematian dalam keluarga, suatu operasi atau sakit yang serius. Beberapa
penderita mengatakan bahwa mereka memang merasa gelisah dan tertekan sejak masih kanan-kanak,
tetapi phobia juga dapat berkembang dalam diri orang-orang yang kelihatannya tenang dan mantap.

Untuk mengatasi phobia yaitu dengan hipnoterapi. mengkondisikan gelombang otak klien pada
gelombang alfa atau theta dan menjaganya pada gelombang tersebut. Ketika klien berada pada
gelombang alfa atu theta, maka semua memori yang pernah terjadi pada diri klien mulai dari janin sampai
dia dewasa dapat diakses atau diingat kembali. Dengan begitu kita dapat mengetahui kapan pertama kali
klien mengalami kejadian yang membuatnya phobia. Dengan mengetahui pemicu pertama kalinya klien
mengalami phobia, maka hal ini dapat diatasi dengan mudah.

C. Kekalutan Mental

Penderita batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental, secara lebih sederhana kekalutan
mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi
persoalan yang harusdiatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.

 Gejala-gejala kekalutan mental adalah :

a. Pada jasmani sering merasakan pusing, sesak nafas, demam, nyeri pada lambung.

b. Pada kejiwaannya seperti rasa cemas, ketakutan, patah hati, cemburu dan mudah marah.
 Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :

a. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejalagejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.

b. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan
dirinya salah, jadi bukan melarikan diri dari persoalan tetapi melawan atau memecahkan persoalan.

c. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.

 Sebab-sebab kekalutan mental adalah :

a. Kepribadian yang lemah, akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal-hal tersebut
sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsurangsur akan
manghancurkan mentalnya.

b. Terjadinya konflik sosial budaya, akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada
dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya; orang pedesaan yang berat
menyesuiaikan diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima keadaan baru
yang jauh berbeda dari masa jayanya dulu.

 Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh sesorang:

a. Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari
kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi
dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain
waktu.

b. Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami
frustrasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.

D. Penderitaan dan Perjuangan

Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik secara berat ataupun ringan. Penderitaan adalah
bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu manusia berusaha mengurangi penderitaan
itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia harus optimis,
ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidupnya. Sesuai dalam surat Arra’du ayat 11 Allah berfirman,
bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Selain itu, berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan
waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Hal ini membuat
manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati
penderitaan.

E. Penderitaan, Media Massa dan Seniman

Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan
oleh kemajuan teknologi yang luar biasa. Sebagian mensejahterakan manusia dan sebagian yang lain
membuat manusia menderita. Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran
koran, radio, layar TV dan media lainnya, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut
merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk
berbuat sesuatu. Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-
peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat
segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati.
Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para
pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.

F. Penderitaan dan Sebab-Sebabnya

Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia

Penderitaan ini menyangkut tentang manusia dan lingkungan sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut
nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia hingga menjadi nasib baik. Dengan kata lain
manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tetapi kalau takdir Allah yang menentukan kita hanya bisa
menerima, sedangkan nasib buruk itu manusia sebagai penyebabnya. Maka dari itu manusia dituntut
untuk berusaha untuk mendapatkan kehidupan sebaik baiknya dengan cara yang baik pula.

Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan

Ini merupakan kehendak allah, tapi dalam hal inipun manusia masih dapat berusaha yaitu dengan
kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat berupa usaha manusia mengatasi penderitaan itu.

G. Pengaruh Penderitaan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan dapat pengaruh yang berbeda dari dalam dan luar
dirinya. Diantaranya adalah:

 Sikap positif : sikap optimis mengatasi penderitaan hidup bahwa hidup bukan sebuah penderitaan
yang panjang untuk dia dan disekitarnya sendiri.
 Sikap negatif : penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri.

Sumber:

https://www.academia.edu/8334037/ILMU_BUDAYA_DASAR_MANUSIA_DAN_PENDERITAAN?auto=do
wnload

https://dewaruci2.wordpress.com/2011/06/29/contoh-contoh-penderitaan/

http://rausan21.blogspot.com/2012/03/proses-proses-kekalutan-mental.html

http://dosen.stie-alanwar.ac.id/file/content/2018/04/03_MANUSIA_DAN_PENDERITAAN_STIE_AL-
ANWAR_dinda.pdf

Anda mungkin juga menyukai