Artikel Jurnal Internasional
Artikel Jurnal Internasional
E-Mail: laurensiuskianbera@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kata Kunci: strategi pembelajaran kontekstual, ekologi language exposure, motivasi belajar,
kosa kata
I. PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan di Indonesia disinyalir oleh banyak kalangan masih belum
memuaskan. Penyebabnya beragam, tidak tunggal. Namun, salah satu penyebab
utamanya adalah pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang kurang tepat.
Paradigma pembelajaran yang dianut guru nampak dalam cara guru tersebut menata
pembelajaran. Kebanyakan guru hanya menerapkan strategi pembelajaran yang sudah
biasa, termasuk strategi pembelajaran langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
secara umum pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah memiliki ciri-ciri
pembelajaran sebagai berikut: (1) pembelajaran lebih mementingkan hasil daripada
proses sehingga belajar menjadi kurang menggairahkan; (2) pola interaksi yang terjadi di
dalam kelas masih berpusat pada guru yang menyebabkan siswa tidak aktif, tidak kreatif
dan cenderung malas untuk belajar; (3) guru dalam proses pembelajaran belum banyak
memberikan ruang dan waktu bagi siswa untuk mengekspresikan dan mendemonstrasikan
kemampuan dan hasil belajar yang mereka peroleh; (4) strategi pembelajaran kurang
variatif sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar; (5) medan paparan bahasa Inggris
untuk siswa masih sangat terbatas.
Secara lebih spesifik, Kolo (2013) mengatakan ada dua masalah klasik yang sering
ditemukan, yaitu (1) kurangnya situasi dimana siswa terekspos kepada bahasa Inggris
selain pada jam-jam pelajaran, dan (2) terjadinya distorsi pada interaksi antara komponen-
komponen terkait, misalnya kompetensi dan dedikasi guru bahasa Inggris yang kurang
memadai. Lebih lanjut dikatakan, setelah jam pelajaran bahasa Inggris, siswa praktis tidak
lagi bersentuhan atau melakukan kontak dengan bahasa Inggris, baik langsung atau tidak
langsung. Guru bahasa Inggris pun berurusan dengan bahasa Inggris hanya pada saat
mengajar atau ketika mempersiapkan pelajaran. Dengan demikian, pemerolehan bahasa
(acquistion) hanya terjadi pada saat pembelajaran di kelas. Padahal berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di kelas yang hanya
memakan waktu beberapa jam seminggu hanya dapat memungkinkan siswa menguasai
antara 30%-50% dari target belajar yang ditetapkan dalam kurikulum (Barrows and
Tamblyn, 1980). Oleh karena itu perlu dicari strategi-strategi pembelajaran yang mampu
menyediakan lebih banyak medan paparan bahasa Inggris bagi siswa. Salah satunya
adalah strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure.
Menurut Blanchard, Bern dan Erickson dalam Komalasari (2013: 6), pembelajaran
kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu menghubungkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ada
tujuh komponen utama pembelajaran yakni: kontruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menyelidiki (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic
assessment).
Landasan filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme (Glasersfeld,
1989, Bandura, 1971) yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari
guru ke siswa seperti halnya mengisi botol kosong, sebab otak siswa tidak kosong
melainkan sudah berisi pengetahuan hasil pengalaman-pengalaman sebelumnya. Siswa
tidak hanya ”menerima” pengetahuan, namun ”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya
melalui proses intra-individual (asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual (interaksi
sosial). Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan merupakan pendekatan yang sama
sekali baru. Dasar pembelajaran kontekstual sudah dikembangkan oleh John Dewey sejak
tahun 1916.
Strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure adalah
pembelajaran yang berlangsung di arena-arena paparan yang dilakukan siswa secara
terstruktur dan berkelanjutan dalam satu siklus kegiatan. Kontak dengan bahasa Inggris
yang dilakukan siswa secara aktif, meluas dan berkelanjutan diyakini akan membantu
siswa meningkatkan keterampilan bahasanya baik pada aspek reseptif (menyimak dan
membaca) maupun pada aspek produktif (berbicara dan menulis). Strategi pembelajaran
ini memiliki 3 komponen yakni guru, medan paparan, dan proses pembelajaran, yang
ketiga-tiganya berada dalam satu ekologi. Kekuatan language exposure dalam 3
komponen ini sangat menentukan tingkat pemerolehan bahasa Inggris yang sedang
dipelajari. Siswa belajar dalam suasana yang bebas, kontektual dan konstruktivistik
sehinga mereka lebih kreatif, inovatif dan berani mengekspresikan dan
mendemonstrasikan kemampuan yang diperoleh dalam pembelajaran.
Sebaliknya, dalam pembelajaran langsung guru memindahkan informasi atau
keterampilan langsung kepada siswa dengan menata waktu untuk mencapai beberapa
tujuan yang sudah ditentukan seefisien mungkin. Partisipasi, keaktifan siswa, dan
lingkungan belajar siswa kurang mendapat perhatian. Medan paparan bahasa sangat
terbatas. Tidak ada papan pajangan di dalam kelas dimana siswa dapat memajang hasil
karyanya, tidak ada ‘English Corner’ dimana siswa dapat membaca ceritra/komik,
bermain game, atau mencari kata sulit dalam kamus.
Motivasi belajar juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Heckausen (dalam Djaali, 2000) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah
suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa sehingga ia berusaha atau berjuang untuk
meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas. Sedangkan
Atkinson (dalam Djaali, 2000) mengatakan bahwa pada seseorang yang mempunyai
motivasi belajar tinggi harapan akan kesuksesan selalu mengalahkan rasa takut akan
kegagalan. Ia selalu merasa optimis sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk berhasil.
Motivasi belajar adalah daya penggerak psikis di dalam diri pelajar yang menimbulkan
kegiatan belajar. Suatu hasil berkaitan erat dengan harapan.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 11 Kupang, dengan tujuan: 1) Menguji
perbedaan penguasaan kosa kata bahasa Inggris antara siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi
language exposure dan yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi
pembelajaran langsung. 2) Menguji perbedaan penguasaan kosa kata bahasa
Inggris antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki
motivasi belajar rendah. 3) Menguji interaksi antara strategi pembelajaran
(kontekstual berbasis ekologi language exposure dan pembelajaran langsung) dan
motivasi belajar terhadap penguasaan kosa kata bahasa Inggris.
Hasil
Dari pengujian hipotesis yang menggunakan analisis varians (ANOVA),
diperoleh hasil analisis data seperti yang tersaji pada tabel berikut.
Hasil analisis data menunjukkan: 1) Ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan
kosa kata bahasa Inggris antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi
pembelajaran kontekstual berbasis language exposure dan yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran langsung. Hal ini dapat dilihat dari rasio F hitung sebesar 12,886 dan nilai
signifikansi probability sebesar 0,001. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05
(p<0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. 2) Ada perbedaan yang signifikan dalam
penguasaan kosa kata bahasa Inggris antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dan yang
memiliki motivasi rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rasio F sebesar 183,738 dan nilai
signifikansi probability sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05
(p<0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. 3) Rasio F hitung untuk interaksi antara kedua
variabel adalah 2,250 dengan nilai probability sebesar 0,141. Taraf signifikansi ini lebih besar
dari 0,05, dan oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran (pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure dan
pembelajaran langsung) dan motivasi belajar (tinggi-rendah) terhadap penguasaan kosa kata
bahasa Inggris siswa.
Pembahasan
Pertama, analisis data secara deskriptif maupun statistik membuktikan bahwa terdapat
perbedaan penguasaan kosa kata bahasa Inggris antara siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure dan
yang dibelajarkan lewat strategi pembelajaran langsung. Hasil belajar siswa dalam kelas
pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure lebih baik (mean = 72, 17)
dari pada siswa dalam kelas pembelajaran langsung (mean = 67, 17). Ini berarti, penggunaan
strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure lebih berpengaruh
terhadap penguasaan kosa kata bahasa Inggris dari pada strategi pembelajaran langsung.
Dengan kata lain, strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure lebih
efektif dalam pembelajaran bahasa Inggris, terutama berkaitan dengan pembelajaran kosa
kata, daripada strategi pembelajaran langsung.
Peningkatan penguasaan kosa kata bahasa Inggris lewat strategi pembelajaran
kontekstual berbasis ekologi language exposure seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini
dimungkinkan karena secara teori strategi pembelajaran ini selalu memperhatikan prinsip dan
karakteristik kontekstual yang lebih menekankan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Melalui prinsip kontekstual, guru selalu mengaitkan materi pembelajaran
dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, maupun dengan alam sekitar. Dengan demikian, siswa
diharapkan mampu menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan apa yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sanjaya (2007: 253),
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang
menekankan keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.
Seperti yang dipaparkan pada bagian sebelumnya, pembelajaran kontekstual berbasis
ekologi language exposure terdiri dari beberapa komponen; (1) guru, dalam hal ini
kemampuan pedagogis dan kemampuan profesional; (2) arena paparan, yang mencakup tatap
muka, pajangan, pengayaan, dan ulangan; (3) proses, yang mencakup memperkenalkan
materi baru, membuat ringkasan, memberikan tugas mandiri, dan membuat ulangan.
Komponen-komponen ini bersinergi dalam satu ekologi yang harmonis (ekologi language
exposure) yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap penguasaan kosa kata bahasa
Inggris. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan dan perluasan medan paparan
bahasa (language exposure) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan kosa
kata bahasa Inggris. Hal ini tidak terlepas dari harmoni dan perpaduan antara tiga komponen,
yaitu guru, arena paparan, dan proses.
Pola pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure adalah pola
pembelajaran yang menekankan keragaman dan kreativitas. Siswa belajar berbeda dengan
yang lain, berlomba-lomba memajang hasil kerjanya di papan pajangan. Situasinya berbeda
dengan apa yang terjadi pada kebanyakan sekolah-sekolah sekarang ini, dimana siswa duduk
teratur dan sopan mendengar apa yang disampaikan guru. Degeng (2014) mengatakan apabila
pola pembelajaran yang menekankan pola pikir keseragaman masih dipertahankan, maka
tidak akan pernah ada tempat untuk mengembangkan daya cipta karya dan karsa belajar.
Data teoritis maupun empiris sebelumnya memperkuat hasil penelitian ini, terutama
menyangkut peran language exposure dalam pembelajaran bahasa. Briere (1978)
menemukan bahwa “the amount of exposure to the target language in formal and informal
situations influence second language acquisition”. Dalam pandangan yang hampir sama,
Carrol (1972) mengatakan “the more exposure to the target language, the greater the success
of students in proficiency test”. Krashen (1985) dalam penelitiannya menemukan bahwa
meaningful exposure terhadap bahasa yang sedang dipelajari sangat penting. Pandangan-
pandangan ini menegaskan bahwa medan paparan bahasa, baik di situasi formal maupun
informal, sangat mempengaruhi hasil pembelajaran bahasa seseorang. Semakin banyak dan
luas medan paparan Bahasa, semakin besar keberhasilan seseorang dalam mempelajari
bahasa itu.
Di sisi lain, pembelajaran langsung kurang berpengaruh terhadap penguasaan kosa
kata bahasa Inggris. Hal ini disebabkan karena strategi pembelajaran ini lebih berpusat pada
guru. Medan paparan bahasa Inggris pun sangat terbatas. Walaupun guru yang sama
mengajar pada kedua kelompok tersebut, guru yang bersangkutan berpedoman pada skenario
pembelajaran yang berbeda. Pada kelas yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
langsung guru lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Ruang
kelas tidak dilengkapi dengan papan pajangan dan English Corner. Dengan demikian, tingkat
pemerolehan bahasa Inggris menjadi terbatas pula.
Kedua, analisis data secara deskriptif maupun statistik membuktikan bahwa terdapat
perbedaan penguasaan kosa kata bahasa Inggris antara siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi dengan yang memiliki motivasi belajar rendah. Hasil belajar siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi lebih baik (mean = 78, 20) dari pada hasil belajar siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah (55, 77).
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sheeraz (2016), dan Tella (2007). Hasil penelitian Sheeraz (2016) membuktikan bahwa
kategori motivasi belajar memiliki dampak atau pengaruh terhadap kemampuan akademik
siswa, dimana kemampuan akademik mengalami peningkatan sesuai dengan kategori
motivasi belajar. Tella (2007) membuktikan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah.
Ketiga, hasil analsis data membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran (kontekstual berbasis ekologi language exposure dan strategi pembelajaran
langsung) dan motivasi belajar terhadap penguasaan kosa kata siswa kelas VII SMP Negeri
11 Kupang pada mata pelajaran bahasa Inggris. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua
variabel (strategi pembelajaran dan motivasi belajar) memberikan pengaruh yang sama kuat
secara terpisah. Hair dkk (1995) mengatakan bahwa pengaruh utama strategi pembelajaran
dan motivasi belajar terhadap hasil belajar berdampak pada lemahnya pengaruh interaksi
antara kedua variabel itu terhadap hasil belajar. Ini dipertegas lagi oleh DeCaro dkk (2013)
yang menemukan bahwa pengaruh utama yang kuat akan melemahkan pengaruh interaksi.
Lebih lanjut, walaupun dalam topik dan bidang ilmu yang berbeda, Ifamuyiwa dkk (2012)
yang melakukan penelitian terhadap penggunaan strategi pembelajaran pemecahan masalah
pada siswa sekolah menengah atas untuk pelajaran matematika menemukan bahwa tidak ada
pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan jenis kelamin terhadap hasil belajar.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu lainnya. Billing (2013)
membuktikan bahwa tidak terjadi interaksi antara strategi pembelajaran dengan motivasi
belajar. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Tan (2011) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran tidak memiliki interaksi yang kuat dengan motivasi belajar terhadap perolehan
hasil belajar. Sedangkan hasil penelitian Sujarwo (2013) menunjukkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar. Prayekti
(2015) mengungkapkan bahwa tidak terjadi interaksi antara model pembelajaran problem
based learning versus pembelajaran langsung dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar.
Namun, ada juga penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil yang bertentangan.
Harahap (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada interaksi antara penggunaan
media pembelajaran berbasis web dalam pembelajaran langsung dengan aktivitas belajar
dalam mempengaruhi hasil belajar Kimia. Hadi (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa ada interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi terhadap hasil belajar
pemahaman konsep.
IV. KESIMPULAN
Strategi pembelajaran kontekstual berbasis llanguage exposure dan strategi pembelajaran
langsung terbukti memberi pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan kosa kata bahasa
Inggris. Sama halnya, motivasi belajar siswa juga mempengaruhi penguasaan kosa kata
bahasa Inggris. Namun demikian, ketika kedua variable ini berinteraksi, terbukti tidak ada
pengaruh terhadap hasil belajar kosa kata bahasa Inggris. Disarankan agar guru-guru bahasa
Inggris menerapkan strategi pembelajaran kontekstual berbasis ekologi language exposure
yang sudah terbukti menyediakan lebih banyak medan paparan bahasa Inggris yang akhirnya
berdampak pada peningkatan hasil belajar bahasa Inggris. Disamping itu, guru-guru bahasa
Inggris perlu meningkatkan peranya sebagai motivator bagi siswa, terutama dalam
mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing, bahasa yang menurut kebanyakan siswa
sulit untuk dipelajari.
DAFTAR RUJUKAN
Ajileye, S. 2011. “The Effect of Exposure to English Language Activities Outside The
classroom on written English: A Study of Selected Secondary Schools in Ilorin.”
The Modern Language Journal. Vol. 78. No. 3. 273-278
Allen, M. dan Yen, W. M. 1979. Introduction to Measurement Theory. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
Arends, R.I. 2004. Learning To Teach (Terjemahan, 2008 - Buku 2 Edisi Ketujuh).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Atkinson, J.W. 1964. An Introduction to Motivation. New Jersey: D. Van Nostrand Company
Inc.
Aydin, F., and Coskun, M., 2011. Secondary School Students’ “achievement motivation”
towards geography lessons. Archives of Applied Sciences Research, 3 (2) 121-134.
Barrows, H.S., & Tamblyn, R. 1980. Problem-Based Learning. New York, NT: Springer
Bloom, B.S. 1959. Taxonomy of Educational Obejctives, Hand book cognitive. Newyork:
David Domain, McKay Group Inc.
Briere, J. E. 1978. “Variable Affecting native Mexican Children learning Spanish as a Second
Language”. Language Learning, Vol. 28, No. 1.
Brookhart, S.M dan De Voge, J.G. 2000. Classroom assessment, student motivation and
achievement in elementary and middle school. Makalah disajikan pada the Annual
Meeting of the American Educational Research Association, New Orleans Los Angeles,
24-28 April.
Brown, H. D. 2007. Principles of Language Learning and Teaching 5th ed. Pearson
Education Ltd
Brown, H. D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching 3rd ed. Person Education
Ltd.
Curtis. S, Fromkin V., Krashen, S., Rigler D., dan Rigler, M. 1974. “The Lingusitic
Development of Genie”. Language. Vol. 50, No. 3, 528-554.
DeCaro, D.A., DeCaro, M.S, Johnson, B.R. (2013). Achievement Motivation and Strategy
Selection during Exploratory Learning. Departement of Psychology and Human
Development. Vanderbilt University Nashville. USA: 370-375.
Deci, E. L., dan Ryan, R. M. 1985. Intrinsic Motivation and Self-Determination in Human
Behavior. New York: Plenum.
Degeng, I. N. S. 2000b. Bahan Ajar Metodologi Penelitian. Bahan Ajar tidak diterbitkan.
Degeng, I N.S. 2013. Ilmu Pembelajaran, Klasifikasi Variabel untuk Pengembangan Teori
dan Penelitian. Bandung: Kalam Hidup
Ely, D.P. & Gerlach, V. S. 1971. Teaching and Media: A Systematic Approach. New Jersey:
Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs
Emzir. 2012. Metodologi Peneltian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (edisi revisi).
Jakarta: Rajawali Press.
Foeh, Y., Marhaeni, dan I. N. Jampel. 2015. Pengaruh model Pembelajaran Kontekstual
terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen dengan Kovariabel Motivasi
Belajar dan Sikap Religius Pada Siswa Kelas XI SMA N 7 Kupang Tahun Pelajaran
2014/2015. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)
Gardner, R. C. 1985. Social Psychology and Second Language Learning: The Role of
Attitudes and Motivation. London: Edward Arnold
Gardner, R. C. dan Lambert, W.E. 1972 Attitudes and Motivation: Second Language
Learning. Newbury House
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponogoro
Graves, M. 2006. The Vocabulary Book: Learning and Instruction.Newark, DE: International
Reading Association.
Guvenc, H. 2010. The Effect of Cooperative Learning and Learning Journal on Teacher
Candidates’ Self-Regulated Learning. Educational Sciences; Theory and Practice, 10
(3), 1447-1487.
Hair, J.F., Anderson, R.E., Tantham, R.L., dan Black, W.C. (1995). Multivariate Data
Analysis with Reading. Fourth Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Hamayan, E., Genesee, F., dan Tucker, G.R. 1977. Affective Factors and Language Exposure
in Second Language Learning. Language Learning, 27: 225-241
Harmer, J. 1991. The Practice of English Language Teaching. London: Longman Group UK
Limited
Ifamuyiwa, A.S., dan Ajilogba, S.I. (2012). A Pemecahan Masalah Model as Strategy for
Improving Secondary School Students’ Achievement and Retention in Further
Mathematics. ARPN Journal of Science and Technology. 2 (2).
Johnson, E. B,. 2002. Contextual Teaching and Learning. Thousand Oaks, California:
Corwin Press, Inc. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Joyce, B., Weil, M.,& Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. (Terjemahan oleh Achmad
Fawaid dan Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kirschenbaum, H. 1995. 100 ways to enhance values and morality in schools and youth
settings. Massachusetts : Allyn & Bacon
Kolo, C. 2013 “Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Ekologi Language Exposure”,
Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka Purnabakti Prof. Dr. A M Mandaru,
M.Pd,. Hlm. 38-48. Yogyakarta: Indie Book Corner
Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika
Aditama
Kristian. 1995. Pengaruh Metode Mengajar dan Motivasi Belajar terhadap perolehan Belajar
Ilmu Ukur Tanah. Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Penelitian. 3 (1-2),
45-50.
Lee, H.W, & Liu C.H. 2009. The Relationship among Achievement Motivation,
Psychological Contract and Work Attitudes. Social behavior and Personality
Research, 37 (3): 321-328
McClelland, D.C. 1969. Methods of Measuring Human Motivation dalam J.W. Atkinson
(ed), Motive in Fantasy, Action, and Society. New Jersey: Prenciston.tudent.
Moore, K. D. 2005. Effective instructional metodees: from theory to practice. thousand oaks,
CA: Sage Publications, Inc.
National Institute of Child Health and Human Development. 2000. Report of the National
Reading Panel. Teaching Children to Read: An evidence-based assessment of the
scientific research literature on reading and its implications for reading instructions.
(NIH Publication No. 00-4769). Washington, DC: U.S. Government Printing Office.
Nunan, D. 2005. Designing Tasks for the Communicative Classrom. UK: Cambridge
University Press
Panjaitan, B. 1997. Pengaruh Interaktif antara Pemberian Balikan dan Motivasi Berprestasi
terhadap Perolehan Belajar. Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori, dan Penelitian. 5
(1): 35-40
Pasific Resources for Education and Learning (PREL). 2008. Pacific CHILD teaches manual.
Honolulu: Author
Prayekti. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning Versus Ekspositori Dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Kelas XI. Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Aplikasinya. Sabtu, 21 November 2015.Bale Sawala Kampus
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Rosenshine, B., Meister, C., dan Chapman, S. 1996. Teaching Students to Generate
Questions; A review of Intervention Studies. Review of Educational Research, 66, 181-
221.
Salkind, N. J. 2006. Exploring research 6th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Santoso, S. 2004. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Santrock, J. W. 2004. Educational Psychology, 2nd Edition. New York: McGrow Hill
Company.
Seels, B. B. & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology; The Definition and Domains of
Field. Washington: Association for Educational Communication and Technology.
Semiawan, C. 2000 “Relevansi Kurikulum Pendidikan Masa Depan”, dalam Sindhunata (ed)
Membuka Masa Depan Anak-anak Kita, Jogjakarta: Penerbit Kanisius, hlm. 19-31.
Sharan, S. dan Shaulov, A. 1990. Cooperative Learning, Motivation to Learn, and Academic
Achievement. Cooperative Learning: Theory and Research (hlm. 173-202). New
York: Praeger.
Slavin, R. E. 1997. Educational psychology: Theory and Practice, 5thEd . Boston: Allin and
Bacon
Slavin, R. E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice, 6th Edition. Boston: Allin
and Bacon.
Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice, 8th Edition. Johns Hopkins
University: Pearson Education International.
Spires, H. A. Eric W, Carl A. Y., Karen H, dan John K. L. 2009. Toward a New Learning
Ecology: Teaching and Learning in 1:1 Learning Enviroments. Friday Institute White
Paper Series Number One April 2009. Diunduh 19 Mei 2014, dari
www.fi.ncsu.edu/whitepapers
Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Cetakan XIII. Bandung: CV. Alfabeta.
Sujarwo. 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Ekspositori terhadap
Hasil Belajar Sosiologi pada Siswa SMA yang Memiliki Tingkat Motivasi Berprestasi
dan Kreativitas Berbeda. Disertasi UNM Malang.
Sumarna, S. 2004 Peningkatan Pendidikan MIPA dalam Master Plan Pendidikan Indonesia
2005-2009, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, 2 Agustus 2004, Kerjasama FMIPA UNY, Dirjen Dkti Dpediknas,
dan IMSTEP-JICA.
Warsono & Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif, Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.
Zamroni, (2000) Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.