Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada adanya tujuan dari pendidikan
nasional yaitu untuk mengembangkan peserta didikanya secara optimal dan mengubah
perilaku pserta didik dari hal-hal yang negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil
disebuah sekolah hampir semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar
dengan baik dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengubah tingkah laku siswa.
Permasalahan yang terjadi dikalangan siswa memang tidak didambakan, dibeberapa media
baik itu cetak maupun elektronik kadang kita sering membaca dan mendengar adanya debuah
permasalahan yang terjadi dan pelakunya tidak lain adalah siswa. Memang kita sangat
berharap hal-hal seperti itu tidak didambakan tapi entah bagaimana sehingga perkelahian,
pengeroyokan serta penganiayaan sesama siswa itu kerap terjadi dan hal itu sudah merupakan
hal yang sudah tidak lasim lagi dengan kita.
Oleh karena itu dari segi permasalahan yang terjadi di sekolah ini perlu antisipasi untuk
mengurangi permasalahan yang terjadi di kalangan siswa karena jika tidak diantisipasi maka
dalam dunia pendidikan itu hanya bisa dikategorikan oleh masyarakat sebagai lembaga
pendidikan yang tidak mengfungsikan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan juga tidak
profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk itu diharapkan kepada para personil sekolah atau yang berwenang dalam sekolah agar
dapat mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi yang terjadi di sekolah
dengan harapan agar para siswa juga bisa terbentuk kepribadiannya dengan baik.
Untuk itu penulis melaksanakan studi kasus ini dengan maksud untuk mencari penyebab
perilaku yang menyimpang danmembantu siswa untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan perkelahiahan dan menggangu siswa yang lain khusunya dalam pelajaran.

B. Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus


Pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan dalam usaha untuk menguasai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara individual serta
pembuatan laporan studi kasus. Dengan menjunjung tinggi kode etik yang dipegang teguh
oleh petugas bimbingan dalam menjalankan tugasnya adalah menjaga kerahasiaan konseli
terutama masalah-masalah yang dihadapinya. Segala sesuatu yang dikemukakan oleh konseli
akan dirahasiakan oleh konselor.

C. Konfidensial
Kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha menguasai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara individual serta pembuatan
laporan studi kasus. Pelaksanaan studi kasus merupakan persyaratan dalam mengikuti mata
kuliah Studi Kasus. Kegiatan studi kasus relatif sama dengan kegiatan konseling yang
sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kegiatan ini merupakan awal bagi calon
dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling sesungguhnya di
lapangan.
Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam data, baik data pribadi maupun data
tentang lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) sebagai faktor yang turut
mempengaruhi keberadaan konseli. Untuk melaksanakan suatu program layanan bimbingan
dan konseling, maka setiap guru pembimbing atau konselor harus memperhatikan dan
menjalankan asas-asas yang ada dalam bimbingan konseling, itu merupakan kode etik yan
gharus diketahui dan berpegang teguh pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu asas
kerahasiaan. Oleh sebab itu hasil dari laporan studi kasus ini yang mengenai semua data-data
tentang siswa memang secara sengaja tidak dicantumkan dengan jelas data siswa tersebut.
Hal ini bermaksud untuk menjamin kerahasiaan masalah yang dialami oleh siswa yang
bersangkutan.

D. Gambaran Secara Menyeluruh Tentang Konseli


1. Penampilan Fisik
Sesuai dengan hasil pengamatan terhadap si konseli ini WD (Inisial) ini, cara
berbicaranya cukup sopan dan mudah di temani bercerita, cara berjalannya Biasa saja dan
tegak, serta penampilannya yang sopan, perkembangan kesehatannya naik, keadaan tinggi
badan sesuai dengan berat badan yang stabil. Dilihat dari segi fisik, si konseli ini termasuk
tipe anak yang mudah bergaul.
2. Penampilan pribadinya
Dilihat dari kesehariannya, si konseli ini adalah anak yang Mudah sekali bergaul dan
mudah sekali mendapatkan teman didalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Namun
biasanya dalam mengikuti pelajaran, si konseli ini biasanya berpindah-pindah tempak duduk.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari temannya, si WD (Inisial) ini sering
menceritakan kejelekan temannya sendiri ke orang lain sehingga membuat dia di benci
temannya yang ada dalam kelasnya sendiri.
Dari berbagai informasi yang telah diperoleh melalui pengumpulan data seperti problem
cheklist, angket kebiasaan siswa, checklist kebiasaan belajar dan Observasi. Adapun
gambaran umum dari kasus konseli sebagai berikut:
1. Konseli dalam proses belajar mengajar sering Pindah-pindah tempat dan megobrol pada
saat pelajaran berlangsun.
2. Konseli kurang mampu menyesuaikan dirinya dengan teman maupun pelajaran.
3. Sering menceritakan kejelekan temannya sendiri.
4. Konseli sering bergaul dengan anak yang nakal.
5. Kurang komunikasi dengan ayahnya dirumah dan kurang diperhatikan oleh orang tuanya.
G. Alasan memilih Kasus

a. Bagi Siswa
Dengan penanganan kasus, siswa yang bersangkutan diharapkan:
– Siswa tersebut dapat meningkatkan motivasi belajarnya
– Siswa tersebut dapat merubah sikapnya khsusunya dalam hal belajar baik si rumah maupun
di sekolah
– Siswa tersebut dapat lebih memahami dirinya serta masalah yang telah dihadapinya.
b. Bagi Guru
Kegiatan ini dapat membantu siswa yang sedang megalami masalah sehingga personil
sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hasil dari kegiatan ini dalam bentuk studi
kasus yang berisi data siswa dapat menjadi bahan dokumen yang siap digunakan bilamana
dibutuhkan.
BAB II
PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

A. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama berlangsungnya penelitian meliputi
problem checklist, angket kebiasaan siswa, checklist kebiasaan belajar, Tes Who Am I dan
Observasi. Beberapa alat pengumpul data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Problem Cheklist
Problem Cheklist merupakan daftar cek masalah yang terdiri atas 330 masalah dan 11 aspek
masalah, diantaranya:
a. Aspek kesehatan
b. Aspek keadaan penghidupan
c. Aspek rekreasi dan hoby
d. Aspek muda-mudi
e. Aspek kehidupan sosial dan organisasi
f. Aspek hubungan pribadi
g. Aspek agama dan moral
h. Aspek kehidupan keluarga
i. Aspek masa depan dan cita-cita
j. Aspek penyesuaian pada sekolah
k. Aspek penyesuaian kurikulum

2. Angket Kebiasaan Siswa


Angket kebiasaan belajar merupakan sejumlah item atau pertanyaan yang yang harus dijawab
oleh siswa yang dapat memberikan keterangan tentang kebiasaan dan sikap belajar.

3. Tes Who Am I
Tes Who Am I adalah suatu alat pengumpul data yang berupa tes kepribadian, yang dapat
mengukur penyikapan seseorang terhadap Tes Who Am I:
a. Konselor/guru pembimbing dapat mengetahui sebagian aspek kepribadian siswa secara
garis besarnya, baik kelebihan maupun kekurangannya.
b. Konselor/guru pembimbing dapat menentukan alternatif-alternatif layanan bimbingan dan
konseling yang dapat menimbulkan kekuatan yang ada pada diri siswa dapat mengatasi
kelemahan-kelemahannya.
c. Konselor/guru pembimbing membantu siswa untuk dapat lebih mengenal diri sendiri,
sehingga mampu melakukan penyesuaian diri yang lebih baik terhadap dirinya maaupun
ligkungannya.

4. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan secara sengaja terhadap tingkah
laku kasus dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi adalah
sebagai pelengkap dari metode-metode lainnya. Hal in diketahui melalui pengamatan
terahadap tingkah lakunya di kelas dalam proses belajar mengajar dan diluar kelas.
B. Penyajian Data
Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dan akibat terhadap diri konseli,
maka penulis akan menyusun prosedur dan metose peyelidikan dengan rancangan terkait
yang disajikan melalui tahapan analisis, sintesis, diagnosa dan prognosis. Dengan tahapan
inilah diharapkan dapat memberikan bantuan terhadap diri konseli dan bagaimana alternatif
pemecahannya dari masalah tersebut.
Adapun penyajiaanya yaitu sebagai berikut:
1. Problem Checklist
Adapun hasil yang diperoleh dari item yang dicek pada setiap aspek masalah dari problem
cheklist yakni:
a. Aspek Kesehatan
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 12 , yaitu:
 Kurang Berat Badan
 Kurang Berolahraga
 Terlalu sering sakit
 Sangat Mudah Lelah
 Sering sakit kepala
 Mata lelah
 Sering tidak lapar
 Berat badan berangsur-angsur menurun
 Bentuk tubuh yang jelek
 Alergi
 Gangguan Haid
 Gangguan pada kaki

b. Aspek Keadaan Penghidupan


Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 5 , yaitu:
 Perlu belajar menabung
 Harus meminta kepada orang tua
 Ingin memperoleh penghasilan sendiri
 Ingin lebih banyak barang dengan uang sendiri
 Meminjam Uang

c. Aspek Rekreasi dan Hoby


Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 13, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 8, yaitu:
 Kurang waktu untuk rekreasi
 Tidak banyak menikmati banyak hal yang dinikmati oleh orang lain
 Kurang kesempatan untuk menikmati radio atau televise
 Tiada yang menarik yang dilakukan selama libur
 Tidak boleh berpergian dengan orang yang saya sukai
 Seing tidak diperkenankan pergi pada malam hari
 Kurang kesempatan untuk berolahraga
 Tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik

d. Aspek Muda-mudi
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 11, yaitu:
 Canggung dalam berkencan
 Kecewa dalam bercinta
 Pacar Pria
 Menentukan apakah melanggengkan percintaan
 Bercinta
 Memikirkan saya akan mendapat pasangan yang cocok
 Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita
 Berpergian dengan orang yang tidak diterima keluarga
 Takut kehilangan orang yang saya sukai
 Khawatir dengan penyakit kelamin
 Terlalu cemburu
e. Aspek Kehidupan sosial dan oraganisasi
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 5, yaitu:
 Ingin berkepribadian yang menyenangkan
 Dikritik oleh orang tua
 Tidak menyukai seseorang
 Menghindari seseorang yang tidak disenangi

f. Aspek hubungan pribadi


Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 8 , yaitu:
 Ceroboh
 Melupakan seseuatu
 Malas
 Tidak cukup serius dalam menanggapi sesuatu
 Takut membuat kesalahan
 Kadang-kadang menginginkan saya tidak mau lahir
 Terganggu oleh mimpi buruk
 Pikiran tentang bunuh diri
g. Aspek agama dan moral
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 12, yaitu:
 Orang tua yang menyebabkan ke tempat ibadah
 Memikirkan bagaimana membedakan yang benar dan yang salah
 Ingim lebih memahami kitab suci
 Memikirkan apa jadinya manusia setelah mati
 Tak dapat melupakan kesalahan yang dibuat
 Hampir selalu tidak bahagia
 Terganggu gagasan tentang surga dan neraka
 Mempunyai kebiasaan buruk
 Kurang mampu mengendalikan diri
 Kadang-kadang tidak sejujur sebagaimana seharusnya
 Terlibat dalam kesulitan
 Memikirkan perasaan bersalah
h. Aspek kehidupan keluarga
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 9 , yaitu:
 Orang tua tidak memahami saya
 Dkritik oleh orang tua
 Orang tua tidak mempercayai saya
 Ingin lebih bebas dirumah
 Pertentangan pendapat saya dengan orang tua
 Membantah orang tua
 Orang tua mengharapkan terlalu banyak kepada saya
 Menginginkan kasih sayang
 Ingin meninggalkan rumah
i. Aspek masa depan dan cita-cita
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 6, yaitu:
 Perlu mengetahui lebih banyak tentang dunia pengetahuan
 Takut tidak akan pernah belajar diperguruan tinggi
 Takut menganggur setelah lulus
 Tidak tahu apa yang sesungguhnya yang saya inginkan
 Perlu membuat rencana untuk masa depan
 Keluarga menentang beberapa rencana saya
j. Aspek penyesuaian pada sekolah
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 6 , yaitu:
 Kurang memanfaatkan waktu belajar
 Tidak berminat pada beberapa pelajaran
 Kesulitan dalam metematika
 Lemah daya ingat
 Khawatir dengan nilai-nilai hasil belajar
 Khawatir mengenai ujian
k. Aspek penyesuaian kurikulum
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30 , sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 17 , yaitu:
 Tidak mempunyai tempat belajar
 Ingin mengikuti pelajaran yang tidak ada disekolah
 Disuruh mengikuti pelajaran yang tidak saya sayangi
 Guru-guru terlalu sukar dipahami
 Sering merasa resah dalam kelas
 Terlalu sedikit kebebasan dalam kelas
 Kurang ada kesempatan diskusi dalam kelas
 Kurang buku yang ada diperpustakaan
 Terlalu banyak tugas untuk beberapa mata pelajaran
 Tidak cocok dengan seorang guru
 Peraturan sekolah terlalu keras
 Guru mempertimbangkan perasaan siswa
 Terlalu banyak guru yang tidak baik
 Kegiatan sekolah tidak teratur
 Kurang semangat untuk bersekolah
 Waktu istarahat sekolah terlalu singkat
 Acara kegiatan OSIS teralu singkat
4. Observasi
Ada beberapa pernyataan yang dicek pada observasi didalam kelas diantaranya
a. Sikap pada umumnya
 Berpindah-pindah tempat
 Sering jalan-jalan di kelas
 Tak mau diam
 Cara duduk yang seenaknya
 Memilih tempat yang menguntungka
 Sering mengganggu ketertiban dikelas
 Sering mengobrol waktu belajar
 Selalu bertanya pada guru
 Tidak mau bekerja sama
 Ingin banyak diperhatikan guru
b. Perhatian terhadap pelajaran dan guru
 Tidak pemperhatikan pelajaran
 Tidak mencatat pelajaran
 Mendengarkan dengan sebelah telinga
 Mempermaikan sesuatu pada saat pelajaran
 Mengerjakan tugas lain pada saat belajar
 Tidak mau melihat guru
 Bertanya yang bukan-bukan
c. Cara merespon dan mengerjakan pekerjaan
 Menyatakan sesuatu yang dibuat-buat
 Susunan bahasa kurang baik
 Selalu mengganti pekerjaan
 Bekerja tergesa-gesa
 Sering kebingungan
 Ceroboh dalam bekerja
d. Alat pekerjaan dan pengunaannya
 Tidak punya buku-buku
 Tidak punta alat-alat pelajaran
 Buku dan alat-alat pelajaran tidak terurus
 Tidak ada persiapan alat-alat pelajaran
 Lebih senang menggunakan alat-alat orang lain
BAB III
PROSEDUR PEMILIHAN BANTUAN

A. Analisis
1. Problem Checklist
Berdasakan hasil analisis dari daftar cek masalah dengan menggunakan rumus:
NM
_ X 100 %
N

Dimana:
NM : Jumlah butir yang dicek oleh siswa pada satu topik permasalahan
N : Jumlah item dari aspek masalah
Kemudian ditranformasikan kedalam predikat nilai A,B,C,D, dan E sebagai berikut:
0% : A (sangat baik)
1%-20% : B (Baik)
21%-25% : C (Cukup)
26%-50% : D (Kurang)
51%-100% : E (Kurang sekali)
Adapun hasil yang diperoleh dari item yang dicek pada setiap aspek masalah dari
problem cheklist yakni:
1. Aspek Kesehatan
Persentase yang diperoleh adalah
12
-- X 100 % = 40 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)

