Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan
menjadi masalah bagi sebagian besar manusia, umumnya keluhan vertigo
menyerang sebentar saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada kalanya
vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan
makan atau minum tertentu. Pada umumnya vertigo tidak disebabkan
kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan ketegangan atau
tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar, dan di dalam kepala
dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan ketika seorang yang
mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika gejalanya
timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera (Junaidi, 2013).
Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala dari
penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak,
penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal
lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal
tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan suatu kondisi
anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat menganggu
kehidupan seorang penderita vertigo (Wreksoatmodjo, 2004; Dewanto,
2009).
Pada pervalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika
Serikat sekitar 64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada
wanita (64%). BPPV diperkirakan sering terjadi pada rata-rata usia 51-57
tahun dan jarang pada usia di bawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala.
Sedangkan pada tahun 2008 di Indonesia angka kejadian vertigo sangat
tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun. Hal ini juga
merupakan keluhan nomer tiga paling sering dikemukakan oleh penderita
yang datang ke praktek kesehatan. Pada umumnya vertigo ditemukan 4-7
persen dari keseluruhan populasi dan hanya 15 persen yang diperiksakan ke
dokter (Dewanto, 2009).

1
Pada studi pendahuluan dari jumlah penduduk kota Malang pada tahun
2013 sekitar 835.082 jiwa, dan tercatat pada tahun 2012-2013 sebanyak
1643 orang menderita vertigo (19%). Data tersebut didapatkan pada rekap
data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan kota Malang yang diperoleh dari
rekap medis seluruh Puskesmas diwilayah kota Malang.
Untuk mengatasi keluhan ini banyak dari pasien melakukan tindakan
pencegahan agar gangguan pada vertigo tidak timbul. Namun hanya
sebagian kecil dari mereka, dan orang – orang disekitarnya yang
mengetahui penagganan yang tepat. Kondisi ini sering dianggap tidak begitu
berarti tetapi pada waktu yang lain dapat merupakan kondisi yang dapat
mengancam jiwa (Sumarliya, Sukadino, dan Sofiyah, 2007). Ada beberapa
cara untuk menggurangi gejalanya baik secara farmakologis atau non
farmakologis. Seperti pemberian obat-obatan gangguan keseimbangan
seperti antihistamin yakni meclizine, dymenhydrinat atau promethazine, dan
terkadang menggunakan obat-obat penenang seperti diazepam. Selain
menggunakan beberapa obat tersebut penderita juga disarankan perbanyak
istirahat perbanyak istirahat terutama tidur (Yatim, 2004).

1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi vertigo
2. Dapat mengetahui etiologi vertigo
3. Dapat mengetahui klasifikasi vertigo
4. Dapat mengetahui manifestasi klinik vertigo
5. Dapat mengetahui patofisiologi vertigo
6. Dapat mengetahui asuhan keperawatan vertigo
7. Dapat mengetahui penatalaksanaan vertigo
8. Dapat mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi vertigo
9. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang vertigo

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Vertigo


Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak sistem atau
organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan
keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan
diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus
difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat
lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya.
Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier
seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.

Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya


nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada
bolamata (Lumban Tobing. S.M, 2003). Vertigo adalah sensasi berputar
atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-
benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan
Nurbaiti, 2002).

2.2 Etilogi Vertigo

a) Otologi
 24-61% kasus
 Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
 Meniere Desease
 Parese N VIII Uni/bilateral
 Otitis Media
b) Neurologik
 23-30% kasus
 Gangguan serebrovaskuler batang otak/ cerebelum
 Ataksia karena neuropati
 Gangguan visus
 Gangguan serebelum
 Gangguan sirkulasi LCS

3
 Multiple sklerosis
 Vertigo servikal
c) Interna
 Kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
 Tekanan darah naik turun
 Aritmia kordis
 Penyakit koroner
 Infeksi
 Glikemia
 Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax.
d) Psikiatrik
 50% kasus
 Depresi
 Fobia
 Anxietas
 Psikosomatis
e) Fisiologik
 Melihat turun dari ketinggian

2.3 Klasifikasi Vertigo


Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok:
1. Vertigo paroksismal, yaitu vertigo yang serangannya datang
mendadak, berlangsung beberapa menitatau hari, kemudian menghilang
sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di
antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini
dibedakan menjadi :
o Yang disertai keluhan telinga, yang termasuk kelompok ini
adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom
Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan
gigi/ odontogen.
o Yang tanpa disertai keluhan telinga, termasuk di sini
adalah : Serangan iskemi sepintas arteriavertebrobasilaris,
Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigode
L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
o Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi,
termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten,
Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis, yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan
tanpa serangan akut, dibedakan menjadi:
o Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika,
meningitis Tb,labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat
bahan ototoksik, tumor serebelopontin.

4
o Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,
sklerosis multipel, kelainanokuler, intoksikasi obat, kelainan psikis,
kelainan kardiovaskuler, kelainanendokrin.
o Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik,
Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
o Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster
otikus, labirintitisakuta, perdarahan labirin, neuritis VIII, cedera
pada auditivainterna/arteria vestibulokoklearis.
o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom
arteriavestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo
epidemika, sklerosismultipleks, hematobulbi, sumbatan arteria
serebeli inferior posterior.

2.4 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu, perasaan berputar
yang kadang-kadang disertai gejala mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,
puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya
dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak
sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi
dengan gejala :
 Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti
berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan
 Merasakan mual yang luar biasa
 Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
 Gerakan mata yang abnormal
 Tiba - tiba muncul keringat dingin
 Telinga sering terasa berdenging
 Mengalami kesulitan bicara
 Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan
berputar
 Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan

2.5 Patofisiologi Vertigo

5
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik
turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang
dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga
menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo
dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.

2.6 Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik, seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik
turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,

6
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.

2.7 Asuhan Keperawatan Vertigo

2.8 Penatalaksaan Terapi Farmakologi dan Terapi Non


Farmakologi
A) Terapi Farmakologi
 Terapi Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan


seperti :

1. Anti kolinergik
 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2. Simpatomimetika
 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
 Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah:

7
a. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

b. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk
terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
terdiri dari :

a) Terapi kausal

Sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga


terapi biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan
faktor penyebabnya.

b) Terapi simtomatik

Ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala


otonomnya. Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat
bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut
dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas,
disamping anti vertigo lainnya.

c) Terapi Rehabilitasi

Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral


dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk
latihan yang dapat dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual
vestibuler atau latihan berjalan.

 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan


berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.

b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi


perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer,
misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan
memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah
gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada
berbaring dengan kedua mata ditutup.

8
c.Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.

d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.

e. Bila vertigo tidak hilang, banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama
atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari.

f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut.

B) Terapi Non-Farmakalogi

Berikut di bawah ini beberapa langkah yang sederhana saja dalam membuat
ramuan herbal dan tradisional, berikut di bawah ini penjelasannya:

1. Mengobati vertigo dengan kulit manggis


Pada kulit Buah Manggis memiliki berbagai zat atau kandungan yang
sangat diperlukan oleh tubuh, seperti antioksidan, vitamin B1, B2 dan juga
Vitamin C tentunya. Beberapa kandungan lainnya yang juga banyak pada
buah Manggis yaitu kalsium, sodium, potassium dan zat besi. Dimana
kandungan-kandungan yang terdapat di dalam bua manggis tersebut
sangat berguna dan ampuh untuk mencegah terjadinya sel tubuh yang
disebabkan karena serangan radikal bebas, manfaat lainnya yaitu untuk
mencegah kerusakan pada system syaraf tubuh. Cara membuat ramuan
dengan bantuan bahan kulit manggis yaitu pertama-tama keringkan kulit
manggis, setelah itu dibuat rebusannya, dan diminum. Jika tidak ingin
repot dalam membuat ramuan ini, maka sebenarnya ada banyak dijual
obat herbal yang mengandung ekstrak kulit manggis, bisa membelinya di
Apotik yang Kamu percaya kualitasnya baik.

9
2. Mengobati vertigo dengan daun sirsak
Di dalam daun Sirsak memiliki kandungan zat acetogenins, lemak, fosfor,
fruktosa, zinc, vitamin A, Vitamin B serta kalsium yang terakhir. Dimana
kandungan-kandungan tersebut memiliki manfaat yang besar seperti
untuk menurunkan tekanan darah tinggi / hipertensi, mengatasi gejala
stress yang ada di dalam jiwa, serta meminimalisir rasa depresi karena
berbagai aktivitas berat yang dilakukan sehari-hari.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk


pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan
kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan mata

b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh

c. Pemeriksaan neurologik

d. Pemeriksaan otologik

e. Pemeriksaan fisik umum

2. Pemeriksaan khusus

a. ENG

b. Audiometri dan BAEP

c. Psikiatrik

3. Pemeriksaan tambahan

a. Radiologik dan Imaging

b. EEG, EM

10
ASUHAN KEPERAWATAN

2.9 Asuhan Keperawatan Placenta Previa


A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medicalrecord dll.
b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan
pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa
nyeri, berulang
 Sebab perdarahan; placenta dan
pembuluh darah yang robek; terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan;
tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
c) Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau
sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan

11
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat
menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
 Gravida, para abortus, dan anak hidup
(GPAH)
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia
gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis
persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes,
hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk
menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah
tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat
buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
pada janin.
d) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada
kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat

12
infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada
persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan
pada ibu hamil:
I. Rambut dan kulit
 Terjadi peningkatan pigmentasi pada
areola, putting susu dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di
daerah abdomen dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut
berkurang.Wajah
II. Mata : pucat, anemis
III. Hidung
IV. Gigi dan mulut
V. Leher
VI.Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting
susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
VII. Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik dan pembulu darah pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas.
 Diafragma meningga.
 Perubahan pernapasan abdomen
menjadi pernapasan dada.
VIII. Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri
IX.Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang
menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
 Hipertropi epithelium
X. System musculoskeletal

13
 Persendian tulang pinggul yang
mengendur
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum
abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
4) Khusus
 Tinggi fundus uteri
 Posisi dan persentasi janin
 Panggul dan janin lahir
 Denyut jantung janin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan dalam jumlah yang besar.
2. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan /
organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun.
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit

C. INTERVENSI

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan kardiak Setelah dilakukannya 1. Kaji dan catat 1. Pengkajian yang
output tindakan keperawatan TTV, TD serta akurat mengenai
berhubungan 2 X 24 jam diharapkan jumlah status hemodinamik
dengan perdarahan penurunan kardiak perdarahan. merupakan dasar
2. Bantu pemberian
dalam jumlah yang output tidak terjadi untuk perencanaan,
pelayanan
besar atau teratasi dengan intervensi, evaluasi.
kesehatan atau 2. Memperbaiki volume
kriteria hasil :
mulai sarankan vaskuler
 Volume darah terapi cairan IV membutuhkan terapi
intravaskuler atau terapi IV dan intervensi
dan kardiak transfusi darah farmakologi.
output dapat sesuai Kehilangan volume
diperbaiki kebutuhan. darah harus diperbaiki
sampai nadi, untuk mencegah

14
tekanan darah, komplikasi seperti
nilai infeksi, gangguan
hemodinamik, janin dan gangguan
serta nilai vital ibu hamil.
laboratorium
menunjukkan
tanda normal.
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Terapi 1. Kehadiran
berhubungan tindakan keperawatan bersama perawat dan
dengan kurangnya selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara
pengetahuan efek diharapkan ansietas menyatakan empati merupakan
perdarahan dan dapat berkurang perasaan. alat terapi yang
2. Menentukan
manejemennya. dengan kriteria hasil : potensial untuk
tingkat
mempersiapkan
 Pasanga pemahaman
pasangan untuk
n dapat pasangan
menanggulangi situasi
mengungkapka tentang situasi
yang tidak
n harapannya dan manajemen
diharapkan.
dengan kata- yang sudah 2. Hal yang
kata tentang direncanakan. diberikan perawat
manajemen 3. Berikan
akan memperkuat
yang sudah pasangan
penjelasan dokter dan
direncanakan, informasi tentang
untuk memberitahu
sehingga dapat manajemen yang
dokter jika ada
mengurangi sudah
penjelasan yang
kecemasan direncanakan.
penting.
pasangan. 3. Pendidikan
pasien yang diberikan
merupakan cara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas. Pengetahuan
akan mengurangi

15
ketakutan akan ha-hal
yang tidak diketahui.
3. Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Kaji jumlah 1. Hemoragi
(janin) b/d hipoksia tindakan keperawatan darah yang berlebihan dan
jaringan/ selama 3 x 24 hilang. Pantau menetap dapat
organ,profil darah diharapkan resiko tanda/gejala mengancam hidup
abnormal,kerusaka cidera dapat teratasi syok. klien atau
2. Catat suhu,
n system imun. dengan kriteria hasil : mengakibatkan infeksi
hitung SDP, dan
pascapartum, anemia
 Menunju bau serta warna
pascapartum, KID,
kkan profil rabas vagina,
gagal ginjal, atau
darah dengan dapatkan kultur
nekrosis hipofisis
hitung SDP, Hb, bila dibutuhkan.
yang disebabkan oleh
dan 3. Catat
hipoksia jaringan dan
pemeriksaan masukan/haluara
malnutrisi.
koagulasi DBN n urin. Catat
2. Kehilangan darah
normal. berat jenis urin.
berlebihan dengan
4. Berikan
penurunan Hb
heparin, bila
meningkatkan risiko
diindikasikan.
5. Berikan klien untuk terkena
antibiotic secara infeksi.
3. Penurunan
parenteral
perfusi ginjal
mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
4. Heparin dapat
digunakan pada KID
di kasus kematian
janin, atau kematian
satu janin pada
kehamilan multiple,
atau untukmemblok

16
siklus pembekuan
dengan melindungi
factor-faktor
pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan
pembedahan
5. Mungkin
diindikasikan untuk
mencegah atau
meminimalkan infeksi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

17
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana
plasenta terletak di bagian bawah rahim, sebagian atau
seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan
perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan. Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
atau derajat abnormalitas tertentu : plasenta previa totalis,
plasenta previa lateralis, plasenta previa marginalis, plasenta
previa letak rendah. Banyaknya faktor yang menyebabkan
kejadian plasenta previa disebabkan oleh umur, paritas, riwayat
abortus, riwayat sectio sesarea, malnutrisi, kehamilan ganda,
dan riwayat plasenta previa, gejala umumnya terjadi
pendarahan, dan warna darah merah segar.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kelompok kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang
ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Dan
apabila ada terdapat kesalahan kata mohon dapat mema'afkan
dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak
luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Desember, J., Suparman, E., Fakultas, B. O., Universitas, K., &


Ratulangi, S. (2015). Profil Persalinan dengan Plasenta Previa di
RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou Alif A . Pawa Kandidat Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado sempurna
saat dirinya mendapatkan kehamilan hingga akhirnya melahirkan .
kehamilan trimester ke, 22–27.
Murah Manoe dkk, 1999. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri

Dan Ginekologi. Ujung Pandang : Bagian /SMF obstetri dan

ginekologi FK Unhas

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :

EGC

Rsup, D. I., & Tirtonegoro, S. (n.d.). PENGARUH USIA IBU HAMIL

TERHADAP KEJADIAN PLACENTA PREVIA DI RSUP SOERADJI

TIRTONEGORO Yeni Tutu Rohimah, 0, 100–103.

Susiloningtyas, I. (2012). PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM

KEHAMILAN Oleh : Is Susiloningtyas. Majalah Ilmiah Sultan Agung,

50, 128.

Thamrin, H., & Machmud, A. (2003). Plasenta previa. Kebidanan, 1,

1–17.

Trianingsih, I., Mardhiyah, D., Budi, A., & Kunci, K. (2015). Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya Kejadian Placenta Previa
Factors Influencing the Occurrence of Placenta Previa, 23(2), 103–

19
113.
World Health Organization (WHO). 2013. Bulletin of The World Health
Organization 2012; 90: 478-478A.
.

20

Anda mungkin juga menyukai