Anda di halaman 1dari 14

41

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai tinjauan kasus Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. M di Ruang Arjuna dengan perilaku kekerasan di
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta yang telah dilaksanakan
pada tanggal 3-6 mei 2017, meliputi pengkajian, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian.
Pengkajian pada Tn. M dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2017 di
bangsal Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta. Data
diperoleh melalui wawancara dan observasi klien, perawat dan rekam medik
klien, meliputi: Identitas klien, riwayat keperawatan, konsep diri, fokus
pengkajian dan terapi medik. Dari hasil pengkajian diperoleh nama klien Tn.
M, berumur 51 tahun, berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD,
klien tidak bekerja, alamat klien Dusun Gatak, Tengaran, Semarang, klien
masuk rumah sakit jiwa daerah dr. Arif Zainudin Surakarta tanggal 12 april
2017 dengan nomor registrasi 082XXX. Penanggungjawab klien adalah Tn.
M berumur 48 tahun, berjenis kelamin laki-laki, alamat Dusun Gatak,
Tengaran, Semarang, berhubungan dengan klien sebagai adik kandung.
Riwayat keperawatan: klien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif
Zainudin Surakarta, kurang lebih satu minggu sebelum masuk rumah sakit
klien perilaku berubah menjadi sering marah-marah, memukul orang lain,
membanting benda yang ada disekitarnya seperti gelas, menggebrak meja,
sering berkata kasar dan kotor. Pagi hari SMRS jam 8 klien berkata-kata
kotor lewat toa masjid mengatakan bahwa akan membunuh serta mengumpat
orang-orang yang pernah menghinanya, klien mengatakan mengamuk di
masjid.
Lalu pada tanggal 12 April 2017 jam 10 pagi oleh keluarganya klien
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta
42

menggunakan mobil. Saat tiba di IGD, klien marah-marah, berkata kasar,


klien tangan mengepal, klien mencoba melepaskan diri, klien mengatakan
ingin membunuh orang lain.
Faktor predisposisi, Klien mengatakan pernah mengalami gangguan
jiwa 4 kali yaitu pertama klien masuk Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif
Zainudin Surakarta tahun 1998 karena halusinasi pendengaran klien
mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk membunuh oranglain. Kedua
tahun 2005 karena perilaku kekerasan klien memukuli orang tuanya karena
selalu memaksa klien menuruti kemauan orang tuanya. Ketiga tahun 2010
karena perilaku kekerasan, klien memukuli orang lain karena merasa diejek
tidak mempunyai pekerjaan dan diejek tidak becus mengurus rumah tangga.
Keempat 2014 karena perilaku kekerasan, klien mengamuk dan memukuli
kakaknya karena memaksa klien untuk minum obat (klien mengatakan malas
dan bosen minum obat). Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena klien
mengatakan jika sudah keluar dari RSJ klien tidak mau minum obat. Klien
mempunyai pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan klien waktu
kecil pernah dipukuli oleh bapaknya karena bermain api lalu api mengenai
tangan adik perempuannya. Klien tidak ada aniaya seksual, tidak ada
penolakkan, klien pernah melakukan tindakan kriminal yaitu mencuri uang
tetangganya, lalu klien dipukulin warga, tidak dipenjara. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Faktor presipitasi, Klien mengatakan ingin merasa marah-marah,
ingin memukul orang lain karena klien merasa hidupnya tidak sesuai apa
yang diinginkannya, klien mengatakan kakak dan tetangganya tidak
menyukainya, klien mengatakan tetangganya saat bertemu dengan klien
meludah dan klien merasa dihina, klien mudah tersinggung, klien mengatakan
kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit tidak minum obat.
Pemeriksaan fisik: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit,
respirasi 20 x/menit, suhu 36,6˚C, tinggi badan 158 cm, berat badan 55 kg.
Klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik seperti nyeri atau luka.
43

Konsep diri: Gambaran diri: klien mengatakan tidak ada masalah


dalam tubuhnya, klien menyukai seluruh bagian tubuhnya tetapi paling suka
dengan tangannya karena klien merasa tangannya kuat; Identitas: klien
mengatakan bernama Tn. M umur 51 tahun, berjenis kelamin laki-laki, sudah
menikah, tidak bekerja, pendidikan terakhir SD, klien pernah bekerja sebagai
tukang bangunan 10 tahun yang lalu, dan klien mempunyai 1 orang anak laki-
laki berumur 16 tahun; Peran: klien adalah kepala keluarga sekaligus sebagai
ayah di keluarganya, di masyarakat klien sebagai anggota masyarakat biasa;
Ideal diri: klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas di rumah;
Harga diri: klien mengatakan mudah tersinggung, klien tidak suka jika ada
orang lain yang menganggap remeh, klien sepulang dari Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta ingin berinteraksi seperti biasanya.
Hubungan sosial: Orang yang berarti: klien mengatakan orang yang
berarti adalah adik laki-lakinya, karena selama klien sakit yang perhatian
hanya adik laki-lakinya; Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat:
klien mengatakan adalah anggota masyarakat biasa dan jarang mengikuti
kegiatan di masyarakat seperti arisan bapak-bapak dan kerja bakti; Hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan tidak ada hambatan
hubungan dengan oranglain.
Spiritual: Nilai dan keyakinan: klien mengatakan beragama islam;
Kegiatan ibadah: klien sebelum sakit sholat 5 waktu dan selama sakit tidak
pernah sholat.
Status mental: Penampilan: klien tidak memakai pakaian dari rumah
sakit, klien memakai kaos dan celana jeans, memakai topi, kucel, rambut
tidak disisir; Pembicaraan: klien kooperatif, pembicaraan jelas dengan nada
menyesuaikan topik pembicaraan tetapi cenderung tinggi, klien mampu
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan mau bercerita
mengenai masalah yang terjadi sebelum klien di rawat di Rumah Sakit;
Aktivitas motorik: klien tampak duduk menonton tv dan kadang duduk di
pojokan; Alam perasaan: klien mengatakan biasa saja dengan keadaannya
tetapi terkadang klien ingin cepat pulang; Afek: klien tidak tampak
44

menunjukan emosi yang berlebihan, klien menunjukan emosi dan roman


muka yang sesuai dengan stimulus yang ada; Interaksi selama wawancara:
klien kooperatif, menjawab setiap pertanyaan dengan jelas, kontak mata klien
cukup lama; Persepsi: saat dikaji klien mengatakan tidak ada masalah, tidak
mendengar suara-suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk melukai orang
lain/menghancurkan barang, tidak pernah melihat, mengecap, penghiduan dan
perabaan; Proses pikir: sirkumtansial, klien berbicara secara terbelit-belit
tetapi yang dibicarakan sampai pada tujuan; Isi pikir: saat dikaji klien
mengatakan curiga dengan orang jawa timur yang ingin mendekati istrinya;
Tingkat kesadaran: saat di kaji klien tidak terjadi disorientasi waktu dan
tempat, klien mengatakan sedang berada di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
dan masuk RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta tanggal 12 april 2017; Memori:
saat dikaji klien tidak terjadi gangguan memori, bisa mengingat semua
peristiwa yang dialaminya; Tingkat konsentrasi berhitung: saat dikaji klien
dapat menghitung dari angka 1-10, tingkat konsentrasi klien sederhana;
Kemampuan penilaian: saat dikaji klien mampu menilai dirinya walaupun
lamban, memilih makan terlebih dahulu sebelum minum obat; Daya tilik diri:
saat dikaji klien menyalahkan hal-hal diluar dirinya seperti orang lain yang
membuatnya merasa marah.
Discharge plan: Makan: Klien makan sesuai menu dari rumah sakit 3
kali sehari pukul 05.00, 12.00, 18.00. Klien makan dengan bantuan minimal;
BAB/BAK: Klien melakukannya sendiri secara mandiri; Mandi: Klien mandi
sendiri dengan bantuan minimal; Berpakaian/berhias: Klien melakukannya
sendiri dengan bantuan minimal; Istirahat/tidur: Klien istirahat dan tidur klien
pules dengan tidur siang pukul 12.15 WIB s/d pukul 15.00 WIB dan tidur
malam pukul 21.00 WIB s/d 05.00 WIB, kegiatan sebelum tidur malam
biasannya klien mencoret-coret dinding dengan tulisan atau gambar, kegiatan
setelah bangun tidur klien makan pagi; Penggunaan obat: Klien minum obat
dengan bantuan minimal, obatnya dipersiapkan oleh perawat dan klien
minum sendiri, sebelum minum obat klien makan terlebih dahulu;
Pemeliharaan kesehatan: Klien bila sakit berobat ke puskesmas atau dokter,
45

klien perokok dan mengonsumsi alkohol; Kegiatan didalam rumah: Klien


mengatakan sering duduk didepan teras rumahnya di pagi dan sore hari, klien
jarang mandi; Kegiatan diluar rumah: Klien mengatakan jarang pergi keluar
rumah, klien jika keluar rumah hanya pergi ke toko untuk membeli kebutuhan
yang diinginkannya.
Mekanisme koping: Maladaptif adalah perilaku kekerasan, memukul
orang lain, berbicara kotor dan kasar, menggebrak meja, membanting benda
yang ada disekitarnya.
Masalah psikososial dan lingkungan: Masalah dengan dukungan
kelompok: klien mengatakan sering memukul teman-temannya di rumah sakit
yang mengganggu kenyamanannya; Masalah berhubungan dengan
lingkungan: klien mengatakan hubungan dengan tetangganya kurang baik dan
klien jarang berinteraksi dengan tetangga; Masalah dengan pekerjaan: klien
mengatakan tidak ada masalah; Masalah dengan perumahan: klien
mengatakan sangat jengkel dengan teman istrinya karena sudah berani
mendekati istrinya; Masalah ekonomi: klien mengatakan klien tidak bekerja
sejak 10 tahun yang lalu dan untuk kehidupan sehari-hari adalah dari usaha
kecil-kecilan istrinya.
Diagnosa medik: F.20.3 Skizofrenia Tak Terinci; Terapi medik:
Respiredon 3mg/oral/12jam, trihexyphendyl 2mg/oral/12jam, chlorpromazine
100mg/oral/8jam.
B. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dari hasil pengumpulan data, penulis mengelompokkan data menjadi
data subyektif dan obyektif. Kemudian dianalisa untuk membuat kesimpulan
yang dinyatakan dalam diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan. Data
subyektif: Klien mengatakan sering memukul orang lain, klien mengatakan
sering membanting benda yang ada disekitarnya seperti gelas, klien
mengatakan sering menggebrak meja, klien mengatakan sering berbicara
kasar kepada orang lain, klien mengatakan sangat jengkel dengan orang lain,
klien mengatakan jika klien jengkel klien langsung memukul orang yang
membuatnya jengkel, klien mengatakan berbicara kotor lewat toa masjid
46

mengatakan bahwa akan membunuh serta mengumpat orang-orang yang


pernah menghinanya, klien mengatakan mengamuk di masjid, klien
mengatakan tetangganya saat bertemu dengan klien meludah, klien merasa
dihina dan langsung memukul tetangganya, klien mengatakan tidak terima
jika diejek dan dihina, klien mengatakan mudah tersinggung, klien
mengatakan hidupnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, klien
mengatakan kakak dan tetangganya tidak menyukainya, klien mengatakan
orang lain sering meremehkannya, menganggap bahwa klien orang tidak
punya, klien mengatakan menyadari bahwa klien orang tidak punya, klien
mengatakan kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit tidak minum
obat, klien mengatakan curiga dengan orang jawa timur yang ingin mendekati
istrinya, klien mengatakan istrinya pernah selingkuh dan sudah 4 tahun
istrinya bersikap acuh dengannya, klien mengatakan jika istriya pergi tidak
pernah ijin kepada klien, klien merasa tidak dihargai, klien mengatakan sering
menangis sendiri jika ingat istriya selingkuh. Data Obyektif: Klien memukul
orang lain, klien mata melotot, klien rahang terkunci, klien wajah merah dan
tegang, klien tangan kanan mengepal, klien berbicara kasar pada orang lain,
klien kontak mata cukup lama, klien nada suara tinggi, klien agresif kepada
orang disekitarnya, klien kooperatif, klien tampak sedih dan menundukkan
kepala saat bercerita istrinya selingkuh.
Dari masalah yang dialami klien maka pohon masalah yang
diperoleh yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah (causa) sehingga
menimbulkan perilaku kekerasan (core problem) sehingga mempengaruhi
terjadinya risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (effect).
Kemudian didapatkan prioritas diagnosa keperawatan: perilaku kekerasan.
C. Intervensi / perencanaan
Tujuan umum: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan. Tujuan
khusus terdiri dari: TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Dengan kriteria evaluasi: klien mau membalas salam, klien mau menjabat
tangan, klien mau menyebutkan nama, klien mau tersenyum, klien mau
kontak mata, klien mengetahui nama perawat, menyediakan waktu untuk
47

kontrak. Adapun rencana tindakannya: bina hubungan saling percaya, beri


salam atau panggil nama klien, sebutkan nama perawat sambil jabat tangan,
jelaskan maksud hubungan interaksi, jelaskan tentang kontrak yang akan
dibuat, beri rasa aman dan sikap empati, lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Dengan
kriteria evaluasi: klien dapat mengungkapkan perasaannya, klien dapat
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal (dari diri sendiri, dari
lingkungan atau orang lain). Adapun rencana tindakannya: beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya, bantu klien untuk mengungkapkan
penyebab jengkel atau kesal. TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda-
tanda perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi: klien dapat
mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel, klien dapat menyimpulkan
tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami. Adapun rencana tindakannya:
anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat marah atau jengkel,
observasi tanda perilaku kekerasan pada klien, simpulkan bersama klien
tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien. TUK 4: Klien dapat
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Dengan kriteria
evaluasi: klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, klien dapat bermain peran perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyesuaikan
masalah atau tidak. Adapun rencana tindakannya: anjurkan klien untuk
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien, bantu klien
bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan,
bicarakan dengan klien apakah cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dengan
kriteria evaluasi: klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
klien. Adapun rencana tindakannya: bicarakan akibat atau kerugian dari cara
yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat cara yang
digunakan oleh klien. TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif
dalam merespon terhadap kemarahan. Dengan kriteria evaluasi: klien dapat
melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif. Adapun
48

rencana tindakannya: tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara


baru yang sehat?”, beri pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat,
diskusikan dengan klien cara lain (secara fisik: tarik nafas dalam jika kesal
atau jengkel memukul bantal atau kasur atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga, secara verbal yaitu katakan bahwa anda sedang kesal
atau tersinggung atau jengkel “saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah
karena mama tidak memenuhi keinginan saya”, secara sosial yaitu lakukan
dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kekerasan, secara spiritual: anjurkan klien sembahyang,
berdoa, ibadah lain, meminta pada tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu
pada tuhan kekerasan atau kejengkelan). TUK 7: Klien dapat
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Dengan kriteria
evaluasi: klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
(fisik: tarik nafas dalam, olahraga, menyiram tanaman, verbal; mengatakan
secara langsung dengan tidak menyakiti, spiritual: sembahyang, berdoa, atau
ibadah lain). Adapun rencana tindakannya: bantu klien memilih cara yang
paling tepat untuk klien, bantu klien mengidentifikasi cara yang dipilih, bantu
klien untuk menstimulalsi cara tersebut (role play), beri reinforcement positif
atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut, anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah. TUK 8:
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Dengan kriteria evaluasi: keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat
klien yang berperilaku kekerasan dan mengungkapkan rasa puas dalam
merawat klien. Adapun rencana tindakannya: identifikasi kemampuan klien
dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini,
jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien, jelaskan cara-cara
merawat klien (terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara
konstruktif, sikap tenang, bicara tenang dan jelas, membantu klien mengenal
penyebab marah), bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien,
bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
TUK 9: klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan
49

kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek). Dengan kriteria evaluasi: klien
dapat menyebutkan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis,
waktu, dosis dan efek), klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.
Adapun rencana tindakannya: jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
pada klien dan keluarga, diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa seizin dokter, jelaskan prinsip benar minum obat
(baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum),
ajarkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu, anjurkan klien
melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan, beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
Untuk mencapai tujuan khusus intervensi keperawatan digunakan
Strategi Pelaksanaan (SP). SP 1: Membina hubungan saling percaya pada
klien, mengevaluasi perasaan klien, memvalidasi masalah klien,
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan
gejala perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, menjelaskan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan fisik, obat, verbal, spiritual, melatih
cara kontrol perilaku kekerasan secara fisik tarik nafas dalam dan pukul
kasur/bantal, memasukkan ke dalam jadwal kegiatan untuk latihan fisik. SP 2:
mengevaluasi kegiatan latihan fisik dan memberikan pujian, melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (menjelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat), memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat. SP 3: mengevaluasi
kegiatan latihan fisik & obat serta memberikan pujian, melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar), memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat dan verbal. SP 4: mengevaluasi kegiatan latihan
fisik & obat & verbal serta memberikan pujian, melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan secara spiritual (2 kegiatan), memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan spiritual. SP 5:
mengevaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal & spiritual serta
50

memberikan pujian, menilai kemampuan yang telah mandiri, menilai apakah


perilaku kekerasan terkontrol.
D. Implementasi / pelaksanaan
Implementasi keperawatan hari rabu, 3 mei 2017 pukul 09.45 WIB,
SP 1 P: Membina hubungan saling percaya pada klien, mengevaluasi
perasaan klien, memvalidasi masalah klien, mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan, menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
fisik, obat, verbal, spiritual, melatih cara kontrol perilaku kekerasan secara
fisik tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal, memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan untuk latihan fisik. Subyektif: Klien mengatakan namanya pak M
berumur 51 tahun beralamat di Semarang, klien mengatakan dibawa ke RSJD
dr. Arif Zainudin Surakarta karena mengamuk dan berbicara kotor di toa
masjid serta ingin membunuh orang lain karena telah menghina dirinya, klien
mengatakan penyebab marahnya yaitu klien tidak terima jika dianggap remeh
dan dihina, klien merasa dihina tetangganya karena saat bertemu dengan klien
meludah dan juga klien marah jika kenyamanannya diganggu, klien
mengatakan tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah tangan mengepal,
mata melotot, wajah memerah, rahang mengatup kuat, klien mengatakan jika
marah klien langsung memukul orang lain yang membuatnya marah, klien
mengatakan akibat marah adalah melukai orang lain, tangan menjadi sakit,
klien mengatakan merasa enakan setelah diajari, klien mengatakan akan
menerapkan latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal saat ingin marah,
klien mengatakan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan nafas
dalam dan pukul kasur/bantal. Obyektif: Klien tangan kanan mengepal, klien
nada suara tinggi, klien kooperatif, klien latihan nafas dalam dan pukul
kasur/bantal, klien tampak lebih tenang dan ekspresi wajah rileks, klien mau
menjawab pertanyaan perawat, klien kontak mata cukup lama. Assessment:
Masalah teratasi sebagian, klien mampu bina hubungan saling percaya, klien
mampu melakukan latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal, perilaku
51

kekerasan masih ada. Planning: Perawat: Validasi SP I P dan lanjutkan SP II


P. Klien: Anjurkan klien latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal 5x/hari
dan menerapkannya saat ingin marah.
Implementasi keperawatan hari kamis, 4 mei 2017 pukul 09.15 WIB,
SP 2 P: Mengevaluasi kegiatan latihan fisik dan memberikan pujian, melatih
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (menjelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat), memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat. Subyektif: Klien
mengatakan sudah paham cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
dan pukul kasur/bantal, klien mengatakan kesulitan saat menerapkan cara
mengontrol marah dengan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal karena
saat klien diganggu kenyamanannya klien langsung memukul orang yang
mengganggu kenyamanannya tetapi klien sudah bisa mempraktikannya, klien
mengatakan akan minum obat sesuai jadwal dari dokter, klien mengatakan
belum hafal 6 benar cara minum obat tetapi klien akan menghafalkannya.
Obyektif: Klien ekspresi wajah rileks, klien tampak lebih tenang, klien
kooperatif, klien mempraktikkan latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur/bantal, klien menyebutkan 6 cara minum obat yang benar dengan
bantuan perawat, klien kooperatif. Assessment: Masalah teratasi sebagian,
klien mampu melakukan latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal, klien
mampu menyebutkan 6 cara minum obat yang benar dengan bantuan perawat,
perilaku kekerasan masih ada. Planning: Perawat: Validasi SP I P dan SP II P,
lanjutkan SP III P. Klien: Anjurkan klien tetap latihan nafas dalam dan pukul
kasur/bantal 5x sehari dan menerapannya saat ingin marah, anjurkan klien
latihan cara minum obat 6 benar 3x sehari.
Implementasi keperawatan hari jumat, 5 mei 2017 pukul 09.25 WIB,
SP 3 P: Mengevaluasi kegiatan latihan fisik & obat serta memberikan pujian,
melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu:
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar), memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal. Subyektif: Klien
mengatakan sudah paham cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
52

dan pukul kasur/bantal dan minum obat dengan 6 benar, klien mengatakan
sudah hafal 6 benar obat dan sudah minum obat sesuai jadwal, klien
mengatakan sudah melakukan aktivitas latihan tarik nafas dalam dan pukul
bantal/kasur, minum obat sesuai jadwal dengan bantuan perawat, klien
mengatakan akan menerapkan mengontrol marah dengan berbicara bicara
baik. Obyektif: Klien mempraktikkan latihan tarik nafas dalam dan pukul
bantal/kasur, menyebutkan 6 benar cara minum obat, klien latihan bicara
yang baik, klien wajah rileks, klien tampak tenang, klien kooperatif.
Assessment: Masalah teratasi sebagian, klien mampu melakukan latihan nafas
dalam dan pukul bantal/kasur, latihan minum obat 6 benar dan latihan bicara
yang baik, perilaku kekerasan masih ada. Planning: Perawat: Validasi SP I P,
SP II P, SP III P, lanjutkan SP IV P. Klien: Anjurkan klien tetap latihan nafas
dalam dan pukul bantal 5x sehari, latihan minum obat 6 benar 3x sehari,
latihan bicara dengan baik 3x sehari juga menerapkannya saat ingin marah.
Implementasi keperawatan hari sabtu, 6 mei 2017 pukul 10.05 WIB,
SP 4 P: Mengevaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal serta
memberikan pujian, melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual (2 kegiatan), memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat, verbal dan spiritual. Subyektif: Klien mengatakan sudah paham
cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal,
minum obat dengan 6 benar, bicara yang baik dan klien sudah menerapkan
mengontrol marah dengan bicara yang baik tetapi dengan suara keras, klien
mengatakan sudah melakukan aktivitas latihan tarik nafas dalam dan pukul
bantal/kasur, minum obat sesuai jadwal dengan 6 benar dan bicara yang baik,
klien mengatakan akan menerapkan mengontrol marah dengan cara spiritual
(berdoa, sholat). Obyektif: Klien mempraktekkan cara mengontrol marah
dengan tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal, menyebutkan 6 benar cara
minum obat sesuai jadwal dan berbicara yang baik, klien latihan mengontrol
perilaku kekerasan dengan berdoa/berdzikir, klien kooperatif, klien tampak
rileks, klien ekspresi wajah senang. Assessment: Masalah teratasi sebagian,
klien mampu melakukan latihan nafas dalam dan pukul bantal/kasur, minum
53

obat sesuai jadwal dengan 6 benar, bicara dengan baik, berdoa/berdzikir,


perilaku kekerasan masih ada. Planning: Perawat: Validasi SP I P, SP II P, SP
III P, SP IV P. Klien: Anjurkan klien tetap latihan nafas dalam dan pukul
bantal/kasur 5x/hari, latihan minum obat 6 benar 3x/hari, latihan bicara yang
baik 3x/hari, latihan berdoa/berdzikir 3x/hari juga anjurkan klien menerapkan
latihan mengontrol perilaku kekerasan saat ingin marah.
Implementasi keperawatan hari sabtu, 6 mei 2017 pukul 12.05 WIB,
SP 5 P: Mengevaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal & spiritual serta
memberikan pujian, menilai kemampuan yang telah mandiri, menilai apakah
perilaku kekerasan terkontrol. Subyektif: Klien mengatakan latihan
mengontrol perilaku kekerasan ada 4 yaitu latihan nafas dalam dan pukul
kasur/bantal, minum obat sesuai jadwal dari dokter dengan 6 benar, berbicara
yang baik dan berdzikir, sholat, klien mengatakan sudah melakukan kegiatan
latihan cara mengontrol marah dengan yang diajarkan perawat yaitu dengan
tarik nafas dalam dan pukul kasur/bantal 5x/hari, minum obat dengan 6 benar
3x/hari, berbicara yang baik 3x/hari dan berdoa berdzikir 3x/hari, klien
mengatakan kadang marahnya belum bisa dikontrol, klien mengatakan
kadang jika klien jengkel klien langsung memukul orang yang membuatnya
jengkel, klien mengatakan akan berusaha mengontrol marah dengan 4 cara
mengontrol marah yang sudah diajarkan perawat, klien mengatakan senang
bertemu perawat dan senang diajarkan. Obyektif: Klien tampak senang, klien
wajah rileks, klien kooperatif, klien menyebutkan dan mempraktikkan 4 cara
mengontrol marah, perilaku kekerasan belum sepenuhnya terkontrol.
Assessment: Klien mampu mempraktikkan 4 cara mengontrol marah,
perilaku kekerasan masih ada. Planning: Perawat: Bimbing (latih) klien
melakukan kegiatan mengontrol marah secara kontinyu serta menerapkannya.
Klien: Anjurkan klien latihan 4 cara mengontrol marah secara kontinyu,
anjurkan klien menerapkan cara mengontrol marah dengan 4 cara yang telah
diajarkan saat ingin marah.
54

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan jiwa pada hari sabtu, 6 Mei 2017 pukul 14.00
WIB. Subyektif: Klien mengatakan senang bertemu perawat dan senang
diajarkan, klien mengatakan latihan mengontrol marah ada 4 yaitu latihan
tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur, minum obat sesuai jadwal dari
dokter, berbicara yang baik dan berdzikir, sholat, klien mengatakan sudah
melakukan kegiatan latihan cara mengontrol marah dengan yang diajarkan
perawat yaitu dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur 5x/hari,
minum obat dengan 6 cara benar 3x/hari, berbicara yang baik 3x/hari dan
berdoa berdzikir 3x/hari, klien mengatakan kadang marahnya belum bisa
dikontrol, klien mengatakan kadang jika klien jengkel klien langsung
memukul orang yang membuatnya jengkel, klien mengatakan klien akan
berusaha mengontrol marah dengan 4 cara mengontrol marah yang sudah
diajarkan perawat. Obyektif: Klien tampak senang, klien wajah rileks, klien
kooperatif, klien mempraktikkan 4 cara mengontrol marah. Assessment:
Klien mampu menyebutkan dan mempraktikkan 4 cara mengontrol marah,
perilaku kekerasan masih ada. Planning: Perawat: Bimbing (latih) klien
melakukan kegiatan mengontrol marah secara kontinyu serta menerapkannya.
Klien: Anjurkan klien latihan 4 cara mengontrol marah secara kontinyu,
anjurkan klien menerapkan cara mengontrol marah dengan 4 cara yang telah
diajarkan saat ingin marah.

Anda mungkin juga menyukai