Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji

hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantias tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi

besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada parapengikut-Nya

yang setia hingga akhir zaman.

Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan segala rahmat,hidayah,inayah-Nya. Sehingga penulisan makalah ini dapat

diselesaikan dengan baikdan lancar.

Makalah dengan judul “Perpindahan Panas Konduksi” sebagai tugas mata kuliah

Perpindahan Panas.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena

masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka penulis menerima kritikdan saran yang bersifat

membangun untuk meyempurnakan makalah ini.

Dengan makalah ini, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya.

Bengkalis, Mei 2019

Penulis

FAHRIAN RAMDHANI
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 4

1.2 Tujuan ........................................................................................ 5

1.3 Manfaat ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpindahan Panas .................................................. 6

2.2 Jenis-Jenis Perpindahan Panaas ................................................. 6


2.3 Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari .................................... 13
2.4 Contoh Soal ............................................................................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 16

3.2 Saran .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17


BAB I

PENDAHULUAN

3.1 LATAR BELAKANG


Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses. Pada
kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor, untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama
yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan
pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm.
Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara
alami. Dengan demikian, Pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus
dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada pelarutan, kalor harus
dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut sebagai
perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering), Analisa
perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan
yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan.
Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada
jumlah panas yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada
kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-komponen peralatan,
seperti misalnya sudu-sudu turbin atau dinding ruang bakar, tergantung pada kemungkinan
pendinginan logam-logam tertentu dengan membuang panas secara terus menerus pada laju
yang tinggi dari suatu permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik,
transformator dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari
konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan
peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan
dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat dipecahkan dengan penalaran
termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu perpindahan panas.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan lainnya,
penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi (pengandaian) dan idealisasi.
Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik secara tepat, dan untuk merumuskan suatu
soal dalam bentuk persamaan yang dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa
pengira-iraan (approximation).
Dalam perhitungan rangkaian listrik, biasanya diasumsikan bahwa nilai tahanan,
kapasitansi, dan induktansi tidak tergantung pada arus yang mengalir melaluinya. Asumsi ini
menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat sangat membatasi ketelitian
hasilnya.
Pada waktu menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat asumsi, idealisasi
dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan analisa tersebut. Kadang-kadang
kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan dalam penyelesaian suatu soal, karena tidak
memadainya keterangan tentang sifat-sifat fisik. Sebagai contoh, dalam merancang bagian-
bagian mesin untuk pengoperasian pada suhu tinggi mungkin kita perlu memakai batas
proporsional (propoyional limit) atau kuat-lelah (fatigue strength) bahannya dari data suhu
rendah. Guna menjamin pengoperasian yang memuaskan dari bagian mesin ini, perancang
harus menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil yang diperoleh dari analisanya.
Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal perpindahan panas.
Sifat-sifat fisik seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah dengan suhu, tetapi
jika dipilih suatu harga rata-rata yang tepat , maka penyelesaian soal dapat sangat
disederhanakan tanpa memasukan kesalahan yang cukup besar dalam hasil ahirnya.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam ketel, maka
kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan mengurangi laju aliran
panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam jangka waktu yang lama, maka
harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas
ada tiga jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi,
dan radiasi.

3.2 TUJUAN
Menentukan jenis-jenis perpindahan panas dan aplikasi perpindahan panas dibidang
teknik kimia.

3.3 MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis perpindaham panas dan pengaplikasian
perpindahan panas dibidang teknik kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PERPINDAHAN PANAS


Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah
ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Karena beda
suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka aliran panas bersifat seuniversal yang berkaitan
dengan tarikan gravitasi. Tetapi tidak sebagaimana halnya gravitasi, aliran panas tidak di
kendalikan oleh sebuah hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai hukum
fisika yang tidak saling bergantungan.

Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga cara perpindahan panas
yaitu, konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection,
juga dikenal dengan istilah aliran), radiasi (radiartion).

2.2 JENIS-JENIS PERPINDAHAN PANAS


1) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA KONDUKSI

Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat.
Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses
pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah
aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Perpindahan
panas konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul Sudah diketahui bahwa tidak
semua bahan dapat menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian,
umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang
beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga
bentuknya dapat berubah. Akan tetapi seorang pandai tempa harus memegang benda
yang akan ditempa dengan sebuah tang. Bahan yang dapat menghantar kalor dengan
baik dinamakan konduktor. Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang
digunakan untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau
konduktor ialah koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka bahan
mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan isolator,
koefisien ini bernilai kecil.

Ujung besi yang


dipanaskan menyebabkan ujung yang lain ikut panas

Persamaan umum yang biasa digunakan dalam perpindahan panas dengan cara
konduksi adalah

𝜕𝑇
𝐻 = −𝑘𝐴
𝜕𝑥

Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal
𝜕T : Perbedaan suhu
𝜕x : Perbedaan panjang/ jarak
A : Luas permukaan

𝜕𝑇
H adalah perpindahan panas dan 𝜕𝑥 merupakan gradien suhu kearah perpindahan
panas. Konstanta positif k disebut konduktivitas atau kehantaran termal (thermal
konductivity) benda itu, A adalah luas permukaan, sedangkan tanda minus diselipkan
agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa panas mengalir dari suhu
tinggi ke suhu yang lebih rendah.
NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL (k) BERBAGAI BAHAN PADA SUHU 0° C
Bahan W/m x °C Btu/h x ft x °F
Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Aluminium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja krom-nikel 16,3 9,4
(18% Cr, 8% Ni)
Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu mapel atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Zat cair
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak Lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12,CCl2 F2 0,073 0,042

Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844

Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan sempurna
(logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya
bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya
diulurkan ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari
ujung yang panas ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima
energi kalor dari api, energi ini akan memindahkan sebahagian energi kepada molekul
dan elektron yang membangun bahan tersebut. Moleku1 dan elektron merupakan alat
pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses perpindahan kalor konduksi. Dengan
demikian dalam proses pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan
memainkan peranan penting .
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar alir
energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom
di dalam setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda dengan satu
bahan berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang seka1i. Tetapi
dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi , maka molekul besi adalah
lebih rapat susunannya daripada molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari gabungan bahan
kimia seperti karbon, uap air, dan udara yang terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun
ada bahan asing, bahan kimia unsur besi adalah lebih banyak.

Konduksi Kalor
1. Konduksi kalor pada keadaan tetap (steady state)
· Konduksi Kalor melalui Dinding Datar
· Konduksi Kalor melalui sistim radial: silinder dan bola
· Koeffisien perpindahan panas menyeluruh.
2. Konduksi kalor pada keadaan tidak tetap (unsteady state)

 Konduksi kalor pada keadaan tetap


Dinding datar

Dari Hukum Fourier akan didapat :

jika persamaan ini diintegrasikan akan menjadi :

inilah persamaan untuk sebuah dinding datar


Dalam konduksi kalor dikenal juga apa yang dinamakan dengan konsep tahanan termal,
dimana pada konsep ini aliran kalor dianalogikan sama dengan aliran listrik sehingga
prinsip hukum Ohm dapat diterapkan dalam aliran kalor. Laju perpindahan kalor dapat
dianggap sebagai arus aliran, beda suhu dianggap sebagai beda potensial sedangkan
konduktivitas panas dan tebal bahan dianggap sebagai tahanan terhadap arus aliran. Dan
persamaan Fourier dapat ditulis :

jika,

Sehingga tahanan termal adalah :

Dinding datar berlapis.


Jika dalam suatu sistim terdapat lebih dari satu lapisan dinding yang terbuat dari
bahan yang berbeda, maka analisa konduksi kalor akan menjadi :
Laju perpindahan kalor pada lapisan A

Laju perpindahan kalor pada lapisan B

Laju perpindahan kalor pada lapisan C

Aliran kalor pada ketiga lapisan ini adalah sama dan pada kasus ini dianggap luas
permukaan penerima panas dari ketiga lapisan ini adalah sama. Jika ketiga persamaan
diatas dijumlahkan akan dihasilkan :

Dan konsep tahanan termalnya menjadi :

Konduksi pada sistim radial.

Perhatikan gambar suatu silinder dengan panjang L dan radius bagian dalam r0 , radius
luar r1 . Temperatur bagian dalam silinder t0 dan bagian luar t1, sehingga beda
temperatur adalah t1 - t0 . Barapakah aliran kalor yang terjadi ?

Diasumsikan kalor mengalir pada arah radial, luas bidang aliran kalor dalam
sistim silinder ini adalah :
dari hukum Fourier diketahui :

Luas bidang aliran kalor Ar disubtitusikan ke dalam persamaan diatas, sehingga


menjadi :

Jika persamaan terahir diintegrasikan dengan kondisi batas t = t0 pada r = r0 ,


dan t = t1 pada r = r1 , akan menghasilkan :

sedangkan tahanan termal dari persamaan ini adalah :

Sehingga konsep tahanan termal dapat ditulis :

Untuk analisa silinder yang mempunyai lebih dari satu dinding, dapat digunakan konsep
tahanan termal. Sekarang diandaikan suatu dinding silinder dilapisi oleh dua lapisan
isolasi untuk mencegah kalor keluar ataupun masuk seperti pada gambar di bawah ini.

Persamaan Fourier untuk kasus ini dapat ditulis :


Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa tahanan termal ( R ) untuk ketiga
lapisan dinding masing masing adalah :

Sehingga Konsep tahanan termal untuk kasus ini adalah sbb :

2.3 APLIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


CONTOH PENERAPAN KONDUKSI DALAM KEGIATAN SEHARI HARI :

 Ketika kita menyalakan kembang api, apa bila apinya sudah mulai mendekat, maka kawat
yang kita pegang akan terasa hangat/ panas.
 Jika kamu memiliki motor, tentunya knalpot akan panas karena adanya asap yang
mengeluarkan panas merambat di dalamnya.
 Jika kamu memasak sop, mie rebus, menggunakan panci, tentunya tutup dan gagang
panci akan terasa panas, karena panas api merambat.
 Bola lampu yang sedang menyala, jika dipegang tentunya akan terasa panas
 Mentega akan meleleh di atas teflon yang panas
 Rel kereta api akan terasa panas, jika disentuh siang hari, karena panas terik mentari
berpindah pada besi rel.

 Ujung logam akan terasa panas jika ujung yang lain dipanaskan, misalnya saat kita
mengaduk adonan gula, air panas, dan kopi dengan menggunakan sendok logam; saat kita
memegang kawat logam kembang api yang sedang menyala

 Knalpot akan panas ketika mesin motor dihidupkan


 Mentega akan meleleh ketika diletakkan di wajan yang tengah dipanaskan
 Tutup panci terasa panas saat panci digunakan untuk memasak
 Air akan mendidih ketika dipanaskan menggunakan panci logam dan sejenisnya

2.4 CONTOH SOAL


1. Jelaskan menggunakan contoh, pengertian perpindahan kalor secara konduksi ?
Pembahasan:
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor yang terjadi melalui
tumbukan antara atom/molekul penyusun benda. Misalnya tinjau sebatang besi yang
dipanaskan. Salah satu ujung besi disentuhkan ke api dan ujung lainnya dipegang.
Walaupun ujung besi yang dipegang tidak bersentuhan dengan api tetapi karena
kalor/panas berpindah melalui batang besi maka ujung besi yang dipegang terasa panas.
Bagaimana cara kalor berpindah dari satu satu ujung besi ke ujung besi lainnya ?
Ujung besi yang dipanaskan mendapat tambahan kalor. Kalor adalah energi yang secara
alamiah berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Adanya tambahan
energi menyebabkan atom/molekul penyusun besi bergetar semakin jauh dari posisi
setimbangnya. Ketika bergetar semakin jauh, atom/molekul tersebut menumbuk
atom/molekul di sebelahnya sehingga atom/molekul yang ditumbuk bergetar semakin
jauh dan mempunyai energi semakin besar. Proses ini berlangsung seterusnya hingga
kalor tiba pada ujung besi yang dipegang.
2. Mungkinkah perpindahan kalor secara konduksi terjadi antara atom/molekul zat cair ?
Pembahasan:
Cermati contoh berikut ini. Ketika sebatang besi dipanaskan, kalor berpindah dari suatu
atom/molekul besi ke atom/molekul besi lainnya sehingga bisa dikatakan perpindahan
kalor secara konduksi terjadi antara atom/molekul zat padat. Perpindahan kalor secara
konduksi tidak terjadi antara atom/molekul zat cair karena antara atom/molekul zat cair
terjadi perpindahan kalor secara konveksi dan demikian juga antara atom/molekul zat gas
terjadi perpindahan kalor secara konveksi.

3. Konduktivitas termal bata adalah 0,84 J/m.s.Co dan konduktivitas termal wol adalah 0,040
J/m.s.Co. Manakah yang merupakan konduktor kalor yang lebih baik, bata atau wol ?
Pembahasan:
Benda yang memiliki konduktivitas termal besar merupakan penghantar kalor yang baik
(konduktor termal yang baik) sedangkan benda yang memiliki konduktivitas termal kecil
merupakan penghantar kalor yang buruk (konduktor termal yang buruk).
Berdasarkan soal, konduktivitas termal bata lebih besar daripada konduktivitas termal wol
sehingga bata merupakan penghantar kalor yang lebih baik dibandingkan wol.
4. Sebatang baja berbentuk silinder pejal mempunyai panjang 1 meter dan luas penampang
0,2 meter kuadrat. Konduktivitas termal baja adalah 40 J/m.s.Co. Jika selisih suhu antara
kedua ujung baja adalah 10oC, tentukan laju perpindahan kalor secara konduksi pada
batang baja tersebut !
Pembahasan:
Diketahui:
Panjang baja (l) = 1 m
Luas penampang baja (A) = 0,2 m2
Konduktivitas termal baja (k) = 40 J/m.s.Co
Perbedaan suhu kedua ujung baja (ΔT) = 10oC
Ditanya : Laju perpindahan kalor secara konduksi (Q/t)
Jawab :
Rumus laju perpindahan kalor secara konduksi :
Q/t = k A ΔT / l
Q/t = (40)(0,2)(10) / 1
Q/t = 80 / 1
Q/t = 80 Joule/sekon
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Yang
dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga
perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena
proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan

3.2 SARAN
Saran dari kelompok kami adalah teruslah mempelajari peristiwa tentang
perpindahan kalor dan harapannya semoga dengan kelompok kami mempersentasikan
tentang perpindahan kalor ini mudah – mudahan kita lebih dapat bisa mengerti lagi tentang
apa itu perpindahan kalor, dengan cara apa perpindahan kalor itu bisa terjadi. Kami harap
teman – teman dapat memahaminya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari –
harinya.

Anda mungkin juga menyukai