Anda di halaman 1dari 28

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA PENDERITA REUMATHOID ATRITIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. NafiatulAmrah
2. Marisa Ainun
3. NurulHidayanti
4. RinuliaAndisva
5. Ummah

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI S.1 KEPERAWATAN REGULER
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kasus
Reumathoid Atritis” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari teman-teman
untuk membantu menyelesaikan makalah ini.Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh
karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Mataram 24 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................. i
Daftar Isi………………..………………………………………………………...……... ii
BAB I Pendahuluan……………………………….…………………………………..... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...…. 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….................... 3
1.4 Manfaat………………………………………………………....……................... 3
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………...………… 3
1.6 Metode Penulisan……………………………….……………………………..... 4
BAB II Pembahasan……………………………….…………………………………..... 5
2.1 Konsep Dasar Teori.……….……..……….…………............................……….. 5
2.2 Konsep Dasar Askep……………….…..……………………………………..… 12
BAB III Penutup………………………….…………………………..……………..... 22
3.1 Kesimpulan………………………………………..………………………...…… 22
3.2 Saran………………………………………………...………………...………..… 23
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang
cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak.Artritis rheumatoid
adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara simetris persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri,
dan sering kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi.Karakteristik artritis
rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya
menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013).
Penderita artritis reumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya
1 dari 6 orang di dunia ini menderita artritis reumatoid. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit artritis reumatoid.Dimana 5-
10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun.
(Junaidi,2013)
Prevalensi penyakit sendi atau Rematik di Indonesia berdasar diagnosis sebesar 11,9%
dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan tertinggi berada di Bali yaitu berjumlah 19,3% dan terendah di Daerah Istimewa
Yogyakarta yaitu sebesar 5,6%. Sedangkan prevalensi penyakit sendi di provinsi Sumatera
Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan berdasarkan diagnosis
atau gejala sebesar 15,6% (Riskesdas, 2013)
Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas karena nyeri, tulang
menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang.Dari 100 jenis rematik, diketahui Artritis
Reumatoid yang dapat menyebabkan kecacatan yang paling parah pada penderitanya.
Asupan makanan yang kurang sehat, kurangnya berolahraga, stress dan lain sebagainya
diketahui sebagai faktor pencetus terjadinya rematik. Salah satu solusi untuk penyakit ini
adalah dengan menjaga perilaku hidup sehat baik dari aktivitas, seperti rajin berolahraga,
dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sempurna dengan cara memenuhi asupan makanan
yang bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi kekakuan pada sendi, dan untuk
meminimalisirkan bagi yang sudah menderita penyakit rematik tidak berulang atau
mengalami kekambuhan (Purwoastuti, 2009).
Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan artritis reumatoid tentu saja akan
berdampak pada ekonomi keluarga tersebut karena kronisitas serta resiko kecacatan yang
dialami penderita menyebabkan banyaknya pengeluaran yang akan digunakan untuk
meminimalisir tingkat keparahan penyakit. Selain itu, karena artritis reumatoid dapat
menimbulkan kelemahan yang disebabkan oleh serangan nyeri yang terus menerus, maka
hal ini mengakibatkan penderita tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Hal tersebut tentu saja menyebabkan penderita akan sangat bergantung pada
keluarga untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berjalan, buang air kecil
dan lain sebagainya (Lukman, 2009)
Mengingat bahwa banyaknya penderita artritis reumatoid serta besarnya dampak yang
ditimbulkan dari penyakit ini, maka upaya promotif dan preventif sangat besar peranannya
dalam penanganan masalah artritis reumatoid yaitu melalui upaya binaan terhadap keluarga.
Oleh karena itu, dalam menanggulangi dampak tersebut, peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda
bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya sangat diperlukan sehingga
apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datang ke pelayanan
kesehatan dalam keadaan kronis. Perawat keluarga juga memiliki peran yang sangat strategis
dalam pemberdayaan kesehatan dalam sebuah keluarga sehingga keluarga mampu
menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga,
mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga serta memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada dengan baik sehingga upaya pencegahan maupun pengobatan
dapat berjalan dengan baik (Harmoko, 2012)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari Reumatoid Artritis ?
2. Apa saja penyebab dari Reumatoid Artritis ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Reumatoid Artritis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Reumatoid Artritis ?
5. Bagaimana pathway dari Reumatoid Artritis ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Reumatoid Artritis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Reumatoid Artritis ?
8. Apa saja komplikasi dari Reumatoid Artritis ?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan komunitas pada pasien Reumatoid Atritis ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari Reumatoid Artritis
2. Untuk mengetahui penyebab dari Reumatoid Artritis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Reumatoid Artritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Reumatoid Artritis
5. Untuk mengetahui pathway dari Reumatoid Artritis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Reumatoid Artritis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Reumatoid Artritis
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Reumatoid Artritis
9. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Reumatoid Atritis

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Menambah pengetahuan dan informasi mengenai konsep Asuhan Keperawatan pada
pasien Reumatoid Atritis
1.4.2 Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahuikonsep Asuhan Keperawatan
pada pasien Reumatoid Atritis
1.4.3 Mengetahui bagaimanakonsep Asuhan Keperawatan pada pasien Reumatoid Atritis

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


1.5.1 Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang
masalah,rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode
penulisan.
1.5.2 Bab II. Tinjauan Teori, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang konsep dasar
penyakit Reumathiod Atritis dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
Reumathoid Atritis.
1.5.3 Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.

1.6 METODE PENULISAN


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi keputusan.Studi
kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan,
dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal
ini yang berkaitan dengan Ilmu Keperawatan Keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1.1 Pengertian Arthritis
Arthritis adalah suatu bentuk penyakit sendi yang sering dijumpai, meliputi
bermacam-macam kelainan dengan penyebab yang berbeda (Robbins, 2007).Arthritis
adalah inflamasi sendi (Barbara Engram, 1999).
Arthritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan perforasi membran
sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
(Doenges, E Marlin, 2000 : hal 859).
Arthritis reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (lemone & Burke, 2001). Penyakit reumatik adalah
penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik
dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin,
pengantar Ilmu Bedah Ortropedi).

2.1.2 Etiologi
Etiologi arthritis reumatoid masih belum diketahui, kemungkinan artritis
reumatoid merupakan manifestasi respon terhadap suatu sgen infeksiosa paja pejamu
yang secara genetis rentan telah di perkirakan.Karena distribusi artritis reumatoid
yang telah mendunia, organisme tersangka yang telah dihipotesiskan terdapat
dimana-mana. Sejumlah agen penyebab telah di perkirakan, yaitu Mycoplasma,virus
Eipstein Barr, sitomegalovirus, parvovirus, dan virus rubella, tetapi bukti yang
meyakinkan apakah agen tersebutatau agen infeksiosa lain menyebabkan arthritis
reumatoidbelum ada (Harrison,2000).
Walaupun belum dapat dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik,
hormonal, infeksi, dan head shock protein telah diketahui berpengaruh kuat dalam
menentukan pola morbiditas.
1. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan dalam
produk kompleks tustokompatibilitas utama kelas II, khusus nya HLA – DR,
dengan Arthritis reumatoid. Seropositif. Karena adanya temuan terhadap antigen
tustokompatibilitas spesifik (HLA) pada anggota keluarga.
2. Kecenderungan wanita yang menderita AR dan sering dijumpai pada wanita
yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan
huormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyakit.
3. Karena pemberian hormon estrogen eksterna tidak menghasilkan perbaikan
infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi sebagai
penyebab AR juga timbul karena umunya omset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamsi yang mencolok.
Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah bakteri
mikoplasma dan virus.
4. Heat Shock Protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang(60-90
Kda) yang dibentuk oleh sel seluruh species sebagai respon terhadap stres.

2.1.3 Klasifikasi
Beberapa klasifikasi dari artritis :
1. Artritis juventil tipe pausiartikular.
Biasanya mengenai sendi lutut atau pergelangan kaki, kadang mengenai
sendi panggul atau siku.Keadaan umum biasanya baik.Komplikasi yang dapat
timbul adalah iridosiklitis.
2. Artritis tipe poliartikular.
Menenai lima sendi atau lebih dan disetrai dengan tanda yang lebih berat.
Paling sering di temukan pada sendi lutut, pergelangan kaki, telapak kaki,
pergelangantangan dan leher.Prognosisi buruk bila timbul berulang.Komplikasi
berupa hambatan umum pertumbuhan skelet.Keadaan ini diperberat dengan
pemberian kortikosteroid jangka panjang.
3. Artritis juventil sistemik yang disebut juga penyakit still.
Tipe ini jarang ditemukan, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Biasanya menyerang anak dibawah umur lima tahun. Pada keadaaan akut, dapat
menyerang beberapa sendi disertai tanda sistemik berupa panas tinggi, bercak
eritema, anemia.Limfadenopati, hepatosplenomegali dan perikarditis. Dan tipe
ini 70% akan mengalami remisi dibawah umur 10 tahun. Umumnya didapat
depormitas karena destruksi sendi dan gangguan pertumbuhan.Penanggulangan
dengan imobilisasi menggunakan bidai sementara dapat mencegah defoemitas
sendi. Pemberiana kortikostiroid jangka panjang tidak memperbaiki prognosis
atau mencegah komplikasi, malah mengakibatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi menurun dan osteoporoosis.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Ada beberapa gambaran / manifestasi klinis yang ditemukan pada penderita
reumatik. Gambaran klinis ini tidak harus muncul sekali gus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
1. Gejala –gejala konstitu nasional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat
badan menurun dan demam
2. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada
sendi perifer, termasuk sendi – sendi di tangan, namun biasanya tidak
melibatkan sendi – sendi antara jari – jari tangan dan kaki, hamper semua sendi
diartrodial (sendi yang dapat digerakkan dengan bebas) dapat terserang.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi
terutama menyerang sendi – sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekauan sendi
pada osteoarthritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya
berangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
4. Artritis Erosif merupakan cirri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibakan pengikisan ditepi tulang.
5. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar aau deviasi jari, devormitas boutonniere dan leher
angsa adalah beberapa devormitas tangan yang sering dijumpai pada penderita.
Pada kaki eterdapa tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal. Sendi – sendi yang besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan
gerakan ekstensi.
6. Nodula – nodula reumatoid adalah masa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari
deformias ini adalah bursa olekranon ( sendi siku) atau disepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan ini dapat juga timbul pada
tempat – tempat lainnya. Adanya nodula – nodula ini biasanya merupakan
peumjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapa tiga stadium, yaitu stadium sinovitis,
stadium destruksi, dan stadium devormitas.
1) Istirahat mutlak pada tingkat akut atau memakai bidai sendi.
2) Terapi fisik, bantu latihan ROM, dan kompres.
3) Pembedahan rekonstruksi jika perlu atau sesuai program dan pengobatan.

2.1.5 Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi persendian
diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit
reumatik. Fungsi persendian sinovial memilki kisaran gerak tertentu kendati
masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi
yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung
tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk
gerakkan.Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresi cairan ke dalam ruangan antar tulang.Fungsi dari cairan sinovial ini
yaitu sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan
sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena
inflamasi.Meskipun memilki keankearagaman mulai dari kelainan yang terbatas
pada satu sendi hingga kelainan multisistem yang sistemik, semua penyakit
rematik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi
sekaligus. Inflamasi ini akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada
penyakit rematik inflamatori, inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus
(proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi tersebut merupakan akibat dari respon
imun tersebut.
Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan
suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit
lanjut. Pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler
yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan sinovitis kendati faktor-
faktor imunologi dapat pula terlibat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman, 2009).
Pathway
2.1.6 Pemeriksaan Dignostik
1. Pemeriksaan labolatorium terdapat :
a. Auto Antibodi
Suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap
perubahan IgG. Titer,lebih besar dari 1:160 biasanya dikatkan dengan
nodula reumatoid. Penyakit yang berat,vaskulitis dan proknosis yang buruk.
b. LED (laju endap darah)
Suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik.Pada artritis
reumatoid nilainya dapat tinggi (100mm/jam atau lebih tinggi).Hal ini
berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas
penyakit.
c. Protein C-reaktif biasanya positif
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normalistik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
2. Pemeriksaan sinar X dari sendi yang sakit :
Menunjukkan pembengkakkan pada jaringan lunak,erosi sendi,dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan berkembang menjadi formasi kista
tulang,memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
3. Scan Radio Nuklida :
Identifikasi peradangan sinovium.
4. Pemeriksaan artroskopi langsung:
Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/degenerasi tulang
pada sendi.
5. Pemeriksaan aspirasi cairan sinovial:
Mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal,
buram,berkabut,munculnya warna kuning.
6. Pemeriksaan Biopsi membran sinovial :
Menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7. Arthrography:
Akan memberikan visualisasi radiografi setelah udara dan media kontras
dimasukkan ke sendi,hal ini berguna untuk melihat ligamen (ikatan sendi) dan
kartilago (tulang rawan) yang tidak bias tervisualisasikan dengan menggunakan
sinar x saja.
8. Mielography :
Ini digunakan untuk mengevaluasi kerusakan jaringan chorda spinalis dan
ujung-ujung syaraf.Tes ini mencakup pemeriksaan huroskopi ruangan
subarachnoid setelah dilakukan injection dan media kontra.

2.1.7 Penatalaksanaan Keperawatan


Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini.
2. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.
3. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atu inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.
4. Termoterapi
5. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.
6. Pemberian obat-obatan :
a. Anti inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada
dosis yang telah ditentukan.
b. Obat-obat untuk rheumatoid artritis :
1) Acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik, antipyrpyrecit,
anty inflamatory).
2) Indomethacin/indocin (analgetik, anti inflamatori)
3) Ibufropen/motrin (analgetik, anti inflamatori)
4) Tolmetin sodium/tolectin (analgetik,anti inflamatori)
5) Naproxsen/Naprosin (analgetik, anti inflamatori)
6) Sulindac/Clinoril (analgetik, anti inflamatori)
7) Piroxican/feldene (analgetik, anti inflamatori)

2.1.8 Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi dibawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Cervical myelopathy. Saraf tulang belakang tertekan akibat dislokasi persendian
tulang belakang bagian atas. Walau jarang terjadi, jika tidak segera dioperasi,
kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan saraf tulang belakang permanen dan
akan berdampak kepada aktivitas sehari-hari
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku
4. Terjadi splenomegali
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat

2.2 KONSEP DASAR ASKEP


2.2.1 Pengkajian
A. Data Umum
1. Identitas umum
Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat kepala
keluarga, komposisi anggota keluarga yang terdiri atas nama atau inisial,
jenis kelamin, tanggal lahir, atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genogram
(genogram keluarga dalam tiga generasi).
2. Tipe keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik)
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa terkait dengan kesehatan.
4. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
5. Status sosial ekonomi keluarga
Ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya.Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula
oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-
barang yang dimiliki oleh keluarga.
6. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu
dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga. (Mubarak,
2012)
7. Ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan.Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
guna meningkatkan status kesehatan.
B. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan, jumlah
jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot rumah tangga, jenis
WC, serta jarak WC ke sumber air.Data karakteristik rumah disertai juga
dalam bentuk denah.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan dan
budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh mana
keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan masyarakat. (Widyanto,
2014)
C. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien dengan artritis reumatoid, mengeluh nyeri sendi dan
nyeri tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak
sekitar sendi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa nyeri pada sendi yang disertai dengan kemerahan dan
bengkak pada jaringan lunak.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien, apakah mempunyai riwayat penyakit
infeksi lain, misalnya penyakit tertentu seperti penyakit DM
mesnghambat proses penyembuhan artritis reumatoid.
4) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita
penyakit artritis reumatoid, atau penyakit turunan lainnya.
5) Pengkajian Psikososial-spiritual
Psikologi : apakah pasien merasa cemas terhadap penyakitnya ?
Sosial : kaji, bagaimana hubungan interaksi pasien dengan dokter,
perawat, keluarga, dan sesama pasien
Spiritua : kaji, apakah pasien mejalankan ibadahnya menurut keyakinan
agama yang pasien anut
6) Pemenuhan Kebutuhan (11 pola gordon)
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3) Riwaya keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus,parasit,bakteri,dll
b. Pola nutrisi metabolik
1) Jenis,frekuensi,jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung fosfor(zat kapur),vitamin dan protein).
2) Riwayat gangguan metabolik
c. Pola eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK
d. Pola Aktifitas dan latihan
1) Kebiasaan aktifitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktifitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktifitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola istirahat dan tidur
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama ½-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur
f. Pola persepsi kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakkan atau istirahat?
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (derformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder pada penyakitnya?
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola reproduksi seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Adakah perasaan tyakut,cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola sistem kepercayaan
1) Agama yang dianut?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya pada Tuhan.
D. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kaji observasi Tanda-tanda vital (TTV)
TD : 1020/80 mmHg batas normal pada AR
S : 36̊̊̊̊̊̊ C batas normal
N : 80x/menit batas normal
RR : pada umunya klien dengan penyakit sepeerti ini tingkat kesadaran
dalam keadaan sadar/composmetis dengan GCS :4-5-6
Pada umumnya suhu tubuh mengalami demam ringan (selama periode
exaserbasi), dan biasanya tacicardi.
2. Pengkajian persistem
1. Sistem Integumen
1) Kulit nampak mengkilat,
2) Turgor, tekstur (penebalan pada kulit)
3) Integritas (lecet, kemerahan, luka, gangguan sirkulasi,
keekstermitas).
2. Sistem muskuloskletal
1. Inspeksi:
a) Perhatikan keadaan sendi-sendi pada leher, spinaservikal,
spinatorakal, lumbai, bahu siku, pergelanggan, tangan dan jari
tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan panggul.
b) Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar
sendi.
2. Palpasi
a) Adanya nyeri sendi pada daerah yang disertai
kemerahan/bengkak. Dengan sekala nyeri :
Ringan : 0-3
Sedang : 3-7
Berat : 7-10
b) Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.
3. Sistem penglihatan
1. Inspeksi:
Kelainan mata yang sering dijumpai pada : “AR” adalah kerato
konjugtivitis sicca yang merupakan manifestasi syndrome sjogren.
Pada keadaan itu gekjala ini seringkali tidak dirasakan oleh pasien
pada episode episkleritis yang ringan.
Dapat pula dijumpai gejala skleritis yang secara histologis
menyupai nodul rheumatoid dan dapat terjadi erosi sklera sampai
pada palpasi koroid serta menimbulkan gejala sklero malaia
pektorans sebagai akbat terjadi kebutaan.
4. Sistem pernafasan
Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat berupa nyeri
tenggorokkan,nyeri menelan/disfunia yang sering dirasakan pada pagi
hari dengan gejala efusi pleura dan fibrosa paru luas.
5. Sistem Kardiovaskuler
Pada “AR” jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada
gangguan faal jantung akan tetapi pada beberapa pasien dapat pula
dijumpai gejala perikardiitis konstriktif yang berat.lesi inflamatis yang
merupakan nodul rheumatoid dapat dijumpai pada miokardiium dan
katup jantung.
Lesi dapat menyebabkan disfungsi katup,tenoken embolisasi,g3
konduksi aortitis dan kardiomopati.
6. Sistem persyarafan
Pada sistem ini gejala tidak begitu jelas “AR” berhubungan dengan
miesopati akibat insabilitas vertebra,servikal,neuropati
zepitan,neuropati iskemik akibat nasulilitis.
7. Sistem pencernaan
Pada kasus ini klien tidak mengalami traktus gastrointeskinalis yang
spesifik,namun dalam hal ini “AR” dapat mengakibatkan ulkus
peptikum. Pada G I (gastritis) merupakan komplikasi utama obat anti
inflamasi dari gejala “AR”.
8. Sistem Reproduksi
Tidak adanya penyakit kelamin
9. Sistem perkemihan
Dapat ditentukan adanya neurokarotis pati dan papilar ginjal

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada komunitas dengan artritis
reumatoid yaitu:
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Gangguan mobilitas fisik akibat penurunan kekuatan otot pada penderita
artritis reumatoid berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
3. Resiko cedera akibat penurunan fungsi motorik pada penderita artritis
reumatoid berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit artritis reumatoid
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
5. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
7. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.

2.2.3 INTERVENSI
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan yang
dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang nyata
dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan kesehatan
keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus),
rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat criteria dan
standar.Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur (measurable),
dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART).Rencana
intervensi ini ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012).
Berikut ini klasifikasi intervensi keperawatan menurut Feeman (1970)
dalam Friedman (1998), yaitu :
1. Intervensi Suplemental, perawat memberikan perawatan langsung kepada
keluarga karena tidak dapat dilakukan keluarga
2. Intervensi Facilitate, perawat membantu mengatasi hambatan yang dimiliki
keluarga dengan berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan, seperti
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan
di rumah
3. Intervensi Developmental, perawat melakukan tindakan dengan tujuan
meningkatkan dan memperbaiki kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan
tanggung jawab pribadi. Perawat juga membantu keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang berasal dari sumber diri sendiri , termasuk dukungan
sosial internal maupun eksternal ( Padila, 2012).

