Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CARA PERAWATAN PASIEN HIV AIDS DI RUMAH

Di Ruang 22 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG


UNIV. TRIBHUANA TUNGGA DEWI MALANG
POLTEKES KEMENKES MALANG
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


CARA PERAWATAN PASIEN HIV AIDS DI RUMAH
DI RUANG 22 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal 20 Mei 2016

Oleh:

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG


UNIV. TRIBHUANA TUNGGA DEWI MALANG
POLTEKES KEMENKES MALANG

Mengetahui,

Pembimbing Klinik

( )

2
PAKET ACARA PENYULUHAN

Judul : Cara Perawatan Pasien HIV AIDS Di Rumah


Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang 22 RSUD Dr.Saiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Mei 2016
Alokasi Waktu : 30 menit
Media/Sarana : Power Point
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

LATAR BELAKANG
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu
revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu
menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping
serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV
menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup
ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV
dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak
lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA
pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para
penjaja seks komersial dan penyalah-guna NAPZA suntikan dibeberapa
provinsi seperti DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga
provinsi tersebut tergolong sebagai daerah dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua sudah
memasuki tingkat epidemi meluas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun
2009, di Indonesia terdapat 186.000 orang dengan HIV positif.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan
sebanyak 278 rumah sakit rujukan Odha (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES/SK/IV/2011 tentang
Penetapan Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang dengan HIV yang
tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Dari Laporan Situasi
Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan September 2011
tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 22.843 dari

3
33 provinsi dan 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan 3 : 1,
dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun. Program
penanggulangan AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang semuanya
menuju pada paradigma Zero new infection, Zero AIDS-related death dan
Zero Discrimination.
Empat pilar tersebut adalah:
1. Pencegahan (prevention); yang meliputi pencegahan penularan HIV
melalui transmisi seksual dan alat suntik, pencegahan di lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan, pencegahan HIV dari ibu ke
bayi (Prevention Mother to Child Transmission, PMTCT), pencegahan di
kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain.
2. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP); yang meliputi
penguatan dan pengembangan layanan kesehatan, pencegahan dan
pengobatan infeksi oportunistik, pengobatan antiretroviral dan
dukungan serta pendidikan dan pelatihan bagi ODHA. Program PDP
terutama ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan rawat
inap, angka kematian yang berhubungan dengan AIDS, dan
meningkatkan kualitas hidup orang terinfeksi HIV (berbagai stadium).
Pencapaian tujuan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan
pemberian terapi antiretroviral (ARV).
3. Mitigasi dampak berupa dukungan psikososio-ekonomi.
4. Penciptaan lingkungan yang kondusif (creating enabling environment)
yang meliputi program peningkatan lingkungan yang kondusif adalah
dengan penguatan kelembagaan dan manajemen, manajemen
program serta penyelarasan kebijakan dan lain-lain.

A. Tujuan instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
mengetahui dan memahami tentang cara perawatan pasien HIV di
rumah
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian HIV
2. Mengetahui cara perawatan pasien HIV
3. Mengetahui tujuan perawatan pasien HIV

B. Sub Pokok Bahasan

4
1. Pengertian HIV
2. Cara perawatan pasien dengan HIV
3. Tujuan perawatan pasien HIV

1. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
2. Memperkenalkan diri
menit salam dan
3. Menjelaskan tujuan
2. Mendengarkan
Tanya
penyuluhan dan pokok
dan
Jawab
materi yang akan
memperhatikan
disampaikan 3. Menjawab
4. Menggali pengetahuan
pertanyaan
keluarga pasien tentang
HIV
Penyajian 15 Menjelaskan materi: Mendengarkan Ceramah PPT
menit 4. Pengertian HIV dan dan
5. Cara perawatan pasien
memperhatikan Tanya
dengan HIV
Jawab
6. Tujuan perawatan pasien
dengan HIV
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Mengajukan Tanya
2. Memberikan kesempatan
menit pertanyaan Jawab
kepada peserta untuk 2. Menjawab
bertanya pertanyaan
3. Meminta peserta untuk
yang diberikan
menjelaskan kembali
oleh penyuluh
materi yang telah 3. Membalas
disampaikan dengan salam
singkat menggunakan
bahasa peserta sendiri
4. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
5. Menutup acara dan
mengucapkan salam

2. Evaluasi
Peserta, diharapkan:
 Mampu memahami apa itu HIV
 Mengerti minimal 5 dari 11 tanda dan gejala HIV

5
 Mengerti cara penularan HIV
 Mengerti minimal 5 pencegahan penularan virus HIV
 Mampu mempraktekkan perawatan pasien HIV di rumah
Proses, diharapkan:
 Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
 Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan

3. Media
Power Point
4. Pengorganisasian
Penyaji: Poltekes Kemenkes Malang
Moderator: Stikes Insan Cendekia Medika Jombang
Fasilitator: Univ. Tribhuana Tungga Dewi Malang
5. Materi
(terlampir)

MATERI

A. Definisi HIV/ AIDS


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang
menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya kekebalan
atau daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit (ANCP-Aus AID,
2002), sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah
sindrom dengan gejala infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immuno
Deficiency Virus) yang biasanya akan membawa kematian pada akhirnya.

B. Tanda dan Gejala


Gejala utama/ mayor :
1. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
2. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus

6
3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
5. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
6. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida
Alcibicans.
7. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
8. Kandidiasis orofaringeal
9. Herpes simplek kronik progresif
10. Limfadenopati
11. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin. (Depkes RI, 2003).

C. Cara penularan dan pencegahan


HIV dapat ditularkan (Depkes RI, 2006):
1. Melalui hubungan seksual. Hubungan seks melalui vagina dan anus
mempunyai resiko yang tinggi, sedang hubungan seks oral mempunyai
resiko rendah.
2. Melalui jarum suntik atau spuit yang dipergunakan bersama untuk
menyuntikkan obat-obatan atau steroid.
3. Infeksi dari ibu hamil kepada bayinya, sewaktu sedang hamil,
melahirkan, atau sewaktu menyusui.
4. Waktu membuat tato.
HIV tidak ditularkan melalui:
1. Tempat duduk WC
2. Sentuhan dengan pengidap HIV
3. Melalui bersin
4. Berpelukan
5. Hidup serumah dengan penderita HIV/ AIDS, dan
6. Hubungan sosial yang lain.

D. Perawatan kompherensif berkesinambungan


Perawatan kompherensif melibatkan suatu jejaring kerja diantaranya
sumber daya yang ada dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan

7
holistik, kompherensif dan dukungan yang luas bagi ODHA dan keluarganya.
Sebelum diputuskan untuk memberikan perawatan kompherensif perlu
ditimbangkan beberapa hal antara lain sumber daya yang memadai yaitu
dukungan dana, bahan dan alat, sumber daya manusia baik dari pihak
pemerintah atau masyarakat.
Komponen perawatan kompherensif meliputi :
1. Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary counseling and Testing /
VCT) adalah pelayanan dan perawatan, tempat mereka (ODHA) datang
untuk bertanya, belajar, menerima status HIV/AIDS seseorang dengan
privasi yang terjaga.
2. Tatalaksana klinis kasus infeksi simtomatik dengan diagnosa dini yang
memadai, pengobatan yang rasional, maupun pemulangan yang
terencana.
3. Asuhan keperawatan yang mampu memberikan kenyamanan pasien dan
hegienis, mampu mengendalikan infeksi dengan baik, melatih dan
mendidik keluarga tentang perawatan di rumah dan pencegahan
penularan.
4. Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional, dukungan
spritual, dan konseling.
5. Melakukan kontrol secara rutin dan meminum obat secara teratur agar
HIV tidak resisten terhadap obat.
6. Menguranginya dan menyingkirkan stigma, membangun sikap positif
dari masyarakat terhadap ODHA dan keluarganya, termasuk para petugas
kesehatan.
7. Dukungan sosial atau rujukan kepada pelayanan sosial untuk mengatasi
permasalahan tempat tinggal, pekerjaan, bantuan hukum, dan mencegah
diskriminasi. (Depkes RI, 2003)

E. Perawatan HIV di Rumah


1. Penularan HIV
 Melalui seks vagina, anal atau mulut tanpa kondom dengan seseorang
yang terinfeksi HIV

8
 Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian dengan orang
yang terinfeksi HIV
 Dari ibu ke bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama kelahiran atau
melalui pemberian ASI.
 Petugas kesehatan seperti perawat, beresiko tertular HIV jika mereka
tertusuk jarum yang mengandung darah yang tercemar HIV atau
terpercik darah yang tercemar HIV pada mata, hidung, mulut atau pada
luka atau radang yang terbuka.
 Hanya sedikit orang yang tinggal serumah dengan ODHA atau orang
yang merawat ODHA pernah terinfeksi. Infeksi mungkin terjadi melalui
pemakaian pisau cukur bergantian, menyentuh darah ODHA pada luka
atau radang yang terbuka, atau cara lain yang berhubungan dengan
darah ODHA.

2. Bagaimana HIV tidak ditularkan:


 Kita tidak akan terinfeksi HIV dari udara, makanan, air, gigitan
serangga, hewan, piring, pisau, garpu, sendok, Kloset/WC, cium pipi,
bersalaman atau lainnya yang tidak melibatkan darah, air mani, cairan
vagina, atau ASI.
 Kita tidak akan terinfeksi HIV dari kotoran, cairan hidung, air liur,
keringat, air mata, air seni atau muntah kecuali cairan ini bercampur
darah. Kita dapat membantu ODHA dengan makan, mengganti pakaian
bahkan memandikannya tanpa resiko terinfeksi, asal kita dapat
melindungi diri kita misalnya pakai sarung tangan sekali pakai jika
harus membersihkan atau menolong ODHA yang sedang diare. Cucilah
tangan dengan teliti setelah melepaskan sarung tangan.

3. Mencegah Penularan HIV di rumah


o Mencuci tangan

9
o Sarung tangan, gaun, dan masker
o Cuci piring yang digunakan penderita dengan air panas bersabun
o Penderita AIDS tidak memerlukan kamar mandi dan dapur yang
terpisah kecuali bila penderita mengalami inkontinen atau diare atau
luka herpes.
o Bila darah, urin atau cairan tubuh lainnya tumpah, bersihkanlah
segera dengan air sabun panas dan desinfektan.
o Cuci semua pakaian penderita secara terpisah.Gunakan sarung
tangan saat mengurus pakaian kotor, cuci dalam air panas dan deterjen
enzimatik
o Letakkan sarung tangan, tampon, bantalan linen-saver, tisu, dan
barang lain dalam plastik bersegel sebelum dibuang
o Buang jarum injeksi yang telah digunakan ke dalam plastik tahan
tusuk atau kaleng metal dan disegel. Jangan mematahkan jarum.
o Jangan berbagi barang seperti sikat gigi, pencukur, atau barang
lainnya yang bisa mengandung darah yang terkontaminasi.

4. Menghindari ODHA terkena infeksi lainnya


 Cuci tangan sebelum : memasak, makan, menyuapi makanan dan
memberi obat
 Cuci tangan setelah : memakai kertas tissu toilet, mengganti
popok/pakaian dalam
 Gunakan air bersih (matang) untuk makan/minum terutama untuk anak-
anak
 Cucilah seprei/handuk/baju dengan sabun dan air
 Simpanlah makanan dalam tempat tertutup sehingga tidak tercemar oleh
kotoran/lalat
 Bila ada anggota keluarga yang sakit, cucilah gelas sebelum digunakan
orang lain
 Jangan meludah disembarang tempat
 Cucilah dengan air bersih buah-buahan dan sayuran segar yang

10
langsung dimakan tanpa dimasak
 Membuang sampah pada tempatnya, kelola dengan benar
(ditimbun/dibakar).

5. Membantu ODHA merasa nyaman di rumah:


 Menghormati kemandirian dan kebebasan pribadinya.
 Membiarkan dia mengatur segala sesuatu yang dia bisa.
 Mintalah izin untuk masuk ke ruangannya, atau untuk duduk
bersamanya, dan sebagainya. Perkataan “Boleh saya bantu?”
membiarkan dia tetap bisa memegang kendali.
 Menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya nyaman.
Banyak orang merasa malu untuk meminta bantuan, khususnya bantuan
seperti memakai kakus, mandi, bercukur, makan, dan berpakaian.
 Menjaga rumah tetap bersih dan kelihatan bercahaya dan
menyenangkan.
 Menempatkan kamar ODHA dekat kamar mandi.
 Menyediakan serbet kertas (tisu), handuk, keranjang sampah, selimut
tambahan dan benda-benda lain yang mungkin diperlukan dekat
ODHA, sehingga dia dapat menjangkaunya sendiri dari tempat tidur
atau kursi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam & Ninuk, K.D. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Eliastam, M. (1998). Buku saku: Penuntun kedaruratan medis. Ed.6. Jakarta:


EGC.

Wikipedia. (2012). AIDS. Di akses dari http://id.wikipedia.org/w perawatan pasien


HIV/ AIDS di rumah. iki/AIDS. Pada tanggal 17 September 2012.
Pukul 20.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai