Anda di halaman 1dari 11

SAMPLING

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo rekening
atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo rekening atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit sangat banyak dipakai
dalam prosedur pencocokkan ke dokumen (vouching), konfirmasi, dan penelusuran (tracing), tetapi
biasanya tidak digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis.

Sedangkan pengertian sampling adalah salah satu metode yang digunakan menarik
kesimpulan terhadap populasi yang diteliti didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi
adalah kumpulan yang lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah
bagian dari populasi, yang di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai perwakilan dari seluruh anggota
populasi.

Resiko Sampling dan Resiko Non Sampling

Risiko dalam audit adalah auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam
pelaksanaan audit. Dalam sampling audit, resiko terbagi menjadi 2, yaitu resiko sampling dan resiko
non sampling.

Risiko Sampling

Risiko sampling adalah kemungkinan bahwa suatu sampling yang telah diambil dengan benar
tidak mewakili populasi. Tipe risiko sampling yang bisa terjadi dalam melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif :

 Pengujian Pengendalian
Pengertian Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap
rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan
keuangan.
 Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, yaitu risiko menetukan
tingkat risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan
efektifitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang sesungguhnya.
 Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, yaitu risiko menentukan
tingkat risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan dengan
efektifitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang sesungguhnya.
 Pengujian Substantif
Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan. Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
 Risiko keliru menerima yaitu risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa
saldo rekening tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening
telah salah saji secara material.
 Risiko keliru menolak yaitu risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa
saldo rekening berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening tidak
berisi salah sajis secara material.

Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu rendah dan risiko keliru menerima, dalam
istilah statistik biasa disebut sebagai risiko beta adalah berkaitan dengan efektivitas audit. Sebaliknya,
risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi dan risiko keliru menolak, dalam istilah
statistik biasa disebut sebagai risiko alpha adalah berkaitan dengan efisiesnsi audit.

Risiko Nonsampling

Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.
Risiko nonsampling tidak bisa diukur secara sistematis. Namun demikian, dengan perencanaan dan
supervisi yang tepat dan berlandaskan pada standar kualitas mutu, risiko nonsampling dapat ditangani
pada tingkat yang minimal atau tidak berarti lagi.

Sumber risiko sampling meliputi :

 Kesalahan manusia.
 Ketidaktepatan penerapan prosedur audit terhadap tujuan audit.
 Kesalahan dalam menafsirkan hasil sampel.
 Kesalahan karena mengandalkan pada informasi yang keliru yang diterima dari pihak lain.

PENGAMBILAN SAMPEL SECARA STATISTIK DAN NON-STATISTIK

Metode pengembalian sampel dapat di bedakan dalam dua kategori besar,yakni pengambilan
sampel secara statitik dan non statisti.kedua kategori ini identik satu sama lain dalam hal keduanya
melibatkan tiga fase berikut.
 Merencanakan sampel
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk menyakinkan agar pengujian audit di lakukan dalam
cara yang dapat memberikan risiko sampel yang di inginkan dan meninimalkan kemungkinan
kesalahan non sampel.

 Memilih sampel dan melakukan pengujian


Pemilihan sampel melibatkan keputusan mengenai bagaimana kesalahan non sampel atau suatu
sampel dipilih dari populasi. Auditor hanya dapat melakukan pengujian audit setelah pos-pos
sampel dipilih.

 Mengevaluasi hasilnya
Pengevaluasian hasilnya merupakan pengambilan kesimpulan dari hasil pengujian-pengujian
audit.

Sampling Statistik

Sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan menerapkan
aturan-aturan metematis digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Auditor
dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam mengevaluasi
hasil statistik dengan tingkat keyakinan 95 persen pada mata pelajaran statistik . Dengan tingkat
keyakinan 95 persen maka memiliki risiko sampel 5 persen. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar
suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik.

Pertama, sampel harus dipilih secara random. Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara
matematis. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik.

Sampling Non Statistik

Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
subyektif berdasarkan pengalaman auditor. sehingga proses pemilihan sampel tidak random dan hasil
penyampelan tidak dievaluasi secara matematis. Auditor memilih pos-pos sampel yang di yakini akan
memberikan informasi yang paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas
populasi berdasarkan pertimbangan profesinal. Untuk alasan itulah,pengguanan sampel non statistik
sering kali di namai dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (judgmental sampling).

PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS DAN NON-PROBABILISTIK

Teknik Sampling Probabilitas


Teknik sampling probabilitas (probability) merupakan teknik yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Selain itu probabilitas sampling merupakan pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara subjektif,
dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si peneliti sehingga
setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel. Dengan
demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat digunakan untuk mendukung karakteristik populasi
secara objektif. Teknik Probabilitas ini bertujuan mendapatkan data seakurat mungkin agar diketahui
jarak pasti dari kondisi ideal. (Asep, 2005)

Metode Pemilihan Sampel Probabilitas

Pengambilan sampel statistic mengharuskan sampel probabilistik untuk mengukur risiko


sampe. Untuk sampel probabilistic, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai pos apa yang
harus dipilih. Terdapat empat metode dalam penarikan sampel probabilitas. Metode dalam penarikan
sampel probabilitas akan dijelaskan sebagai berikut :

 Sampel Acak Sederhana


Metode sampel acak sederhana merupakan suatu prosedur yang memungkinkan setiap
kombinas yang mugkin dari pos populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan
dalam sampel. Auditor menggunakan pengambilan acak sederhana untuk sampel populaso ketika
tidak terdapat kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih jenis pos-pos populasi.
 Tabel Nomor Acak
Nomor-nomor acak merupakan serangkaian digit nomor yang memiliki probabilitas
yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola yang bisa diidentifikasi.
Tabel nomor acak memilki digit angka acak dalam tabel yang memilki kolom dan baris yang
sudah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak dengan menentukan hubungan antara
nomor dokumen klien yang akan dipilih dan digit nomor dalam tabel nomor acak terlebih
dahulu, kemudian mencari nomor acak pertama yang jatuh dalam urutan nomor dokumen
yang akan diuji. Proses ini berlangsung terus sampai sampel terakhir dipilih.

 Nomor Acak Yang Dihasilkan Oleh Komputer.


Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer dengan
menggunakan salah satu dari tiga jenis program yaitu kertas kerja elektronik, penghasil nomor
acak, dan peranti lunak audit umum.
Program komputer menawarkan beberapa keunggulan. Keunggulan itu antara lain
adalah hemat waktu, mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh auditor dalam
memilih nomor dan dokumentasi yang otomatis. Karena sebagian besar auditor memilki akses
terhadap komputer dan kertas kerja elektronik atau program penghasil nomor acak, biasanya
auditor cenderung menggunakan nomor acak yang dihasilkan oleh komputer dibandingkan
dengan metode pemilihan sampel probabilistik lainnya.

Kelebihan dari pemngembilan acak sederhana ini adalah mengatasi bias yang muncul dalam
pemilihan anggota sampel,dan kemampuan menghitung standard error. Sedangkan kekurangannya
adalah tidak adanya jaminan bahwa setiap sampel yang diambil secara acak akan merepresentasikan
populasi secara tepat.

Contoh : Sampel acak sederhana seperti arisan, dilakukan dengan memasukkan nama-nama
populasi sampel (kerangka sampel), kemudian dikocok/diguncang, nama-nama yg keluar dari kocokan
tersebut adalah unit sampel (orang yg akan menjadi responden).

 Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan suatu prosedur penarikan sampel
berstrata yang dalam hal ini suatu subsampel –subsampel acak sederhana ditarik dari setiap strata
yang kurang lebih sama dalam beberapa karakteristik. Ada dua macam penarikan sampel
berstrata yaitu, proporsional dan Non-Proporsional.

Kelebihan dari pengambilan acak berdasar strata ini adalah lebih tepat dalam menduga
populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh sampel. Sedangkan
kekurangannya adalah harus memiliki informasi dan data yang cukup tentang variasi populasi
penelitian. Selain itu, kadang-kadang ada perbedaan jumlah yang besar antar masing-
masing strata.

Contoh penarikan sampel berstrata secara proposional

Misalnya populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Diperoleh besar sampel adalah 95.
Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-
masing berjumlah :

 Marketing : 15
 Produksi : 75
 Penjualan : 35

Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan
 Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 ≈11
 Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
 Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 ≈ 27

Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel

Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang
dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata
atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh

Contoh penarikan sampel berstrata secara non proporsional

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat
pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :

 SMP : 100 orang


 SMA : 700 orang
 DIII : 180 orang
 S1 : 10 orang
 S2 : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai
sampel.

 Sampel Berkelompok
Metod penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur penarikan sampel
probabilitas yang memilih sub-populasi yang disebut cluster, kemudian setiap elemen didalam
kelompok dipilih sebagai anggota sampel.

Kelebihan dari pengambilan acak berdasarkan area ini adalah lebih tepat menduga
populasi karena variasi dalam populasi dapat terwakili dalam sampel. Sedangkan kekurangannya
adalah memerlukan waktu yang lama karena harus membaginya dalam area-area tertentu.

Contoh : Misalkan seorang peneliti kualitas tanah di KELURAHAN SUMBER JAYA dan
KELURAHAN JEJALEN JAYA maka darj masing masing dari kelurahan tersebut diambil sample tanah
dengan jumlah yang sama untuk di teliti

 Sampel Sistematik
Metode penarikan sampel sistematik, Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor
urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun
nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis
lainnya.

Kelebihan dari pengambilan acak secara sistematis ini adalah


lebih praktis dan hemat dibanding dengan pengambilan acak sederhana. Sedangkan
kekurangannya adalah tidak bisa digunakan pada penelitian yang heterogen karena tidak
mampunya menangkap keragaman populasi heterogen.

Contoh : Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini
diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil
berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil
nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst).

Teknik Sampling Non-Probabilitas

Teknik non-probilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh dan snowball
sampling. nonprobability sampling seringkali menjadi alternative pilihan dengan pertimbangan yang
terkait dengan penghematan biaya, waktu dan tenaga serta keterandalan subjektifitas peneliti. Di
samping itu pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih unggul
dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya beberapa kesalahan akibat
kecerobohan dari si pelaksananya.

Dalam penggunaan non-probability sampling, pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman


seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang akan dipilih
sebagai sampel. Pengambilan sampel dengan memperhatikan factor-faktor tersebut menyebabkan
tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih secara acak sebagai
sampel. Dalam prakteknya terkadang ada bagian tertentu dari populasi tidak dimasukkan dalam
pemilihan sampel untuk mewakili populasi.

Metode Pemilihan Sampel Non-Probabilistik


Metode pemilhan sampel non probabilistik merupakan metode-metode yang tidak
memenuhi persyaratan teknis untuk pemilihan sampel ini tidak berdasarkan pada probabilitas
matematis,keterwakilan sampel tersebut mungkin sulit untuk ditentukan.

 Pemilihan Sampel Terarah (Directed Sample Selection)


Dalam pemilihan sampel terarah auditor secara sengaja memilih setiap pos dalam sampel
berdasarkan pada pertimbangan profesional mereka sendiri daripada menggunakan pemilihan
sampel secara acak. Pendekatan yang umumnya digunakan mencakup hal-hal berikut :
 Pos-pos yang paling mungkin berisi salah saji.
Auditor sering kali mampu mengidentifikasi pos populasi mana yang paling mungkin
terjadi salah saji. Contohnya adalah piutang dagang yang belum dilunasi untuk periode yang
lama, pembelian dari dan penjualan pada karyawan dan perusahaan terafiliasi, serta transaksi
yang sangat besar dan tidak biasa. Auditor dapat secara efisien menyelidiki pos-pos sejenis ini
dan hasilnya dapat diterapkan pada populasi. Dalam mengevaluasi sampel sejenis itu, auditor
biasanya beralasan bahwa jika tidak ada pos-pos dari sampel yang dipilih ini yang mengalami
salah saji, kecil kemungkinan bahwa populasinya mengalami salah saji material.

 Pos pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih.


Dengan memilih satu atau lebih pos-pos dengan karakteristik populasi yang
berbeda,auditor dapat merancang sampel agar menjadi representatif. Sebagai contoh,auditor
dapat memilih sebuah sampel penerimaan kas yang berisi beberapa sampel dari setiap
bulannya, dari setiap akun bank atau lokasi, dan jenis utama akuisisi.

 Cakupan nilai rupiah yang besar.


Auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang mencakup suatu porsi terbesar
dari total rupiah populasi ,sehingga dapat mengurangi risiko pengambilan kesimpulan yang
tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang nilai rupiahnya kecil, dimana hanya sedikit
pos yang membentuk proporsi besar dari total niali populasi. Beberapa metode pengambilan
sampel statistik juga di rancang untuk mencapai pengaruh sama.

 Pemilihan sampel blok (blok sampel selection)


Dalam pemilihan sampel blok auditor memilih pos di dalam suatu blok terlebih dahulu,
kemudian blok sisanya dipilih secara berurutan, sebagai contoh anggaplah sampel blok adalah 100
transaksi penjualan yang berurutan dari jurnal penjualan di minggu ke tiga bulan maret. Auditor
dapat memilih total sampel sebesar 100 dengan mengambil 5 blok yang berisi 20 pos, 10 blok yang
berisi 10 pos, 50 blok yang berisi 2 pos atau 1 blok berisi 100 pos.
Biasanya merupakan praktik yang dapat diterima untuk menggunakan sampel blok hanya
jika suatu jumlah blok yang masuk digunakan, probabilitas mendapatkan sebuah sampel yang
representatif akuntansi, sifat musiman dari banyak bisnis. Sebagai contoh, dalam contoh
sebelumnya, pengambilan sampel 10 blok yang berisi 10 pos dari minggu ketiga bulan maret
sangat kurang tepat di bandingkan dengan memilih 10 blok yang berisi 10 pos dari 10 bulan yang
berbeda.
Pengambilan sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel lainnya ketika
terdapat kemungkinan salah saji yang besar untuk suatu periode tertentu. Sebagai contoh,
Auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan mei jika pada saat itu petugas
pembukuan sedang berlibur dan pegawai pengganti yang tidak berpengalaman memproses
transaksi peneriamaan kas.
 Pengambialan sampel sembarang (Haphazard sampel selection)
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan pos sampel tanpa bias yang disengaja oleh
auditor. Pada beberapa kasus auditor memilih pos populasi tanpa mempertimbangkan ukuran,
sumber, atau karekteristik khusus lainnya.
Kekurangan yang paling utama dari Pengambilan sampel sembarang adalah kesulitan
dalam menentukan sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel. Beberapa pos populasi
lebih mungkin di masukkan ke dalam sampel di bandingkan dengan pos lainnya karena
keterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja.
Meskipun pemilihan sampel acak dan blok nampaknya kurang logis di bandingkan dengan
pemilihan sampel terarah, keduanya sering kali digunakan ketika biaya pemilihan sampel yang
lebih rumit daripada manfaat yang didapatkan dari penggunaan kedua pendekatan ini. Sebagai
contoh, anggaplah auditor ingin menelusuri sisi kredit pada arsip utama piutang dagang ke jurnal
penerimaan kas dan bukti-bukti sah lainnya sebagai pengujian penghapusan utang fiktif pada arsif
utama. Dalam situasi itu, banyak auditor yang menggunakan pendekatan sembarang atau dalam
situasi itu banyak auditor yang menggunakan pendekatan sembarang atau blok, karena lebih
mudah dan lebih murah di bandingkan dengan metode pemilihan lainnya. Namum demikian ,
untuk banyak penerapan metode pengambilan sampel statistik yang melibatkan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor lebih cenderung menggunakan metode
pemilihan sampel probabilistik untuk meningkatkan kemungkinan pemilihan sampel yang
representatif.

Tahapan Sampling Audit


Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap

1. Menyusun Rencana Audit.


Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini
ditetapkan:
a. Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenissampling yang akan
digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada
pengujian substantif digunakan sampling variabel.
b. Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan
pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi
kuantitatif yang diteliti.
c. Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan
dilakukan.
d. Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yangdiperlukan untuk
menentukan unit sampel dan membuat simpulanhasil audit, seperti tingkat keandalan,
toleransi kesalahan, dan sebagainya.

2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel


Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling
statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan
jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit
sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.

3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih
sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya
harus dilakukan secara acak (random).

4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti.
Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan
memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.

5. Mengestimasi Keadaan Populasi


Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi
hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi.

6. Membuat Simpulan Hasil Audit


Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan
hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan
derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor.
Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat
dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak
dapat dipercaya.

Anda mungkin juga menyukai