2. Aspek Keadaan Penghidupan


Persentase yang diperoleh adalah
5
--X 100 % = 16, 66 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah B (Baik)
3. Aspek Rekreasi dan Hoby
Persentase yang diperoleh adalah
8
--X 100 % = 26, 66 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)
4. Aspek Muda-mudi
Persentase yang diperoleh adalah 32.36
11
--X 100 % = 36,66 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)
5. Aspek Kehidupan sosial dan oraganisasi
Persentase yang diperoleh adalah
5
--X 100 % = 16,66 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah B (Baik)
6. Aspek hubungan pribadi
Persentase yang diperoleh adalah
8
--X 100 % = 26,66 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)
7. Aspek agama dan moral
Persentase yang diperoleh adalah
12
--X 100 % = 40 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)
8. Aspek kehidupan keluarga
Persentase yang diperoleh adalah
9
--X 100 % = 30 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)
9. Aspek masa depan dan cita-cita
Persentase yang diperoleh adalah
6
--X 100 % = 20 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah B (Baik)
10. Aspek penyesuaian pada sekolah
Persentase yang diperoleh adalah
6
--X 100 % = 20 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah B (Baik)

11. Aspek penyesuaian kurikulum


Persentase yang diperoleh adalah
17
--X 100 % = 56,66 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah E (Kurang Sekali)
a. Angket Kebiasaan Belajar
Analisis skor angket:
Setiap responden memiliki skor total yang diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap item
soal skor maksimal yaitu 18×5=90, sedangkan skor minimal 20×1. setelah diperoleh skor dari
responden, skor diubah kedalam lima kategori dengan klasifikasi sebagai berikut:

1. 64-80 Sangat tinggi


2. 42-63 Tinggi
3. 32-41 Cukup tinggi
4. 16-31 Rendah
5. 0-5 Sangat rendah

Berdasarkan tabel diatas, nampak bahwa kebiasaan belajar berada pada kategori rendah
64-80 Sangat Tinggi
b. Check List Kebiasaan Belajar
Analisis skor angket :
65-80 : A (sangat baik)
49-64 : B (Baik)
33-48 : C (Cukup)
17-32 : D (Kurang)
0-16 : E (Kurang sekali)
Untuk itu berdasarkan skor yang dicapai oleh konseli yaitu 6, dengan rumus

Jumlah skor siswa


SK= x 100%
Jumlah Item

6
-- x 100% = 15 berada pada kategori E (Kurang sekali)
40
Maka berdasarkan hasil analisis tersebut maka konseli dikategorikan mengalami
kebiasaan belajar Kurang baik, sehingga perlu dikembangkan

c. Tes Who Am I
Berdasarkan hasil skor mentah diatas senilai 63/2: 31.5 berada pada interval nilai 30,5-
37. Jadi dapat disimpulkan bahwa konseli Berkepribadian optimis,agak menyenangkan dalam
bergaul dan percaya pada diri sendiri
Skor mentah yang diperoleh konseli disesuaikan dengan norma interpretasi Tes Who Am I
sebagai berikut:
Tabel Norma Interpretasi Kepribadiaan Tes Who Am I
Urutan Skor mentah Interpretasi
01 37,5 – 45 Memiliki kepribadian optimis sekali, sangat menyenangkan dan sangat percaya
diri
02 30,5 – 37 Berkepribadian optimis,agak menyenangkan dalam bergaul dan percaya pada
diri sendiri
03 23,5 – 30 Cukup optomis, agak menyenangkan dan cukup percaya pada diri sendiri
04 16 – 23 Kurang optimis, kurang menyenangkan dan kurang percaya pada diri sendiri
d. Observasi
i. Sikap pada umumnya
Berpindah-pindah tempat, Sering jalan-jalan di kelas, Tak mau diam, Cara duduk yang
seenaknya, Memilih tempat yang menguntungkan, Sering mengganggu ketertiban dikelas,
Sering mengobrol waktu belajar, Selalu bertanya pada guru, Tidak mau bekerja sama, Ingin
banyak diperhatikan guru
ii. Perhatian terhadap pelajaran dan guru
Tidak pemperhatikan pelajaran, Tidak mencatat pelajaran, Mendengarkan dengan sebelah
telinga, Mempermaikan sesuatu pada saat pelajaran, Mengerjakan tugas lain pada saat
belajar, Tidak mau melihat guru dan Bertanya yang bukan-bukan.
iii. Cara merespon dan mengerjakan pekerjaan
Menyatakan sesuatu yang dibuat-buat, Susunan bahasa kurang baik, Selalu mengganti
pekerjaan, Bekerja tergesa-gesa, Sering kebingungan dan Ceroboh dalam bekerja.
A. Alat pekerjaan dan pengunaannya
Tidak punya buku-buku, Tidak punta alat-alat pelajaran, Buku dan alat-alat pelajaran
tidak terurus, Tidak ada persiapan alat-alat pelajaran, Lebih senang menggunakan alat-alat
orang lain

