Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN EFEK SAMPING OBAT ANTI TUBERKULOSIS

(OAT) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN


TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN
SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

Sopia Fitriani 1), Joko Sapto 2), Nilam Noorma 2)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

Abstrak

Pendahuluan : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


basil Mycobacterium tuberculosis. Menurut WHO tahun 2017, Tuberkulosis
adalah salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Diperkirakan 10
juta orang menderita Tuberkulosis dan 1,6 juta diantaranya meninggal dunia.
Menurut hasil studi pendahuluan jumlah penderita Tuberkulosis Paru di
Kecamatan Sungai Kunjang sebanyak 43 orang. Tujuan : Untuk mengetahui
hubungan antara efek samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan kepatuhan
berobat pasien Tuberkulosis Paru di Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda.
Metode : Jenis penelitian kuantitatif dengan studi analitik dan desain cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dimana
jumlah penderita Tuberkulosis Paru adalah 43 orang. Instrumen yang digunakan
untuk efek samping OAT berupa kuesioner yang telah digunakan oleh peneliti
sebelumnya dan kepatuhan berobat menggunakan kuisioner dari Morisky
Medication Adherence Scale (MMAS), kemudian data dianalisis secara univariat
dan bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil : Didapatkan nilai dari variabel efek samping OAT p=1,000. Hasil p value >
0,05 (Sig. 95%) maka dapat di simpulkan secara statistik tidak ada hubungan
antara efek samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan kepatuhan berobat
pasien Tuberkulosis Paru.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara efek samping Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) dengan kepatuhan berobat pasien Tuberkulosis Paru. Disarankan untuk
petugas kesehatan untuk terus memantau dan memberikan edukasi tentang efek
samping OAT dan kepatuhan berobat serta memotivasi pasien agar tetap patuh
dalam mengambil dan meminum obat secara teratur.

Kata Kunci : Efek Samping, Obat Anti Tuberkulosis (OAT), Kepatuhan Berobat,
Tuberkulosis Paru
THE RELATIONSHIP OF THE SIDE EFFECT OF ANTI-
TUBERCULOSIS WITH TREATMENT ADHERENCE TO PULMONARY
TUBERCULOSIS PATIENT IN THE SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

Sopia Fitriani 1), Joko Sapto 2), Nilam Noorma 2)


1
Applied Nursing Student, Health Polytechnics East Borneo
2
Nursing Studies, Health Polytechnics East Borneo

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacillus


Mycobacterium tuberculosis. According to WHO in 2017, Tuberculosis is one of
the 10 highest causes of death in the world. An estimated 10 million people suffer
from tuberculosis and 1.6 million of them die. According to the results of a
preliminary study the number of people with pulmonary tuberculosis in Sungai
Kunjang was 43 people. Purpose : This study was to determine the relationship
between side effects of anti-tuberculosis drugs and treatment adherence to
pulmonary tuberculosis patients.
Method:The type of this research is quantitative with analytic study and cross
sectional design. Sampling using total sampling technique where the number of
patients with pulmonary tuberculosis is 43 people. The instrument used for side
effect was a questionnaire that had been used by previous researchers and
treatment compliance questionnaire using a questionnaire from Morisky
Medication Adherence Scale (MMAS), then the data were analyzed by univariate
and bivariate by Chi Square test.
Results: Obtained values from side effect variables p=0.699. The results of p
value >0.05 (Sig. 95%) can be concluded statistically there is not a relationship
between Side Effect of Anti-tuberculosis with Treatment Adherence to Pulmonary
Tuberculosis Patient.
Conclusion: There is not a relationship between Side Effect of Anti-tuberculosis
with Treatment Adherence to Pulmonary Tuberculosis Patient. It is recommended
for health workers to continue to monitor and provide education about the side
effects of Anti-tuberculosis and compliance with treatment and motivate patients
to remain obedient in taking medication regularly.

Keywords: Side Effect, Anti-tuberculosis, Treatment Adherence, Pulmonary


Tuberculosis
PENDAHULUAN diantaranya meninggal dunia. Secara
Penyakit menular merupakan global kejadian Tuberkulosis
penyebab kematian kedua di seluruh mengalami penurunan sebanyak 2%
dunia. Penyebabnya adalah per tahunnya. Angka ini diharapkan
munculnya penyakit infeksi baru terus meningkat hingga 4-5% agar
(emerging disease) dan kembali salah satu target pembangunan
munculnya penyakit menular lama kesehatanberkelanjutan yaitu
(re-emerging disease). Salah satu mengakhiri epidemi Tuberkulosis
penyakit menular yang masih tinggi pada tahun 2030 dapat tercapai
prevalensinya adalah Tuberkulosis. (WHO, 2018).
Tuberkulosis (TB) adalah Indonesia merupakan negara
penyakit menular yang disebabkan yang menempati posisi ketiga dengan
oleh basil Mycobacterium beban Tuberkulosis tertinggi di
tuberculosis. Tuberkulosis dapat dunia. Pada Rapat Kerja Kesehatan
menyebar dari orang ke orang Nasional (Rakerkesnas) tahun 2018,
melalui udara. Hampir seperempat Tuberkulosis merupakan salah satu
populasi dunia menderita dari 3 trend insiden kesehatan diikuti
Tuberkulosis laten yang artinya telah oleh stunting dan imuniasi. Menurut
terinfeksi kuman Tuberkulosis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
namun belum merasakan gejala dan tahun 2013, prevalensi penduduk
tidak dapat menularkan ke orang lain Indonesia yang didiagnosis TB Paru
(World Health Organization, 2017). adalah 0.4 persen, angka ini tidak
Tuberkulosis adalah salah satu berbeda dengan 2007. Dari seluruh
dari 10 penyebab kematian tertinggi penduduk yang didiagnosis TB Paru
di dunia. Pada tahun 2017, oleh tenaga kesehatan, hanya 44.4%
diperkirakan 10 juta orang menderita diobati dengan obat program. Angka
Tuberkulosis dan 1,6 juta ini tidak mengalami penurunan
akibat masih banyaknya kasus yang Sebagai upaya preventif,
belum terjangkau dan terdeteksi, penemuan kasus baru Tuberkulosis
serta kasus yang telah terdeteksi dan dimulai dari fasilitas pelayanan
diobati tetapi belum dilaporkan. kesehatan pertama dan terdekat.
Pada tahun 2017 penderita Keberadaan puskesmas yang merata
Tuberkulosis di Indonesia mencapai di setiap wilayah akan
360.770 jiwa dengan jumlah kasus mempermudah penanganan dan
baru Tuberkulosis Paru BTA positif pengawasan Tuberkulosis oleh
sebanyak 168.412 jiwa. Kasus petugas kesehatan. Di Kota
tertinggi terdapat pada provinsi Jawa Samarinda terdapat 5 puskesmas
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan jumlah kasus baru
(Kemenkes RI, 2018). Tuberkulosis Paru BTA positif
Di Kalimantan Timur sendiri tertinggi. Kelima puskesmas itu
0,2% penduduknya merupakan adalah Puskesmas Sidomulyo,
penderita Tuberkulosis Paru. Pada Puskesmas Temindung, Puskesmas
tahun 2016 ditemukan 2.383 kasus Bengkuring, Puskesmas Loa Bakung
baru Tuberkulosis Paru dengan BTA dan Puskesmas Lempake (Dinas
(+) dan telah mengalami peningkatan kesehatan Kota Samarinda, 2017).
pada tahun 2017 menjadi 2.425 Pengobatan Tuberkulosis
kasus. Prevalensi penderita terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap
Tuberkulosis Paru tertinggi terdapat awal dan tahap lanjutan. Pada tahap
pada Kota Samarinda yaitu 457 jiwa awal atau tahap intensif pengobatan
dan prevalensi terendah terdapat di dilakukan selama dua bulan,
Kabupaten Mahakam Ulu yaitu tujuannya untuk menurunkan jumlah
sebanyak 30 jiwa (Dinas Kesehatan kuman dan meminimalisir pengaruh
Provinsi Kalimantan Timur, 2017). dari sebagian kuman yang telah
resisten. Sedangkan tahap lanjutan
diberikan untuk membunuh sisa kesehatan, wilayah tempat tinggal,
kuman yang masih ada sehingga dukungan keluarga sebagai PMO dan
pasien dapat sembuh dan tidak peran petugas kesehatan (Widyastuti,
terjadi kekambuhan. Pengobatan 2016).
Tuberkulosis diberikan dalam bentuk Sebagian besar penderita
paduan obat yang mengandung Tuberkulosis Paru dapat
minimal 4 macam obat. Obat Anti menyelesaikan pengobatan tanpa
Tuberkulosis (OAT) yang digunakan efek samping. Namun sebagian kecil
adalah Isoniazid, Rifampisin, dapat mengalami efek samping, oleh
Pirazinamid, Ethambutol dan karena itu pemantauan kemungkinan
Streptomisin. Paduan obat yang terjadinya efek samping sangat
digunakan di Indonesia terbagi dalam penting dilakukan selama
beberapa kategori yaitu kategori 1, pengobatan. Efek samping dari OAT
kategori 2, kategori anak dan paket adalah tidak ada nafsu makan, mual,
kombipak. (Kemenkes RI, 2014). sakit perut, nyeri sendi, kesemutan,
Pengobatan Tuberkulosis harus warna kemerahan pada air seni, flu
dilakukan secara teratur dan tuntas sindrom seperti demam, menggigil,
untuk mencegah kekambuhan dan lemas, sakit kepala dan nyeri tulang
terjadinya resisten. Berbagai faktor (Kemenkes RI, 2014).
baik eksternal maupun internal dapat Berbagai penelitian telah
mempengaruhi kepatuhan berobat dilakukan sebelumnya oleh Made
pasien dengan Tuberkulosis. Faktor Ratna Dewi Setiawan (2012) dengan
yang mempengaruhi kepatuhan judul “Pengaruh Efek Samping Obat
berobat antara lain tingkat Tuberkulosis Terhadap Kepatuhan
pendidikan, efek samping OAT, Berobat Pasien Tuberkulosis Paru di
kepemilikan kartu asuransi BBKPM Surakarta”. Dari uraian data
kesehatan, akses ke pelayanan dan latar belakang diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan didapatkan sampel sebanyak 43
penelitian dengan judul “Hubungan orang.
Efek Samping Obat Anti Metode Pengambilan Data
Tuberkulosis (OAT) Dengan Metode pengumpulan data dilakukan
Kepatuhan Berobat Pada Pasien dilakukan dengan cara memberikan
Tuberkulosis Paru di Kecamatan kuisioner efek samping Obat Anti
Sungai Kunjang Samarinda. Tuberkulosis (OAT) milik peneliti
sebelumnya dan kuisioner kepatuhan
BAHAN DAN METODE
berobat menggunakan Morinsky
PENELITIAN
Medication Adherence Scale
Tempat dan Waktu Penelitian
(MMAS).
Penelitian ini dilaksanakan di
Analisa Data
Puskesmas Wonorejo, Puskesmas
Data yang telah dikumpulkan
Karang Asam, Puskesmas Loa
dianalisis secara univariat dan
Bakung dan Puskesmas Loa Bahu di
bivariat menggunakan uji chi-square
Kecamatan Sungai Kunjang pada
untuk mengetahui apakah ada
bulan Mei 2019.
hubungan antara efek samping Obat
Rancangan Penelitian
Anti Tuberkulosis (OAT) dengan
Jenis penelitian kuantitatif
kepatuhan berobat pasien
dengan studi analitik dan desain
Tuberkulosis Paru.
cross sectional.
Populasi dan Sampel HASIL PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini Analisa Univariat
adalah penderita TB Paru di Karakteristik Responden
Kecamatan Sungai Kunjang a. Jenis Kelamin, Umur,
sebanyak 43 orang. Jumlah sampel Pendidikan dan Pekerjaan
menggunakan total sampling dengan
teknik purposive sampling sehingga
Tabel 1 (55,8%), berusia 36-45 tahun
Karakteristik Responden berdasarkan
Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan sebanyak 15 orang (34,8%),
Pekerjaan Di Puskesmas Kecamatan pendidikan terakhir yang ditempuh
Sungai Kunjang Samarinda
Tahun 2019 adalah SMA sebanyak 26 orang

Klasifikasi Frekuensi Persentase (60,5%) dan bekerja sebagai swasta


Karakteristik (n) (%)
Responden sebanyak 19 orang (44,2%).
Jenis
Kelamin 24 55,8
Laki – Laki 19 44,2 Distribusi Variabel
Perempuan 43 100 a. Distribusi Responden
Total
Berdasarkan Efek Samping OAT
Usia
12 - 16 Th 1 2,3 Tabel 2
17 - 25 Th 4 9,3 Distribusi Responden Berdasarkan
26 - 35 Th 5 11,6 Efek Samping OAT Di Puskesmas
36 - 45 Th 15 34,9 Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda
46 - 55 Th 9 20,9
56 - 65 Th 7 16,3 Tahun 2019
>65 Th 2 4,7
Total 43 100 Efek Samping OAT Frekuensi Persentase
Pendidikan (n) (%)
Tidak 0 0 Efek Samping Ringan 26 60,5
Sekolah Efek Samping Berat 17 39,5
SD 6 14 Total 43 100
SMP 7 16,3 Sumber : Analisa Data Primer, 2019
SMA 26 60,5
4 9,3 Berdasarkan tabel 2 di atas,
Sarjana
Total 43 100
menunjukkan distribusi responden
Pekerjaan
IRT 12 27,9 berdasarkan efek samping OAT,
PNS 1 2,3
Swasta 19 44,2 sebagian besar responden merasakan
Tidak 11 25,6
Bekerja efek samping ringan sebanyak 26
Total 43 100
Sumber : Analisa Data Primer, 2019
orang (60,5%). Sedangkan sebagian
kecil merasakan efek samping berat
Berdasarkan tabel 1 di atas, sejumlah 17 orang (39,5%).
menunjukkan bahwa karakteristik
responden sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 24 orang
b. Distribusi Responden Berdasarkan tabel 3 di atas,
Berdasarkan Kepatuhan Berobat
Tabel 3 menunjukkan distribusi responden
Distribusi Responden Berdasarkan berdasarkan tingkat kepatuhan
Kepatuhan Berobat Di Puskesmas
Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda berobat, sebagian besar responden
Tahun 2019 berada di kelompok patuh sebanyak

Kepatuhan Frekuensi Persentase 42 orang (97,7%). Sedangkan 1


Berobat (n) (%)
orang (2,3%) diantaranya tidak patuh
Patuh 42 97,7
Tidak Patuh 1 2,3 dalam berobat.
Total 43 100
Sumber : Data Primer, 2019

Analisa Bivariat
Hubungan Efek Samping OAT dan Kepatuhan Berobat

Tabel 4
Hubungan Efek Samping OAT dengan Kepatuhan Berobat
di Puskesmas Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda Tahun 2019

P
Kepatuhan Berobat Total OR
Value
Efek Samping
Patuh Tidak Patuh (95% CI)
OAT
n % % N %
N
Efek Samping
25 96,2 1 3,8 26 100,0 0,962
ringan
0,669
Efek Samping
17 100 0 0 17 100,0 (1,038 – 0,890)
berat
Sumber : Analisa Data Primer, 2019

Berdasarkan hasil analisis patuh dalam berobat. Sementara


bivariat pada tabel 4 didapatkan, responden yang merasakan efek
responden yang merasakan efek samping berat berjumlah 17
samping ringan berjumlah 26 responden (39,5%), dimana seluruh
responden (60,5%) dengan 25 pasien tersebut patuh dalam berobat.
responden (96,2%) patuh dalam Karena syarat-syarat uji chi-
berobat dan 1 responden (3,8%) tidak square tidak terpenuhi, peneliti
menggunakan uji Fisher dimana dari penelitian yang dilakukan didapatkan
hasil analisis diperoleh nilai p-value pula sebanyak 42 orang (97,7%)
= 1,000 yang artinya secara statistik patuh dalam berobat sedangkan 1
tidak ada hubungan antara efek orang (2,3%) lainnya tidak patuh
samping OAT dengan kepatuhan dalam berobat
berobat di Puskesmas Kecamatan Dari penelitian yang dilakukan
Sungai Kunjang Samarinda. Dari didapatkan hasil tidak terdapat
hasil analisis didapatkan juga nilai hubungan antara efek samping OAT
OR sebesar 0,962 yang artinya dengan kepatuhan berobat. Karena
responden yang patuh berobat syarat-syarat uji chi-square tidak
beresiko 0,962 kali untuk mengalami terpenuhi, peneliti menggunakan uji
efek samping OAT. fisher, dimana dari hasil analisis
didapatkan nilai p-value = 1,000
PEMBAHASAN
(>0,05) yang artinya secara statistik
Hubungan Efek Samping OAT dan
tidak ada hubungan antara efek
Kepatuhan Berobat
samping OAT dengan kepatuhan
Berdasarkan analisis univariat
berobat. Efek samping OAT tentu
menunjukkan bahwa seluruh
saja memberikan reaksi
responden mengalami efek samping
ketidaknyamanan pada pasien namun
OAT, dimana 26 responden
hal tersebut tidak mengganggu
mengalami efek ringan dan 12
akivitas sehari-hari. Sebelum
responden lainnya mengalami efek
menerima pengobatan Tuberkulosis,
samping berat. Sebagian besar pasien
pasien juga diberikan edukasi oleh
merasakan efek samping OAT hanya
petugas kesehatan mengenai efek
selama pengobatan fase intensif, tapi
samping yang mungkin akan
tak sedikit pula yang masih
dirasakan sehingga pasien
merasakan efek samping OAT
memahami bahwa efek samping saat
hingga fase lanjutan. Dari hasil
meminum obat anti Tuberkulosis pengobatan, karena nilai p yang
adalah hal yang normal dan tidak didapatkan >0,05 (p=0,562) . Sejalan
dapat dihindari. Tingkat motivasi pula dengan penelitian selanjutnya
pasien yang tinggi serta dukungan oleh Annisa (2017) yang menyatakan
keluarga yang positif juga bahwa pasien yang menderita
mempengaruhi pasien untuk tetap Tuberkulosis memiliki kepatuhan
patuh dalam berobat. baik lebih besar pada responden yang
Berbeda dengan hasil memiliki efek samping. Hal ini
penelitian yang dilakukan oleh berarti seseorang yang mengalami
Widyastuti (2016) yang menyatakan efek samping OAT atau tidak, bukan
bahwa ada hubungan antara efek menjadi masalah untuk patuh
samping OAT dengan kepatuhan mengambil dan meminum
berobat pasien TB Paru di Balai obat.(Annisa et al., 2017)
Kesehatan Paru Masyarakat Kota Menurut penelitian Kurniawan
Pekalongan p=0,012 dan OR=5,33. (2011) mengatakan secara statistik
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
hubungan negatif bermakna artinya antara efek samping OAT dengan
semakin penderita memiliki banyak kepatuhan berobat (p=0,451). Namun
keluhan semakin tidak patuh penderita TB yang tidak merasakan
penderita untuk berobat. adanya ESO mempunyai peluang
Hasil penelitian yang dilakukan 2,42 kali lebih besar untuk patuh.
sesuai dengan penelitian Rahmi dkk Perbedaan hasil ini disebabkan oleh
(2017) yang mengatakan bahwa hasil sebagian besar responden (65,9%)
uji statistik menunjukkan tidak yang mengalami efek samping OAT
terdapat hubungan yang bermakna pada penelitian ini tidak merasa
antara efek samping OAT dengan terganggu dengan gejala tersebut.
kepatuhan penderita TB Paru dalam
Masyarakat yang menderita petugas kesehatan diharapkan untuk
suatu penyakit namun tidak melaksanakan program promosi dan
merasakannya tidak akan melakukan edukasi secara lengkap dan mudah
tindakan apapun terhadap dimengerti serta memantau pasien
penyakitnya. Hal ini dikarenakan Tuberkulosis yang sedang menjalani
kondisi tersebut tidak mengganggu pengobatan secara rutin untuk
aktivitas mereka sehari-hari. Mereka meminimalisir terjadinya Drop Out
beranggapan bahwa tanpa bertindak dan kekambuhan. Kepada peneliti
apapun, gejala yang dialami akan selanjutnya agar melakukan
hilang dengan sendirinya. Tetapi bila penelitian pada penderita
mereka menderita penyakit dan juga Tuberkulosis Ekstra Paru dan juga
merasakansakit, maka akan timbul melakukan penelitian serupa dengan
berbagai perilaku dan usaha untuk sampel yang lebih besar
mengatasinya (Notoatmodjo, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Annisa, Y., Sakundarno, M.,
Lintang, A., Saraswati, D.,
Kesimpulan dari penelitian ini Udiyono, A., Epidemiologi, B.,
adalah tidak ada hubungan antara … Masyarakat, F. K. (2017).
Studi Deskriptif Kepatuhan
efek samping Obat Anti Tuberkulosis Pengobatan Dengan Dukungan
(OAT) dengan kepatuhan berobat Keluarga, Status Bekerja, Dan
Efek Samping Pada Pasien
pasien Tuberkulosis Paru di Koinfeksi Tb-Hiv Di Semarang.
Kecamatan Sungai Kunjang Jurnal Kesehatan Masyarakat,
5(4), 2356–3346. Retrieved
Samarinda. from
Hasil penelitian ini diharapkan http://ejournal3.undip.ac.id/inde
x.php/jkm
pengetahuan dan motivasi pasien,
Badan POM RI. (2006). Kepatuhan
Pengawas Minum Obat (PMO)
Pasien Faktor Penting Dalam
maupun keluarga pasien mengenai Keberhasilan Therapy. (B. RI,
Ed.). Jakarta.
OAT dapat meningkat. Kepada
Bagiada, Made, I., & Ni Luh PP. tuberculosum Infection.
(2010). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Junarman, S. B. (2009). Karakteristik
Ketidakpatuhan Penderita Penderita Tuberkulosis Basil
Tuberkulosis dalam Berobat. Tahan Asam Positif yang
Penyakit Dalam, 11, 158–163. Mengalami Drop Out di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru
Daulay, M. (2013). Tingkat (BP4) Medan Tahun 2004-2008.
Kepatuhan Minum Obat Universitas Sumatera Utara.
Penderita Tuberculosis Paru Di
Poli Paru Rumah Sakit Haji Kemenkes RI. (2004). Pedoman
Medan Tahun 2012. Universitas Diagnosis & Penatalaksanaan
Sumatera Utara. Tuberkulosis di Indonesia.
Choice Reviews Online, 41(7),
Departemen Kesehatan RI. (2011). 41-4081-41–4081.
Pedoman Nasional https://doi.org/10.5860/CHOIC
Penanggulangan Tuberkulosis. E.41-4081
Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Nasional Pengendalian TB.pdf.
Penelitian Keperawatan. (H. (Dr. Triya Novita Dinihari &
Pramono, Ed.). CV. Trans Info Dr. Vanda Siagian, Eds.).
Media. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Dinas kesehatan Kota Samarinda.
(2017). Data Penderita Kemenkes RI. (2018). Data dan
Tuberkulosis di Kota Samarinda Informasi - Profil Kesehatan
Tahun 2017. Indonesia (Data and
Information - Indonesia Health
Dinas Kesehatan Provinsi Profil). (M. K. drg. Rudy
Kalimantan Timur. (2017). Kurniawan, M. Boga Hardhana,
Profil Kesehatan, 38. S.Si, & M. S. Yudianto, SKM,
https://doi.org/2017 Eds.). Jakarta: Kementerian
Erwatyningsih, & Erni dkk. (2009). Kesehatan RI.
Faktor-faktor yang https://doi.org/10.1037/0022-
Mempengaruhi Ketidakpatuhan 3514.51.6.1173
Berobat Penderita Tuberkulosis Kodoy, P. dkk. (2014). Faktor-Faktor
Paru. Berita Kedokteran yang Berhubungan dengan
Masyarakat, 25, 117–124. Kepatuhan Berobat Pasien
Giovanni, D., & M. Sali. (2013). The Tuberkulosis Paru di Lima
Biology of Mycobacterium Puskesmas di Kota Manado.
Jurnal Kedokteran Komunitas
Dan Tropik, II No.1, 1–8. Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta:
Narasimhan, P. (2013). Risk Factor Interna Publishing.
for Tuberculosis. (T. U. of N. S.
Wales, Ed.). Australia: Hindawi Widyastuti, H. (2016). Faktor-faktor
Publishing Corporation. yang berhubungandengan
kepatuhan berobat pasien tb
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Paru di balai kesehatan Paru
Masyarakat (Ilmu & Seni) masyarakat Kota pekalongan.
(Kedua). jakarta: Rineka Cipta.
World Health Organization. (2017).
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Global Tuberculosis Report.
Kesehatan dan Perilaku Pharmacological Reports (Vol.
Kesehatan. Jakarta: Rineka 69). Geneva: World Health
Cipta. Organization.
Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi https://doi.org/10.1016/j.pharep.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: 2017.02.021
Rineka Cipta.

Pare, A. L. dkk. (2012). Hubungan


Antara Pekerjaan, PMO,
Pelayanan Kesehatan,
Dukungan Keluarga dan
Diskriminasi Dengan Perilaku
Berobat Pasien Tuberkulosis
Paru. Retrieved from
http://repository.unhas.ac.id

Rahmansyah, A. (2012). Faktor-


Faktor yang Berhubungan
dengan Drop Out (DO) pada
Penderita TB Paru di Rumah
Sakit Paru Palembang Tahun
2010. Universitas Indonesia.

Rokhmah, D. (2013). Gender dan


Penyakit Tuberkulosis:
Implikasinya Terhadap Akses
Layanan Kesehatan Masyarakat
Miskin yang Rendah. Jurnal
Kesehatan Masyarakat
Nasional, 7(10), 447–452.

Anda mungkin juga menyukai