Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam hal memfasilitasi pelaksanaan training yang tepat sasaran, maka harus
dilakukan sebuah Training Need Analysis (TNA). Dengan demikian, hasil TNA
bisa menjadi dasar pelaksanaan training yang sesuai dengan kebutuhan SDM
dalam meningkatkan performa. Upaya peningkatan kualitas SDM, bisa setara
dengan peningkatan kualitas training yang diselenggarakan. Sedangkan kualitas
training ditentukan dari kualitas analisa kebutuhan training. Melaksankan kegiatan
TNA yang berkualitas maka harus melihat ruang lingkup pelaksanaan TNA agar
berjalan sistematis dan mendapatkan data yang akurat.
Definisi
Secara umum, Training Need Analysis adalah proses analisa yang dilakukan untuk
mengetahui faktor apa saja yang harus diperbaiki atau ditingkatkan didalam
perusahaan agar kinerja karyawan meningkat. Dari kegiatan ini maka dapat
menampilkan kesenjangan atau gap antara kinerja yang terjadi dengan kinerja yang
diharapkan. Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa Training adalah salah
satu fasilitas untuk pengembangan kompetensi karyawan, maka kesenjangan / gap
tersebut bisa hilangkan atau setidaknya dapat diminimalisir. Dari gap dari hasil
analisa maka dapat membantu penyelenggara training (HRD atau Diklat) untuk
memberikan program training yang tepat sasaran dalam meminimalisir gap
kompetensi untuk mewujudkan produktivitas atau kinerja yang diharapkan.
Peserta
Menentukan peserta merupakan salah satu hal yang krusial dalam menyusun
program pelatihan. Penentuan peserta dalam hal ini termasuk dengan fasilitator /
trainer dalam pelatihan tersebut. Hal ini dikatakan krusial karena peserta akan
sangat menentukan format pelatihan, memilih trainer yang tepat agar proses
pembelajaran dapat sesuai sasaran. Dengan mengetahui peserta training makan
perancang program dapat menentukan format yang tepat dalam pelatihan. Adapun
format yang diginakan apakah dengan menggunakan ruang kelas (classroom
setting), belajar sendiri (self study – self journey), atau belajar dari pengalaman
(experiental learning or learning by doing). Selain itu, dengan mengetahui siapa
peserta pelatihan maka perancang program pelatihan akan dapat menggali lebih
jauh berbagai informasi seperti:
Dukungan / Support
Biaya
Sekecil apapun kegiatan pelatihan pasti membutuhkan dana. Oleh karena itu amat
penting untuk menghitung untung rugi dari pelaksanaan suatu pelatihan. Dalam hal
ini si perancang program pelatihan harus mengumpulkan berbagai informasi yang
menyangkut hal-hal seperti: biaya apa saja yang harus dikeluarkan untuk peserta
pelatihan maupun trainer, apa keuntungan yang akan diperoleh dari pelatihan
tersebut dan berapa lama hal itu bisa dicapai, apakah biaya pelatihan masih sesuai
dengan budget yang ada, dsb. Salah satu cara yang cukup populer untuk
menghitung untung rugi suatu pelatihan adalah dengan menentukan Return On
Investment (ROI).
Menentukan Metode
Kuesioner
Obervasi
Wawancara
Focus group
Regular meeting
Mempelajari data perusahaan
Mempelajari uraian jabatan
Membentuk kelompok pakar/penasehat
Setiap perusahaan memiliki cultur, core value yang berdeda – beda. Biasanya
pembentukan budaya disesuaikan dengan jenis industry dan core business
perusahaan. Dengan budaya yang dibangun, diharapkan menciptakan stabilitas
kerja dalam mencapai tujuan perusahaan. Walaupun disadari bahwa untuk
mencapai tujuan perusahaan tidak hanya dari budaya perusahaan, namun perlu
pertimbangan yang lebih makro dan komprehensif. Salah satu yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya pencapaian target perusahaan adalah dengan
mempertimbangan aspek SDM dengan seperangkat kompetensi yang mendukung
dalam menjalankan roda organisasi.
Dari penjelasan diatas, bahwa salah satu tugas HR adalah Development. Tugas dan
fungsi development adalah untuk mengkondisikan SDM agar mencapai performa
yang sesuai dengan standard kompetensi atau kompetensi yang diharapkan.