B. Sintesis
Sintesis merupakan kegiatan untuk menghubungkan data sehingga tampak jelas hal-hal
yang menjadi latar belakang adanya suatu masalah yang dihadapi oleh konseli sebagaimana
yang telah dipaparkan pada uraian sebelumnya yakni pada tahapan-tahapan analisis.
Adapun faktor pendukung yaitu :
• Konseli termasuk anak yang rajin kesekolah
• Konseli berusaha terbuka dan berpartisipasi pada saat diskusi dikelas
Adapun faktor penghambat yaitu :
• Konseli kurang komunikasi dengan orang tua dirumah dan guru disekolahnya.konseli
merasa bebas dalam bergaul denagan anak yang nakal dilingkungannya sehinggaia sering
bertengkar dengan siswa.

C. Diagnosis
Berdasarkan hasil sintesis di atas yang didapat dari berbagai macam-macam tes
psikologi, berikut ni dikaji diagnosis yang menyebabakan sehingga konseli mengalami
masalah belajar.
Adapun uraian diagnosis berdasarkan data yang telah dikumpul oleh penulis sebagai berikut:
Dengan melihat uraian pada analisis data dan sintesis, maka penulis dapa menyimpulkan
bahwa masalah yang dialami si WD ini yang disebabkan oleh faktor antara lain yaitu :
1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anaknya
2. Orang tua klien sering bertengkar dan membuat mengalami kesulitan belajar
3. Sering menceritakan keburukan temannya
4. Adanya kesalahpahaman antara konseli dan temannya

D. Prognosis
Berdasarkan dari hasil diagnosis terhadap masalah-masalah yang menyebabkan
rendahnya tingkat belajar konseli berikut ini akan diuraikan kemungkinan-kemungkinan
pemberian bantuan. Pemberian bantuan berdasarkan latar belakang penyebab masalah itu
muncul. Kemungkinaan-kemungkinan pemberian bantuannya sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan belajar berupa:
– Informasi cara belajar yang efektif
– Informasi tentang bagaimana mengatur waktu yang baik
– Informasi bagaimana menghadapi kesulitan belajar
2. Melaksanakan Konseling Realitas
Melaksanakan konseling Realitas yang memfokuskan pada apa yang di lakukan konseli
dan bagaimana mengarahkan mereka untuk mengevaluasi apakah tingkah laku mereka
merupakan tingkah laku yang bertanggung jawab dan akan memberi identitas keberhasilan
bagi konseli. Dimana praktikum akan mengusahakan supaya WD bisa menerima realita yang
ada di kelurganya. WD diajak untuk mengkaji kembali mengapa selalu timbul dalam
pikirannya rasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya terutama ayahnya. Setelah itu
memberikan pandangan dan contoh-contoh kongkrit tentang kerugian-kerugian yang akan
ditimbulkannya dengan sikap seperti itu. Selanjutnya meyakinkan WD bahwa dia mampu
melakukan dan menghilangkan apa yang selama ini dipikirkannya dan belajar lebih
memahami orangtuanya dan mau memaafkan dan menuruti apa yang diinginkan orang tua
kepadanya.
3. Latihan Assertif
Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah
laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model
sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan konseli
mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan
kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau
memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong konseli untuk meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku
asertif yang cocok untuk diri sendiri.
BAB V
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN

A. Jenis Bantuan yang Diberikan


Usaha pemberian bantuan tidak begitu saja dilaksanakan tapi perlu adanya perencanaan
meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua bantuan yang diberikan dapat dengan baik
karena dengan adanya kendala atau rintangan yang akan menghambat. Adapun alternatif
bantuan yang telah dipilih oleh konseli adalah sebagai berikut:
1. Bantuan melalui Bimbingan:
– Informasi tentang penggunaan waktu belajar, bermain/pergaulan.
– Informasi tentang cara berkomunikasi dengan orang tua.
– Informasi tentang kedudukan orang tua dalam kehidupan.
2. Bantuan Melalui Konseling
Memberikan bantuan pada konseli melalui konseling Realitas yaitu menempatkan pokok
kepentingannya pada peran konseli dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam
menentukan apa yang membantu kegagalan yang di alaminya. Konseling Realitas menekanka
pertimbangan-pertimbangan nilai.

B. Pelaksanaan Layanan Bantuan


Setelah rencana bantuan ditetapkan maka selanjutnya diberikan bantuan sebagai berikut
1. Melalui Pemberian Bimbingan
Adanya informasi yang diberikan berupa :
 Bagaimana cara belajar yang efektif
 Mengatur waktu belajar
 Cara bergaul yang sehat
 Cara menghadapi pikiran-pikiran yang sering mengganggu.
 Kedudukan orang tua dan kewajiban sebagai anak.
2. Pemberian Konseling
Mengingat bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli lebih kebanyakan
masalah pribadi dan belajar, sehingga praktikan mengambil inisiatif untuk memberikan
bantuan melalui teknik konseling Realitas yang diharapkan konseli dapat berpikir mana yang
baik dan bertanggung jawab dalam mengahadapi persoalan dan mampu menemukan jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Adapun langkah-langkah dalam pendekatan ini
adalah sebagai berikut :
 Membangun hubungan pribadi dengan konseli WD
 Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan dan perasaan WD
 Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai masalahnya
 Setelah mengetahui gambaran Berupaya menghilangkan keyakinan-keyakinan yang kurang
baik
 Mengakhiri hubungan pribadi dengan WD
3. Latihan Assertif
Menurut Alberti 1997 (Gunarsa, 2007: 216-217) prosedur dari latihan asertif adalah sebagai
berikut:
1. Latihan keterampilan, dimana perilaku verbal maupun nonverbal diajarkan, dilatih dan
diintegrasikan kedalam rangkaian perilakunya. Teknik untuk melakukan hal ini adalah
peniruan dengan contoh, umpan balik secara sistematik, tugas pekerjaan rumah atau melalui
permainan.
2. Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung.
3. Menstruktur kembali aspek kognitif, di mana nilai-nilai, kepercayaan, sikap yang
membatasi ekspresi diri pada konseli, diubah oleh pemahaman dan hal-hal yang dicapai dari
perilakunya.
C. Penilaian Hasil Layanan
Berdasarkan beberapa tahap yang dilakukan maka selanjutnya diadakan follow up atau
penilaian atau evaluasi untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang terjadi.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
1. Secara langsung, dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung
kehidupan sehari-harinya di sekolah.
2. Secara tidak langsung, yaitu penulis memperoleh informasi dari orang-orang yang ada
disekitar konseli (orang tua, teman, sahabat dan guru).
Berdasarkan follow up dan penilaian yang diberikan, penulis telah melihat perubahan-
perubahan yang terjadi yang terangkum dalam 2 aspek berikut:
a. Aspek Keberhasilan :
1. Konseli dengan senang hati mendengar dan menerima setiap arahan dan bimbingan dari
kakak pembimbingnya.
2. Siswa mulai bergairah dan cukup antusias dalam mengikuti pelajaran
3. Konseli telah memahami permasalahannya dan berusaha untuk memecahkannya secara
mandiri.
4. Konseli telah mengetahui dan menerima segala kekurangan dan potensi yang dimilikinya
dan berusaha akan mengoptimalkan potensinya.
5. Konseli telah berjanji untuk berusaha dengan sungguh-sungguh memperbaiki cara
belajarnya.
6. Konseli sudah tidak mau lagi meninggalkan kelas pada saat jam pelajaran.
7. Konseli telah berjanji untuk belajar menuruti kemauan orangtuanya
b. Aspek Ketidakberhasilan
1. Pemberian bantuan yang diberikan belum mencapai taraf optimal karena dibatasi waktu
yang sangat terbatas sehingga tidak mencapai hasil yang optimal pula.
2. Siswa belum mampu secara optimal melaksanakan semua saran dan bimbingan yang
diberikan sekaligus, sehingga butuh pengawasan dan pemberian motivasi terus-menerus
kepada anak/konseli tersebut.
BAB V
TINDAK LANJUT
Untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan dalam bentuk pelimpahan
dan tindak lanjut ini diperlukan untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan atas
kemajuan konseli nantinya, berhubungan dengan keterbatasan waktu maka penulis dalam
melaksanakan tugas mata kuliah studi kasus ini. Maka dalam kegiatan ini sangat diharapkan
peranan dari pihak konselor dan orang tua siswa untuk memberikan perhatian yang lebih
intensif dan berkesinambungan kepada konseli. Untuk itu penulis mengharapkan masing-
masing kepada:
1. Guru pembimbing atau konselor di sekolah senantiasa memperhatikan perkembangan
konselinya khususnya pada saat konseli berada di lingkungan sekolah, mengamati lebih
lanjut, perkembangan kemajuan bukan hanya perhatian pada pelajaran tetapi juga pergaulan
siswa yang bersangkutan.
2. Guru pembingbing dan orang tua konseli membina hubungan kerja sama yang baik
sehingga konselor akan lebih mudah memperoleh informasi tentang konseli di rumah dan
begitupun sebaliknya. Konselor dapat memberikan informasi mengenai keadaan konseli di
sekolah kepada orangtuanya agar dapat mengetahui kondisi anaknya pada saat berada di
lingkungan sekolah.
3. Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan keadaan psikologis anaknya,
dimana ketika ada masalah antara kedua org tuanya supaya tidak di pelihatkan kepada konseli
sahingga tidak mengganggu proswes balajar konseli.
4. Konseli yang bersangkutan diharapka mulai terbuka dengan berbagai permasalahan yang
dihadapinya, antusias menyampaikan semua unek-uneknya tanpa malu-malu, selalu bertekad
memperbaiki sifatnya, menyadari kekeliruan sikapnya terhadap orang tuanya dan berusaha
memperbaikinya dan mendapatkan masalah disarankan unutk berkonsultasi dengan konselor
atau wali kelasnya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang dilaksanakan untuk mengetahui penyebab
siswa melakukan perilaku menyimpang dan cara mendapatkan informasi dapat dilakukan
dengan metode wawancara ( interview ) dan observasi tentang tingkah laku konseli. Adapun
prosedur pemberian bantuan yang diberikan kepada konseli yaitu:
1. Memberikan bimbingan belajar
2. Melaksanakan Konseling Realitas
3. Latihan Assertif

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada guru pembimbing dan orang tua konseli
yaitu:
1. Kepada guru pembimbing yang ada di sekolah sebaiknya memperhatikan perkembangan
siswa baik dari segi pergaulan dan tingkah laku sisawa saat berada dilingkungan sekolah.
2. Kepada orang tua siswa seharusnya memperhatiakn pergaulan anaknya dirumah dan
menasehati anaknya serta menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anknya.
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. & Manrihu, T. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Depdikbud,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Daruma, A. Razak Dkk. 2002. Studi Kasus. Makassar: FIP Universitas Negeri Makassar.
Prayitno, & Amti Erman. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai