Anda di halaman 1dari 8

Answer

Human immunodeficiency virus ( HIV ) adalah suatu retrovirus


manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
robonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah
masuk ke dalam sel penjamu. (Price, 2005)

HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus.


Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA
pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi
yang panjang. (Nursalam, 2007)

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) penyakit yang


disebabkan oleh infeksi Human immunodeficiency virus (HIV),
menyebabkan imunosupresi dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan penyakit. HIV ditularkan melalui cairan tubuh menginfeksi
(misalnya air mani, cairan vagina, darah dan produk darah, ASI terinfeksi
HIV (Workman, 2006)
AIDS merupakan kondisi yang menjelaskan kenaikan tingkatan
infeksi virus HIV. Biasanya virus sudah berkembang, menyebabkan
kehilangan sel darah putih ( sel CD4/ T helper cells/ sel Th) secara
signifikan, CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit
(Zulkoni, 2011)
Gambar1 Virus HIV
Sumber: http://www.parawira-smasa.blogspot.com, diperoleh tanggal 12 Oktober
2018

AIDS disebabkan oleh virus imunodefisiensi manusia (HIV) yang


sasaran utamanya ialah sel Th CD4+ dan lisis sel tersebut. Makrofag,
astrosit, dan sel dendritik dengan kadar CD4 membran yang lebih rendah
juga dapat terinfeksi. Hilangnya populasi sel Th mengakibatkan hilangnya
sitokin dan kemampuan untuk mengaktifkan sel-sel imunokompeten
lainnya. Sebagai akibatnya, kelainan ini didominasi oleh infeksi mikroba
endogen dan nosokomial (Louise, 2011)
HIV adalah virus RNA yang termasuk dalam retrovirus dengan ciri
memiliki enzim reversetranskriptase (RT) yang setelah masuk ke dalam
limfosit akan berakibat: (Zulkoni, 2011)
a) Merusak limfosit terutama sel TCD4 dan makrofag, yaitu komponen
vital dari sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga melemahkan/
merusakkan fungsinya
b) Mampu mentranskripsi RNA nya menjadi DNA, DNA ini selanjutnya
akan diinkofporasikan ke dalam genom sel limfo-T yang
diperintahkannya untuk memperbanyak virus itu sendiri
HIV ditularkan melalui kontak seksual intim, jarum yang
terkontaminasi atau produk darah yang terkontaminasi, dari ibu ke janin
dan dari ibu ke bayi menyusui (Alspach,2006, hlm 682)

HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh


dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel
darah putih tertentu yaitu CD4 dan Sel T (sel T4). Normalnya sel Th ini
memainkan pencegahan fisik. Selain itu, sel Th juga memberi tanda bagi
sekelompok sel darah putih lainnya yang disebut sel T-suppressor atau T8,
ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan
serangannya (Zulkoni, 2011)

Menurtu Alspach (2006) perjalanan penyakit HIV/ AIDS sebagai


berikut:
a. Tahap awal infeksi HIV terakhir 4 sampai 8 minggu. tingkat tinggi
virus dalam darah. pasien mengalami gejala seperti flu umum.
b. Virus kemudian memasuki tahap laten yang tidak aktif dalam
terinfeksi, beristirahat sel CD4, replikasi hanya ketika sel inang
diaktifkan untuk respon kekebalan. tingkat virus yang tinggi dalam
kelenjar getah bening, di mana sel CD4 berada, tetapi rendah dalam
darah. Sel Tc berusaha untuk menghancurkan sel-sel CD4
menyembunyikan virus. Namun, sel-sel Tc dan Sel B yang lumpuh
tanpa memadai, selama waktu itu pasien asimtomatik. selama waktu
ini, jumlah sel CD4 menurun.
c. Selama tahap ketiga dari infeksi HIV, pasien mulai mengalami infeksi
oportunistik. tingkat sel CD4 biasanya di bawah 500 / mm3 dan
menurun, sedangkan tingkat virus dalam darah meningkat. tahap ini
dapat berlangsung 2 sampai 3 tahun.
d. Setelah tingkat CD4 turun di bawah 200/mm3, pasien dianggap
memiliki AIDS. virus tingkatan dalam darah tinggi. tahap ini berakhir
dengan kematian, biasanya dalam 1 tahun
Ada beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai gejala
tibul AIDS (Zulkoni, 2011)
a) Tahap 1 : periode jendela
1) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody
terhadap HIV dalam darah
2) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita tampak sehat dan merasa
sehat
3) Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
4) Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu-6
bulan
b) Tahap 2: HIV positif (tanpa gejala) rata-rata berlangsung selama 5-10
tahun
1) HIV berkembang biak dalam tubuh
2) Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita tampak sehat dan merasa
sehat
3) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang karena
telah terbentuk antibody terhadap HIV
4) Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun
c) Tahap 3: HIV positif ( muncul gejala )
a) Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik
c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya
tahan tubuhnya
4) Tahap 4: AIDS
a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

Tanda dan gejala HIV/ AIDS adalah penurunan berat badan, diare,
suhu melebihi 101◦ F (38,3◦ C), hilangnya integritas kulit dan membran
mukosa, mungkin cachexia, kemungkinan limfadenopati, takikardia,
hipotensi, crackles dan ronchi (Alspach, 2006)

Menurut Nursalam ( 2007), gejala klinis pada stadium AIDS dibagi


antara lain:

a. Gejala utama/mayor:
1) Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
2) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus
3) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan
b. Gejala minor
1) Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida
albicans
3) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh
tubuh
4) Munculnya Herpes zooster berulang dan bercak-bercak gatal
diseluruh tubuh (Depkes RI, 1997)
Berikut ini sistem klasifikasi HIV yang direvisi tahun 1993 untuk
remaja dan dewasa (Price,2005)
a. Kategori Laboratorium
Kategori limfosit CD4 seperti ditunjukkan dibawah ini:
1) Kategori 1: >500 sel/ µl
2) Kategori 2: 200-499 sel/ µl
3) Kategori 3: < 200 sel/ µl
b. Kategori Klinis
1) Kategori A
Kategori A terdiri dari satu atau lebih penyakit berikut pada
seorang remaja (≥ 13 tahun) atau dewasa yang terbukti
terinfeksi HIV. Penyakit – penyakit yang tercantum di bawah
kategori B dan C tidak boleh ada
a) Infeksi HIV asimtomatik
b) Limfadenopati generalisata persisten (PGL)
c) Infeksi HIV akut (primer) disertai gejala penyakit atau
riwayat infeksi HIV akut

Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukkan tanda


dan gejala infeksi HIV. Pada orang dewasa yang terinfeksi
HIV, fase ini berlangsung selama 8-10 tahun. HIV-ELISA
dan Western Blot atau Imunofluoriscence Assay (IFA)
menunjukkan hasil positif dengan jumlah limfosit CD4 > 500
sel/ µl. (Nursalam, 2007)

2) Kategori B
Kategori B terdiri dari penyakit-penyakit simtomatik pada
seorang remaja atau dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak
tercantum dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu
dari kriteria berikut
a) Penyakit yang disebabkan oleh infeksi HIV atau
menunjukkan defek imunitas selular atau keduanya
b) Penyakit yang dianggap oleh dokter perjalanan atau
penatalaksanaannya yang dipersulit oleh infeksi HIV

Contoh-contoh penyakitnya:

a) Meningitis,penumonia, sepsis atau endokarditis bakterialis


b) Kandidiasis orofaring (sariawan)
c) Kandidiasis, vulvovagina, persisten lebih dari 1 bulan
d) Leukoplakia berambut (oral)
e) Herpes zoster (shingles) paling sedikit dua episode
terpisah atau lebih dari satu dermatom
f) Purpura trombositopenik idiopatik
g) Listeriosis
h) Infeksi mycobacterium tuberculosis, paru
i) Penyakit radang panggul
j) Neuropati perifer
3) Kategori C
Kategori C terdiri setiap penyakit yang tercantum dalam
definisi kasus surveilans 1987 (termasuk perluasan tahun
1993) yang mengenai pasien remaja atau dewasa. Penyakit-
penyakit dalam kategori C berkaitan dengan imunodefisiensi
berat sering terjadi pada pasien yang terinfeksi oleh HIV dan
menimbulkan morbiditas yang serius dan mortalitas.
Menurut sistem klasifikasi yang ditawarkan, pasien yang
terinfeksi HIV seyogyanya diklasifikasikan berdasarkan
a) Hitung limfosit T CD4 akurat yang terendah (tidak harus
yang terakhir)
b) Penyakit yang paling parah yang pernah diderita apapun
kondisi klinis pasien sekarang

Daftar Pustaka

Alspach, Joann Grif. Core Curruculum For Critical Care Nursing, Edisi 6, Elsevier
Saunders, St. Louis. 2006

Anderson, Sylvia Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6,


Volume 1, EGC. Jakarta. 2005

Louise, (Alih bahasa: Julius E.Surjawidjaja), Buku Saku Imunologi Beorientasi


Pada Kasus Klinik Binarupa Aksara. Tanggerang. 2011

Nursalam, Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS, Salemba


Medika. Jakarta, 2007

Zulkoni, Akhsin, Parasitologi Untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan


Teknik Lingkungan, Nuha Medika. Yogyakarta. 2011

Workman, et al, Medical Surgical Nursing Critical Thinking for Collaborative


Care, Edisi 5, Volume 2. Elsevier Saunders, St. Louis. 2006

Anda mungkin juga menyukai