Anda di halaman 1dari 51

Sistem Instrumentasi Dan Tanda Peringatan

Tuesday, February 21st, 2017 - Kelistrikan, Sepeda Motor


Sistem Instrumentasi dan Tanda Peringatan (Instrumentation and Warning System)

Yang dimaksud dengan instrumentasi adalah perlengkapan sepeda motor berupa alat ukur yang memberikan
informasi kepada pengendara tentang keadaan sepeda motor tersebut. Sistem instrumentasi pada sepeda motor
tidak sama jumlahnya, mulai dari sepeda motor dengan instrumentasi sederhana sampai sepeda motor yang
dilengkapi dengan instrumen yang banyak. Sistem instrumentasi yang lengkap antara lain terdiri dari;
speedometer (pengukur kecepatan kendaraan), tachometer (pengukur putaran mesin), ammeter (pengukur arus
listrik), voltmeter (pengukur tegangan listrik), clock (jam), fuel and temperature gauges (pengukur suhu dan
bahan bakar), oil pressure gauge (pengkur tekanan oli) dan sebagainya.

Sama halnya dengan sistem instrumentasi, sistem tanda peringatan (warning system) pada sepeda motor juga
tidak sama jumlahnya. Kebanyakan model sepeda motor generasi sekarang, lampu-lampu tanda peringatan
disusun dan dipasangkan pada suatu tampilan (display) lengkap yang akan menampilkan status/keadaan dan
kondisi umum dari mesin. Pada beberapa model, instrumentasi di dihubungkan dengan central control unit (unit
pengontrol) yang akan memonitor seluruh aspek dari mesin dan fungsi sistem kelistrikan saat mesin dijalankan.
Informasinya diperoleh dari berbagai swicth (saklar) dan sensor. Jika dalam sistem muncul kesalahan (terdapat
masalah) akan ditampilkan dalam bentuk warning light (lampu tanda peringatan) atau dalam panel LCD (liquid
crystal display) bagi beberapa model sepeda motor.

Gambar 1. Contoh tampilan (display) instrument tanda pada sepedamotor


Bagian Sistem Instrumentasi dan Tanda Peringatan Sepeda Motor
1. Speedometer

Speedometer adalah alat untuk memberikan informasi kepada pengendara tentang kecepatan kendaraan
(sepeda motor). Speedometer pada sepeda motor ada yang digerakkan secara mekanik, yaitu kawat baja (kabel
speedometer) dan secara elektronik. Speedometer yang digerakkan oleh kabel biasanya dihubungkan ke gigi
penggerak pada roda depan, tetapi ada juga yang dihubungkan ke output shaft (poros output)
transmisi/persneling untuk mendapatkan putarannya.
2. Lampu indicator gigi persneling

Pada tampilan pada panel instrument sepedamotor juga dilengkapi dengan lampu indicator gigi persneling dari
gigi nol (netral) sampai gigi tertinggi. Namum yang perlu dicermati adalah Neutral Switch (Saklar Netral) yaitu
saklar yang menunjukkan gigi transmisi posisi sedang netral hal ini penting dimunculkan karena terkait dengan
keamanan pengendara ketika akan memulai (starter) menghidupkan mesin kendaraan. Sehingga kendaran tidak
meloncat saat mesin akan dihidupkan (baik menggunakan motor listrik maupun menggunakan engkol kaki (kick
starter) Umumnya posisi neutral switch berada di rumah transmisi dan dihubungkan dengan (poros mekanisme
pemindah gigi yang disebut sift drum. Pada saat gigi transmisi netral, kontak pada saklar akan terhubung
dengan massa, sehingga mengakibatkan lampu netral menyala. Pada sepeda motor yang dilengkapi sistem
pengaman, neutral switch juga digunakan untuk mencegah sistem starter tidak bisa dihidupkan jika posisi
transmisi sedang masuk gigi.
Gambar 2. Rangkaian neutral, clutch, dan sidestand switch

Berdasarkan gambar 24 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rangkaian starter relay pada sistem starter
baru bisa dihubungkan ke massa jika clutch switch dan kickdown switch posisi menutup atau neutral switch saja
yang menutup. Clucth switch menutup jika kopling sedang ditarik, sidestand switch menutup jika posisi sidestand
sedang dinaikkan (tidak sedang dipakai untuk menyandarkan sepdea motor). Sedangkan neutral swicth
menutup kalau posisi gigi transmisi sedang netral (transmisi tidak masuk gigi).
3. Brake light switch (saklar lampu rem)

Fungsi brake light switch adalah untuk menghidupkan lampu rem ketika rem depan atau rem belakang sedang
digunakan. Saklar rem depan biasanya tipe pressure switch (saklar tekanan) yang digerakkan oleh sistem
hidrolik rem depan. Sedangkan saklar rem belakang biasanya tipe plunger yang digerakkan melalui pegas pedal
rem belakang, dan dapat distel sesuai ketinggian pedal dan jarak bebas rem

Gambar 3. Saklar rem belakang (A = saklar rem belakang tipe plunger, B = pegas, dan C = pedal rem)

Berdasarkan gambar di atas, jika pedal rem ditarik/ditekan, maka saklar rem akan menutup yang akan
menghubungkan arus dari baterai ke massa melalui lampu rem. Akibanya lampu rem akan menyala.

Gambar 4. Saklar sistem lampu rem


4. Meter bahan bakar (Fuel level meter)
Salah satu kelengkapan system instrumentasi pada sepedamotor adalah pengukur kapasitas bahan bakar dalam
tangki, dimana system ini terdiri dari beberapa komponen antara ain :
1. Variable resitor, yaitu tahanan yang mempunyai nilai berubah-ubah yang berfungsi sebagai perubah
arus listrik, yang mengalir pada unit fuel meter. (diletakkan pada kemudi).
2. Pelampung, yaitu komponen yang berfungsi merubah nilai tahanan berdasarkan ketinggian permukaan
bahan bakar pada tangki bahan bakar. (diletakkan di dalam tangki bahan bakar).

Prinsip Kerja :
 Pada saat bensin penuh.

Gambar 5. Saat bahan bakar dalam kondisi penuh

Pada saat bensin penuh tangkai pelambung akan berada pada posisi nilai tahanan listrik yang kecil
pada variabel resitor, sehingga arus listrik yang mengalir pada kumparan 1 lebih besar daripada
kumparan 2, yang akan menghasilkan garis gaya medan magnet (flux magnetik), yang akan
menghasilkan kutub magnit yang sejenis dengan kutub magnit pada lempengan magnit jarum penunjuk,
sehingga magnit tersebut akan saling tolak menolak sehingga jarum berputar kearah “FULL”/penuh,
sesuai dengan perputaran dari lempengan magnit.
 Pada saat bensin kosong :

Gambar 6. Saat bahan bakar dalam kondisi kosong

Tangkai pelampung berada pada nilai tahanan listrik yang besar, sehingga arus listrik pada kumparan 1
berkurang, yang menjadikan kumparan 2 arus listriknya bertambah, dan akan menghasilkan garis gaya
medan magnit yang sejenis dengan kutub magnit jarum, sehingga magnit akan saling tolak menolak,
dan lempengan magnit akan berputar ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) sampai jarum
tepat berada pada posisi “Empty” (kosong)

Bila kunci kontak dimatikan, maka tidak terjadi Flux magnetik pada kedua kumparan, sehingga magnit kembali
bergerak berputar pada posisi semula, hal ini disebabkan oleh adanya kemagnitan pada lempengan yang
memungkinkan lempengan selalu berada pada posisi tertentu, (kutub magnit selalu menunjuk ke arah
utara/seperti halnya kompas).

Di Indonesia setiap kendaraan bermotor wajib dilengkapi dengan sistem instrumentasi dan tanda peringatan
(Instrumentation and Warning System)
SISTEM STARTER PADA SEPEDA MOTOR

A. Pengertian Starter
Starter adalah alat yang menggunakan tenaga luar untuk menghidupkan
mesin
Sisiterm starter berfungsi sebagai penggerak awal supaya mesin bisa bekerja
B. Jenis – Jenis Starter
Ada tiga jenis starter yaitu :
1. Starter mekanik
Adalah starter yang sumber tenaga asanlya dari tenaga mausia. Contohnya
kick starter (starter
kaki), slenger ( starter untuk mesin diesel dan beberapa type mobil lama). Mesin
akan mulai
berputar karena adanya tenaga mnusia.
2. Starter listrik ( starter elektrik)
Adalah starter yang sumber tenaganya dari arus listrik. Starter ini banyak
digunakan pada mobil
dan saat ini sudah merembet pada sepeda motor.
3. Starter pneumatik
Adalah starter yang sumber tenaganya dari udara bertekanan. Starter ini
banyak dipakai pada
mesin – mesin kapal laut. Karena mesin kapal laut cukup besar, ala
menggunakan starter jenis ini.
C. Kompenen Sistem Starter Elektrik dan Fungsinya
Sistem starter elektrik memiliki beberapa komponen yaitu sebagai berikut:
1. Baterai / aki fungsinya sebagai sumber energi listrik
2. Sekering berfungsi untuk mencegah terjadinya arus yang berlebihan dan
mencegah terjadinya
keonsleting.
3. Kunci kontak untuk memutuskan dan mengubungkan arus listrik.
4. Relay starter atau orang bengkel menyebutnya bendik fungsinya untuk
mengalilrkan arus listrik
yang besar, dari beterai ke starter motor pada sirkuit motor starter.
5. Sakelar starter untuk menghidupkan mesin mesin kendaraan.
6. Motor starter berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi momen putar.
Gambar 1. Posisi kompenen starter pada sepeda motor

D. Kompenen - Kompenen Motor Starter

1. Tutup Motor
Berfungsi sebagai rumah armature dan sebagai tempat magnet tetap.
2. Armature
Berfungsi sebagai penghasil momen putar. pada armature terdapat
komutator yang berfungasi
sebagai terminal kumparan armature.
3. Sikat
Berfungsi sebagai menghantarkan arus listrik ke kumparan arnature
melalui komutator.
4. Pemegang Sikat
Berfungsi sebagai rumah sikat. Didalam pemegang sikat terdapat pegas
berfungsi untuk
menekan sikat agar dengan komutator.
5. Tutup Depan dan Belakang
Berfungsi sebagai rumah roda gigi reduksi.
6. Gasket
Sebagai perapt antara tutup bagian depan dan belakang
7. Roda Gigi Reduksi
Membuat perbandingan putaran antara output motor starter dan roda gigi
pinion yang
memutarkan poros engkol.Tujuannya agar didapatkan momen puntir yang
lebih besar.
Gambar 2. Komponen Motor Starter

C. Rangakian dan Cara Kerja Sistem Starter


CARA KERJANYA ADALAH
pada saat kunci kontak ON,saklar starter ditekan,arus mengalir;
BATERAI POSITIF - SEKERING - KUNCI KONTAK - RELAY STARTER -
SAKLAR STARTER - MASSA.
didalam relay starter terdapat kumparan, sehingga jika arus masuk masuk
kedalam kumparan relay starter, maka relay starter akan menjadi magnet,dan
plunyer pada relay starter akan menghubungkan terminal kabel besar dari positif
baterai dan yang menuju motor starter,sehingga aliran arusnya menjadi;
BATERAI POSITIF - TERMINAL RELAY STARTER - MOTOR STARTER -
MASSA. karena motor starter mendapatkan aliran arus, maka motor starter
berputar, memutarkan mesin.
Cara Kerja Sistem Pengapian Secara Detail +
Rangkaian
Amrie Muchta 2/21/2017

Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api pada


busi untuk proses pembakaran mesin. Untuk menghasilkan percikan
bunga api, sistem pengapian menggunakan metode induksi
elektromagnetik. Salah satu komponen sistem pengapian adalah ignition
coil. Fungsi ignition coil adalah untuk menghasilkan listrik bertegangan
tinggi. Selengkapnya bisa simak prinsip kerja ignition coil.

Listrik bertegangan tinggi tersebut disalurkan ke busi untuk menghasilkan


percikan api. Dilihat dari tipe pengapian, sistem pengapian memiliki 4
jenis yaitu pengapian konvensional, pengapian transistor, pengapian
elektronik, dan pengapian CDI.

Cara Kerja Sistem Pengapian.

Seperti yang di jelaskan diatas, empat jenis tipe sistem pengapian itu
memiliki perbedaan cara kerja. Namun pada prinsipnya sama-sama
menggunakan induksi elektromagnetik.

Baca pula ; 4 Macam sistem pengapian pada mesin beserta


karakteristiknya

1. Cara kerja Pengapian Konvensional


Sistem pengapian konvensional banyak digunakan pada mobil jadul
seperti kijang generasi awal dan colt. Cara kerja sistem pengapian
konvensional cukup sederhana.

Saat kunci kontak berada pada posisi ON, maka arus dari baterai
mengalir ke Ignition coil dan keluar menuju platina. Karena mesin belum
berputar (belum starting) maka platina akan menghubungkan arus ke
masa. Sehingga timbul kemagnetan pada kumparan primer.
Saat mesin starting, platina akan terputus saat cam menyentuh kaki
platina. Akibatnya kemagnetan pada kumparan primer bergerak ke
kumparan sekunder dan menghasilkan tegangan super tinggi mencapai
20 KV. Tegangan tersebut langsung disalurkan ke busi untuk proses
pemercikan.

Ketika cam tidak menyentuh kaki paltina, maka platina kembali


tersambung sehingga proses kemagnetan pada kumparan primer kembali
terjadi. Proses ini berlangsung secara terus menerus selama mesin hidup.
Untuk lebih detail, bisa baca Modul sistem pengapian Konvensional.
2. Cara kerja sistem pengapian transistor.

Sistem pengapian transistor masuk dalam kategori semi elektronik.


Sistem ini tidak lagi menggunakan platina melainkan sebuah transistor.
Fungsinya untuk menggantikan peran platina.

Untuk prinsip kerja sendiri, hampir sama dengan pengapian konvensional.


Saat kunci kontak ON maka arus dari baterai mengalir ke ignition coil dan
output coil terhubung ke kaki transistor.

Transistor merupakan saklar elektronik yang memiliki tiga kaki. Saat kaki
basis mendapatkan arus listrik walau kecil, maka kaki colector dan emitor
akan terhubung. Namun jika kaki basis tidak mendapat suplai listrik,
maka colector dan emitor akan terputus.

Saat mesin belum menyala, kaki basis akan mendapatkan suplai arus
sehingga emitor dan colector terhubung. Akibatnya ada kemagnetan di
ignition coil.

Advertisement
Saat mesin starting, komponen pulser akan mengirimkan sinyal dengan
frekuensi tertentu yang menandakan timing pengapian. Sinyal ini akan
memutuskan dan menyambungkan arus basis dengan interval tertentu.
Saat arus basis terputus, terjadi induksi elektromagnetik pada coil.
Hasilnya tegangan tinggi dari koil sekunder yang disalurkan ke busi.

Ada dua jenis pengapian transistor, yaitu tipe semi transistor dan Fully
transistor. Baca Module sistem pengapian elektronik untuk lebih lengkap.

3. Cara kerja Sistem pengapian


DLI(Distributor Less Ignition)

Sistem DLI juga merupakan tipe pengapian elektronik. Namun berbeda


dengan pengapian transistor, Sistem DLI tidak lagi menggunakan
Distributor untuk membagi tegangan.

Untuk cara kerja pengapian DLI sama dengan sistem pengapian


transisitor, bedanya arus dari koil sekunder langsung di teruskan kebusi.
Biasanya sistem ini memiliki banyak coil.

Saat mesin mulai berputar, sensor CKP dan CMP akan mengirimkan sinyal
ke ECM. Di dalam ECM sinyal tersebut akan dikombinasikan dengan data
dari beberapa sensor lain untuk menentukan timing pengapian.

Output dari sensor berupa sinyal yang akan memutuskan arus primer coil.
Sehingga terjadilah induksi elektrimagnetik. Model pengapian DLI banyak
diaplikasikan pada kendaraan modern. Selain lebih akurat, sistem ini juga
dapat membuat kinerja mesin lebih efisien.

Rangkaian pengapian DLI terlihat lebih sederhana namun perlu keahlian


tertentu untuk mendeteksi kesalahan pada sistem ini. Selengkapnya,
simak Mengupas teknologi DLI (Distributor less ignition).

4. Cara kerja pengapian CDI (Capasitor


Discharge Ignition)

Untuk jenis pengapian terakhir, lebih populer digunakan pada sepeda


motor. Meski memiliki prinsip yang sama yaitu induksi elektromagnet,
namun ada perbedaan pada cara kerja.

Sesuai namanya, cara kerja pengapian CDI menggunakan metode


pengosongan arus (Discharging) menggunakan komponen capasitor yang
fungsinya mirip dengan baterai. Capasitor adalah komponen elektronika
yang mampu menyerap energi listrik dan menyalurkanya ke rangkaian
kelistrikan.
Saat kunci kontak pada posisi ON, arus dari baterai atau spul menuju
transformator untuk diperbesar teganganya, kemudian langsung diserap
oleh Capasitor.

Ketika mesin starting, maka pulser akan mengirimkan sinyal ke CDI unit.
Sinyal tersebut akan mengubah arah arus capasitor menuju rangkaian
ignition coil. Karena capasitor dalam keadaan terisi tegangan penuh,
maka terjadilah aliran listrik dari capasitor menuju ignition coil.

Sehingga menumbulkan kemagnetan yang akan menginduksi koil


sekunder untuk menghasilkan tegangan super tinggi. Rangkaian
pengapian CDI berbeda dengan ketiga jenis pengapian sebelumnya.
Simak module pengapian CDI pada motor agar lebih lengkap.

Untuk komponen sistem pengapian, secara umum memiliki komponen


yang sama. Hanya berbeda pada metode pemutusan arus. Untuk sistem
pengapian DLI saat ini lebih populer karena memiliki kelebihan pada fuel
efisiensi dan performa.

Itulah artikel mengenai cara kerja sistem pengapain secara singkat dan
padat. Untuk lebih jelas lagi, silahkan baca masing-masing module
pengapian.
Dilihat dari cara kerja sistem ini dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu

1. Sistem pengapian konvensional


Sistem pengapian konvensional, bekerja secara mekanis dengan memanfaatkan
kontak platina untuk memutuskan arus listrik.

2. Sistem pengapian transistor


Sistem pengapian transistor (elektronik) bekerja secara elektronik dengan
menggunakan transistor untuk memutuskan arus primer.

3. Sistem pengapian CDI


Sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) memanfaatkan capasitor
untuk memutuskan arus primer. Sistem ini lebih populer pada sepeda motor.

4. Sistem pengapian DLI


Sistem pengapian DLI (Distributor less Ignition) hampir sama dengan pengapian
transistor, namun sistem ini tidak dilengkapi distributor karena mengusung Coil
pack. Sistem ini banyak diaplikasikan pada kendaraan modern.

Untuk pembahasan kali ini, kita akan fokus pada pembahasan cara kerja sistem
pengapian transistor (Fully Transistor).

Apa itu Sistem pengapian Transistor?


Sistem pengapian Transistor (Fully Transistorized Ignition) adalah sistem
pengapian yang memanfaatkan komponen transistor sebagai saklar elektronik
sebagai pemutus arus primer untuk menghasilkan induksi elektromagnetik.

Sistem pengapian ini akan menggantikan jenis pengapian konvensional masih


banyak memanfaatkan komponen mekanikal. Sistem pengapian transistor
diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Lucas. Saat itu model pengapian ini
digunakan pada mesin BRM dan Coventry Climax F1.

Pengapian elektronik (transistor) dibagi menjadi dua macam yaitu

1. Sistem pengapian semi transistor


Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi untuk
memutus arus primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki basis
pada transistor.

2. Sistem pengapian fully transistor


Sistem kedua sudah tidak menggunakan platina atau murni pengapian elektrik.
Untuk memutuskan arus pada kaki basis, digunakan alat berupa igniter yang
akan mengirimkan sinyak sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus pada
kaki basis transistor.

Kelebihan sistem pengapian transistor dibandingkan sistem pengapian


konvensional

1. Tidak perlu melakukan penyetelan

Pada sistem pengapian konvensional, terdapat komponen platina sebagai


pemustus arus primer yang bekerja membuka dan menutup kontak saat kaki
platina terkena gerakan Cam.

Di area kontak point menjadi daerah yang paling penting untuk menentukan
keberhasilan sistem pengapian. Untuk itu perawatan berupa penyetelan celah
platina harus dilakukan secara rutin.

Namun pada sistem pengapian transistor, tidak memiliki kontak point yang
bekerja buka tutup. Melainkan saklar elektronik berupa transistor yang akan
memutus dan menghubungkan arus sehingga penyetelan tidak diperlukan pada
pengapian ini.

2. Tidak ada gesekan antar logam

Pada pengapian konvensional, kontak platina akan dikontrol oleh cam yang
terhubung dengan poros engkol mesin. Cam tersebut akan bergesekan dengan
kaki platina. Dalam jangka waktu tertentu, akan menyebabkan keausan pada
kedua komponen tersebut. Sehingga sistem pengapian akan terganggu.

Beda halnya dengan pengapian transistor yang bekerja secara elektronik. Dalam
pemutusan arus, transistor tidak membutuhkan gesekan antar komponen. Untuk
lebih jelas tentang cara kerja pengapian transistor bisa baca dibawah.

Komponen Sistem Pengapian Transistor


1. Baterai

Baterai berfungsi untuk menyediakan dan menyimpan pasokan arus listrik untuk
keperluan elektrikal kendaraan, salah satunya untuk sistem pengapian
elektronik ini.

2. Ignition Coil
Ignition Coil berfungsi untuk menaikan tegangan secara spontan mencapai 20
KV. Didalam ignition coil terdapat dua coil utama, coil primer yang berguna
untuk membangkitkan medan magnet. Dan coil sekunder yang memiliki lilitan
tembaga lebih banyak untuk menerima medan magnet.

Ignition coil bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik dengan


meletakan kumparan dengan jumlah lilitan sekunder lebih banyak. Sehingga
dapat menimbulkan efek step-up. untuk lebih lengkap simak cara kerja ignition
coil

Ignition coil berbeda dengan trafo. Komponen ini bekerja sesaat saja karena
akan terjadi induksi elektromagnetik ketika arus primer terputus. Namun
tegangan sekunder yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada trafo step up.

3. Transistor unit
Transistor unit berfungsi sebagai komponen utama yang bertugas untuk
memutuskan dan menyambungkan arus primer. Komponen ini akan
menggantikan platina sebagai pemutus arus.

Advertisement

Transistor adalah komponen elektronika berbahan semi konduktor yang memiliki


tiga terminal yaitu Kolektor, emitor, dan basis. Sesuai namanya, transistor bisa
berfungsi sebagai isolator dan konduktor.

Saat basis diberikan arus listrik, maka transistor berfungsi sebagai konduktor
dengan kata lain kolektor dan emitor tersambung. Namun saat arus basis
dihentikan, kolektor dan emitor akan terputus atau transistor berfungsi sebagai
isolator.

4. Pulse igniter (Fully Transistor)

Pulse igniter adalah komponen yang berfungsi untuk mendeteksi timing


pengapian berupa sinyal PWM yang digunakan untuk memutuskan arus basis
pada transistor.

Pulse igniter juga bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet. Komponen ini
menggunakan bahan magnet permanen yang diposisikan berada didekat rotor
berverigi. Rotor ini tersambung dengan putaran mesin, sehingga saat mesin
berputar gigi pada motor akan memotong GGM pada magnet yang menghasilkan
sinyal PWM.

Sinyal ini memilili frekuensi sesuai dengan putaran mesin. Dan gigi pada rotor
akan menunjukan timing pengapian tiap silinder.

5. Distributor
Layaknya sistem pebgapian konvensional, distributor menjadi komponen yang
tidak boleh ketinggalan. Pasalnya, komponen ini akan membagikan listrik
bertegangan tinggi dari coil sekunder ke masing-masing busi sesuai dengan FO
(Firing Order).

Untuk sistem pengapian semi transistor, masih terdapat komponen platina


sebagai pemutus arus basis transistor. Karena hanya memutuskan arus basis,
maka tidak terjadi percikan pada platina sehingga kebih awet.

6. Busi

Busi menjadi komponen terakhir yang berfungsi untuk memercikan bunga api
didalam silinder saat akhir langkah kompresi. Busi sebenarnya hanya
menyalurkan listrik bertegangan tinggi dari coil sekunder melewati elektroda
didalam busi.

Diujung elektroda terdapat celah sekitar 0,8 mm antara elektroda dan masa.
Dengan besarnya tegangan yang ada dan kecilnya celah tersebut menghasilkan
lompatan arus listrik yang selalu mencari ground.

Cara Kerja Sistem pengapian Transistor


Prinsip kerja pengapian transistor (elektronik) pada mobil hampir sama dengan
pengapian konvensional dan perbedaan terletak pada cara pemutusan arus
primer. Namun baik pengapian semi transistor dan pengapian fully transistor
memiliki perbedaan cara kerja.
1. Cara kerja sistem pengapian semi transistor

Saat kunci kontak berada pada posisi ON maka arus dari baterai masuk ke
sistem utama salah satunya sistem ignition. Arus mengalir ke ignition coil dan
keluar menuju transistor unit.

Didalam transistor unit, Arus tersebut terhubung dengan kaki kolektor pada
transistor sementara kaki emitor terhubung dengan masa. Sementara kaki basis
terhubung dengan rangkaian platina.

Ditempat terpisah, arus listrik juga mengalir menuju platina yang terletak
didalam distributor dan keluar menuju kaki basis pada transistor unit.

Saat mesin belum menyala, cam didalam distributor dalam posisi diam sehingga
platina dalam keadaan tertutup atau tersambung. Dalam kondisi ini, kaki basis
akan dialiri arus dari platina yang menyebabkan kolektor dan emitor terhubung.

Arus dari coil primer yang terhubung dengan kolektor, akan diteruskan ke masa
melalui kaki emitor. Hasilnya akan timbul medan magnet pada coil primer.

Saat mesin berputar, cam didalam distributor juga ikut berputar. Hal itu
menyebabkan platina dalam kondisi terbuka dan tertutup. Saat platina dalam
kondisi terbuka atau terputus, arus listrik yang menuju kaki basis juga ikut
terputus. Sehingga kaki kolektor dan emitor juga ikut terputus.

Terputusnya hubungab kolektor dan emitor menyebabkan pergerakan medan


magnet pada coil primer yang mengenai coil sekunder. Sehingga terjadi lonjakan
tegangan pada coil sekunder. Listrik bertegangan tinggi tersebut langsung
disalurkan ke busi melalui distributor.
2. Cara kerja sistem pengapian full transistor

Untuk pengapian full transistor tidak lagi dilengkapi dengan platina. Komponen
ini digantikan oleh pulse igniter.

Alurnya, kunci kontak berada pada posisi ON, arus dari baterai mengalir ke
ignition coil. Dari output arus coil primer akan masuk menuju komponen
transistor unit. Sementara output coil sekunder masuk menuju busi.

Pada rangkaian lain, arus dari baterai juga mengalir menuju transistor unit
sebagai referensi tegangan pada transistor unit.

Saat mesin belum menyala, pulse igniter juga dalam keadaan diam tidak
bereaksi. Sehingga tidak ada pulse atau sinyal dari pulse igniter yang dikirimkan
ke transistor unit. Hal itu menyebabkan rangkaian arus primer coil terhubung
yang menyebabkan adanya medan magnet pada coil primer.

Saat mesin mulai berputar, pulse igniter akan mengirimkan sinyal PWM dengan
frekuensi tergantung kecepatan mesin. Sinyal tersebut akan diolah terlebih
dahulu oleh controler yang terletak satu unit dengan transistor unit.

Selanjutnya, controler akan memutuskan arus pada kaki basis transistor saat
mendapatkan sinyal PWM dari pulse igniter. Saat basis terputus, otomatis arus
dari kolektor juga terputus. Sehingga pada coil primer terjadi pergerakan medan
magnet menuju coil sekunder.

Hal itu menyebabkan lonjakan tegangan pada coil sekunder yang langsung
diteruskan menuju masing-masing busi melalui komponen distributor.
Demikian materi mengenai cara kerja sistem pengapian Transistor (Elektronik)
pada mobil. Untuk mengenal berbagai macam sistem pengapian, bisa
simak mengenal semua jenis sistem pengapian pada mesin. Semoga dapat
bermanfaat.
Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional Mobil
Amrie Muchta 8/24/2017

Anda mungkin sudah tahu kalau dinamo alternator adalah komponen utama
penyuplai kelistrikan kendaraan. Namun, alternator tidak bekerja sendirian. Untuk
menyuplai kelistrikan kendaraan secara stabil pada 12 volt harus ada rangkaian
sistem pengisian.

Lalu seperti apa rangkaian dan cara kerja sistem pengisian pada mobil ini ? mari kita
bahas secara detail pada artikel dibawah ini.

Prinsip Kerja Sistem Pengisian

Sistem pengisian bekerja dengan menggunakan alternator sebagai komponen


utama. Apa itu alternator ?
Altenator adalah perangkat kelistrikan yang berfungsi untuk mengubah gerakan
rotasi menjadi energi listrik AC, atau alternator ini disebut juga generator AC atau
dinamo.

Tetapi kelistrikan mobil itu DC, mengapa alternator menghasilkan arus AC ?

Memang benar alternator menghasilkan arus AC karena alternator AC ini memiliki


desain dan konstruksi yang simple. Tapi sebelum arus listrik disalurkan ke kelistrikan
mobil, terlebih dahulu dilewatkan pada sebuah dioda bridge atau rectifier. Fungsinya
sebagai penyearah atau pengubah arus AC menjadi DC, sehingga bisa dipakai pada
kelistrikan mobil.

Bagaimana cara altenator menghasilkan listrik ?

Pada artikel tentang Prinsip kerja alternator, sudah dijabarkan bagaimana cara
altenator mengubah putaran dari pulley mesin menjadi arus listrik. Anda bisa buka
artikel tersebut untuk lebih lengkap.

Secara ringkas, altenator menggunakan gaya elektromagnet dimana apabila medan


magnet berputar disekitar kumparan listrik maka akan memicu aliran listrik pada
kumparan tersebut. Aliran listrik inilah yang nanti dipakai untuk kelistrikan mobil.

Namun, arus listrik yang keluar dari alternator ini tidak bisa langsung disalurkan ke
kelistrikan mobil, alasannya besar arus yang keluar dari alternator dipengaruhi RPM
rotor. Saat putaran rotor rendah maka listrik yang dihasilkan juga kecil, dan
kebalikannya saat RPM rotor tinggi maka listrik yang dihasilkan bisa lebih dari 12 V.
Hal ini tentu bisa membahayakan komponen kelistrikan.

Oleh sebab itu, pada sistem pengisian ada komponen tambahan yang wajib berupa
regulator atau pada sepeda motor lebih populer dengan sebutan kiprok. Fungsi
regulator/kiprok ini yakni untuk mengatur tegangan listrik yang keluar dari alternator
sebelum disalurkan ke rangkaian kelistrikan kendaraan.

Pada sistem pengisian konvensional, regulator yang dipakai adalah tipe point atau
plat yang bekerja secara konvensional. Seperti apa rangkaian pengisian
konvensional ? simak dibawah.
Rangkaian Sistem Pengisian Konvensional

1. Saat Kunci kontak "ON"

Dari baterai, arus mengalir melewati fuseble link dan karena kunci kontak terhubung
maka arus mengalir ke rangkaian regulator. Ada dua cabang yang dialiri arus listrik,
yakni

 Cabang rangkaian Lampu CHG


 Cabang Rangkaian induksi Rotor

Pada cabang yang pertama, arus dari kunci kontak melalui fuse, kemudian melewati
lampu CHG dan masuk ke terminal L Regulator. Didalam regulator, arus dari
terminal L dialirkan ke kontak P0, pada posisi normal Kontak P0 terhubung dengan
kontak P1 yang merupakan kontak masa. Sehingga lampu CHG hidup.
Advertisement

Pada cabang lainnya, arus dari kunci kontak melewati fuse kemudian masuk ke
terminal IG regulator. Didalam regulator terminal IG terhubung ke kontak PL1
Voltage regulator. Pada posisi normal, Kontak PL1 dan PL0 terhubung, sehingga
arus dari PL1 diteruskan ke kontak PL0. Sementara kontak PL0 terhubung ke
terminal F yang merupakan sambungan terminal pada Rotor Altenator, yang sudah
tersambung dengan masa. Sehingga terjadi kemagnetan pada rotor altenator.

2. Saat Mesin Dihidupkan

Saat mesin dihidupkan, maka pulley altenator akan berputar sehingga rotor yang
sudah memiliki kemagnetan akan berputar didalam kumparan akibatnya timbul
pergerakan elektron pada kumparan stator. Akibatnya arus pun mengalir dari
altenator menuju output altenator.

Arus yang keluar dari altenator bersifat bolak-balik (AC) sementara kelistrikan mobil
memerlukan arus searah (DC). Sehingga sebelum disalurkan ke output altenator
dihubungkan, terlebih dahulu arus di lewatkan ke dioda bridge. Baru bisa disalurkan
secara langsung ke baterai.

Output altenator ada dua, yakni pada terminal N dan terminal B. terminal N masih
bersifat AC yang digunakan untuk menonaktifkan lampu CHG, rangkaiannya dari
altenator masuk ke terminal N regulator. Didalam regulator arus dari terminal N
disalurkan ke kumparan Voltage relay, sehingga terjadilah kemagnetan yang
menarik kontak P0 ke kontak P2.

Sementara itu, kontak P2 merupakan arus positif dari altenator namun lampu CHG
akan tetap menyala karena memperleh masa dari kumparan voltage regulator.

Sementara itu, pengaturan tegangan output altenator akan dilakukan oleh voltage
regulator yang dimulai ketika kontak P0 terhubung dengan kontak P2.

Kontak P0 yang terhubung dengan rangkaian lampu CHG juga terhubung dengan
kumparan pada voltage regulator, sehingga saat kontak P0 terhubung dengan
kontak P2 otomatis arus yang mengalir ke kumparan voltage regulator akan semakin
besar.

Dalam pengaturannya, regulator tidak mengatur arus output altenator melainkan


arus input rotor coil. Dengan kata lain, besar kecil arus rotor akan mempengaruhi
kemagnetan rotor yang berimbas pada kekuatan aliran atau tegangan output
altenator.

Baca juga : Cara kerja sistem pengisian sepeda motor

Bagaimana Regulator bisa mengatur output altenator lewat tegangan input Rotor ?

Sebekumnya, kita telah membahas bahwa kontak P2 terhubung dengan arus output
altenator yang sudah disearahkan. Sehingga semakin tinggi RPM mesin semakin
besar pula arus di kontak P2 ini, sementara itu kontak P2 sudah tersambung ke
kumparan Voltage regulator sehingga besar kecilnya output altenator mempengaruhi
besar kecilnya kemagnetan pada voktage regulator.

1. Saat kecepatan idle

Pada kecepatan idle atau stationer, output yang dihasilkan altenator itu relatif kecil
yakni antara 10 sampai 12 volt. Sehingga kemagnetan pada voltage regulator
cenderung kecil. Hal ini menyebabkan kontak PL0 tetap terhubung dengan kontak
PL1, sehingga arus input ke rotor bisa maksimal hingga 12 volt.

2. Saat kecepatan sedang

Ketika RPM mesin bertambah, putaran altenator juga bertambah sehingga arus
output semakin besar. Hal ini menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator
juga semakin besar sehingga kontak PL0 tertarik kearah bawah yang membuat
terputusnya hubungan kontak PL1 dan PL0.

Hal itu menyebabkan arus dari terminal IG tersalur ke sebuah resistor sebelum
dihubungkan ke rotor coil altenator, sehingga arus yang masuk ke rotor tidak sampai
12 volt yakni sekitar 8 - 10 volt. Hal itu menyebabkan arus output altenator bisa lebih
kecil meski RPM rotor lebih cepat.

3. Saat RPM mesin tinggi

Ketika RPM mesin tinggi, secara otomatis arus yang keluar dari altenatyor juga
semakin besar. Hal itu menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator semakin
besar sehingga kontak PL0 bjsa tertarik sepenuhnya hingga menyentuh kontak PL2.

Sementara itu kontak PL2 terhubung dengan massa. Sehingga arus dari terminal IG
langsung di hubungkan ke masa. Hal itu akan menyebabkan drop voltage pada
rangkaian Rotor, karena arus listrik akan selalu mengalir ke masa. Memang arus
rotor masih ada namun tegangannya drop karena arus tersebut sudah digiring ke
massa, akubatnya arus output altenator bisa lebih kecil maksimal 14 volt meski
mesin berada pada top speed.

Hal itu berjalan secara berkelanjutan selama mesin hidup, sehingga kontak PL0
akan selalu bergerak menjauhi dan mendekati kontak PL2 sesuai dengan kondisi
RPM mesin.

Komponen Sistem Pengisian Konvensional

 Baterai
 Altenator
 Regulator
 Lampu CHG
 Kunci kontak
 Fuse & Fuseble link
 Kabel penghubung

Untuk tugas masing-masing komponen bisa baca : Komponen Sistem Pengisian


Beserta Fungsinya

Demikian artikel singkat mengenai cara kerja sistem pengisian konvensional pada
mobil. Semoga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.
Cara kerja sistem pengaman starter dan contohnya pada sepeda motor
1. 1. Cara Kerja Sistem Pengaman Starter dan Contohnya Pada Sepeda Motor Adanya sistem
pengaman starter pada sepeda motor akan memberikan keamanan dan safety tambahan bagi
pengendara ketika memakai sepeda motornya. Sistem starter tersebut tidak akan hidup jika tidak
sesuai dengan kondisi atau syarat yang ditentukan, misalnya pada scooter yang memakai
transmisi otomatis (yamaha nou*o) sistem starternya tidak bisa hidup jika rem belakang atau rem
depan ditekan. Contoh yang lain adalah sistem starter tidak akan hidup jika gigi transmisi dalam
keadaan masuk (tidak dalam posisi netral) atau jika kopling tidak ditekan. Namun sebelum
membahas sistem pengaman yang ada pada sistem starter ini, mungkin sobat perlu untuk
membaca terlebih dahulu prinsip kerja sistem starter sebagai dasarnya. Untuk cara kerja sistem
starter sobat dapat baca artikel cara kerja sistem starter sepeda motor. Ada juga sepeda motor
yang memutuskan aliran arus pada sistem pengapian jika standar samping masih dalam posisi
diturunkan, sehingga ketika distarter maka tidak akan menyala, standar samping harus
diangkat/dinaikkan dulu. Sistem Pengaman Starter pada Scooter Sistem pengaman starter yang
ada pada scooter dirancang supaya mencegah scooter tidak jalan sendiri ketika pengendara
memutar gas saat menghidupkan (menstart) mesin. Dengan adanya sistem pengaman starter ini,
maka sistem starter tidak bisa dihidupkan jika pengendara tidak menekan rem depan atau rem
belakang, atau dengan kata lain sistem starter hanya dapat dihidupkan jika pengendara menekan
rem depan atau rem belakang. Untuk rangkaian sistem pengaman starter pada scooter dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
2. 2. Cara Kerja Sistem Pengaman Starter pada Scooter Ketika rem depan atau rem belakang
ditekan, maka saklar rem depan atau rem belakang akan menghubungkan kumparan relay starter
dengan saklar utama (lihat gambar di atas). Akibat adanya aliran arus di kumparan relay starter
ini, maka relay starter akan timbul kemagnetan yang dapat menarik plat kontak. Kemudian arus
yang besar langsung mengalir dari baterai ke motor starter dan motor starter berputar. Sistem
Pengaman Starter Ketika Gigi Transmisi Tidak Netral Sistem pengaman starter ini bertujuan untuk
mencegah sepeda motor jalan sendiri ketika pengendara secara tidak sengaja menekan tombol
starter sementara posisi gigi transmisi tidak netral atau posisi kopling tidak ditekan. Rangkaiannya
dapat sobat lihat pada gambar berikut ini.
3. 3. Cara kerja Sistem Pengaman Starter Ketika Gigi Transmisi Tidak Netral Dari gambar di atas,
bahwa kumparan relay starter tidak akan mendapat arus jika posisi gigi transmisi tidak netral atau
ketika kopling tidak ditarik/ditekan. Pada posisi ini, saklar netral atau saklar kopling tidak akan
menghubungkan rangkaian relay pengaman ke massa. Akibatnya relay pengaman dalam kondisi
mati (OFF) sehingga starter pengaman juga tidak akan hidup meskipun tombol starter ditekan.
Dengan ini maka motor starter tidak akan berputar. Aliran arus dari baterai ke motor starter akan
terjadi jika posisi gigi transmisi sedang netral. Skema aliran arusnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Baterai – saklar utama – relay pengaman – saklar netral – massa Baterai – saklar
utama – relay pengaman – relay starter – tombol starter – massa Baterai – plat kontak relay starter
– motor starter – massa (sehingga motor starter akan berputar) Aliran arus dari baterai ke motor
starter akan terjadi jika posisi kopling ditekan, skema aliran arus dapat dilihat pada gambar berikut
ini. Aliran arusnya adalah: Baterai – saklar utama – relay pengaman – saklar kopling – massa
Baterai – saklar utama – relay pengaman – relay starter – tombol starter – massa Baterai – plat
kontak relay starter – motor starter – massa (sehingga motor starter akan berputar)
4. 4. Sistem Pengaman Starter Ketika Standar Samping Tidak Naik Sistem pengaman starter dengan
saklar pada standar samping adalah sistem yang dipakai pada sepeda motor yang memakai
kombinasi tiga sistem, yaitu sistem starter, standar samping dan sistem pengapian. Tujuan dari
sistem pengaman starter adalah untuk memastikan agar posisi standar samping sudah benar-
benar diangkat/kembali ke posisi semula sebelum sepeda motor dijalankan. Ada beberapa kondisi
terkait dengan sistem pengaman starter ini, yaitu: 1. Jika posisi standar samping sedang
diturunkan untuk menyandarkan sepeda motor, maka motor starter tidak dapat dihidupkan
walaupun pengendara menekan saklar atau tombol starter. Meskipun juga pengendara menekan
tuas starter manual (dengan kaki), maka sistem pengapian tetap tidak akan hidup kecuali posisi
gigi transmisi netral. 2. Sistem pengapian akan hidup jika posisi gigi transmisi netral atau posisi
transmisi tidak netral tapi kopling ditekan 3. Jika standar samping diturunkan kembali setelah
mesin hidup, maka sistem pengapian akan mati dan mesin akan mati sesaat ketika koplingnya
ditarik dan gigi transmisinya tidak netral.
Sistem Kontrol Elektronik Pada Sistem EFI
Wednesday, March 15th, 2017 - Mesin, Sepeda Motor
Sistem Kontrol Elektronik Pada Sistem Bahan Bakar Injeksi (EFI)

Komponen sistem kontrol elektronik terdiri dari beberapa sensor (pengindera), seperti MAP (Manifold Absolute
Pressure) sensor, TP (Throttle Position) sensor, IAT (Intake Air Temperature) sensor, bank angle sensor, EOT
(Engine Oil Temperature) sensor, dan sensor-sensor lainnya. Pada sistem ini juga terdapat ECU (Electronic
Control Unit) atau ECM dan komponenkomponen tambahan seperti alternator (magnet) dan regulator/rectifier
yang mensuplai dan mengatur tegangan listrik ke ECU, baterai dan komponen lain. Pada sistem ini juga terdapat
DLC (Data Link Connector) yaitu semacam soket dihubungkan dengan engine analyzer untuk mecari sumber
kerusakan komponen.

Gambar 1. Rangkaian sistem kontrol elektronik pada Honda Supra X 125


Fungsi Komponen Sistem Kontrol Elektronik Pada Sistem Bahan Bakar Injeksi (EFI)

Secara garis besar fungsi dari masing-masing komponen sistem kontrol elektronik antara lain sebagai berikut;

1) ECU/ECM; menerima dan menghitung seluruh informasi/data yang diterima dari masing-masing sinyal sensor
yang ada dalam mesin. Informasi yang diperoleh dari sensor antara lain berupa informasi tentang suhu udara,
suhu oli mesin, suhu air pendingin, tekanan atau jumlah udara masuk, posisi katup throttle/katup gas, putaran
mesin, posisi poros engkol, dan informasi yang lainnya. Pada umumnya sensor bekerja pada tegangan antara 0
volt sampai 5 volt. Selanjutnya ECU/ECM menggunakan informasi-informasi yang telah diolah tadi untuk
menghitung dan menentukan saat (timing) dan lamanya injektor bekerja/menyemprotkan bahan bakar dengan
mengirimkan tegangan listrik ke solenoid injektor. Pada beberapa mesin yang sudah lebih sempurna, disamping
mengontrol injektor, ECU/ECM juga bisa mengontrol sistem pengapian.

2) MAP (Manifold absolute pressure) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tekanan
udara yang masuk ke intake manifold. Selain tipe MAP sensor, pendeteksian udara yang masuk ke intake
manifold bisa dalam bentuk jumlah maupun berat udara. Jika jumlah udara yang dideteksi, sensornya dinamakan
air flow meter, sedangkan jika berat udara yang dideteksi, sensornya dinamakan air mass sensor.
Gambar 2. Contoh posisi penempatan sensor yang menyatu (built in) dengan throttle body

3) IAT (Engine air temperature) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu
udara yang masuk ke intake manifold. Tegangan referensi/suplai 5 Volt dari ECU selanjutnya akan berubah
menjadi tegangan sinyal yang nilainya dipengaruhi oleh suhu udara masuk.

4) TP (Throttle Position) sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang posisi katup
throttle/katup gas. Generasi yang lebih baru dari sensor ini tidak hanya terdiri dari kontak-kontak yang
mendeteksi posisi idel/langsam dan posisi beban penuh, akan tetapi sudah merupakan potensiometer (variable
resistor) dan dapat memberikan sinyal ke ECU pada setiap keadaan beban mesin. Konstruksi generasi terakhir
dari sensor posisi katup gas sudah full elektronis, karena yang menggerakkan katup gas adalah elektromesin
yang dikendalikan oleh ECU tanpa kabel gas yang terhubung dengan pedal gas. Generasi terbaru ini
memungkinkan pengontrolan emisi/gas buang lebih bersih karena pedal gas yang digerakkan hanyalah
memberikan sinyal tegangan ke ECU dan pembukaan serta penutupan katup gas juga dilakukan oleh ECU
secara elektronis.

5) Engine oil temperature sensor; memberikan sinyal ke ECU berupa informasi (deteksi) tentang suhu oli mesin.

6) Bank angle sensor; merupakan sensor sudut kemiringan. Pada sepeda motor yang menggunakan sistem EFI
biasanya dilengkapi dengan bank angle sensor yang bertujuan untuk pengaman saat kendaraan terjatuh
dengan sudut kemiringan minimal sekitar 55°.

Gambar 3. Bank angle sensor dan posisi sudut kemiringan sepeda motor
Sinyal atau informasi yang dikirim bank angle sensor ke ECU saat sepeda motor terjatuh dengan sudut
kemiringan yang telah ditentukan akan membuat ECU memberikan perintah untuk mematikan (meng-OFF-kan)
injektor, koil pengapian, dan pompa bahan bakar. Dengan demikian peluang terbakarnya sepeda motor jika ada
bahan bakar yang tercecer atau tumpah akan kecil karena sistem pengapian dan sistem bahan bakar langsung
dihentikan walaupun kunci kontak masih dalam posisi ON.

Gambar 4. Informasi bank angle sensor kepada ECU untuk meng-OFF-kan injektor, koil pengapian, dan pompa bahan bakar saat
terdeteksi sudut kemiringan yang telah ditentukan

Bank angle sensor akan mendeteksi setiap sudut kemiringan sepeda motor. Jika sudut kemiringan masih di
bawah limit yang ditentukan, maka informasi yang dikirim ke ECU tidak sampai membuat ECU meng-OFF-kan
ketiga komponen di atas.

Bagaimana dengan sudut kemiringan sepeda motor yang sedang menikung/berbelok?

Gambar 5. Posisi bank angle sensor saat sepeda motor menikung dan terjatuh

Jika sepeda motor sedang dijalankan pada posisi menikung (walau kemiringannya melebihi 55°), ECU tidak
meng-OFFkan ketiga komponen tersebut. Pada saat menikung terdapat gaya centripugal yang membuat sudut
kemiringan pendulum dalam bank angle sensor tidak sama dengan kemiringan sepeda motor. Dengan demikian,
walaupun sudut kemiringan sepeda motor sudah mencapai 55°, tapi dalam kenyataannya sinyal yang dikirim ke
ECU masih mengindikasikan bahwa sudut kemiringannya masih di bawah 55° sehingga ECU tidak meng-OFF-
kan ketiga komponen tersebut.

Selain sensor-sensor di atas masih terdapat sensor lainnya digunakan pada sistem EFI, seperti sensor posisi
camshaft/poros nok, (camshaft position sensor) untuk mendeteksi posisi poros nok agar saat pengapiannya bisa
diketahui, sensor posisi poros engkol (crankshaft position sensor) untuk mendeteksi putaran poros engkol,
sensor air pendingin (water temperature sensor) untuk mendeteksi air pendingin di mesin dan sensor lainnya.
Namun demikian, pada sistem EFI sepeda motor yang masih sederhana, tidak semua sensor sistem kontrol
elektronik dipasang.
Pemeriksaan Sistem Penerangan
Tuesday, December 27th, 2016 - Kelistrikan, Sepeda Motor
Pemeriksaan Sistem Penerangan Sepeda Motor
1. Lampu depan (Head Light)

Lampu depan di pasang pada bagian kepala sepeda motor, berfungsi untuk penerangan dengan lampu saat
sepeda motor berjalan di malam hari.

Lampu depan menggunakan dua filament (lampu), yaitu lampu jauh digunakan untuk penerangan jalan dengan
jarak pandang yang jauh (lurus), yang satu lagi yaitu lampu dekat untuk penggunaan dalam kota dengan jarak
pandang yang pendek.

Syarat – syarat penggunaan lampu depan adalah :


a. Kekuatan lampu depan untuk penerangan dengan daya 25 watt.
b. Untuk lampu jauh jarak pandang tidak lebih dari 100 m dan dapat dengan jelas melihat keadaan jalan di
depan.
c. Untuk menghidupkan lampu dan memindah lampu jauh – dekat menggunakan saklar lampu dan saklar
dim.

Gambar 1. Lampu Kepala Sepeda Motor

Gambar 2. Contoh rangkaian kelistrikan pada Honda Astrea Grand


Gambar 3. Saklar lampu kepala

Gambar 4. Holder Saklar Kemudi (Saklar Dim)

Cara kerja diagaram kelistrikan system penerangan.


 Mesin dalam keadaan hidup
 Sakelar lampu pada posisi P maka ada aliran arus dari kumparan pembangkit/ generator ke lampu –
lampu kota dan lampu panel (speedometer)
 Sakelar lampu pada posisi HL maka ada aliran arus dari kumparan pembangkit/ generator ke lampu –
lampu kota dan ke sakelar DIM.
 Jika sakelar DIM pada posisi Low (lampu dekat) maka aliran listrik mengalir dari kumparan pembangkit
ke sakelar lampu ,sakelar DIM (Low)
 Filamen lampu dekat kemudian ke massa. Lampu dekat menyala.
 Jika sakelar DIM pada posisi High (lampu jauh) maka aliran listrik mengalir dari kumparan pembangkit
ke sakelar lampu, sakelar DIM (High),
 Filamen lampu jauh kemudian ke massa. Lampu jauh menyala.
2. Lampu Belakang (Tail Light)

Lampu belakang pada sepeda motor umumnya disamping sebagai tanda posisi sepedadamotor bagi
pengendara lain, tetapi juga sekaligus sebagai lampu plat nomer kendaraan.

Gambar 5. Lampu Belakang Sepeda Motor


3.Gangguan Yang Terjadi Pada Lampu Penerangan

Gangguan – gangguan yang sering terjadi pada sistem penerangan serta perbaikan sebagai berikut :
a. Lampu mati
Pada saat mesin hidup saklar lampu pada posisi HL, lampu tidak mau menyala.
Urutan pemeriksaan serta perbaikan sebagai berikut :
 Periksa bola lampu depan dengan multimeter
 Kemungkin filament lampu putus atau dudukan lampu kotor atau berkarat → bersihkan.
 Ukur tegangan keluaran dari kumparan dari kumparan pembangkit/ generator dengan Voltmeter.
 Periksa keadaan sambungan kabel – kabelnya kemungkinan ada yang putus atau kendor. Periksa
juga kemungkinan ada kabel yang terjadi hubungan singkat
 Kabel massa untuk lampu putus, terlepas/kotor
 Bodi dari lampu kotor/karat sehingga massa tidak ada → bersihkan
b. Jika bola lampu pada system penerangan selalu mati saat mesin hidup pada putaran tinggi, berarti ada
gangguan pada sistem pengisian yang disebabkan :
 Baterai rusak atau elektroniknya kosong
 Regulator Rectifier (Kiprok) rusak
5. Pemeriksaan Regulator Rectifier

Regulator rectifier tidak dapat diperbaiki, apabila diketahui rusak harus diganti. Hal ini dapat diketahui dengan
cara memeriksa regulator recifier melalui terminal masing-masing konector.

Gambar 6. Regulator Rectifier sistem sistem pengisian


Warna Kabel Hasil Pengecekan
1. Kabel baterai (merah/putih atau Harus ada tegangan antara kabel merah dengan massa
merah) (menggunakan Voltmeter)
2. Kabel massa (hijau) Harus ada kontinyuitas antara kabel massa dengan body (Ohmmeter)
3. Kabel pengisian (putih) Harus ada tahanan sesuai standar
Setelah melakukan pemeriksaan beberapa poin diatas perlu juga dilakukan pengecekan terhadap saklar lampu
kepala dan saklar lampu dim dalam pemeriksaan sistem penerangan sepeda motor secara keseluruhan.
Sistem Instrumentasi Dan Tanda Peringatan
Tuesday, February 21st, 2017 - Kelistrikan, Sepeda Motor
Sistem Instrumentasi dan Tanda Peringatan (Instrumentation and Warning System)

Yang dimaksud dengan instrumentasi adalah perlengkapan sepeda motor berupa alat ukur yang memberikan
informasi kepada pengendara tentang keadaan sepeda motor tersebut. Sistem instrumentasi pada sepeda motor
tidak sama jumlahnya, mulai dari sepeda motor dengan instrumentasi sederhana sampai sepeda motor yang
dilengkapi dengan instrumen yang banyak. Sistem instrumentasi yang lengkap antara lain terdiri dari;
speedometer (pengukur kecepatan kendaraan), tachometer (pengukur putaran mesin), ammeter (pengukur arus
listrik), voltmeter (pengukur tegangan listrik), clock (jam), fuel and temperature gauges (pengukur suhu dan
bahan bakar), oil pressure gauge (pengkur tekanan oli) dan sebagainya.

Sama halnya dengan sistem instrumentasi, sistem tanda peringatan (warning system) pada sepeda motor juga
tidak sama jumlahnya. Kebanyakan model sepeda motor generasi sekarang, lampu-lampu tanda peringatan
disusun dan dipasangkan pada suatu tampilan (display) lengkap yang akan menampilkan status/keadaan dan
kondisi umum dari mesin. Pada beberapa model, instrumentasi di dihubungkan dengan central control unit (unit
pengontrol) yang akan memonitor seluruh aspek dari mesin dan fungsi sistem kelistrikan saat mesin dijalankan.
Informasinya diperoleh dari berbagai swicth (saklar) dan sensor. Jika dalam sistem muncul kesalahan (terdapat
masalah) akan ditampilkan dalam bentuk warning light (lampu tanda peringatan) atau dalam panel LCD (liquid
crystal display) bagi beberapa model sepeda motor.

Gambar 1. Contoh tampilan (display) instrument tanda pada sepedamotor


Bagian Sistem Instrumentasi dan Tanda Peringatan Sepeda Motor
1. Speedometer

Speedometer adalah alat untuk memberikan informasi kepada pengendara tentang kecepatan kendaraan
(sepeda motor). Speedometer pada sepeda motor ada yang digerakkan secara mekanik, yaitu kawat baja (kabel
speedometer) dan secara elektronik. Speedometer yang digerakkan oleh kabel biasanya dihubungkan ke gigi
penggerak pada roda depan, tetapi ada juga yang dihubungkan ke output shaft (poros output)
transmisi/persneling untuk mendapatkan putarannya.
2. Lampu indicator gigi persneling

Pada tampilan pada panel instrument sepedamotor juga dilengkapi dengan lampu indicator gigi persneling dari
gigi nol (netral) sampai gigi tertinggi. Namum yang perlu dicermati adalah Neutral Switch (Saklar Netral) yaitu
saklar yang menunjukkan gigi transmisi posisi sedang netral hal ini penting dimunculkan karena terkait dengan
keamanan pengendara ketika akan memulai (starter) menghidupkan mesin kendaraan. Sehingga kendaran tidak
meloncat saat mesin akan dihidupkan (baik menggunakan motor listrik maupun menggunakan engkol kaki (kick
starter) Umumnya posisi neutral switch berada di rumah transmisi dan dihubungkan dengan (poros mekanisme
pemindah gigi yang disebut sift drum. Pada saat gigi transmisi netral, kontak pada saklar akan terhubung
dengan massa, sehingga mengakibatkan lampu netral menyala. Pada sepeda motor yang dilengkapi sistem
pengaman, neutral switch juga digunakan untuk mencegah sistem starter tidak bisa dihidupkan jika posisi
transmisi sedang masuk gigi.
Gambar 2. Rangkaian neutral, clutch, dan sidestand switch

Berdasarkan gambar 24 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rangkaian starter relay pada sistem starter
baru bisa dihubungkan ke massa jika clutch switch dan kickdown switch posisi menutup atau neutral switch saja
yang menutup. Clucth switch menutup jika kopling sedang ditarik, sidestand switch menutup jika posisi sidestand
sedang dinaikkan (tidak sedang dipakai untuk menyandarkan sepdea motor). Sedangkan neutral swicth
menutup kalau posisi gigi transmisi sedang netral (transmisi tidak masuk gigi).
3. Brake light switch (saklar lampu rem)

Fungsi brake light switch adalah untuk menghidupkan lampu rem ketika rem depan atau rem belakang sedang
digunakan. Saklar rem depan biasanya tipe pressure switch (saklar tekanan) yang digerakkan oleh sistem
hidrolik rem depan. Sedangkan saklar rem belakang biasanya tipe plunger yang digerakkan melalui pegas pedal
rem belakang, dan dapat distel sesuai ketinggian pedal dan jarak bebas rem

Gambar 3. Saklar rem belakang (A = saklar rem belakang tipe plunger, B = pegas, dan C = pedal rem)

Berdasarkan gambar di atas, jika pedal rem ditarik/ditekan, maka saklar rem akan menutup yang akan
menghubungkan arus dari baterai ke massa melalui lampu rem. Akibanya lampu rem akan menyala.

Gambar 4. Saklar sistem lampu rem


4. Meter bahan bakar (Fuel level meter)
Salah satu kelengkapan system instrumentasi pada sepedamotor adalah pengukur kapasitas bahan bakar dalam
tangki, dimana system ini terdiri dari beberapa komponen antara ain :
1. Variable resitor, yaitu tahanan yang mempunyai nilai berubah-ubah yang berfungsi sebagai perubah
arus listrik, yang mengalir pada unit fuel meter. (diletakkan pada kemudi).
2. Pelampung, yaitu komponen yang berfungsi merubah nilai tahanan berdasarkan ketinggian permukaan
bahan bakar pada tangki bahan bakar. (diletakkan di dalam tangki bahan bakar).

Prinsip Kerja :
 Pada saat bensin penuh.

Gambar 5. Saat bahan bakar dalam kondisi penuh

Pada saat bensin penuh tangkai pelambung akan berada pada posisi nilai tahanan listrik yang kecil
pada variabel resitor, sehingga arus listrik yang mengalir pada kumparan 1 lebih besar daripada
kumparan 2, yang akan menghasilkan garis gaya medan magnet (flux magnetik), yang akan
menghasilkan kutub magnit yang sejenis dengan kutub magnit pada lempengan magnit jarum penunjuk,
sehingga magnit tersebut akan saling tolak menolak sehingga jarum berputar kearah “FULL”/penuh,
sesuai dengan perputaran dari lempengan magnit.
 Pada saat bensin kosong :

Gambar 6. Saat bahan bakar dalam kondisi kosong

Tangkai pelampung berada pada nilai tahanan listrik yang besar, sehingga arus listrik pada kumparan 1
berkurang, yang menjadikan kumparan 2 arus listriknya bertambah, dan akan menghasilkan garis gaya
medan magnit yang sejenis dengan kutub magnit jarum, sehingga magnit akan saling tolak menolak,
dan lempengan magnit akan berputar ke arah kiri (berlawanan arah jarum jam) sampai jarum
tepat berada pada posisi “Empty” (kosong)

Bila kunci kontak dimatikan, maka tidak terjadi Flux magnetik pada kedua kumparan, sehingga magnit kembali
bergerak berputar pada posisi semula, hal ini disebabkan oleh adanya kemagnitan pada lempengan yang
memungkinkan lempengan selalu berada pada posisi tertentu, (kutub magnit selalu menunjuk ke arah
utara/seperti halnya kompas).

Di Indonesia setiap kendaraan bermotor wajib dilengkapi dengan sistem instrumentasi dan tanda peringatan
(Instrumentation and Warning System)
Sistem Lampu Tanda Atau Sinyal
Wednesday, January 18th, 2017 - Kelistrikan, Sepeda Motor
Sistem Lampu Tanda Atau Lampu Sinyal Pada Sepeda Motor
1. Lampu Rem Sepeda Motor

Penempatan lampu rem di bagian belakang sepeda motor, dan dijadikan satu dengan lampu belakang (Tail
Light), namun saklar atau switch rem ditempatkan pada mekanis pedal rem kaki dan rem tangan (kemudi). Bila
pedal rem diinjak/ditarik maka saklar rem ON dan lampu rem menyala.

Gambar 1. Rangkaian sistem rem

Kegunaan lampu rem memberikan tanda isyarat kepada kendaraan yang ada di belakang, bahwa isyarat
memperlambat kecepatan laju kendaraan atau tanda berhenti.

Saat sepeda motor melakukan pengereman saklar ON, maka aliran listrik dari baterai sekring saklar lampu stop
massa. Aliran arus listrik tersebut menjadikan lampu stop menyala.

Gambar 2. Pemeriksaan saklar rem kaki (a) posisi ON, (b) posisi OFF

Switch rem gunanya untuk menghubungkan dan memutuskan arus DC dari baterai ke lampu rem. Semua lampu
rem, baik pada motor penyalaan sistem baterai : ataupun magnet, semuanya memakai arus listrik DC dari
baterai, kecuali motor Vespa, Bajay dan Lambreta.

Tidak semua motor memakai 2 switch rem tetapi hanya pada motor tertentu saja.
Gangguan yang terjadi pada lampu rem sepeda motor

a. Lampu rem tidak menyala, kemungkinan kerusakannya adalah :


 Switch rem tidak bekerja (tidak menyambung)
 Kabel – kabel dari baterai ke switch rem dan dari switch rem ke lampu rem tidak tersambung.
 Massa/body untuk kedudukan lampu rem kotor/karat.
 Filament lampu rem putus
 Sekring putus

b. Lampu rem menyala tidak mau mati, kemungkinan kerusakannya adalah :


 Switch rem tidak bekerja (tidak memutus)
 Switch rem setelannya terlalu tertarik.
 Ada kabel dari baterai yang langsung bersambungan dengan lampu rem.
Cara memeriksa switch lampu rem sepeda motor
Gambar 3. Pemeriksaan saklar lampu rem tangan dan kaki

Cara memeriksa swictch rem depan dan belakang dengan ohm meter. Putuskan/lepaskan semua kabel switch
rem depan maupun belakang yang dihubungkan dengan lain alat pada sambungannya, lalu tes dengan ohm
meter sebagai berikut

Kabel hijau kuning dihubungkan dengan positif ohm meter, dan negatif ohm meter dihubungakn dengan kabel
hitam. Jika handle rem ditarik atau pedal rem diinjak, jarum ohm meter bergerak. Jika handle/pedal dilepas jarum
ohm meter diam.
2. Sistem Lampu Tanda Belok

Sistem lampu tanda belok memberikan petunjuk bagi kendaraan yang ada di belakang dan depan bahwa
kendaraan akan belok atau pindah/jalur jalan.
Komponen system lampu tanda belok adalah :
a. Kunci kontak untuk mengalirkan arus dari baterai ke system lampu tanda belok
b. Flaser sebagai pengedip lampu dengan frekwensi kedipan antara 40–80 kedipan setiap menit.
c. Sakelar lampu tanda belok
d. Lampu tanda belok kanan kiri/muka belakang dan lampu indicator lampu belok.
Cara kerja rangkaian system lampu tanda belok

Kunci kontak ON arus baterai mengalir ke terminal B/X pada flaser keluar Flaser lewat terminal L sakelar lampu
tanda belok massa lampu tanda belok menyala berkedip.

Gambar 6. Pemeriksaa rangkaian lampu tanda belok


Pemeriksaan lampu tanda belok

Apabila lampu tanda belok (sein) tidak berfungsi lakukan pemeriksaan sebagai berikut :
 Periksa kondisi baterai
 Periksa kondisi bola lampu
 Periksa spesifikasi bola lampu sesuaikan dengan spesifikasi flaser
 Periksa kondisi sekering
 Periksa kondisi kabel dan konektor – konektornya.

Apabila kondisi diatas dalam keadaan normal lakukan pemeriksaan sebagai berikut
 Lepaskan kabel Flaser/pengedip (turn signal relay) kemudian hubungkan kabel yang terlepas tersebut
dengan kabel jumper dan posisi kunci kontak ON
 Lampu tidak menyala terjadi kerusakan pada rangkaian sistem wire harness/kabel bodi
 Lampu menyala, terjadi kerusakan pada flasher/pengedip
Dari uraian diatas diharapkan kita dapat melakukan pemeriksaan sistem lampu tanda atau lampu sinyal pada
sepeda motor sendiri dirumah.
Ringkasan
Starter adalah salah satu komponen engine kendaraan yang berfungsi untuk
memutar pertama kali engine agar dapat hidup. Motor starter dapat dalam kondisi
baik dengan jangka waktu yang lama bisa dikarenakan perlakuan terhadap motor
starter untuk menghidupkan engine dilakukan secara normal tanpa pemaksaan.
Pemaksaan terhadap kerja motor starter dapat mengakibatkan motor starter bekerja
berat dan baterai cepat menjadi rusak. Motor yang selalu dipaksakan "start"bagian
yang cepat rusak adalah sikat arang, komutator, isolator pada kumparan medan dan
anker. Motor starter bekerja "strart engine" paling lama 5 detik diulang paling banyak
3 kali jika engine tidak hidup berarti terdapat gangguan pada engine.

Kata Kunci: perlakuan terhadap Motor Starter

Peran Motor Starter pada mobil sangatlah penting sebab jika motor starter
mengalami kerusakan mesin mobil tidak akan hidup. Karena pemutar pertama kali
mesin adalah motor starter, jika motor starter tidak mendapatkan arus listrik yang
cukup mesin juga sulit untuk dihidupkan. Penjelasan berikut ini adalah tahapan
pemeriksaan motor starter mobil anda jika mengalami kerusakan.
1. Pemeriksaan baterai.
Baterai adalah sumber energy listrik saat menstarter mesin, maka pertama kali
yang diperiksa jika terdapat gangguan pada motor starter adalah baterai.
Gangguan pada baterai dapat didentifikasikan dari gejalajika pada saat kunci
kontak “On” lampu dashboard menyala terang kemudian saat posisi “Start”
meredup/mati dan tidak dapat start maka perlu pemeriksaan pada baterai
terutama pada bagian klem pol baterai. Lepas dan bersihkan klem serta pol
baterainya kemudian pasang kembali dengan baik. Coba sekali lagi start bila
lampu dashboart tetap meredup saat start maka baterai perlu dilakukan
pemeriksaan seperti berikut ini:
Dalam pemeriksaan baterai,peratma yang dilakukan adalah melepas baterai dari
mobil, dengan cara :
 Pastikan bahwa kunci kontak dalam keadaan off
 Lepaskan pengunci baterai
 Lepaskan kabel terminal negatif (-)
 Lepaskan kabel terminal positif (+)
 Angkat Baterai secara tegak lurus
 Letakkan perlahan pada meja kerja
Langkah yang selanjutnya adalah memeriksa baterai tersebut
1. Periksa kotak/casing baterai : pastikan tidak pecah, bocor, retak, maupun
menggelembung
2. Periksa volume elektrolit : air elektrolit harus diatas lower level dan jika kurang
harus ditambah air aki dan TIDAK BOLEH melebihi upper level, karena jika
terkena goncangan akan tumpah dan merusak body kendaran
3. Pemeriksaan Vent hole pada Vent plug (tutup aki) : vent hole harus terbuka,
dan jika tersumbat dibersihkan dengan udara tekan
4. Pemeriksaan Pos terminal (+) dan (-) : jika terdapat kotoran, kerak, karat
maka cucilah dengan air hangat dan sikat dan bila perlu diamplas lalu diberi
paslin (grease) agar tidak mudah berkarat
5. Pemeriksaan berat jenis baterai menggunakan hidrometer : BJ yang baik
pada warna hijau (1260-1280)
6. Permeriksaan tegangan menggunakan multimeter : tegangan baterai yang
baik yaitu 12-12,6 V
Jika perlu pengecasan lakukan pengecasan dengan cara :
o Buka semua tutup aki
o Siapkan alat pengecas
o Lihat kapasitas baterai, Contoh N50Z = jadi baterai tersebut mempunyai 50
AH (Ampere Hour)
o Cari arus pengecasan dengan cara 1/10 X kapasitas baterai
o Lalu cari % kekosongan baterai misal 50% maka kapasitas pengosongan
50/100 X kapasitas baterai
o Terakhir, cari waktu pengecasan dengan cara kapasitas pengosongan/arus
pengecasan X (1,2-1,5) jam
Jika semua langkah telah dikerjakan dan baterai sudah dalam keadaan OK,
maka langsung pasang baterai pada kendaraan dengan cara :
1. Letakkan baterai pada tempat baterai pada mobil
2. Pasang pengunci
3. Pasang terminal positif (+)
4. Pasang terminal (-)
5. Lalu coba hidupkan mesin
2.Pemeriksaan Sistem Starter

Jika baterai sudah tidak bermasalah maka coba start lagi. Bila motor starter tetap
tidak mau bekerja dan hanya terdengar “tek”bunyi gerakan pinion tidak bisa
masuk ke roda gaya maka lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 Lepas terminal 50/St solenoid kemudian hubungkan dengan terminal
B+baterai langsung. Jika motor starter bekerja dengan lancar maka
gangguan terletak pada kabel pengendali antara terminal 50 kunci kontak
dan terminal 50 solenoid (terjadi rugi tegangan akibat kabel sudah tua atau
kunci kontak rusak). Atasi gangguan tersebut dengan memasang relai (dapat
menggunakan relai biasa atau relai starter sepeda motor). Rangkaian
sebagai berilkut :
 Jika motor starter tetap tidak dapat bekerja dengan baik berarti letak
gangguan pada motor starter, pada motor starter dilakukan “Overhaul” untuk
mengetahui letak gangguan.
Gangguan – gangguan pada motor starter:
Ø Motor starter beputar berat saat dingin, kemungkinan letak gangguan pada
sikat arang yang pendek atau terjadi hubung singkat pada kumparan stator
dan ankeryang disebabkan karena bushing yang sudah terlalu aus sehingga
anker bergesekan dengan sepatu kutup. Jika gangguan tersebut terjadi
setelah perbaikan (Overhaul) maka kemungkinan gangguan terjadi karena
terjadi perubahan jarak udara antara anker dan sepatu kutup yang melebihi
0,2 mm (kondisi terpasang).
 Motor starter berputar berat saat panas, kemungkinan gangguan pada
bushing yang sedikit aus sehingga saat panas menjadi longgar dan anker
bergesekan dengan sepatu kutup. Kemungkinan lain adalah pada anker atau
stator terdapat kotoran serbuk sikat arang yang saat dingin tidak terlalu
bersifat penghantar tetapi saat panas bersifat penghantar listrik.
 Motor starter baru dapat berputar setelah di “Start” beberapa kali,
kemungkinan gangguan pada bagian komutator ada yang korosi atau
solderan ujung kawat gulungan anker pada komutator ada yang kendor atau
retak/lepas.
 Motor starter tidak dapat langsung berputar dan hanya terdengar “tek-tek-tek-tek”,
kemungkinan letak gangguan pada solenoid. Kumparan penahan putus, terjadi
gerakan maju mundur pinion
Akibat sikat arang pendek
o Akan terjadi bunga api antara sikat dan komutator sehingga menyebabkan ausnya
komutator
o Daya motor starter menjadi lemah motor berputar lambat/berat.
Gangguan sistem pengisian

Alternator berfungsi untuk menghasilkan energi listrik dari putaran mesin. Energi
listrik yang dihasilkan digunakan untuk mengisi energi dalam aki dan digunakan
untuk peralatan listrik lainnya. Kerusakan pada alternator biasanya tidak terlihat
langsung, tetapi dampaknya lebih terlihat pada kegagalan aki dalam menyediakan
energi listrik bagi peralatan listrik kendaraan. Berikut ini beberapa tanda kerusakan
pada alternator:

Kerusakan Pada Sistem Pengisian :

- Aki tidak terisi tetapi mesin dapat distarter. Hal ini karena:
1. Belt alternator kendor atau sudah aus.
2. Kabel alternator terkelupas atau putus.
3. Alternator rusak
4. Regulator tegangan rusak
5. Baterai rusak

- Alternator berisik. Hal ini karena:


1. Belt alternator kendor atau sudah aus.
2. Flens puli alternator bengkok
3. Alternator rusak
4. Dudukan alternator kendor

- Lampu atau sekering seringkali putus. Hal ini karena:


1. Sistem perkabelan ada yang rusak.
2. Alternator rusak
3. Aki rusak.

Lampu pengisian akan menyala, bila alternator tidak mengirimkan jumlah listrik yang normal. Ini terjadi kalau
tegangan dari terminal N alternator kurang dari
jumlah yang diperlukan.

Lampu indikator accu yang menyala terus saat mesin hidup adalah tanda terjadi masalah pada sistem pengisian.
Penyebabnya bisa karena undercharge atau overcharge.

Pada prinsipnya pasokan dan kebutuhan listrik harus setara. Energi listrik yang dihasilkan alternator ini harus sesuai
dengan beban listrik yang dipakai. Mobil umumnya mempunyai tegangan standar alternator 13 volt hingga 15,2 volt.

Pasokan listrik dari alternator tidak boleh di bawah atau di atas angka tersebut. Jika pasokan listrik di bawah angka
standar, maka disebut undercharge. Sebaliknya, jika lebih dari 15,2 volt disebut overcharge. Bila dibiarkanundercharge
, bisa berpotensi aki kekurangan listrik, sehingga mesin tidak dapat di starter. Pasalnya untuk menstarter mesin
dibutuhkan listrik yang besar. Sebaliknya, kondisi overcharge menyebabkan pasokan listrik dari alternator berlebih. Ini
akan membuat dlam aki terjadi reaksi kimia yang berlebihan sehingga aki menjadi panas dan bertekanan tinggi. Oleh
karena itu kedua kondisi ini harus dihindari.

Pengetesan Komponen Sistem Pengisian


Cara mengetes rectifier/kiprok:
- Set multitester/AVO meter di Volt DC 50 V.
- Tempelkan kabel merah (+) ke kutub Positif dan kabel hitam (-) kekutub Negatif.
- Hidupkan mesin, biarkan pada rpm idle, lihat pembacaan di meter, harusnya menunjukkan 12 Volt
- Naikkan rpm sampe >5000rpm, lihat pembacaan harusnya bergerak naik berkisar 13,5 Volt s/d 14,5 Volt (CMIIW). Bila
menunjukkan nilai diluar kisaran itu berarti kiprok/rectifier rusak.

Cara mengetes alternator/spul :


- Copot kabel yang menghubungkan alternator ke kiprok/rectifier.
- Set multitester/AVO meter di Volt AC 50 V
- Hubungkan ke dua kabel dari multitester/AVO meter ke 2 kabel kuning dan dari alternator. Hati-hati sekali jangan
sampai short/tersambung.
- Nyalakan mesin, biarkan pada rpm idle.
- Lihat pembacaan pada AVO meter, bila menunjuk ke kiri, berarti kabel terbalik. Bila menunjuk ke kanan dan pada
>12Volt, berarti masih baik.

Yang harus diperhatikan pada system pengisian adalah :


- Semua socket dan kutub aki harus dalam keadaan bersih, tidak ada oksidasi
maupun karat.
- Pastikan tidak ada kabel yang menyentuh bagian heatsink rectifier.
- Selalu memeriksa ketingian air aki. Karena ini bisa sebagai indikasi kiprok rusak.
Bila air aki cepat habis, berarti arus listrik pengisian terlalu besar, berarti juga
kiprok mendekati rusak.
Beberapa Gangguan Pada Pengapian Yang Menggunakan Platina (
Sistem Pengapian Konvensional )
FASTER86.COM - Beberapa Gangguan Pada Pengapian Yang Menggunakan Platina ( Sistem Pengapian
Konvensional ) Sistem pengapian pada kendaraan bermotor adalah syarat utama kendaraan
bisa menyala mesinya, dimana pengapian ini berpran menghasilkan api demi terciptanya
pembakaran di ruang bakar. Sehebat apapun, semahal apapun kendaraan kita, jika tak ada
pengapian pasti tidak akan bisa berjalan. Sistem pengapian ini bisa dikatakan kunci pokok
sebuah kendaraan. Jika pengapian berjalan baik, sesuai aturan, maka akan tercipta
pengapian yang baik, dan tentu tenaga yang dihasilkan kendaraan bermotor juga akan baik.
O ya, sistem pengapian ini hanya pada motor yang menggunakan bahan bakar bensin, atau
perlalite dan pertamak. Karena motor yang menggunakan bahan bakar solar atau yang lebih
familiar kita sebut mesin diesel adalah motor yang tidak memerlukan pengapian.

O ya, biar lebih jelas, yuk kita pelajari terlebih dahulu pengertian antara pengapian motor
bahan bakar bensin dan diesel. Apa itu ? Dan bagaimana sistem kerjanya ? Motor bensin
adalah motor yang menggunakan bahan bakar bensin ( Pertamax, pertalite ) dimana untuk
bisa membakar bahan bakar di ruang bakar tersebut diperlukan alat pengapian. Sedangkan
motor diesel adalah motor yang pembakaranya tidak memerlukan pengapian, karena di
sistem diesel udara akan dikompresi di ruang bakar, setelah itu disemprotkanlah solar atau
bahan bakar di ruang bakar menggunakan nozle.

Nah untuk kali ini ini, kita akan belajar mengenai sistem pengapian konvensional pada motor
bensin. Apa itu sistem pengapian konvensional ? Apa saja kendalanya ? Dan bagaimana
perawatnya ? Kita akan bahas lebih detail di paragraf berikutnya.

Sietem pengapian Konvensional : Adalah sistem pengapian pada motor bensin, dengan
menggunakan delco atau distributor, dimana di delco ini ada salah satu kompinen
pentingnya, yaitu Platina. Platina adalah alat penyetel celah, yang nantinya menentukan
besar kecilnya api pembakaran ruang bakar. O ya sebelum kita masuk ke beberapa
gangguan pada sistem pengapian dengan menggunakan platina, mari kita kenali komponen
sistem pengapian konvensional.

1. Distributor ( Delco )

Delco adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengatur kapan terjadinya pengapian pada
runag bakar 1, 2, 3,atau 4. Dimana delco atau distributor ini akan mengatur kapan terjadinya
percikan api, dan sebagai pengatur apinya ini adalah platina. Untuk cara penyetean

2. Platina
Platina adalah bagian yang kami tunjukkan dengan garis merah, dimana platina ini berfungsi
untuk mengatur besar dan kecilnya api yang nanti dihasilkan oleh bussi. Dimana platina ini
sangat berperan dalam sistem pengapian konvensional. Untuk bagaimana cara memasang
distributor atau delco yang pas, tepat dan apa saja kendala dari delco ini, kita pelajari di
artikel yang lain dalam blog ini.

3. Kabel Busi

Kabel busi, komponen ini berfungsi untuk meneruskan api dari distributor menuju ke busi,
dimana kabel busi ini memiliki tingkat atau kadar api yang berbeda. Jika kita menggunakan
kabel busi yang sesuai standard operasional procedure, maka api yang dihasilkna juga besar,
namun jika kita menggunakan kabel busi yang jelek, maka api yang dihasilkan juga sangat
kecil.

4. Busi

Busi adalah komponen yang menghasilkan api guna terjadinya pembakaran. Dimana
besarnya api dari busi ini tergantung dari tiga hal, yaitu, api dari distributor, kabel busi yang
baik dan busi yang baik pula. Semakin besar api yang dihasilkan oleh busi, maka semakin
baik pula pengapinya.

Nah setelah kita tahu beberapa komponen utama pengapian konvensional, mari kita belajar
mengenai apa saja gangguan pada sistem pengapian konvensional tersebut. Ada banyak
gangguan gangguan, berikut beberapa gangguan yang sering terjadi pada pengapian yang
menggunakan platina :

A. Api yang dihasilkan kecil


Ada banyak penyebab api pengapian kecil :
a. Platina kotor cara mengatasinya dibersihkan
b. Kabel busi hampir putus cara mengatasinya diganti
c. Pemasangan delco tidak pas cara mengatasinya delco di stel ulang
d. Stelan platina tidak tepat cara mengatasinya stel ulang kembali platina
e. Busi hampir mati cara mengatasinya ganti
f. Busi kotor cara mengatasinya di bersihkan.

Nah 6 hal tersebut sering menjadi masalah utama dari sistem pengapian konvensional, jika
kita lebih teliti, lebih memahami maka kejadian kendaraan kita macet sedikit akan teratasi,
dan kita tak perlu bingung jika kita mengalami kemacetan di jalan. Semoga apa yang kami
sajikan ini sedikit dapat membuat anda lebih paham, lebih mengerti dan tentunya anda bisa
lebih bersiap diri jika mengalami beberapa hal seperti yang saya sampaikan.

Anda mungkin juga menyukai