BK Contoh Lap Studi Kasus
BK Contoh Lap Studi Kasus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada adanya tujuan dari pendidikan
nasional yaitu untuk mengembangkan peserta didikanya secara optimal dan mengubah
perilaku pserta didik dari hal-hal yang negatif menjadi positif, setiap pihak atau personil
disebuah sekolah hampir semuanya mengharapkan para peserta didiknya mampu belajar
dengan baik dan hasil dari belajar itulah yang mampu mengubah tingkah laku siswa.
Permasalahan yang terjadi dikalangan siswa memang tidak didambakan, dibeberapa media
baik itu cetak maupun elektronik kadang kita sering membaca dan mendengar adanya debuah
permasalahan yang terjadi dan pelakunya tidak lain adalah siswa. Memang kita sangat
berharap hal-hal seperti itu tidak didambakan tapi entah bagaimana sehingga perkelahian,
pengeroyokan serta penganiayaan sesama siswa itu kerap terjadi dan hal itu sudah merupakan
hal yang sudah tidak lasim lagi dengan kita.
Oleh karena itu dari segi permasalahan yang terjadi di sekolah ini perlu antisipasi untuk
mengurangi permasalahan yang terjadi di kalangan siswa karena jika tidak diantisipasi maka
dalam dunia pendidikan itu hanya bisa dikategorikan oleh masyarakat sebagai lembaga
pendidikan yang tidak mengfungsikan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan juga tidak
profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk itu diharapkan kepada para personil sekolah atau yang berwenang dalam sekolah agar
dapat mengatasi atau memecahkan masalah-masalah yang dihadapi yang terjadi di sekolah
dengan harapan agar para siswa juga bisa terbentuk kepribadiannya dengan baik.
Untuk itu penulis melaksanakan studi kasus ini dengan maksud untuk mencari penyebab
perilaku yang menyimpang danmembantu siswa untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan perkelahiahan dan menggangu siswa yang lain khusunya dalam pelajaran.
C. Konfidensial
Kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha menguasai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara individual serta pembuatan
laporan studi kasus. Pelaksanaan studi kasus merupakan persyaratan dalam mengikuti mata
kuliah Studi Kasus. Kegiatan studi kasus relatif sama dengan kegiatan konseling yang
sebenarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kegiatan ini merupakan awal bagi calon
dan untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana konseling sesungguhnya di
lapangan.
Pada studi kasus ini diperlukan berbagai macam data, baik data pribadi maupun data
tentang lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) sebagai faktor yang turut
mempengaruhi keberadaan konseli. Untuk melaksanakan suatu program layanan bimbingan
dan konseling, maka setiap guru pembimbing atau konselor harus memperhatikan dan
menjalankan asas-asas yang ada dalam bimbingan konseling, itu merupakan kode etik yan
gharus diketahui dan berpegang teguh pada asas itu dan asas yang dimaksud yaitu asas
kerahasiaan. Oleh sebab itu hasil dari laporan studi kasus ini yang mengenai semua data-data
tentang siswa memang secara sengaja tidak dicantumkan dengan jelas data siswa tersebut.
Hal ini bermaksud untuk menjamin kerahasiaan masalah yang dialami oleh siswa yang
bersangkutan.
a. Bagi Siswa
Dengan penanganan kasus, siswa yang bersangkutan diharapkan:
– Siswa tersebut dapat meningkatkan motivasi belajarnya
– Siswa tersebut dapat merubah sikapnya khsusunya dalam hal belajar baik si rumah maupun
di sekolah
– Siswa tersebut dapat lebih memahami dirinya serta masalah yang telah dihadapinya.
b. Bagi Guru
Kegiatan ini dapat membantu siswa yang sedang megalami masalah sehingga personil
sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hasil dari kegiatan ini dalam bentuk studi
kasus yang berisi data siswa dapat menjadi bahan dokumen yang siap digunakan bilamana
dibutuhkan.
