Anda di halaman 1dari 1

Orang yang Syahid Tidak Dimandikan

Para Fuqaha berpendapat bahwa orang yang dibunuh oleh orang-orang musyrik didalam suatu
peperangan atau dirinya didapati mati di lokasi pertempuran dan terdapat bekas-bekas luka atau
darah maka ia tidaklah dimandikan berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Tutupi mereka beserta
luka-luka dan darah mereka serta tidak usah kalian mandikan mereka.”. Tidak terdapat
perbedaan didalam permasalahan ini kecuali apa yang diriwayatkan dari al Hasan dan Said bin al
Musayyib. (Al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II 9360)

Para ulama Syafi’i mengharamkan memandikan dan menshalatkan orang yang mati syahid
dikarenakan orang itu hidup menurut nash Al Qur’an dan apa yang diriwayatkan dari Jabir
bahwa Nabi saw memerintahkan terhadap orang-orang yang terbunuh dalam perang uhud untuk
dikuburkan dan tidak dimandikan serta tidak dishalatkan.” Dan banyak lagi informasi yang
mutawatir bahwa Nabi saw tidak menshalatkan mereka dan bersabda terhadap orang-orang yang
terbunuh didalam perang Uhud,”Tutupi mereka beserta darah-darah mereka.”

Bisa jadi tidak dimandikan dan dishalatkannya orang-orang yang dibunuh oleh kelompok
musyrikin agar mereka bertemu Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung dengan disertai
luka-luka mereka, sebagaimana sabda Rasulullah saw bahwa bau luka-luka (mereka) seperti bau
kesturi dan warnanya adalah warna darah.”…

Hikmah dalam hal ini adalah membiarkan bekas-bekas syahadah yang ada pada mereka dan
sebagai penghormatan kepada mereka sehingga mereka tidak membutuhkan doa sekelompok
orang. Didalam sebuah hadits bahwa Nabi saw bersabda,”Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai
Allah swt daripada dua tetes dand ua buah bekas. Tetes air mata karena takut kepada Allah dan
tetes darah yang tertumpah di jalan Allah. Bekas di jalan Allah dan bekas dalam melaksanakan
suatu kewajiban Allah.” (Al Mausu’ah al fiqhiyah juz II hal 9359)

Anda mungkin juga menyukai