Askep Spondilitis
Askep Spondilitis
“SPONDILITIS TB”
Dosen Pengampu :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018-2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulluah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
dihadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orangtua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini ditulis agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
dengan caring, prinsip, dan kode etik yang diterapkan dalam kasus “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Spondilitis TB” yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, refrensi, dan berita. Makalah ini disusun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang dating dari diri penyusun
maupun yang dating dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Pekalongan
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spondilitis Tubeculosa atau penyakit Pott telah terdokumentasi pada
mumi bangsa Mesir dan Peru, yang merupakan penyakit tertua yang diketahui
pada manusia. Pada tahun 1779, Previcall Pott menggambarkan deskripsi
klasik dari tuberculosis spinal. Sejak penemuan obat anti tuberculosis,
penyakit tuberculosis tulang mulai jarang ditemukan di Negara maju, namun
nashi banyak di Negara berkembang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan kasus
gangguan Spondilitis TB sehingga dapat mengerti pencegahan primer dan
sekunder serta manajemen kasus tersebut.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan spondilitis TB.
b. Untuk mengetahui batasan gangguan spondilitis TB.
c. Untuk mengetahui etiologi gangguan spondilitis TB.
d. Untuk mengetahui pathofisiologi dan gambaran pathways gangguan
spondilitis TB.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan hasil yang spesifik
gangguan spondilitis TB.
3
f. Untuk mengetahui manajemen therapy pada pasien dengan gangguan
spondilitis TB.
g. Untuk mengetahui komplikasi pada pasien dengan gangguan
spondilitis TB.
h. Untuk mengetahui manajemen keperawatan pada pasien dengan
gangguan spondilitis TB.
BAB II
A. Pengertian Spondilitis TB
4
sulit ditegakkan dan sering disalahartikan sebagai neoplasma spinal atau
spondilitis piogenik lainnya. Diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan pada
stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas tulang belakang yang berat dan
defi sit neurologis yang bermakna seperti paraplegia. (Zuwanda & Janitra,
2013)
5
C. Etiologi Gangguan Spondilitis TB
Spondilitis tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan anggota ordo
Actinomicetales dan famili Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang
lengkung, gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil
diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga disebut
sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini disebabkan oleh karena kuman
bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan
lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 μm. (Sahputra &
Munandar, 2015)
6
vertebra, maka lesi kompresi lebih banyak ditemukan pada bagian anterior
badan vertebra sehingga badan vertebra bagian anterior menjadi lebih
pipih daripada bagian posterior. Resultan dari hal-hal tersebut
mengakibatkan deformitas kifotik. Deformitas kifotik inilah yang sering
disebut sebagai gibbus.
7
Defisit neurologis oleh kompresi ekstradural medula spinalis dan
radiks terjadi akibat banyak proses, yaitu: 1) penyempitan kanalis spinalis
oleh abses paravertebral, 2) subluksasio sendi faset patologis, 3) jaringan
granulasi, 4) vaskulitis, trombosis arteri/ vena spinalis, 5) kolaps vertebra,
6) abses epidural atau 7) invasi duramater secara langsung. Selain itu,
invasi medula spinalis dapat juga terjadi secara intradural melalui
meningitis dan tuberkulomata sebagai space occupying lesion.
8
2. Pathways
Udara tercemar bakteri Mycobacterium Tuberculosa Terhirup lewat saluran nafas
Perusakan tulang dan penjalaran infeksi keruang diskus verterbre yang berdekatan
SPONDILITIS TUBERKULOSIS
Eksudasi
Gangguan menelan
Menyebar ke pembuluh darah femuralis
9
E. Pemeriksaan Diagnosis dan Hasil yang Spesifik Gangguan Spondilitis TB
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Laju endapan darah meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai
lebih dari 100 mm/jam.
2) Tuberculin skin test / mantoux test / tuberculin Purified Protein
Derivative (PPD) positif. Dikatakan positif jika tampak area
berindurasi, kemerahan dengan diameter ≥ 10mm disekitar tempat
suntikan 48-72 jam setelah suntikan.
3) Kultur urin pagi membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal.
4) Apus darah tepi menunjukan leukositosis dengan limfositosis yang
bersifat relatife.
5) Tes darah untuk titer anti-staphylococcal dan anti-streptolysin
haemolysins, typhoid, paratyphoid dan brucellosis.
6) Cairan serebrospinal dapat abnormal (Pada kasus dengan
meningitis tuberkulosa) normalnya cairan ini tidak
mengeksklusikan kemungkinan infeksi TBC.
b. Radiologi
Gambarnya bervariasi tergantung tipe patologi dan kroonisitas infeksi.
c. Computed Tomography-Scan (CT)
Bermanfaat untuk memvisualisasikan regio torakal dan keterlibatan
iga yang sulit dilihat pada foto polos. Keterlibatan syaraf posterior
seperti pedikel tampak lebih baik dengan CT Scan.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Mempunyai manfaat besar untuk membedakan komplikasi yang
bersifat kompresif dengan yang bersifat non kompresif pada
tuberkulosa tulang belakang.
e. Neddle biopsy / operasi eksplorasi
10
Dari lesi spinal mungkin diperlukan pada kasus yang sulit tetapi
membutuhkan penglaman dan pembacaan histologi yang baik.
2. Pengkajian Fokus
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang
bersifat kronik destruktif yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa.
Spondilitis tuberkulosa atau yang dikenal juga sebagai penyakit Pott,
Paraplagi Pott, merupakan 50% dari seluruh tuberculosis tulang dan sendi.
Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi
neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut.
Pengobatan tuberculosis tulang belakang harus dilakukan sesegera mungkin
untuk menghentikan progresivitas penakit serta mencegah paraplegia.
B. Saran
Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah
makalah tentang spondilitis tb ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca ,kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adriman, S., Bisri, D. Y., Rahardjo, S., & Wargahadibrata, H. (2015). Penatalaksanaan
Anastesi pada Pasien Spondilitis Tuberkulosis Torakalis dan Tumor Ekstramedular
(Meningioma Torakalis) T7-11. Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol.4 No.2: 98-103, 1-
6.
Danchaivijitr, N., Temram, S., Thepmongkhol, K., & Chiewvit, P. (2007). Diagnostic Accuracy
of MR Imaging in Tuberculous Spondylitis. J Med Assoc Thai Vol. 9 No. 8, 1-9.
Faried, A., Hidayat, I., Yudoyono, F., Dahlan, R. H., & Arifin, M. Z. (2015). Spondylitis
Tuberculosis in Neurosurgery Department Bandung Indonesia. JSM Neurosurg Spine
3 (3) : 1059, 1-4.
Paramarta, I. E., Purniti, P. S., Subanada, I. B., & Astawa, P. (2013). Spondilitis Tuberkulosis.
Sari Pediatri, Vol. 10, No. 3, 1-7.
Sahputra, R. E., & Munandar, I. (2015). Spondilitis Tuberkulosa Cervical. Jurnal Kesehatan
Andalas, 1-10.
Zuwanda, & Janitra, R. (2013). Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis. CDK-
208 Vol.40 No. 9, 1-13.
13