Makalah SAMPLING
Makalah SAMPLING
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo rekening
atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo rekening atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit sangat banyak dipakai
dalam prosedur pencocokkan ke dokumen (vouching), konfirmasi, dan penelusuran (tracing), tetapi
biasanya tidak digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis.
Sedangkan pengertian sampling adalah salah satu metode yang digunakan menarik
kesimpulan terhadap populasi yang diteliti didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi
adalah kumpulan yang lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah
bagian dari populasi, yang di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai perwakilan dari seluruh anggota
populasi.
Risiko dalam audit adalah auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam
pelaksanaan audit. Dalam sampling audit, resiko terbagi menjadi 2, yaitu resiko sampling dan resiko
non sampling.
Risiko Sampling
Risiko sampling adalah kemungkinan bahwa suatu sampling yang telah diambil dengan benar
tidak mewakili populasi. Tipe risiko sampling yang bisa terjadi dalam melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif :
Pengujian Pengendalian
Pengertian Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap
rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan
keuangan.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, yaitu risiko menetukan
tingkat risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan
efektifitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, yaitu risiko menentukan
tingkat risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan dengan
efektifitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang sesungguhnya.
Pengujian Substantif
Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan. Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Risiko keliru menerima yaitu risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa
saldo rekening tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening
telah salah saji secara material.
Risiko keliru menolak yaitu risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa
saldo rekening berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening tidak
berisi salah sajis secara material.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu rendah dan risiko keliru menerima, dalam
istilah statistik biasa disebut sebagai risiko beta adalah berkaitan dengan efektivitas audit. Sebaliknya,
risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi dan risiko keliru menolak, dalam istilah
statistik biasa disebut sebagai risiko alpha adalah berkaitan dengan efisiesnsi audit.
Risiko Nonsampling
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.
Risiko nonsampling tidak bisa diukur secara sistematis. Namun demikian, dengan perencanaan dan
supervisi yang tepat dan berlandaskan pada standar kualitas mutu, risiko nonsampling dapat ditangani
pada tingkat yang minimal atau tidak berarti lagi.
Kesalahan manusia.
Ketidaktepatan penerapan prosedur audit terhadap tujuan audit.
Kesalahan dalam menafsirkan hasil sampel.
Kesalahan karena mengandalkan pada informasi yang keliru yang diterima dari pihak lain.
Metode pengembalian sampel dapat di bedakan dalam dua kategori besar,yakni pengambilan
sampel secara statitik dan non statisti.kedua kategori ini identik satu sama lain dalam hal keduanya
melibatkan tiga fase berikut.
Merencanakan sampel
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk menyakinkan agar pengujian audit di lakukan dalam
cara yang dapat memberikan risiko sampel yang di inginkan dan meninimalkan kemungkinan
kesalahan non sampel.
Mengevaluasi hasilnya
Pengevaluasian hasilnya merupakan pengambilan kesimpulan dari hasil pengujian-pengujian
audit.
Sampling Statistik
Sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan menerapkan
aturan-aturan metematis digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Auditor
dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam mengevaluasi
hasil statistik dengan tingkat keyakinan 95 persen pada mata pelajaran statistik . Dengan tingkat
keyakinan 95 persen maka memiliki risiko sampel 5 persen. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar
suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik.
Pertama, sampel harus dipilih secara random. Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara
matematis. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik.
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
subyektif berdasarkan pengalaman auditor. sehingga proses pemilihan sampel tidak random dan hasil
penyampelan tidak dievaluasi secara matematis. Auditor memilih pos-pos sampel yang di yakini akan
memberikan informasi yang paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas
populasi berdasarkan pertimbangan profesinal. Untuk alasan itulah,pengguanan sampel non statistik
sering kali di namai dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (judgmental sampling).
Kelebihan dari pemngembilan acak sederhana ini adalah mengatasi bias yang muncul dalam
pemilihan anggota sampel,dan kemampuan menghitung standard error. Sedangkan kekurangannya
adalah tidak adanya jaminan bahwa setiap sampel yang diambil secara acak akan merepresentasikan
populasi secara tepat.
Contoh : Sampel acak sederhana seperti arisan, dilakukan dengan memasukkan nama-nama
populasi sampel (kerangka sampel), kemudian dikocok/diguncang, nama-nama yg keluar dari kocokan
tersebut adalah unit sampel (orang yg akan menjadi responden).
Sampel Berstrata
Metode penarikan sampel berstrata merupakan suatu prosedur penarikan sampel
berstrata yang dalam hal ini suatu subsampel –subsampel acak sederhana ditarik dari setiap strata
yang kurang lebih sama dalam beberapa karakteristik. Ada dua macam penarikan sampel
berstrata yaitu, proporsional dan Non-Proporsional.
Kelebihan dari pengambilan acak berdasar strata ini adalah lebih tepat dalam menduga
populasi karena variasi pada populasi dapat terwakili oleh sampel. Sedangkan
kekurangannya adalah harus memiliki informasi dan data yang cukup tentang variasi populasi
penelitian. Selain itu, kadang-kadang ada perbedaan jumlah yang besar antar masing-
masing strata.
Misalnya populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Diperoleh besar sampel adalah 95.
Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-
masing berjumlah :
Marketing : 15
Produksi : 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan
Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 ≈11
Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 ≈ 27
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang
dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata
atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat
pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai
sampel.
Sampel Berkelompok
Metod penarikan data sampel berkelompok merupakan suatu prosedur penarikan sampel
probabilitas yang memilih sub-populasi yang disebut cluster, kemudian setiap elemen didalam
kelompok dipilih sebagai anggota sampel.
Kelebihan dari pengambilan acak berdasarkan area ini adalah lebih tepat menduga
populasi karena variasi dalam populasi dapat terwakili dalam sampel. Sedangkan kekurangannya
adalah memerlukan waktu yang lama karena harus membaginya dalam area-area tertentu.
Contoh : Misalkan seorang peneliti kualitas tanah di KELURAHAN SUMBER JAYA dan
KELURAHAN JEJALEN JAYA maka darj masing masing dari kelurahan tersebut diambil sample tanah
dengan jumlah yang sama untuk di teliti
Sampel Sistematik
Metode penarikan sampel sistematik, Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor
urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun
nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis
lainnya.
Contoh : Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini
diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil
berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil
nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst).
Teknik non-probilitas merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling
sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh dan snowball
sampling. nonprobability sampling seringkali menjadi alternative pilihan dengan pertimbangan yang
terkait dengan penghematan biaya, waktu dan tenaga serta keterandalan subjektifitas peneliti. Di
samping itu pertimbangan lainnya adalah walaupun probability sampling mungkin saja lebih unggul
dalam teori, tetapi dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai adanya beberapa kesalahan akibat
kecerobohan dari si pelaksananya.
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih
sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya
harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti.
Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan
memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.