Disinilah letak esensi HR Development menjalankan tugas penting dalam
mempersiapakan talent pool untuk mengeksekusi tugas dan tujuan perusahaan.
Namun, Disi lain HR development terkadang dibenturkan dengan beberapa
persoalan dalam menjalankan tugas tersebut. Artinya, bahwa dalam menjalankan
program pengembangan tidak semulus konsep ideal. Bahwa realita yang mungkin
menghambat adalah sebagai berikut.
Dalam upaya menjalankan program training tentunya butuh support dari semua
pimpinan department yang ada. Walaupun support yang sangat berpengaruh dan
memiliki power yang adalah Top Management. Namun disisi lain, tidak terlepas
dari dukungan dari masing – masing pimpinan Departemen. Mengapa demikian ?
Karena ada kemungkinan bagi Manager yang tidak aware dan tidak
peduli terhadap pengembangan karyawan selalu menganggap bahwa training
merupakan hal yang tidak esensial. Sehingga tidak melibatkan staff nya dalam
program training dengan alasan banyak pekerjaan, harus menyelesaikan laporan,
dan alasan lainnya. Selanjutnya, ketika muncul gejolak karena staff merasa tidak
berkembang barulah sibuk cari program training. Hal tersebut bisa saja terjadi dan
mungkin sudah terjadi dibeberapa perusahaan. Oleh karena itu, selain dukungan
dari Top management perlu adanya dukungan dari masing – masing pimpinan
Department.
Ada beberapa prinsip belajar yang bisa digunakan sebagai pedoman tentang cara-
cara belajar yang paling efektif bagi karyawan. Prinsip-prinsip ini adalah bahwa
program pelatihan bersifat partisipatif, relevan, pengulangan dan pemindahan serta
memberikan umpan balik mengenai kemajuan para peserta pelatihan. Semakin
terpenuhinya prinsip-prinsip tersebut, pelatihan akan semakin efektif. Disamping
itu, perancang program pelatihan perlu juga menyadari perbedaan individual,
karena pada hakekatnya para karyawan mempunyai kemampuan, sifat dan
sebagainya yang berbeda satu sama lainnya.
Setelah program pelatihan dilaksanakan, maka program ini perlu dievaluasi untuk
mengetahui sampai sejauh mana tujuannya telah dicapai. Untuk itu manajemen
harus mengevaluasi kegiatan program pelatihan secara sistematis dengan tolak
ukur yang mencakup reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil.
Dengan program yang disusun dengan sitematis dan terukur, mungkin akan
menjawab tantangan – tangtangan yang dihadapi oleh paraktisi HR
Development. Untuk proses implementasi tidak terlepas dari dukungan seluruh
elemen terkait. Oleh karena itu, peran aktif dan komunikasi yang baik sangat
menunjang dalam mendapatkan support untuk mengeksekusi program. Semoga
pengembangan karyawan terus berjalan.
Berawal dari sebuah pengalaman yang saya anggap ini merupakan masalah yang
perlu dilurusakan. Sebagai praktisi HR Training & Development, saya banyak
bertemu dengan Trainer baik internal trainer dari perusahaan yang berbeda – beda
maupun trainer lepas. Dari beberapa trainer yang pernah saya temui memiliki gaya
penyampaian yang berbeda – beda dan tentunya memiliki tujuan yang sama, yaitu
mengajarkan sesuatu kepada orang lain.
Namun, permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai cara pandangan trainer
yang menentukan parameter prestasi dari banyaknya slide materi power point yang
dibuat. Jika slide materi yang dibuat cukup banyak, menganggap bahwa itu adalah
sebuah prestasi besar sebagai trainer. Mungkin dari beberapa internal trainer hal ini
masih menjadi parameter kesuksesan. Namun, bagi saya ini adalah sebuah
kekeliruan yang perlu segera diluruskan.
Bahwa suatu hal sia – sia dan tidak terukur jika hanya berfokus pada training
delivery tanpa adanya sebuah analisa kebutuhan training. Bisa saja training yang
disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan karyawan disebuh perusahaan. Lalu,
pastilah tidak member dampak yang terintegrasi dan diharapkan perusahaan untuk
pencapaian visinya.
3. Susun Anggaran
Sebagai sebuah investasi jangka panjang bagi sebuah perusahaan, pastinya perlu
adanya penyusunan anggaran pelatihan dalam satu periode secara keseluruhan.
Dengan demikian seorang HR Training & Development memiliki suatu gambaran
mengenai investasi anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan.
Penyusunan jadwal dilakukan setelah program dan anggaran sudah tersusun, maka
selanjutnya menetukan jadwal pelaksanaan sebagai dasar waktu pelaksanaan
kegiatan training. Dalam penyusunan jadwal harus pula dilihat dari berbagai aspek,
diantaranya disesuaikan dengan tanggal kalender dan program dari departemen lain
agar tidak bentrok dan menggangu pelaksanaan program lainnya. Setelah adanya
sebuah program, dilanjukan dengan pelaksanaan kegiatan training sesuai dengan
jadwal.
5. Evaluasi
Untuk melaihat tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan training, maka perlu
adanya evaluasi training yang komprehensif. Adapun untuk pelaksanaan evaluasi
training terdiri dari 4 level. Namun untuk jenis evaluasi yang akan digunakan perlu
disusun proses evaluasi training yang akan diterapkan.
Dari langkah – langkah diatas, jelas bahwa dalam menjalankan sebuah program
training tidak hanya mengandalkan slide materi power point, tetapi perlu adanya
sebuah analisa dan langkah – langkah secara sistematis. Mengukur prestasi seorang
inernal trainer tidak hanya dengan banyaknya slide materi yang dibuat. Pembuatan
slide materi power point adalah langkah yang kesekian setelah tujuan, sasaran ,
maupun system evaluasi ditentukan.
inShare 2
Dua fungsi dasar SOP yang menjadi fungsi esensial bisa digambarkan sebagai
berikut:
SOP akan menjadi bukti otentik bagi alur pekerjaan yang memerlukan arsip karena
SOP biasanya memiliki formulir kerja semisal berita acara presentasi produk oleh
staf marketing, berita acara kunjungan onsite layanan pelanggan, bukti pengiriman
barang, dll. Dengan adanya audit jaminan mutu berkala secara internal dan
eksternal sebagai penilaian, perbaikan-perbaikan untuk penyempurnaan harus
dilakukan.
Membuat Standar Operasional Prosedur
SOP tidak dapat dirumuskan dengan segelintir orang apalagi yang tidak memahami
sistem kerja perusahaan. Setidaknya diperlukan tim khusus yang berkompeten agar
SOP yang dibuat sesuai dengan keadaan sebenar perusahaan. Adapun berikut ini
beberapa cara yang bisa dijadikan acuan:
Tim terdiri dari tenaga kompeten dari setiap bagian/ divisi perusahaan misalnya
manajer pemasaran, manajer support, dll. Jika diperlukan, libatkan konsultan
jaminan mutu untuk mendapat informasi/ masukan yang tepat.
Tenaga yang telah dibentuk diharuskan memiliki tugas dan tanggung jawabnya
masing-masing untuk memetakan deskripsi kerjanya.
Sasaran SOP yaitu divisi-divisi di perusahaan yang memang patut atau perlu
menggunakan SOP
Setelah tim memetakan alur kerja setiap divisi yang dipegangnya, catat apa saja
jenis kegiatan operasional yang selalu dilakukan. Pencatatan ini dalam bentuk
perinci beserta penjelasannya.
Alur kerja berupa bagan alur (flow chart) beserta penjelasannya. Instruksi kerja
adalah penjelasan perinci dari alur kerja. Formulir pendukung digunakan sebagai
arsip yang akan menjadi bukti otentik kegiatan operasional.
Tindakan ini diperlukan agar pelaksana SOP dapat memberikan masukan atas
temuan yang kurang.
Setelah uji coba dinyatakan tidak ada masalah dalam pelaksanaan, manajer QMR
perusahaan berhak memverifikasi dan memberi persetujuan.
11. Umumkan/ sosialisasikan kepada setiap pelaksana SOP
Sosialisasi SOP dapat dilakukan dengan adanya rapat yang melibatkan semua
divisi untuk memastikan bahwa ketika implementasi memang sudah siap.
Dalam beberapa bulan ke depan hingga setahun, pemantauan berkala harus selalu
dilakukan untuk menilai apakah ada kendala, kriteria yang salah, tidak efektif, dll.