2.2.4 IMPLEMENTASI
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah proses dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk menerapkan rencana tindakan yag telah
disusun dan membangkitkan minat dan kemandirian keluarga dalam mengadakan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Namun sebelum melakukan
implementasi, perawat terlebih dahulu membuat kontrak agar keluarga lebih siap
baik fisik maupun psikologis dalam menerima asuhan keperawatan yang
diberikan. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :
1. Merangsang kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah kesehatan
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberi informasi, mengkaji kebutuhan
dan harapan tentang kesehatan serta memberi motivasi atau dorongan sikap
emosi yang sehat terhadap masalah.
2. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara
memberitahu konsekuensi jika tidak melakukan, mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, dan membicarakan dengan keluarga tentang
konsekuensi tiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, memanfaatkan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga dalam melakukan
tindakan.
4. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi sehat, dengan
cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga dan memodifikasi
lingkungan semaksimal mungkin.
5. Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tyang ada,
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga,
serta membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
(Widyanto, 2014)
Namun, tidak semua pelaksanaan tindakan ini berjalan dengan baik, ada faktor-
faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga dalam
berkerja sama melakukan tindakan kesehatan ini, yaitu :
1. Kurang jelasnya informasi yang didapat keluarga, sehingga membuat keluarga
keliru
2. Kurang lengkapnya informasi yang didapat keluarga sehingga keluarga melihat
masalah sebagian
3. Keliru, keluarga tidak dapat mengkaitka informasi yang di dapat dengan
kondisi yang dihadapi
4. Keluarga tidak mau menghadapi situasi
5. Anggota keluarga tidak mampu melawan tekanan dari keluarga atau
lingkungan sekitar
6. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
7. Gagalnya keluarga dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan
upaya keperawatan
8. Keluarga kurang percaya dengan tindakan yang diajukan perawat
Selain itu, ada juga kesulitan yang dihadapi petugas dalam tahap pelaksanaan ini,
seperti :
1. Perawat kaku dan kurang flekesibel dan cenderung menggunakan 1 pola
pendekatan
2. Kurangnya pemberian penghargaan dan perhatian terhadap faktor-faktor sosial
budaya dari petugas
3. Perawat kurang mampu dalam mengambil tindakan/menggunakan berbagai
macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit. (Mubarak, 2012)

2.2.5 EVALUASI
Menurut Mubarak (2012), evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
1. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau
kegiatan yang telah dikerjakan.
2. Evaluasi Kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah
satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir asuhan
keperawatan (Mubarak, 2012).
Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisa, dan Planning)
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahapan evaluasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Arthritis adalah suatu bentuk penyakit sendi yang sering dijumpai, meliputi
bermacam-macam kelainan dengan penyebab yang berbeda (Robbins, 2007).
Arthritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan perforasi membran sinovial,
yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E
Marlin, 2000 : hal 859).
Sejumlah agen penyebab telah di perkirakan, yaitu Mycoplasma,virus Eipstein Barr,
sitomegalovirus, parvovirus, dan virus rubella, tetapi bukti yang meyakinkan apakah agen
tersebutatau agen infeksiosa lain menyebabkan arthritis reumatoidbelum ada
(Harrison,2000).

3.2 SARAN
Dengan disusunnya makalh ini kami penulis mengharapkan kepada semua
mahasiswa dan masyarakat agar dapat mengetahui dan memahami penyebab, tanda dan
gejala, penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan komunitas dengan gangguan artritis.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes E Marlyn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC : Jakarta


Muttaqin Arif, 2011.Buku saku gangguan muskuloskletas aplikasi pada praktik klinik
keperawatan. EGC : Jakarta
Ningsih Lukman Nurma, 2012. Asuhan Keperawatan Pad Klien Dengan Gangguan
Muskuloskletal. Salemba medika : Jakarta
Price, sylvia.A.2006.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6; Cet, 1; Jil II.
EGC : Jakarta
Rosyidi Kholid. 2013. Muskuloskletal. Cv. Trans Info Media. Jakarta
Suratun dkk editor. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal.
EGC : Jakarta
Yektinngsih & Nurkhalimah.2016. Jurnal Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Penyakit
Reumatoid Arthritis. Akademi Keperawatan Pamedang : Kediri
Andriani Marlina. 2016. Jurnal Pengaruh Kompres Serei Hangat Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Arthritis Rhematoid Pada Lanjut Usia. Ilmu Keperawatan STIKes
Yarsi Sumbar.
Rahmayanti Devi, dkk. 2017. Jurnal Pengaruh Pemberian Kompres Jahe Terhadap Intensitas
Nyeri Gout Artritis Pada Lansia. Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai