Joko Sediyono PDF
Joko Sediyono PDF
ABSTRAK
Hidroksiapatit (HAp) [Ca10(PO4)6(OH)2] telah dipergunakan secara luas dalam
bidang kedokteran dan kedokteran gigi sebagai bahan substitusi tulang/gigi, hal
ini karena komposisi dan strukturnya sama sebagaimana kandungan tulang/gigi.
Tetapi HAp yang ada di Indonesia masih import. Tujuan dari penelitian ini adalah
membuat bahan biokeramik hidroksiapatit dari gipsum alam Kulon Progo (KPNG)
kemudian mengkarakterisasi dengan pengujian FTIR.
Sintesa HAp dilakukan dengan teknik Hydrohermal Microwave dengan
mereaksikan antara KPNG (CaSO4.2H2O) dengan diamonium hidrogen fosfat
[(NH4)2HPO4]. Kemudian hasil reaksinya dianalisa dengan pengujian FTIR dan
dibandingkan dengan HAp 200 Jepang sebagai pembanding.
Dari hasil analisa didapat pola-pola FTIR hidroksiapatit hasil reaksi menyerupai
HAp 200 Jepang dan HAp SRM 2910.
6 Proses Sintesis dan Karakterisasi FTIR Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Kulon Progo
oleh Joko Sedyono dan Alva Edy Tontowi
suhu 50 – 100oC dan dipelajari sifat-sifatnya. Bahan Penelitian
Di sini dia mengembangkan novel proses untuk Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
mempersiapkan HAp monolith langsung dari adalah serbuk gipsum alam Kulon Progo (Kulon
gipsum waste dengan kristalisasi in situ dengan Progo Natural Gypsum/KPNG) [CaSO 4.
menggunakan reaksi kimia berikut: 2H2O], butiran diammonium hydrogen phos-
phate (DHP), dan aquades. Kemudian sebagai
10CaSO4.2H2O + 6(NH4)2HPO4 Æ pembanding digunakan gipsum murni, HAp 200
Ca10(PO4)6(OH)2 + 6(NH4)2SO4 + 4H2SO4 + Jepang dan HAp SRM 2910 (Standard Refe-
18H2O rence Material dari National Institute of
Standards and Technology, USA).
Diperoleh konversi gipsum ke HAp (100%)
pada suhu 50oC dalam waktu 15 hari dan 100oC Alat Penelitian
dalam 2 hari. Penelitian ini menggunakan beberapa alat
Katsuki dkk. (1999) mensintesa HAp yaitu: blender, timbangan mekanik, gelas beker,
dengan microwave. Sintesa HAp diperoleh dari gelas ukur, gelas labu, batang pengaduk, micro-
reaksi antara serbuk gipsum (0,5 gr) dan 40 ml wave, kertas saring, kertas pH, alat sieving,
0,5 M larutan diamonium hidrogen fosfat pada timbangan digital, dan mesin uji FTIR.
suhu 100oC selama 0,5 – 120 menit dalam Teflon
Jalannya Penelitian
menggunakan sebuah microwave digestion
1. Alur penelitian
system. Kemudian hasilnya dicuci dengan air
Alur penelitian diperlihatkan pada Gam-
murni, lalu dikeringkan pada suhu di bawah 50oC.
bar 1.
Untuk mengetahui pengaruh microwave, juga
dilakukan reaksi yang sama dengan cara 2. Pembuatan serbuk KPNG
conventional-hydrothermal. Dengan cara Untuk membuat serbuk KPNG dilakukan
microwave diperoleh konversi gipsum ke HAp tahapan sebagai berikut (Sedyono dkk., 2007):
(100%) dalam waktu 5 menit, sedangkan a. Melakukan penggalian di daerah Kulon
dengan conventional-hydrothermal membu- Progo, Jogjakarta
tuhkan waktu 8 hari. Jadi lebih cepat meng- b. Membersihkan dan memisahkan batuan
gunakan system microwave daripada con- gipsum dari tanah dan kalsit
ventional-hydrothermal. c. Membuat serbuk dengan menggunakan blender
Nasution (2006) mereaksikan serbuk d. Sieving halus.
kalsit [kalsium karbonat (CaCO3)] Gunung
Kidul dengan larutan 0,5 M trisodium fosfat 3. Karakterisasi dan analisa data serbuk
(Na3PO4.12H2O) Wako Chemical Co., Japan KPNG
untuk membuat hidroksiapatit (HAp). Prosesnya Untuk mengetahui apakah yang diperoleh
dengan perlakuan hidrotermal microwave pada itu adalah gipsum maka dilakukan karakterisasi
suhu 100oC. Setelah itu HAp hasil reaksi di- dengan menggunakan FTIR, lalu dibandingkan
kalsinasi pada suhu 800oC lalu dilakukan serang- dengan gipsum murni (CaSO4.2H2O). Hal ini
kaian pengujian. Dihasilkan hidroksiapatit yang dilakukan supaya tidak keliru dengan material
pola FTIR-nya cukup mendekati hidroksipatit lain yang mirip gipsum (misalnya kalsit).
komersial HAp 200 Wako Jepang, tetapi masih
mengandung kalsit. 4. Pembuatan KPHAp
Proses sintesa KPHAp dilakukan dengan
METODOLOGI PENELITIAN cara sebagai berikut (Sedyono dkk., 2007):
Rancangan Penelitian a. Menimbang DHP dengan timbangan
Penelitian ini akan dijalankan secara mekanik untuk membuat larutan dengan
eksperimental laboratoris. konsentrasi 0,5 M
Pembuatan serbuk
KPNG
Sieving
tidak
FTIR KPNG=Gipsum
murni
ya
Pembuatan HAp
Pengeringan dg
microwave
tidak
FTIR KPHAp=HAp 200
dan HAp SRM 2910
ya
Analisa data
8 Proses Sintesis dan Karakterisasi FTIR Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Kulon Progo
oleh Joko Sedyono dan Alva Edy Tontowi
Gambar 2. Pola (a). FTIR KPNG dan (b). gipsum murni
Sulfat CaO
H-O-H CO2
(a)
H-O-H
PO43-
(a)
H-O-H Sulfat
(b)
CO2
CaO
PO43-
H-O-H
(c)
Gambar 3. Pola FTIR (a) KPHAp, (b) HAp SRM 2910, dan (c) HAp 200
Dari sini diyakini bahwa material yang ditandai dengan adanya vibrasi gugus fungsi dari
digunakan sebagai bahan baku adalah benar- H-O-H (Pramatarove, 2005). Sedangkan
benar gipsum, dengan kemungkinan tingkat menurut Pattanayak dkk. (2005) ikatan OH
kemurnian CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat) terdapat pada vibrasi gelombang 3400 dan 630
pada KPNG yang tinggi yang sangat mendekati cm-1.
gipsum murni komersial. Ikatan gugus fosfat (PO43-) merupakan
Gambar 3 menunjukkan memperlihatkan intensitas yang paling tinggi nampak pada
pola FTIR (a) KPHAp, (b) HAp SRM 2910, bilangan gelombang yakni 563,2 cm-1 dan 601,7
dan (c) HAp 200. Dari gambar ini nampak cm-1 dan 1033,8 cm-1. Menurut Sasikumar
adanya kemiripan pola FTIR KPHAp dengan (2006) intensitas yang paling tinggi merupakan
HAp 2910 dan HAp 200. Spektra inframerah ikatan gugus fosfat (PO43-) yang ditandai dengan
dari KPHAp menunjukkan adanya ikatan vibrasi bending dan stretching dari P-O yang
molekul hidrogen pada bilangan gelombang terdapat pada bilangan gelombang 503,21 cm-
3425,3 cm -1 dan 2923,9 cm -1 . Spektra 1
, 603,72 cm-1, dan 1026,13 cm-1. Sedangkan
inframerah yang menunjukkan adanya ikatan menurut Pattanayak dkk. (2005) ikatan gugus
molekul hidrogen terjadi pada bilangan fosfat (PO43-) paling kuat dengan vibrasi
gelombang 3412,08 cm-1 dan 3145,90cm-1 yang stretching terdapat pada bilangan interval
10 Proses Sintesis dan Karakterisasi FTIR Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Kulon Progo
oleh Joko Sedyono dan Alva Edy Tontowi
gelombang 1000 – 1150 cm-1 dan medium pada terbentuk ikatan antara unsur kalsium dan fosfat
bilangan gelombang 960 cm-1. Untuk vibrasi menjadi hidroksiapatit dan energi pembentukan
bending diamati pada 560 – 610 cm-1. yang sangat efisien (Khrisna dkk., 2002).
