Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATAKULIAH

ENDAPAN MINERAL

‘’Hydrothermal Characteristics Of gupit Hill Salam Magelang


Central Java ’’

OLEH
NAMA : DWI WAHYU HARDIYANTO
NIM : 410016003

DEPARTEMEN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2019
A. Pendahuluan
Daerah gunung gupit dan sekitarnya merupakan bagian dari
perbukitan menoreh yang melampar dari perbukitan Kulon Progo –
Magelang Jawa Tengah Indonesia. Pada kawasan gunung gupit ini
ditemukan indikasi keberadaan mineralisasi emas yang terhubung dengan
kegiatan proses hidrotermal. Dengan adanya inikasi mineralisasi
hidrotermal didaerah ini maka perlu dilakukan studi lebih lanjut terhadap
mineralisasi yang terjadi pada kawasan gupit dan sekitarnya. Karakteristik
mineralisasi serta proses pembentukan dan hubungannya dengan kontrol
geologi sekitar. Secara geologi daerah borobudur sangat menarik yaitu
terdapat batuan vulkanisme yang berumur tersier (Van Bemmelen, 1949;
Rahardjo 1995) dan terdapat endapan kuarter berupa danau purba
(Murwanto 2004) dan endapan laharik dari Gunung Merapi akibat erupsi
10.000 tahun lalu (Newhall 2000).
Kompleks ini mengakibatkan adanya tataruang yang cukup unik
pada daerah borobudur dan sekitarnya, yaitu perpaduan antara
pertambangan golongan batuan seperti mangan dan batuan marmer, obyek
wisataborobudu, dan pemanfaatan lainnya.

B. Geologi Regional
Geomorfologi regional daerah ini termasuk dalam zona pegunungan kulon
progo tepatnya pada bagian utara, tepatnya disekitar kaki perbukitan
menoreh yang merupahan hasil dari vulkanisme dari masa lampau. Terdapat
tiga fase tektonik yang mempengaruhi pembentukan daerah kulon progo.
Pengangkatan pada oligosen awal – akhir yang mengaktifkan vulkanisme,
penurunan pada miosen awal – tengah dan pengangkatan kembali pada
pliosen – plistosen. Struktur yang berperan yaitu berupa sesar geser pada
daerah penelitian yang berarah barat laut tenggara berjenis dekstral dan
timur laut barat daya berjenis sinistral gaya pembentuk struktur tersebut
relatif berarah utara – selatan.
Mineralisasi yang berkembang berhubungan dengan sistem
hidrotermal busur magmatisme seperti pada kompleks bayah perkembangan
emas epitermal sulfidasi rendah, serta beberapa kemungkinan lainya seperti
mineralisasi emas tipe sulfidasi tinggi, sedimen hosted, dan porfiry.

Gambar 1 Peta lokasi Kawasan Gunung Gupit dan sekitarnya


C. Geologi daerah pengamatan
Stratigrafi daerah pengamatan terbagi atas emapt yaitu lava andesit
yang berumur miosen awal, serta breksi autoklastik dan breksi andesit yang
berumur pleistosen dan holosen. Struktur geologi pembentuk daerah ini ada
tiga sesar besar yang berjenis sesar geser, yaitu dua sesar geser sinistral yang
berarah timur laut – barat daya dengan arah gaya pembentuk utara selatan
dan satu sesar dekstral yang berarah barat laut- tenggara. Sesar geser
bandungan dan semunut kulon membentuk zona dilatasi yang kemudian
membentuk channelway fluida hidrotermal pembawa mineralisasi.
Mineralisasi utama terjadi pada lava andesit
D. Altrasi Hidrotermal dan Mineralisasi Bijih
Alterasi yang terbentuk adalah silisifikasi,argilik lanjut, argilik, dan
propilitik.
 Alterasi silisifikasi merupakan alterasi yang paling asam dan paling
terpengaruh oleh fluida hidrotermal karena dekat dengan sumber
keluarnya fluida hidrotermal, dicirikan oleh kehadiran silika yang
sangat melimpah dan cukup masif dengan tekstur vuggy silica dan
silika masif, sangat sedikit dijumpai ehadiran mineral lempung. Batuan
induk ( host rock ) alterasi yang dijumpai di lapangan adalah lava
andesit dengan pelamparan sekitar 7% dari daerah pengamatan.
Endapan mineral logam yang terbentuk yaitu enargit(CuAsS),
kalkopirit (CuFeS2), pirit (FeS2), digenit (Cu9S5), emas (Au) dan
hematit (Fe2O3). Tekstur vuggy silica dijumpai dalam bentuk urat
dengan tebal 15 cm, dengan kandungan mineral bijih yang sangat
melimpah. Berdasarkan hasil mineragrafi,didapatkan pirit, kalkopirit,
emas, enargit dan hematit. Hasil AAS menunjukan kadar emas sampai
42.4 g/tdan Ag sampai 112 g/t.
 Zona alterasi berikutnya yaitu argilik lanjut yang dicirikan oleh
kehadiran silika dan mineral lempung yang cukup masif . Batuan induk
(host rock) alterasi ini yaitu lava andesit. Kenampakan pada singkapan
alterasi argilik lanjut di lapangan
yaitu, batuan berwarna abu - putih kecoklatan, berkomposisi silika
dan mineral lempung yang lebih masif yang diketahui dari tergoresnya
batuan ketika digerus dengan paku. ona alterasi propilitik merupakan
zona terluardari setiap sistem alterasi hidrotermal.
 Alterasi propilitik dicirikan oleh melimpahnya kehadiran klorit dan
epidot. Alterasi propilitik terbentuk pada temperatur 100-250° C
dengan salinitas yang beragam, pH mendekati netral dan
terbentuk pada daerah
dengan permeabilitas yang rendah (Corbett & Leach, 1996)

Gamabar 2 peta zona altrasi hidrotermal gunung gupit (Arifudin dkk)


E. Tipe dan endapan
Aspek yang paling mengontrol terjadinya mineralisasi adalah
adanya struktur geologi berupa sesar geser yang berarah relatif timur laut –
barat daya. Meruntut pada korelasi umur satuan geologi
regional, proses geologi yang dapat diidentifikasi di daerah penelitian
berawal sejak Miosen Awal menghasilkan lava andesit, dimana pada
regional disebut sebagai intrusi andesit. Selanjutnya terbentuk sesar geser
dekstral diperkirakan Bandungan yang berarah baratlaut – tenggara.
Kemudian pada Miosen Akhir terbentuk sesar geser sinistral diperkirakan
Semunut Kulon yang berarah timur laut – baratdaya. Kedua sesarini
diperkirakan sebagai channelway larutan hidrotermal yang membawa
mineralisasi bijih didaerah penelititan.
F. Hasil Pengamatan

Gambar 3 Morfologi kawasan gunung gupit dan sekitarnya (hardiyanto 2019)


Kawasan ini merupakan bagian dari pegunungan kulonprogo sebelah utara
yang masuk pada kawasan pegunungan menoreh. Pada kawasan ini masuk pada
zona RIME batas letusan gunung api. Produk yang batuan yang sering di jumpai
berupa produk batuan gunung api masa lampau. Banyak dijumpai lereng lereng
gunung api yang telah tererosi dan membentuk tubuh gunung api seperti Khuluk
dan Gumuk. Jika dilihat berdasrkan fasies gunung api kawasan ini (Gambar 3) di
indentifikasi sebagai fasies central sampai dengan proximal, dimana banyak
dijumpai produk seperti lava dan batuan gunung api lainya.
1. Sebaran Deposit
Hampir diseluruh dunia memiliki zona mineralisasi umumny terletak pada
sabuk magmatisem serta jalur subduksi, yang memiliki karakteristik tipenya
antara lain (Low sulfidasi, Intermediet, High sulfidasi). Permasalahan yang
terjadi ialah waktu dari zona mineralisasi umumnya indonesia memiliki
umur miosen – eosen umur awal zona mineralisasinya. Tipe mineralisasi
yang dominan antara lain :
 Tipe vein dari epitermal sulfidasi rendah
 Tipe vein dari epitermal sulfidasi menegah
 Tipe vei dari epitermal sulfidasi tinggi
Dengan ini khususnya untuk wilayah indonesia lebih dominan tipe
mineralisasinya berupa sistem epitermal.
2. Terminologinya
 Mendeskripsikan zona mineralisasi berdasarkan mineral yang ada
serta hudrotermal sistem.
 Penggunaan berbagai pengklasifikasian dari mineralisasi terhadap
kenampakan singkapan yang ada
 Sedangkan temperatur dan ph belum dapat menimpulkan penaaman
zona mineralisasi akan tetapi proses yang lain.
 Perbedaan katarkeristik dapat ditentukan berdasarkan : jenis tektonik,
tipe magma, batua, sistem hidrotermal.
 Masing masing endapan mineral memiliki karakter yang berbeda dan
sulit tuk dipahami.
3. Karakteristik
Berdasarkan karakteristik akan mengacu kepada penentuan metode yang
akan dilakukan :
 Melakukan observasi serta bantuan pakar ahli dengan pengalamn
yang baik
 Metode mapping, sampling, serta uji leb
 Epitermal berbeda beda sangat dipengaruhi oleh air magmatik dan air
meteorik
4. Permasalahn
Permasalahn yang sering muncul dalam mineralisasi antara lain.
 Dalam satu komplek tentunya memiliki sistem hidrotermal yang
berbeda
 Diemua endapan mineral, hampir semua mineral hadir akan tetapi
ada yang lebih dominan.
 Membutuhkan waktu yang cukup
G. Pengamatan LP
Pada lokasi pengamatan yang terletak di kaki gunung gupit magelang,
perjalana dari borobudur membutuhkan wajtu 15 menit, dengan vegetasi
dominan persawahan dan pohon jati. Pada kawasan tersebut terdapat suatu
singkapan batuan yang di indentifikasi sebagi zona mineralisasi. Batuan
yang teraltrasi cenderung berwana orange, merah, coklat, dan putih. Penciri
bahwa telah terjadi proses Hidrolisis (penamnahan unsur H2O, OH mineral
cenderung berwarna cerah), Sulfidasi (penambahan unsur S2 dengan
karakteristik mineral umumnya memiliki kilap logam), Oksidasi (dominan
penaruh suhu tinggi dengan kenampakan mineral berwarna kemerahan).
Gambar 4 lokasi pengamatan zona altrasi

Gambar 5 Sampel batuan


Sampel megaskopis ini dapat mewakili sebagai contoh dari lokasi mineralisasi,
wana pada batuan yang teraltrasi cendrung berwarna oranye, putih, coklat, merah
tua (Gambar 5). Fragmen biasanya cendrung monomik (vulkanik), didalam batun
ini terdiri dari fragmen dan matrix dan mineral mineral seperti (clay, kuarsa, pirit,
dan andesit sebagai fragmen, struktur masih, dengan asmumsi penamaan batuan
ialah Breksi Monomik Andesit. Penaman pada batuan produk altrasi cenderung
pada prosesnya serta komposisi dari batuan itu sendiri. Warna pada batuan meiliki
arti tersendiri dalam hal ini komposis :
 Oksidasi (Hematit). Oksidasi cenderung menyebabkan batuan terunah
menjadi warna merah kecoklatan.
 Jerusit . Cenderung membentuk warna coklat.
 Warna putih
Gambar 6 Struktur sebagai temapt hadiran mineral-mineral penciri alterasi
PUSTAKA

Arifudin Indrus, Dkk. 2013. Mineralisasi emas di gunung gupit Magelang Jawa
Tengah. Proceeding Seminar. Yogyakarta.
Arifudin Idrus, Dkk. Penemuan Baru Mineralisasi Tipe Epitermal Sulfidasi Tinggi
Di Gunung Gupit Magelang Jawa Tengah. Unuversitas Gadjah Mada.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai