KMB 3
KMB 3
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan
menjadi masalah bagi sebagian besar manusia, umumnya keluhan vertigo
menyerang sebentar saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada kalanya
vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan
makan atau minum tertentu. Pada umumnya vertigo tidak disebabkan
kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan ketegangan atau
tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar, dan di dalam kepala
dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan ketika seorang yang
mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika gejalanya
timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera (Junaidi, 2013).
Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala dari
penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak,
penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal
lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal
tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan suatu kondisi
anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat menganggu
kehidupan seorang penderita vertigo (Wreksoatmodjo, 2004; Dewanto,
2009).
Pada pervalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika
Serikat sekitar 64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada
wanita (64%). BPPV diperkirakan sering terjadi pada rata-rata usia 51-57
tahun dan jarang pada usia di bawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala.
Sedangkan pada tahun 2008 di Indonesia angka kejadian vertigo sangat
tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun. Hal ini juga
merupakan keluhan nomer tiga paling sering dikemukakan oleh penderita
yang datang ke praktek kesehatan. Pada umumnya vertigo ditemukan 4-7
persen dari keseluruhan populasi dan hanya 15 persen yang diperiksakan ke
dokter (Dewanto, 2009).
1
Pada studi pendahuluan dari jumlah penduduk kota Malang pada tahun
2013 sekitar 835.082 jiwa, dan tercatat pada tahun 2012-2013 sebanyak
1643 orang menderita vertigo (19%). Data tersebut didapatkan pada rekap
data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan kota Malang yang diperoleh dari
rekap medis seluruh Puskesmas diwilayah kota Malang.
Untuk mengatasi keluhan ini banyak dari pasien melakukan tindakan
pencegahan agar gangguan pada vertigo tidak timbul. Namun hanya
sebagian kecil dari mereka, dan orang – orang disekitarnya yang
mengetahui penagganan yang tepat. Kondisi ini sering dianggap tidak begitu
berarti tetapi pada waktu yang lain dapat merupakan kondisi yang dapat
mengancam jiwa (Sumarliya, Sukadino, dan Sofiyah, 2007). Ada beberapa
cara untuk menggurangi gejalanya baik secara farmakologis atau non
farmakologis. Seperti pemberian obat-obatan gangguan keseimbangan
seperti antihistamin yakni meclizine, dymenhydrinat atau promethazine, dan
terkadang menggunakan obat-obat penenang seperti diazepam. Selain
menggunakan beberapa obat tersebut penderita juga disarankan perbanyak
istirahat perbanyak istirahat terutama tidur (Yatim, 2004).
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi vertigo
2. Dapat mengetahui etiologi vertigo
3. Dapat mengetahui klasifikasi vertigo
4. Dapat mengetahui manifestasi klinik vertigo
5. Dapat mengetahui patofisiologi vertigo
6. Dapat mengetahui asuhan keperawatan vertigo
7. Dapat mengetahui penatalaksanaan vertigo
8. Dapat mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi vertigo
9. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang vertigo
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Otologi
24-61% kasus
Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Meniere Desease
Parese N VIII Uni/bilateral
Otitis Media
b) Neurologik
23-30% kasus
Gangguan serebrovaskuler batang otak/ cerebelum
Ataksia karena neuropati
Gangguan visus
Gangguan serebelum
Gangguan sirkulasi LCS
3
Multiple sklerosis
Vertigo servikal
c) Interna
Kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
Tekanan darah naik turun
Aritmia kordis
Penyakit koroner
Infeksi
Glikemia
Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax.
d) Psikiatrik
50% kasus
Depresi
Fobia
Anxietas
Psikosomatis
e) Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian
4
o Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis,
sindrom pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,
sklerosis multipel, kelainanokuler, intoksikasi obat, kelainan psikis,
kelainan kardiovaskuler, kelainanendokrin.
o Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik,
Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
o Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster
otikus, labirintitisakuta, perdarahan labirin, neuritis VIII, cedera
pada auditivainterna/arteria vestibulokoklearis.
o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom
arteriavestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo
epidemika, sklerosismultipleks, hematobulbi, sumbatan arteria
serebeli inferior posterior.
5
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik
turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang
dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga
menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo
dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.
2.6 Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik, seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik
turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
6
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan
tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan
perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang
berbeda-beda.
1. Anti kolinergik
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2. Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin
7
a. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk
terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi Rehabilitasi
Penatalaksanaan Keperawatan
8
c.Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e. Bila vertigo tidak hilang, banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama
atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut.
B) Terapi Non-Farmakalogi
Berikut di bawah ini beberapa langkah yang sederhana saja dalam membuat
ramuan herbal dan tradisional, berikut di bawah ini penjelasannya:
9
2. Mengobati vertigo dengan daun sirsak
Di dalam daun Sirsak memiliki kandungan zat acetogenins, lemak, fosfor,
fruktosa, zinc, vitamin A, Vitamin B serta kalsium yang terakhir. Dimana
kandungan-kandungan tersebut memiliki manfaat yang besar seperti
untuk menurunkan tekanan darah tinggi / hipertensi, mengatasi gejala
stress yang ada di dalam jiwa, serta meminimalisir rasa depresi karena
berbagai aktivitas berat yang dilakukan sehari-hari.
1. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
2. Pemeriksaan khusus
a. ENG
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
b. EEG, EM
10
ASUHAN KEPERAWATAN
11
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat
menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup
(GPAH)
Berat badan bayi waktu lahir dan usia
gestasi
Pengalaman persalinan, jenis
persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
Komplikasi maternal seperti diabetes,
hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
Komplikasi pada bayi
Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk
menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).
Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah
tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat
buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
pada janin.
d) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada
kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat
12
infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada
persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan
pada ibu hamil:
I. Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada
areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di
daerah abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut
berkurang.Wajah
II. Mata : pucat, anemis
III. Hidung
IV. Gigi dan mulut
V. Leher
VI.Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting
susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
VII. Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik dan pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas.
Diafragma meningga.
Perubahan pernapasan abdomen
menjadi pernapasan dada.
VIII. Abdomen
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
IX.Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang
menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
Hipertropi epithelium
X. System musculoskeletal
13
Persendian tulang pinggul yang
mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum
abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
4) Khusus
Tinggi fundus uteri
Posisi dan persentasi janin
Panggul dan janin lahir
Denyut jantung janin
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan dalam jumlah yang besar.
2. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan /
organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun.
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
C. INTERVENSI
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan kardiak Setelah dilakukannya 1. Kaji dan catat 1. Pengkajian yang
output tindakan keperawatan TTV, TD serta akurat mengenai
berhubungan 2 X 24 jam diharapkan jumlah status hemodinamik
dengan perdarahan penurunan kardiak perdarahan. merupakan dasar
2. Bantu pemberian
dalam jumlah yang output tidak terjadi untuk perencanaan,
pelayanan
besar atau teratasi dengan intervensi, evaluasi.
kesehatan atau 2. Memperbaiki volume
kriteria hasil :
mulai sarankan vaskuler
Volume darah terapi cairan IV membutuhkan terapi
intravaskuler atau terapi IV dan intervensi
dan kardiak transfusi darah farmakologi.
output dapat sesuai Kehilangan volume
diperbaiki kebutuhan. darah harus diperbaiki
sampai nadi, untuk mencegah
14
tekanan darah, komplikasi seperti
nilai infeksi, gangguan
hemodinamik, janin dan gangguan
serta nilai vital ibu hamil.
laboratorium
menunjukkan
tanda normal.
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Terapi 1. Kehadiran
berhubungan tindakan keperawatan bersama perawat dan
dengan kurangnya selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara
pengetahuan efek diharapkan ansietas menyatakan empati merupakan
perdarahan dan dapat berkurang perasaan. alat terapi yang
2. Menentukan
manejemennya. dengan kriteria hasil : potensial untuk
tingkat
mempersiapkan
Pasanga pemahaman
pasangan untuk
n dapat pasangan
menanggulangi situasi
mengungkapka tentang situasi
yang tidak
n harapannya dan manajemen
diharapkan.
dengan kata- yang sudah 2. Hal yang
kata tentang direncanakan. diberikan perawat
manajemen 3. Berikan
akan memperkuat
yang sudah pasangan
penjelasan dokter dan
direncanakan, informasi tentang
untuk memberitahu
sehingga dapat manajemen yang
dokter jika ada
mengurangi sudah
penjelasan yang
kecemasan direncanakan.
penting.
pasangan. 3. Pendidikan
pasien yang diberikan
merupakan cara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas. Pengetahuan
akan mengurangi
15
ketakutan akan ha-hal
yang tidak diketahui.
3. Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Kaji jumlah 1. Hemoragi
(janin) b/d hipoksia tindakan keperawatan darah yang berlebihan dan
jaringan/ selama 3 x 24 hilang. Pantau menetap dapat
organ,profil darah diharapkan resiko tanda/gejala mengancam hidup
abnormal,kerusaka cidera dapat teratasi syok. klien atau
2. Catat suhu,
n system imun. dengan kriteria hasil : mengakibatkan infeksi
hitung SDP, dan
pascapartum, anemia
Menunju bau serta warna
pascapartum, KID,
kkan profil rabas vagina,
gagal ginjal, atau
darah dengan dapatkan kultur
nekrosis hipofisis
hitung SDP, Hb, bila dibutuhkan.
yang disebabkan oleh
dan 3. Catat
hipoksia jaringan dan
pemeriksaan masukan/haluara
malnutrisi.
koagulasi DBN n urin. Catat
2. Kehilangan darah
normal. berat jenis urin.
berlebihan dengan
4. Berikan
penurunan Hb
heparin, bila
meningkatkan risiko
diindikasikan.
5. Berikan klien untuk terkena
antibiotic secara infeksi.
3. Penurunan
parenteral
perfusi ginjal
mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
4. Heparin dapat
digunakan pada KID
di kasus kematian
janin, atau kematian
satu janin pada
kehamilan multiple,
atau untukmemblok
16
siklus pembekuan
dengan melindungi
factor-faktor
pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan
pembedahan
5. Mungkin
diindikasikan untuk
mencegah atau
meminimalkan infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana
plasenta terletak di bagian bawah rahim, sebagian atau
seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan
perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan. Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
atau derajat abnormalitas tertentu : plasenta previa totalis,
plasenta previa lateralis, plasenta previa marginalis, plasenta
previa letak rendah. Banyaknya faktor yang menyebabkan
kejadian plasenta previa disebabkan oleh umur, paritas, riwayat
abortus, riwayat sectio sesarea, malnutrisi, kehamilan ganda,
dan riwayat plasenta previa, gejala umumnya terjadi
pendarahan, dan warna darah merah segar.
3.2 Saran
Demikian makalah yang kelompok kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang
ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Dan
apabila ada terdapat kesalahan kata mohon dapat mema'afkan
dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak
luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
18
DAFTAR PUSTAKA
ginekologi FK Unhas
EGC
50, 128.
1–17.
Trianingsih, I., Mardhiyah, D., Budi, A., & Kunci, K. (2015). Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Pada Timbulnya Kejadian Placenta Previa
Factors Influencing the Occurrence of Placenta Previa, 23(2), 103–
19
113.
World Health Organization (WHO). 2013. Bulletin of The World Health
Organization 2012; 90: 478-478A.
.
20