Gugus fungsi senyawa fase Ca–0
ditemukan dalam struktur ini yang ditandai KESIMPULAN
dengan vibrasi pada gelombang 1404,1 cm-1 – Dengan menggunakan kalsium sulfat
1635,5 cm-1. Gugus fungsi senyawa fase Ca–0 dihidrat Kulon Progo Jogjakarta yang direaksi-
ditemukan pada vibrasi gelombang 1400 cm-1- kan dengan diamonium hidrogen fosfat dengan
1700 cm-1 (Pattanayak dkk., 2005). metode hidrotermal dapat dihasilkan biokeramik
Ikatan CO2 memiliki intensitas yang sangat hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] yang mirip
rendah muncul pada bilangan gelombang 2360,7 dengan produk hidroksiapatit impor. Hal ini
cm-1. Bilangan gelombang 2300 cm-1 yang ditandai dengan hasil karakterisasi FTIR. Ini
merupakan ikatan CO2 memiliki intensitas yang semakin memperkuat kenyataan sebagaimana
sangat rendah yang diindikasikan berasal dari hasil karakterisasi XRD yang telah dipublikasikan
udara luar (Fernandes dkk., 2000). sebelumnya (Sedyono dkk., 2007). Dan hal ini
Terbentuknya fasa hidroksiapatit pada merupakan peluang bagi kita untuk mengem-
KPHAp yang menyerupai HAp 200 komersial bangkan sendiri hidroksiapatit di dalam negeri.
kemungkinan disebabkan oleh tingginya tingkat
kemurnian dari senyawa kalsium sulfat dihidrat PERSANTUNAN
pada KPNG dan diamonium hidrogen fosfat Ucapan terima kasih ditujukan kepada
(DHP) Merck Jerman (95%), sehingga ketika pemerintah dalam hal ini melalui Dirjen Dikti
direaksikan dengan perlakuan hidrotermal dalam program TPSDP dan Universitas Mu-
dengan menggunakan microwave dapat hammadiyah Surakarta atas dukungannya dalam
menyebabkan lebih mudah dan semakin cepat pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fernandes, F., Mauro, C. dan Laranjeira, M., 2000, Calcium Phosphate Biomaterials from Marine
Algae Hydrothermal Synthesis and Characterisation, Quimica Nova, pp 441-446.
Furuta, S., Katsuki,H., Komarneni,S., 1998, Porous Hydroxyapatite Monoliths from Gypsum
Waste, j mater chem 8: 2803-6
Krishna, D.S.R., Chatanya, C.K., Seshadri, S.K., dan Kumar, T.S.S., 2002, Flourinated
Hydroxyapatite by Hydrolysis Under Microwave Irradiation, Trends Biomater. Artif.
Organs. Vol. 16(1), pp 15-17
Nasution, D.A., 2006, Fabrikasi serta Studi Sifat Mekanis dan Fisis Biokeramik Hidroksiapatit
(HAp) dari Kalsit Gunung Kidul, Tesis S-2, Sekolah Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta.
Pattanayak, D.K., Divya, P., Upadhyay, S., Prasad, R.C., Rao, B.T. dan Mohan, T.R.R., 2005,
Synthesis and Evaluation of Hydroxyapatite Ceramics, Trends Biomater. Artif. Organs,
Vol 18 (2), January 2005.
Sasikumar, S., 2006, Low Temperature Synthesis of Nanocrystaline Hydroxyapatite from Egg
Shells by Combustio Method, Trends Biomater. Artif. Organs, Vol. 19(2), pp 70-71.
Sedyono, J., Tontowi, A.E. dan Ana, I.D., 2007, Fabrikasi dan karakterisasi XRD Hidroksiapatit
dari Gipsum Alam Kulon Progo, Prociding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan
Teknologi di Bidang Industri ke-13 UGM Jogjakarta.
12 Proses Sintesis dan Karakterisasi FTIR Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Kulon Progo
oleh Joko Sedyono dan Alva Edy Tontowi