BAB II
PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA
A. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama berlangsungnya penelitian meliputi
problem checklist, angket kebiasaan siswa, checklist kebiasaan belajar, Tes Who Am I dan
Observasi. Beberapa alat pengumpul data tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Problem Cheklist
Problem Cheklist merupakan daftar cek masalah yang terdiri atas 330 masalah dan 11 aspek
masalah, diantaranya:
a. Aspek kesehatan
b. Aspek keadaan penghidupan
c. Aspek rekreasi dan hoby
d. Aspek muda-mudi
e. Aspek kehidupan sosial dan organisasi
f. Aspek hubungan pribadi
g. Aspek agama dan moral
h. Aspek kehidupan keluarga
i. Aspek masa depan dan cita-cita
j. Aspek penyesuaian pada sekolah
k. Aspek penyesuaian kurikulum
3. Tes Who Am I
Tes Who Am I adalah suatu alat pengumpul data yang berupa tes kepribadian, yang dapat
mengukur penyikapan seseorang terhadap Tes Who Am I:
a. Konselor/guru pembimbing dapat mengetahui sebagian aspek kepribadian siswa secara
garis besarnya, baik kelebihan maupun kekurangannya.
b. Konselor/guru pembimbing dapat menentukan alternatif-alternatif layanan bimbingan dan
konseling yang dapat menimbulkan kekuatan yang ada pada diri siswa dapat mengatasi
kelemahan-kelemahannya.
c. Konselor/guru pembimbing membantu siswa untuk dapat lebih mengenal diri sendiri,
sehingga mampu melakukan penyesuaian diri yang lebih baik terhadap dirinya maaupun
ligkungannya.
4. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan secara sengaja terhadap tingkah
laku kasus dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi adalah
sebagai pelengkap dari metode-metode lainnya. Hal in diketahui melalui pengamatan
terahadap tingkah lakunya di kelas dalam proses belajar mengajar dan diluar kelas.
B. Penyajian Data
Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dan akibat terhadap diri konseli,
maka penulis akan menyusun prosedur dan metose peyelidikan dengan rancangan terkait
yang disajikan melalui tahapan analisis, sintesis, diagnosa dan prognosis. Dengan tahapan
inilah diharapkan dapat memberikan bantuan terhadap diri konseli dan bagaimana alternatif
pemecahannya dari masalah tersebut.
Adapun penyajiaanya yaitu sebagai berikut:
1. Problem Checklist
Adapun hasil yang diperoleh dari item yang dicek pada setiap aspek masalah dari problem
cheklist yakni:
a. Aspek Kesehatan
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 12 , yaitu:
Kurang Berat Badan
Kurang Berolahraga
Terlalu sering sakit
Sangat Mudah Lelah
Sering sakit kepala
Mata lelah
Sering tidak lapar
Berat badan berangsur-angsur menurun
Bentuk tubuh yang jelek
Alergi
Gangguan Haid
Gangguan pada kaki
d. Aspek Muda-mudi
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 11, yaitu:
Canggung dalam berkencan
Kecewa dalam bercinta
Pacar Pria
Menentukan apakah melanggengkan percintaan
Bercinta
Memikirkan saya akan mendapat pasangan yang cocok
Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita
Berpergian dengan orang yang tidak diterima keluarga
Takut kehilangan orang yang saya sukai
Khawatir dengan penyakit kelamin
Terlalu cemburu
e. Aspek Kehidupan sosial dan oraganisasi
Pada aspek ini jumlah yang diberikan sebanyak 30, sedangkan jumlah item yang dicek
sebanyak 5, yaitu:
Ingin berkepribadian yang menyenangkan
Dikritik oleh orang tua
Tidak menyukai seseorang
Menghindari seseorang yang tidak disenangi
A. Analisis
1. Problem Checklist
Berdasakan hasil analisis dari daftar cek masalah dengan menggunakan rumus:
NM
_ X 100 %
N
Dimana:
NM : Jumlah butir yang dicek oleh siswa pada satu topik permasalahan
N : Jumlah item dari aspek masalah
Kemudian ditranformasikan kedalam predikat nilai A,B,C,D, dan E sebagai berikut:
0% : A (sangat baik)
1%-20% : B (Baik)
21%-25% : C (Cukup)
26%-50% : D (Kurang)
51%-100% : E (Kurang sekali)
Adapun hasil yang diperoleh dari item yang dicek pada setiap aspek masalah dari
problem cheklist yakni:
1. Aspek Kesehatan
Persentase yang diperoleh adalah
12
-- X 100 % = 40 %
30
Jadi predikat nilai yang diperoleh adalah D (Kurang)
Berdasarkan tabel diatas, nampak bahwa kebiasaan belajar berada pada kategori rendah
64-80 Sangat Tinggi
b. Check List Kebiasaan Belajar
Analisis skor angket :
65-80 : A (sangat baik)
49-64 : B (Baik)
33-48 : C (Cukup)
17-32 : D (Kurang)
0-16 : E (Kurang sekali)
Untuk itu berdasarkan skor yang dicapai oleh konseli yaitu 6, dengan rumus
6
-- x 100% = 15 berada pada kategori E (Kurang sekali)
40
Maka berdasarkan hasil analisis tersebut maka konseli dikategorikan mengalami
kebiasaan belajar Kurang baik, sehingga perlu dikembangkan
c. Tes Who Am I
Berdasarkan hasil skor mentah diatas senilai 63/2: 31.5 berada pada interval nilai 30,5-
37. Jadi dapat disimpulkan bahwa konseli Berkepribadian optimis,agak menyenangkan dalam
bergaul dan percaya pada diri sendiri
Skor mentah yang diperoleh konseli disesuaikan dengan norma interpretasi Tes Who Am I
sebagai berikut:
Tabel Norma Interpretasi Kepribadiaan Tes Who Am I
Urutan Skor mentah Interpretasi
01 37,5 – 45 Memiliki kepribadian optimis sekali, sangat menyenangkan dan sangat percaya
diri
02 30,5 – 37 Berkepribadian optimis,agak menyenangkan dalam bergaul dan percaya pada
diri sendiri
03 23,5 – 30 Cukup optomis, agak menyenangkan dan cukup percaya pada diri sendiri
04 16 – 23 Kurang optimis, kurang menyenangkan dan kurang percaya pada diri sendiri
d. Observasi
i. Sikap pada umumnya
Berpindah-pindah tempat, Sering jalan-jalan di kelas, Tak mau diam, Cara duduk yang
seenaknya, Memilih tempat yang menguntungkan, Sering mengganggu ketertiban dikelas,
Sering mengobrol waktu belajar, Selalu bertanya pada guru, Tidak mau bekerja sama, Ingin
banyak diperhatikan guru
ii. Perhatian terhadap pelajaran dan guru
Tidak pemperhatikan pelajaran, Tidak mencatat pelajaran, Mendengarkan dengan sebelah
telinga, Mempermaikan sesuatu pada saat pelajaran, Mengerjakan tugas lain pada saat
belajar, Tidak mau melihat guru dan Bertanya yang bukan-bukan.
iii. Cara merespon dan mengerjakan pekerjaan
Menyatakan sesuatu yang dibuat-buat, Susunan bahasa kurang baik, Selalu mengganti
pekerjaan, Bekerja tergesa-gesa, Sering kebingungan dan Ceroboh dalam bekerja.
A. Alat pekerjaan dan pengunaannya
Tidak punya buku-buku, Tidak punta alat-alat pelajaran, Buku dan alat-alat pelajaran
tidak terurus, Tidak ada persiapan alat-alat pelajaran, Lebih senang menggunakan alat-alat
orang lain
B. Sintesis
Sintesis merupakan kegiatan untuk menghubungkan data sehingga tampak jelas hal-hal
yang menjadi latar belakang adanya suatu masalah yang dihadapi oleh konseli sebagaimana
yang telah dipaparkan pada uraian sebelumnya yakni pada tahapan-tahapan analisis.
Adapun faktor pendukung yaitu :
• Konseli termasuk anak yang rajin kesekolah
• Konseli berusaha terbuka dan berpartisipasi pada saat diskusi dikelas
Adapun faktor penghambat yaitu :
• Konseli kurang komunikasi dengan orang tua dirumah dan guru disekolahnya.konseli
merasa bebas dalam bergaul denagan anak yang nakal dilingkungannya sehinggaia sering
bertengkar dengan siswa.
C. Diagnosis
Berdasarkan hasil sintesis di atas yang didapat dari berbagai macam-macam tes
psikologi, berikut ni dikaji diagnosis yang menyebabakan sehingga konseli mengalami
masalah belajar.
Adapun uraian diagnosis berdasarkan data yang telah dikumpul oleh penulis sebagai berikut:
Dengan melihat uraian pada analisis data dan sintesis, maka penulis dapa menyimpulkan
bahwa masalah yang dialami si WD ini yang disebabkan oleh faktor antara lain yaitu :
1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anaknya
2. Orang tua klien sering bertengkar dan membuat mengalami kesulitan belajar
3. Sering menceritakan keburukan temannya
4. Adanya kesalahpahaman antara konseli dan temannya
D. Prognosis
Berdasarkan dari hasil diagnosis terhadap masalah-masalah yang menyebabkan
rendahnya tingkat belajar konseli berikut ini akan diuraikan kemungkinan-kemungkinan
pemberian bantuan. Pemberian bantuan berdasarkan latar belakang penyebab masalah itu
muncul. Kemungkinaan-kemungkinan pemberian bantuannya sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan belajar berupa:
– Informasi cara belajar yang efektif
– Informasi tentang bagaimana mengatur waktu yang baik
– Informasi bagaimana menghadapi kesulitan belajar
2. Melaksanakan Konseling Realitas
Melaksanakan konseling Realitas yang memfokuskan pada apa yang di lakukan konseli
dan bagaimana mengarahkan mereka untuk mengevaluasi apakah tingkah laku mereka
merupakan tingkah laku yang bertanggung jawab dan akan memberi identitas keberhasilan
bagi konseli. Dimana praktikum akan mengusahakan supaya WD bisa menerima realita yang
ada di kelurganya. WD diajak untuk mengkaji kembali mengapa selalu timbul dalam
pikirannya rasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya terutama ayahnya. Setelah itu
memberikan pandangan dan contoh-contoh kongkrit tentang kerugian-kerugian yang akan
ditimbulkannya dengan sikap seperti itu. Selanjutnya meyakinkan WD bahwa dia mampu
melakukan dan menghilangkan apa yang selama ini dipikirkannya dan belajar lebih
memahami orangtuanya dan mau memaafkan dan menuruti apa yang diinginkan orang tua
kepadanya.
3. Latihan Assertif
Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah
laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model
sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan konseli
mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan
kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau
memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong konseli untuk meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku
asertif yang cocok untuk diri sendiri.
BAB V
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada guru pembimbing dan orang tua konseli
yaitu:
1. Kepada guru pembimbing yang ada di sekolah sebaiknya memperhatikan perkembangan
siswa baik dari segi pergaulan dan tingkah laku sisawa saat berada dilingkungan sekolah.
2. Kepada orang tua siswa seharusnya memperhatiakn pergaulan anaknya dirumah dan
menasehati anaknya serta menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, S. & Manrihu, T. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Depdikbud,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Daruma, A. Razak Dkk. 2002. Studi Kasus. Makassar: FIP Universitas Negeri Makassar.
Prayitno, & Amti Erman. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta