Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN A

Bagian Para Mad’u (Yang Menerima Dakwah). Adapun bagi para dai,
mempelajari sejarah bagi mereka dan mengingat-ingat kejadian-kejadian
sejarah sangat banyak manfaatnya agar senantiasa mendapat petunjuk dan
pegangan dalam pekerjaan mereka secara umum.
1). Sungguh sejarah Nabi SAW menumbuhkan dalam diri mereka harapan
yang luas takala mereka ditimpa musibah dan kelelahan serta berbagai
tantangan dan menyebabkan mereka tidak mudah menyerah dan memberi
semangat bagi mereka dalam beramal,dan hal itu ketika mereka mengingat
bahwa Rasulullah SAW menghadapi dunia seluruhnya yang penuh dengan
kesyirikan, kezaliman, dan permusuhan. Beliau menghadapi semua itu
dengan tetap sabar serta lemah lembut dan harapan luas….maka seluruh
dunia rendah di hadapannya, dan tunduk kepadanya siapapun dari
musuhnya. Tidak sampai 100 tahun sejak meninggal Rasullullah SAW dan
dakwah telah menyeluruh ke pelosok dunia, dan kalimat tauhid serta takbir
dikumandangkan di mana-mana dari batas Prancis sampai Cina. ”Allah Maha
Besar, Allah Maha Besar. Saya bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang hak
kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.
2). Sungguh sejarah Nabi SAW menjelaskan bagi para da’i tentang langkah-
langkah yang hendaknya ditempuh dalam dalam berdakwah, dangan
mencontoh Nabi SAW. Sungguh dakwah beliau di Madinah telah mendapat
sambutan yang berbeda dibandingkan dengan dakwah Beliau di Makkah.
3). Juga sejarah menjelaskan tentang hal-hal yang diutamakan dan jenjang-
jenjang kewajiban dan yang diharamkan, dan menjelaskan kepada mereka
hal-hal yang dengannya dimulai dakwah. Hal tersebut berhubungan dengan
aqidah. Rasulullah SAW sangat memperhatikan dan mengutamakan masalah
tauhid ketika berdakwah di Makkah dan memperingatakan tentang bahaya
syirik.
4). Sungguh sejarah menjelaskan kepada para dai sifat-sifat yang penting bagi
yang harus dimiliki oleh seorang dai, dan mengajak manusia kepadanya, dan
sifat-sifat yang penting itu adalah: ilmu, perencanaan, bertahap, kelembutan,
dan berdakwah dengan hikmah, dan nasehat yang baik, kasih sayang, merasa
bertanggung jawab, sabar, pendirian teguh, konsekwen dengan apa yang
didakwahkan, zuhud, merasa cukup, berani dalam berkata benar, dan sifat-
sifat yang lain yang insya Allah kita akan jelaskan dalam pembahasan ini.
Adapun manfaat sejarah bagi orang yang kita dakwahi ada beberapa hal:
1). Sesungguhnya tatkala mereka mendengar sejarah Nabi SAW maka hal itu
akan menumbuhkan kecintaan mereka kepadanya,dan cintanya bagi yang
telah menanamkan keimanan, Rasulullah bersabda: ”Demi Yang jiwaku
ditangan-Nya, tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga dia
mencintai saya melebihi cintanya kepada orang tua dan anaknya.” {HR:
Bukhari No 14, diriwayatkan dari Abu Hurairah. Diriwayatkan oleh Bukhari
dari Anas Radiyallahu ‘anhu dengan lafadz: ”Tidaklah beriman seseorang di
antara kamu sehingga dia mencintaiku melebihi cintanya kepada orang tua
dan anak serta seluruh manusia.” {HR: Bukhari No 15, dan Muslim No 44, dan
juga diriwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah. Kecintaan kepada
Nabi SAW sesuatu yang tetap ada dalam diri kaum muslimin walaupun
terkadang mereka jatuh ke dalam maksiat, dan hal ini menjadikan para dai
mengawasi dan memperhatikan mereka lebih baik lagi dan mereka banyak
mengambil manfaat.
2). Dengan mendengar sejarah Nabi akan membantu mereka untuk
mengikuti dan mencontohi Nabi Sallalahu ‘alaihi wasal lam.
3). Dengan mendengarkan sejarah Nabi menjadikan mereka terkesan dengan
kepribadian beliau dan sehingga berpengaruh nasehat.
4). Dengan mendengarkan sejarah nabi menjadikan kaum muslimin merasa
cukup dengan hukum-hukum yang dibawah oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi
wasllam yang mampu menyelesaikan segala permasalahan manusia.
5). Sejarah Nabi merupakan praktek dari dasar-dasar islam,dan menjadikan
sesuatu yang tidak nampak bisa dilihat dan dipraktekan dalam
kehidupan,maka hal tersebut menampakkan makna-makna yang mulia yang
dinginkan oleh para du’at di sebarkan kepada manusia.
6). Sejarah Nabi adalah kisah hidup manusia yng paling agung yang pernah
diketahui oleh manusia, merupakan kebiasaan manusia yang apabila
mendengar suatu kisah dan dia terkesan dengan kepahlawanan dalam kisah
tersebut maka dia akan berusaha mengikutinya, dan kisah sesuatu yang jiwa
cenderung kepadanya, dan kisah hidup Nabi Muhammad SAW yang telah
menumbuhkan kecintaannya pada hati-hati manusia sangat membekas dan
berpengaruh.
BAGIAN B
1. Proses dakwah secara diam-diam
Mula-mula Nabi Muhammad mengajarkan Islam atau berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Beliau hanya mengajarkan ke-Tauhidan kepada anggota
keluarga dan kerabat terdekat. Namun tidak banyak diantara kerabat beliau
yang menerima ajakan Nabi. Abu Thalib, paman beliau pun menyatakan tidak
sanggup meninggalkan agama nenek moyang mereka, yakni menyembah
berhala. Akan tetapi Abu Thalib tidak pernah menghalangi Rasulullah dalam
mengajarkan Islam, bahkan beliau pun mengecam keras orang-orang yang
menjadi penghambat dakwah Nabi.
Pada periode ini, tiga tahun pertama dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi mulai melaksanakan dakwah Islam di lingkungan
keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah. Kemudian Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar dan lain-lain. Pada proses ini, tidak lebih dari 12 orang yang
mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Mereka terkenal dengan julukan assa>biqu>n
al-Awwalu>n[1] (orang-orang yang pertama kali masuk Islam), mereka adalah
Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar as-Shiddiq, Zaid, Utsman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bi Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan al-Arqam bin Abil Arqam, yang
rumahnya di jadikan sebagai tempat berdakwah.
2. Proses Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah tiga tahun berjalan dakwah Islam secara diam-diam, maka
disuruhlah Nabi mengumumkan Islam dengan terang-terangan sebagaimana
difirmankan oleh Allah dalam surat asy-syu’ara’: 214. Berdasarkan ayat Allah
tersebut Nabi Muhammad mengajak kaum keluarganya, Bani Hasyim untuk
masuk Islam, akan tetapi mereka tidak menghiraukannya, bahkan pamannya
Abu Lahab mencemooh Nabi Muhammad sehingga turunlah surat al-Lahab.
Kemudian Rasulullah mengajak kaum Quraish untuk mengesakan Tuhan tiada
sekutu bagi-Nya, berdasarkan ayat yang turun dalam surat al-Hijr: 94 mereka
pun ada yang masuk Islam tetapi banyak pula yang menentanngnya.[2]
Setelah turun ayat ini, Rasulullah SAW, menyampaikan dakwahnya
kepada seluruh lapisan masyarakat kota Mekah yang pluralistik, dari golongan
bangsawan sampai golongan budak serta pendatang kota Mekah yang
mempunyai agama berbeda dan berbagai suku. Untuk berdakwah secara terang-
terangan ini, beliau mengambil bukit “shofa” sebagai tempat dakwahnya. Mula-
mulanya beliau menyeru penduduk Mekkah lalu kemudian penduduk negeri yang
lain. Dengan usahanya yang gigih. Hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah
pengikut nabi yang tadinya hanya dua belasan orang semakin hari semakin
bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan
orang-orang yang tidak punya.
Dalam mensyiarkan Islam, Nabi melakukannya dengan strategi yang
disesuaikan dengan peradaban dan cara berfikir bangsa Arab, yaitu:[3]
a. Nabi memperkenalkan tauhid kepada Allah sebagai pondasi kehidupan dalam
arti yang menyeluruh. Ajaran tauhid ini tidaklah sebagai konsep dan sebatas
bidang pengetahuan saja, tetapi tauhid yang fungsional dan terapan. Dalam arti,
setelah seseorang beriman kepada Allah, maka sekaligus sikap keimanan tersebut
diaplikasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari dan perjuangan membela
agama Allah.
b. Nabi menggunakan strategi pentahapan yang jelas. Dimulai dari dakwah di
lingkungan keluarga serta masyarakat sekitar yang mempunyai potensi untuk
dapat dipergunakan dalam membantu dakwah. Seperti Beliau mengajak Ali
putra pamannya, melibatkan Abu bakar sebagai mertua, mengawini Khadijah
yang setia dan kaya, serta Umar sebagai pemimpin Quraish yang sangat disegani.
Tahapan itu juga terlihat dalam bagaimana Beliau meyakinkan orang-orang
secara sembunyi-sembunyi (bi al-sirr), kemudian secara terang-terangan (bi al-
jahr) setelah keadaan dianggap memungkinkan untuk itu. Pentahapan itu juga
dapat dilihat pada usaha-usaha beliau memba’iat mereka yang ingin bergabung
dengan beliau, seperti tahapan perjanjian ‘Aqabah I yang diikuti oleh 12 orang
dari Madinah, serta perjanjian ‘Aqabah II yang diikuti oleh 73 orang dari kota
yang sama. Sehingga, dari pengikut yang sedikit tetapi kuat itu berkembang
menjadi banyak seperti mata rantai.
c. Nabi mendayagunakan berbagai macam sumber potensi sahabat secara efektif.
Sahabat yang mempunyai kekayaan lebih seperti Khadijah, Abu Bakar dan
Utsman untuk mendanai dakwah. Mereka yang mempunyai pengaruh besar di
kalangan Quraish seperti Umar bin Khattab dan Hamzah yang muslim, serta
Abdul Munthalib dan Abu Thalib yang non-muslim, menyiapkan diri untuk
menjadi perisai Nabi dari serangan musuh-musuh besarnya. Sebagian para
sahabat yang mempunyai kelebihan intelektualitas seperti Ali bin Abi Thalib,
Abdullah bin Mas’ud dan Zaid bin Tsabit berkhidmat dalam pengembangan
ilmu-ilmu agama (tafsir), serta Abu Hurairah menekuni periwayatan hadits-
hadits Nabi. Meskipun demikian, mereka juga bersatu mengangkat senjata
bersama Nabi manakala keadaan memaksanya, sebagaimana mereka ikut
berhijrah ketika hal itu menjadi keputusan Nabi melalui musyawarah.[4]

Tantangan Dakwah Nabi dalam strategi dakwah nabi

1. Faktor-faktor yang mendorong kaum Quraish menentang seruan Islam


Seruan kepada agama Islam mula-mulanya adalah secara rahasia,
sebagaimana telah diterangkan di atas. Hal ini telah diketahui Quraish, akan
tetapi dalam fase seruan dengan cara rahasia ini Quraish tidak
memperdulikannya, karena mereka sungguh tidak mengira bahwa seruan itu
akan hidup dan kuat, dan akan dianut oleh orang banyak. Kemudian setelah
Rasulullah mulai menyeru dengan terang-terangan, maka kaum Quraish
menyatakan tantangannya terhadap agama baru itu. Dan mereka coba hendak
membunuh agama ini dengan cara apapun.
2. Fase-fase tantangan Quraish terhadap agama Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraish belumlah mencurahkan
perhatiannya untuk menentang agama Islam. Mereka mengira bahwa seruan
Muhammad itu hanya satu gerakan yang berapa lama tentu akan lemah dan
lenyap dengan sendirinya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka melihat
bahwa seruan itu dengan cepat telah memasuki rumah tangga mereka; dan
hamba sahaya mereka yang dahulunya mereka anggap derajatnya tidak lebih dari
harta benda, telah menerima dengan baik seruan yang baru itu. Karena itu,
mereka cepat mencurahkan perhatian menentang.
Pertama sekali, mereka menghalangi hamba-hamba sahaya dan orang yang
lemah. Kalau Muhammad bebas mengatakan apa yang diingininya, tetapi hamba-
hamba sahaya menurut pandangan mereka tidaklah bebas atas jasmani dan
rohani mereka sendiri. Karena itu Yasir dan puteranya ‘Ammar serta istrinya
Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab ibnul Aris dan lain-lain menderita siksaan
yang berat, di luar perikemanusiaan.[5]
Akan tetapi Nabi sendiri pada fase ini tiada dapat mereka siksa, karena
Bani Hasyim mempunyai kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka. Dan
Rasul sendiri mendapat penjagaan dari Abu Thalib paman beliau. Akan tetapi
setelah seruan Nabi bertambah tersiar, dan beberapa orang bangsawan Quraish
telah mulai memperkenankan seruan itu, maka pengaruh seruan itu semakin
bertambah jelas.
Perlawanan kaum Quraish pun makin tambah menjadi-
jadi pula. Perlawanan itu tidak hanya dihadapkan kepada
hamba sahaya dan orang-orang yang lemah, tetapi, mulai pula
dihadapkan kepada seluruh penganut-penganut agama baru
itu. Malah Nabi sendiri pembawa agama baru itu, tiadalah lepas
dan dikecualikan dari tantangan mereka. Nabi mereka tuduh
mengadakan perpecahan antara orang-orang dengan keluarga
dan hamba-hamba sahayanya, serta menghasut pemuda-
pemuda yang menjadi pengikutnya, menghinakan nenek
moyang mereka dan dewa-dewa yang mereka sembah.

Anda mungkin juga menyukai