Anda di halaman 1dari 11

Anggaunitakiranantika, Pola Pengambilan Keputusan Mengenai Partisipasi …..

51

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGENAI PARTISIPASI


DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA PADA
KELUARGA MUDA DI KOTA MALANG

Anggaunitakiranantika
Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Malang

Abstract.This study focused on the young family decision making which fully
participated on “Keluarga Berencana (Family Planning)” program in Malang city.
Research used quantitative methods whereas tables and numbers getting on priority.
Research type is descriptive, then populations were spouse on 0-10 years marriage.
Furthermore, systematic random sampling is used for 100 respondents. Research
finding that majority women roles are not only for domestic but also as principal
decision maker on their family. In addition to this research, women has created her
own rights inside the family without any intervention from their spouse.

Key Words: Decision Making, Keluarga Berencana, Malang city

Pembatasan laju pertambahan angka ke- Pencanangan program Keluarga


lahiran guna mencegah kepadatan penduduk Berencana yang sudah dilakukan sejak tahun
di Indonesia merupakan masalah peren- 1968 oleh Presiden Soeharto, saat ini
canaan keluarga yang sering menjadi pokok dipandang menjadi titik tumpu dalam salah
pembicaraan, sehingga perlu adanya pe- satu pemecahan dalam persoalan kepen-
nyuluhan dan mekanisme pelaksanaan me- dudukan di Indonesia. Hal ini ditandai
ngenai kesehatan reproduksi dalam keluarga dengan semakin kompleksnya permasalahan
melalui program Keluarga Berencana kesehatan yang berkaitan dengan kondisi
yang dicanangkan oleh Pemerintah melalui masyarakat di Indonesia. Adapun yang men-
BKKBN sampai ke pelosok. Hal ini di- jadi sasaran dari program Keluarga Beren-
wujudkan demi tercapainya kehidupan cana lebih ditekankan pada Pasangan Usia
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Muda (PUS) atau Keluarga Muda yang usia
Pelaksanaan Program Keluarga Be- perkawinannya adalah 0 – 10 tahun.
rencana di Indonesia sangat sesuai dengan Lembaga Keluarga Berencana
perhatian terhadap kesehatan reproduksi Nasional (LKBN) yang berdiri pada tahun
yang dicanangkan oleh WHO dalam Kon- 1968 mencanangkan bahwa jumlah anak
ferensi Kependudukan di Kairo tahun 1994, yang ideal pada waktu itu adalah keluarga
yang berupa: dengan 4 orang anak yang terdiri 2 orang
1. Kesadaran akan kesehatan anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.
reproduksi dan hak-hak reproduksi Pada tahun 1970, berdirilah BKKBN yang
2. Program Keluarga Berencana mencanangkan panca warga yaitu keluarga
3. Pencegahan Penyakit Menular dengan 3 orang anak. Sejalan dengan itu,
Seksual dan HIV pemerintah mengambil kebijaksanaan tun-
4. Hubungan gender dan seksualitas jangan keluarga untuk pegawai negeri
5. Masalah remaja dibatasi hanya pada 3 orang anak. Sedangkan
(Tim LPPM Universitas Airlangga, pada tahun 1980, semboyan 2 anak cukup
2009:26) atau Catur Warga dicanangkan oleh BKKBN
52 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

(Singarimbun, 1996: 101 dalam Simatupang, Pengambilan keputusan dalam keluarga


1998: 49). Konsep mengenai Catur Warga dimungkinkan untuk dilakukan oleh siapa
atau 2 anak cukup tertanam dalam persepsi saja, bisa oleh suami, istri atau orang lain
masyarakat dan berjalan hingga hari ini. yang dianggap lebih berwenang seperti orang
Dari penjelasan tersebut, pola tua. Tergantung bagaimana suatu keluarga
pengambilan keputusan yang dilakukan dan anggota yang terdapat di dalamnya
keluarga muda untuk berpartisipasi dalam menyikapi permasalahan.
Program KB sebagai sebuah pilihan rasional Dalam melihat hubungan antara
dan berbagai faktor yang melandasi pe- suami istri dalam keluarga terdapat hubungan
ngambilan keputusan yang dilakukan oleh antara laki-laki dan perempuan atas dasar
keluarga muda menjadi sangat penting untuk perkawinan itu, masing-masing pihak mem-
diteliti dan dikaji lebih lanjut. punyai kekuasaan, dalam arti masing-masing
mempunyai potensi untuk memengaruhi
perilaku orang lain dan jika hal itu terjadi
Tinjauan Pustaka maka gejala tersebut digambarkan sebagai
Pemberian informasi dan layanan proses dimana telah terjadi pengambilan
bagi masyarakat mengenai kesehatan keputusan. Kekuasaan yang terdapat antara
reproduksi dilakukan melalui pembinaan KB kedua belah pihak itu dianggap “wajar“,
melalui penyuluhan dan pemberian layanan karena itu diakui sebagai wewenang masing-
di klinik KB dengan memperhatikan masing (Sajogyo, 1983 : 41).
konseling, konsultasi dan pengunaan metode Dalam melihat permasalahan pe-
alat kontrasepsi tertentu pada pasangan ngambilan keputusan dalam keluarga, Levy
suami istri. Dengan adanya penggunaan alat (1971) menyarankan untuk memperhatikan
kontrasepsi, diharapkan angka kelahiran tiga fungsi substruktur dalam keluarga yaitu:
yang ada dapat berjalan secara stabil dan 1. Diferensiasi peranan dinyatakan
pertumbuhan penduduk yang ada tidak bahwa posisi yang diduduki
terlalu mencolok. Namun, kenyataan yang anggota keluarga itu sesungguh-
ada masyarakat secara umum pada saat ini nya antara satu dengan yang lain
memberikan gambaran yang sedikit berbeda adalah berbeda. Perbedaan posisi
karena ketika mereka menggunakan alat atau itu dapat terjadi karena adanya
metode kontrasepsi tertentu, ternyata masih perbedaan umur, jenis kelamin,
banyak yang tidak cocok atau bahkan gagal perbedaan generasi, posisi eko-
dengan kontrasepsi tersebut. Dampaknya nomi dan perbedaan dalam
adalah adanya prevalensi keikutsertaan pembagian kekuasaan.
Keluarga Berencana menjadi turun pada 2. Alokasi ekonomi yang perlu
Pasangan Usia Subur, terutama pada memperhatikan siapa yang men-
keluarga muda dewasa ini (Anggaunita cari nafkah untuk keperluan
kiranantika, 2006:165). konsumsi keluarga seperti maka-
Dalam suatu keluarga pada umum nan, pakaian, perumahan, kese-
nya terdapat banyak sekali permasalahan hatan, pendidikan dan lainnya.
atau persoalan yang harus dipecahkan 3. Alokasi kekuasaan yang juga
bersama. Dari permasalahan atau persoalan perlu memperhatikan siapa yang
yang ada menuntut adanya suatu solusi yang sebenarnya memegang kekuasa-
harus diambil melalui adanya pengambilan an untuk mengambil keputusan
keputusan oleh pihak yang bersangkutan atau dalam keluarga. Ada dua pola
secara bersama dalam suatu keluarga. umum yang mungkin terjadi,
Anggaunitakiranantika, Pola Pengambilan Keputusan Mengenai Partisipasi ….. 53

Pertama, tidak ada dominasi dari 5. Pengambilan keputusan oleh istri


salah satu pihak dalam pengam- saja.
bilan keputusan. Kedua, ada Morris Zelditch juga menarik kesim-
dominasi dari salah satu pihak pulan terhadap penelitian yang dilakukan
dalam pengambilan keputusan di oleh Wolfe (1959), Blood & Wolfe (1960),
dalam keluarga. Blood & Hamblin (1958), Nye (1960), Heer
Menurut Soemijatin dan Djapri Basri (1958), Gold & Slatter (1958) dalam
(1987) siapa diantara suami dan istri yang kaitannya dengan faktor yang berpengaruh
dominan dalam pengambilan keputusan dalam pengambilan keputusan keluarga
dipengaruhi oleh 5 faktor sebagai sumbangan antara lain :
pribadi, antara lain: 1. Semakin tinggi penghasilan
1. Status suami maka akan semakin tinggi
2. Pendidikan pula kekuasaannya di dalam
3. Kewibawaan keluarga.
4. Latar belakang kekerabatan 2. Adanya penghasilan sampingan
5. Kekayaan yang dimiliki. istri yang diberikan untuk
Struktur kekuasaan tunggal dalam keluarga akan meningkatkan ke-
keluarga akan tampak adanya pengambilan kuasaan istri di dalam keluarga.
keputusan yang berada pada salah satu pihak 3. Semakin tinggi tingkat pen-
baik suami ataupun istri, kemudian masing – didikan istri dibandingkan suami
masing pola pengambilan keputusan itu maka akan semakin tinggi pula
masih bervariasi pada siapa yang lebih kekuasaan yang dimiliki istri di
berpengaruh dalam pengambilan keputusan, dalam keluarga.
suami atau istri, atau setara antara keduanya. Berdasarkan penelitian mengenai pe-
Selanjutnya, variasi “balance of power“ akan ngambilan keputusan dalam keluarga yang
menggambarkan tipe struktur keluarga banyak dilakukan pada studi terdahulu, ada 3
(Hariadi, 1988: 18). faktor yang diperkirakan dapat menum-
Atas adanya dasar mengenai alokasi bangkan dominasi suami terhadap istri.
kekuasaan yang ada dalam keluarga itu, Faktor tersebut adalah:
Levy, Blood & Wolfe, Roger, White 1. Faktor Pendidikan
kemudian mengembangkan variasi pola 2. Faktor Status ketenagakerjaan
dalam pengambilan keputusan dalam 3. Faktor Penghasilan
keluarga (oleh suami dan istri), antara lain : (Hariadi, 1988: 8)
1. Pengambilan keputusan oleh Teori Sosial yang juga dapat menjadi
suami saja. kerangka analitis adalah Teori Sosiologi
2. Pengambilan keputusan oleh Pilihan Rasional yang sering pula disebut
suami istri dimana dominasi istri dangan teori tindakan rasional (Rational
lebih besar. Action Theory). Teori ini awalnya berakar
3. Pengambilan keputusan oleh dari sosiologi Max Weber tetapi pada
suami istri dimana tidak ada sosiologi populer sekitar tahun 1990 mulai
dominasi dari kedua belah pihak masuk dalam Asosiasi Sosiologi Amerika
(memiliki bargaining position setelah diterbitkannya Jurnal Rationality and
yang setara). Society pada 1989 dan berdirinya Pilihan
4. Pengambilan keputusan oleh Rasional (Rational Choice Section) pada
suami istri dimana dominasi tahun 1994.
suami lebih besar.
54 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

Teori pilihan rasional menjadi ber- Dasar tahun 2010, Propinsi Jawa
harga dalam analisis Sosiologi karena Timur masih dinyatakan sebagai
menyediakan aturan berdasarkan pengalaman Propinsi penyumbang Angka
dan praktek atau petunjuk praktis “Rule of Kematian Ibu (AKI) tertinggi di
Thumb” tentang mekanisme suatu tindakan Indonesia dengan jumlah 500
itu dipilih. Model ini merupakan mekanisme orang ibu/tahun. Tingginya AKI
yang membutuhkan fakta tertentu yang ini disebabkan perdarahan,
eksternal, seperti tujuan dan makna dari eklampsia dan infeksi karena
tindakan. Sosiologi Pilihan Rasional menurut resiko melahirkan. Resiko
Heckathorn memandang bahwa memilih itu melahirkan dikarenakan adanya
sebagai tindakan yang bersifat rasional. Teori penyakit pada Ibu dan faktor
ini menekankan pada prinsip efisiensi dalam usia yang terlalu muda atau
mencapai tujuan suatu tindakan. pada bagian terlalu tua saat melahirkan.
yang lain, Coleman menyatakan bahwa 2. Berdasarkan data BKKBN, Laju
dilihat dari struktur umum teori pilihan pertumbuhan penduduk Propinsi
rasional telah mencakup terminologi teoritik, Jawa Timur pada tahun 2006-
Pertama, Sekumpulan aktor yang berfungsi 2010 rata-rata mencapai 1.06%
sebagai pemain di dalam sistem. Kedua, setiap tahunnya. Sedangkan
Alternatif-alternatif yang tersedia bagi tingkat fertilitas Propinsi Jawa
masing-masing aktor. Ketiga, Seperangkat Timur rata-rata masih mencapai
hasil yang mungkin diperoleh dari sejumlah 2.0% tiap tahunnya.
alternatif yang tersedia bagi aktor. Keempat, 3. Berdasarkan data BKKBN, Laju
Pemilihan kemungkinan hasil oleh aktor. pertumbuhan penduduk Kota
Kelima, Harapan aktor terhadap akibat dari Malang masih tinggi pada tahun
parameter sistem (Ritzer & Goodman, 2006-2010 yang mencapai
2008: 477) angka 0.93-1,09% setiap tahun-
Teori pilihan rasional pada dasarnya nya. Sedangkan tingkat fertilitas
menekankan bahwa manusia adalah orga- di Kota Malang juga cenderung
nisme yang mementingkan dirinya sendiri, tinggi, yaitu sebesar 2.0-2.2%
maka ia akan memperhitungkan cara setiap tahunnya.
bertindak untuk memaksimalkan keuntungan 4. Berdasarkan data yang diperoleh
dan meminimalkan kerugian. Dengan dari BKKBN Propinsi Jawa
demikian individu ini memiliki motivasi Timur, Kota Malang menunjuk-
pada tingkat makro dan gambaran berbagai kan bahwa Pasangan Usia Subur
masyarakat yang merupakan hasil kumpulan yang menjadi peserta KB baru
dari interaksi di tingkat makro. Bahwa masih < 90%. Pencapaian
konstruksi sosial atas realitas itulah yang prevalensi keikutsertaan dalam
memaksimalkan individu yang berinteraksi program KB berkisar 70-75%.
dalam kondisi sosial dan historis tertentu. Dengan informasi dan dukungan data yang
akurat dan relevan seperti di atas, maka
Lokasi Penelitian diharapkan hasil penelitian ini akan
Penelitian ini mengambil lokasi di maksimal.
Kota Malang, Propinsi Jawa Timur dengan
beberapa pertimbangan, antara lain: Metode dan Tipe penelitian
1. Berdasarkan data yang diperoleh Penelitian ini dilakukan dengan
dari SDKI dan Riset Kesehatan menggunakan metode kuantitatif dimana
Anggaunitakiranantika, Pola Pengambilan Keputusan Mengenai Partisipasi ….. 55

peneliti lebih banyak menggunakan bantuan mengetahui jumlah seluruh populasi (N) dan
tabel dan bantuan angka di dalam me- besar sampel yang akan diambil adalah n
nyajikan data serta mengolah dan meng- maka hasil bagi itu dinamakan interval
analisisnya dengan menentukan variabel sampling dan diberi kode k. Unsur pertama
penelitian dan menurunkan menjadi indikator dalam sampel lalu dipilih secara kebetulan di
yang akan diukur dalam penelitian ini. antara satuan elementer yang bernomor urut
Tipe penelitian ini adalah Deskriptif i, satuan yang bernomor urut k dari populasi.
dimana penelitian ini akan mencoba meng- Andaikan yang terpilih itu adalah satuan
gambarkan secara terperinci melalui variabel elementer yang bernomor urut s maka unsur
yang diukur dari pola pengambilan kepu- – unsur selanjutnya dalam sampel dapat
tusan mengenai partisipasi keluarga muda ditentukan dengan:
dalam program keluarga berencana. Unsur pertama : s
Unsur kedua : s+k
Populasi dan Sampel Penelitian Unsur ketiga : s + 2k
Dalam penelitian ini, populasinya Unsur keempat : s + 3k
ditetapkan pasangan suami istri yang usia Unsur kelima : s + 4k
perkawinannya adalah 0 -10 tahun. Sampel (Singarimbun, 1989: 160)
akan ditarik menggunakan prosedur Satuan elementer yang terdapat
systematic random sampling. Teknik ini dalam populasi berjumlah 1012, yang diberi
dipilih karena populasi pasangan suami istri nomor urut 1 sampai 1012 dan besar sampel
yang akan diteliti berjumlah besar serta yang akan diambil adalah 100, maka :
populasi pasangan suami istri disini sifatnya 1012
k: 100
= 10,12 dibulatkan menjadi
homogen, dalam artian antara pasangan
10
suami istri satu dengan yang lainnya sifatnya
Unsur pertama sampel harus dipilih
sama yakni terikat dalam satu ikatan
secara acak diantara angka nomor 1 sampai
perkawinan (berstatus menikah) dan usia
10. yang terpilih adalah angka 5 maka satuan
perkawinannya 0 – 10 tahun.
yang dipakai adalah yang bernomor 5, 15,
Kerangka pengambilan sampling
25, 35, 45, 55, 65, 75, 85.... dst sampai 995.
dilakukan dengan cara mendata pasangan
Pengambilan responden cadangan apabila
usia subur yang usia perkawinannya 0-10
sewaktu-waktu diperlukan dapat dilakukan
tahun di Kota Malang yang terbagi menjadi 5
dengan mengambil nomor yang terpilih di
Kecamatan, yaitu Kecamatan Kedung
atas atau di bawah nomor yang terpilih
kandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan
sebagai sampel.
Klojen, Kecamatan Blimbing dan Kecamatan
Lowokwaru. Pengambilan sampel dilakukan
dengan mencatat secara lengkap data
populasi sampel tanpa terkecuali yang Pola Pengambilan Keputusan dalam
meliputi identitas diri dan usia perkawinan. Partisipasi Program Keluarga Berencana
Seluruh langkah ini dilakukan untuk Secara umum dapat dikemukakan
menghasilkan kerangka sampel (sampling bahwa responden adalah pasangan suami istri
frame) yang diperlukan untuk selanjutnya yaitu pasangan laki-laki dan wanita yang
dijadikan masing – masing dalam satuan telah disahkan oleh hukum dan agama untuk
elementer. menjadi suami istri. Usia responden dapat
Berdasarkan kerangka sampel yang juga menunjukkan kecenderungan pada usia
diperoleh maka perlu diketahui cara meng- berapa responden terpusat dalam penelitian
gunakan metode ini adalah dengan cara ini. Yang dimaksud dengan usia responden
56 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

akan dihitung dari tahun responden di pandangan mengenai pembagian pekerjaan


lahirkan sampai dengan saat wawancara bahwa perempuan tidak harus berada di
dilakukan. Pentingnya mengetahui usia ini dalam rumah dan mengurusi sektor domestik
guna mengkategorikan usia responden ke nampaknya telah terjadi. Dimana seorang
dalam kelompok usia subur atau tidak. Dari istri tidak hanya bekerja di dalam rumah saja,
100 responden yang diteliti terdiri dari tetapi mulai bekerja pada sektor publik.
beberapa kategori usia, yang paling besar Lamanya usia perkawinan yang
ditemukan adalah berusia 26 – 30 tahun . dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi
Apabila dilihat melalui pekerjaan, sebagian intensitas komunikasi antara keduanya dan
besar responden mempunyai pekerjaan berpengaruh terhadap kedekatan pasangan
wiraswasta dan sebagian besar ber- yang akan mempengaruhi pengambilan
penghasilan Rp 500.001 – 1.000.000. Dilihat keputusan dalam rumah tangga. Lamanya
dari tingkat pendidikannya, sebagian besar usia perkawinan juga dapat membuat
responden menyelesaikan pendidikan hingga seseorang lebih memahami kapan saat emosi
jenjang SMA/Sederajat. pasangan naik turun sesuai dengan kebiasaan
Sebagaimana yang telah di- sehari – hari, sehingga berakibat pada proses
kemukakan oleh Rosaldo, bahwa dalam pengambilan keputusan yang seringkali
kerangka pemikiran tentang hubungan antara diawali tawar menawar antara suami istri
perempuan, kebudayaan dan masyarakat. tidak mengakibatkan konflik antara kedua-
Rosaldo membedakan secara tegas 2 sektor nya. Sebagian besar responden mempunyai
kegiatan dalam masyarakat yakni sektor usia perkawinan yang relatif tua, yang rata –
publik dan domestik. Sektor domestik rata di atas 5 tahun yakni pada kategori 7 – 9
merupakan bidang kegiatan untuk wanita, tahun.
yakni di lingkungan rumah tangganya saja, Alat kontrasepsi yang paling banyak
kegiatannya hanya seputar merawat dan digunakan oleh responden setelah menikah
memelihara keluarga, sedangkan sektor adalah Internal Urine Device (IUD) dengan
publik adalah bidang kegiatan untuk laki-laki pertimbangan karena angka kegagalan
yakni di luar lingkungan rumah seperti kontrasepsi yang disebabkan penggunaan
mencari nafkah untuk keluarga. Perbedaan IUD yang paling minim dibandingkan
terhadap kedua sektor tersebut tidak terlalu dengan alat atau metode kontrasepsi yang
sama pada setiap masyarakat, karena pada lainnya.Ketika responden memutuskan untuk
umumnya dipengaruhi oleh kebudayaan di memakai alat atau kontrasepsi tertentu dan
masyarakat yang bersangkutan (Ihromi, berpartisipasi dalam program KB disebabkan
1990: 80-90). karena adanya kesadaran dalam diri
Keikutsertaan wanita dalam me- responden bahwa diri sendirilah yang akan
masuki dunia pasar kerja semakin hari merasakan serta yang akan menerima
semakin meningkat. Nilai sosial, budaya dan dampak atau akibatnya adalah dirinya.
ekonomi telah bergeser terutama yang Sehingga mereka harus benar-benar nyaman
menyangkut mengenai peran dan status untuk menggunakan alat atau metode
wanita dalam pembangunan. Nilai – nilai kontrasepsi tersebut dan yang paling penting
lama yang bersifat menghambat partisipasi adalah penggunaan alat kontrasepsi atau
wanita dalam berbagai kegiatan di luar keikutsertaan dalam program KB tersebut
rumah tampak mulai mengendur (Prisma harus benar-benar atas kemauan sendiri tanpa
Vol. VI/1994: 5). paksaan dengan bantuan dan motivasi dari
Demikian juga yang terjadi pada suami.
responden yang telah diteliti di Kota Malang,
Anggaunitakiranantika, Pola Pengambilan Keputusan Mengenai Partisipasi ….. 57

Partisipasi keluarga muda dalam me- akhir-akhir ini yang menyebabkan menurun-
milih alat kontrasepsi yang dipakai ternyata nya motif individu pada keluarga besar.
juga memperhatikan syarat-syarat yang harus Kedua ahli tersebut menitikberatkan pada
dipenuhi suatu metode kontrasepsi yang baik, masyarakat modern, antara lain:
yaitu: a. Keinginan individu atau
a. Aman atau tidak berbahaya keluarga mengenai jumlah anak
b. Dapat diandalkan akan dipengaruhi oleh adanya
c. Sederhana, sedapat - dapatnya perubahan peranan pada kaum
tidak usah dikerjakan oleh wanita.
seorang dokter b. Perubahan peranan Orangtua
d. Murah dalam konsep ke ibu-bapakan.
e. Dapat diterima oleh orang c. Menurunnya kesepian dan peng-
banyak asingan yang dialami oleh
f. Pemakaian jangka lama individu (Simatupang, 1998: 50)
(continuation rate tinggi)
Adanya faktor yang disebutkan oleh
Kita ketahui bahwa sampai saat ini kedua ahli tersebut pada saat ini berjalan
belumlah tersedia satu metode kontrasepsi saling tumpang tindih antara ketiganya.
yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Tidak ada faktor yang dominan dalam
Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini menentukan motif menjadi keluarga kecil,
pilihan metode kontrasepsi umumnya masih ketiga faktor tersebut dapat saling
dalam bentuk cafetaria atau supermarket berinteraksi. Dewasa ini, kecenderungan itu
dimana akseptor memilih sendiri metode menghasilkan adanya penurunan untuk
kontrasepsi yang diinginkannya (Hartanto, keinginan reproduksi atau penurunan pada
2004: 36). jumlah anak yang banyak. Sepertinya,
Adapun konsep jumlah anak yang pepatah jawa yang mengatakan “Banyak
dianggap ideal dalam keluarga yang didapat anak, banyak rejeki” mulai tergeser
dari responden menunjukkan bahwa sebagian posisinya dan berubah menjadi “Sedikit
besar responden yang menjawab jumlah anak anak, banyak rejeki”.
yang ideal dalam keluarga adalah 2 Orang. Pengambilan keputusan dalam
Untuk membuat lebih mendalam mengenai mengatur jumlah anak pada sebagian besar
konsep anak ideal ini, perlu diketahui juga responden dilakukan atas kesepakatan ber-
mengenai jumlah anak yang sesungguhnya sama dengan dominasi istri. Hal ini di-
diinginkan oleh responden. Kebanyakan karenakan melekatnya fungsi reproduksi
responden yang diwawancarai mengatakan pada pihak istri dan adanya kompromi yang
bahwa mereka menginginkan 2 orang anak dilakukan dengan suami. Pengambilan
dengan keterangan laki-laki semua atau keputusan dalam mengatur jarak kelahiran
perempuan semua atau laki-laki dan anak pada sebagian besar responden
perempuan sama saja. Adanya konsep ideal 2 dilakukan oleh istri. Hal ini juga dikarenakan
orang anak di dalam keluarga yang dijawab melekatnya fungsi reproduksi yang dimiliki
oleh responden ini menunjukkan bahwa oleh istri dan adanya pergeseran bahwa tidak
adanya pergeseran pandangan dari adanya semua keputusan yang menyangkut keluarga
keinginan membentuk keluarga besar harus dilakukan oleh suami. Pengambilan
menjadi keluarga kecil. keputusan dalam memilih tempat berobat
Hoffman & Wyatt (1960) juga pada sebagian besar responden dilakukan
menganalisis adanya perubahan sosial pada atas kesepakatan bersama dengan dominasi
58 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

dari suami. Hal ini disebabkan karena yang karenakan beban hidup yang semakin berat,
melakukan pembayaran pengobatan pada dalam artian untuk membesarkan seorang
keluarga yang sakit adalah suami, sehingga anak membutuhkan biaya yang banyak dan
pemilihan tempat berobatnya dilakukan aspek sosial yang baik. Seperti yang
bersama tetapi yang memutuskan adalah dikatakan oleh Bogue (1967)dalam penelitian
suami. yang dilakukan oleh Suyanto dan Wirawan
Pengambilan keputusan dalam me- (1991) bahwa jika ada seseorang yang me-
milihkan sekolah untuk anak, pada sebagian nginginkan anak dalam jumlah yang sedikit,
besar responden dilakukan atas kesepakatan itu semua adalah atas pertimbangan untuk
bersama dengan dominasi dari suami. Hal ini menghindari akibat-akibat buruk yang yang
dikarenakan alokasi secara ekonomi yang mungkin timbul jika kondisi ekonominya
disumbangkan oleh suami terhadap keluarga terpaksa harus dibagi lagi akibat munculnya
lebih besar dibandingkan istri. Sehingga penghuni rumah yang baru.
penentu dominasi adalah suami. Dalam hal Sebelum melihat lebih jauh me-
mendidik anak, yang mengambil keputusan ngenai faktor-faktor yang berpengaruh ter-
dalam keluarga pada sebagian besar hadap pola pengambilan keputusan pada
responden adalah istri. Hal ini disebabkan keluarga mengenai partisipasi dalam ke-
seorang istri dianggap lebih mampu dan ikutsertaan program KB, perlu kita lihat
dapat untuk mensosialisasi dan meng- terlebih dahulu mengenai perbandingan
internalisasikan nilai dan norma dalam pendidikan, pekerjaan dan penghasilan antara
masyarakat terhadap anak. Dalam me- suami dan istri guna memperdalam analisis
nentukan tempat untuk memasang atau yang dibutuhkan dalam membahas masalah
menggunakan alat kontrasepsi, sebagian ini. Kita dapat mengetahui bagaimana
besar responden melakukan pengambilan kedudukan yang dimiliki oleh suami dan istri
keputusan oleh istri. Hal ini disebabkan yang dalam keluarga berdasarkan variabel yang
akan menggunakan alat kontrasepsi adalah diukur, yaitu Pendidikan, Status Ketenaga
istri jadi sebisa mungkin istri harus tahu kerjaan dan Penghasilan.
dimana ia akan melakukannya disesuaikan Secara keseluruhan, apabila dilihat
dengan kondisi kesehatan pada saat itu dan dari perbandingan tingkat pendidikan yang
kondisi keuangan yang ada. dimiliki oleh suami dan istri maka kita dapat
Dapat dikatakan bahwa variabel usia mengetahui tingkat pendidikan suami
kurang berpengaruh terhadap pengambilan berjumlah lebih besar daripada tingkat
keputusan dalam berpartisipasi pada Program pendidikan yang dimiliki oleh istri. Tingkat
KB yang dipilih pada keluarga muda. Hal ini pendidikan yang dimiliki seseorang cukup
dikarenakan setiap responden yang akan berpengaruh terhadap partisipasi pada
menentukan alat kontrasepsi sudah ber- program KB yang dilakukan oleh responden.
inisiatif dari dirinya sendiri, selain itu adanya Justru disini mereka yang berpendidikan
kemauan dan kemampuan secara fisik pada tinggi mempunyai kecenderungan yang lebih
sebagian besar responden juga mendukung tinggi untuk mengunakan alat kontrasepsi
adanya keputusan istri untuk memilih dan setelah menikah, bahkan tak menutup
menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai. kemungkinan satu saat akan menjadi bagian
Sebagian besar responden menyata- dari gaya hidup. Hal ini disebabkan adanya
kan, semakin bertambah usia wanita maka kepemilikan jumlah anak yang banyak akan
keinginan untuk punya anak bukanlah semakin membebani hidup mereka karena
semakin banyak seperti orang zaman dulu biaya hidup yang dibutuhkan akan semakin
melainkan semakin terbatas. Hal ini di banyak, dengan berpartisipasi pada program
Anggaunitakiranantika, Pola Pengambilan Keputusan Mengenai Partisipasi ….. 59

KB melalui penggunaaan alat kontrasepsi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan


jumlah anak yang dimiliki akan semakin dalam menentukan tindakan untuk meng-
mendekati jumlah yang dianggap ideal dan gunakan alat kontrasepsi, hal ini dikarenakan
segala kebutuhan hidup tetap tercukupi anggapan pada responden bahwa tindakan
dengan baik. yang dilakukan sesuai dengan pemikiran
Menurut Holsinger dan Kasarda responden yang memang menginginkan anak
(1976) hubungan antara tingkat pendidikan yang tidak terlalu benyak dalam keluarganya,
dengan penurunan tingkat fertilitas belum baik itu pada wanita yang bekerja ataupun
sepenuhnya terbukti tetapi para ahli pada wanita yang tidak bekerja.
umumnya tidak menolak anggapan bahwa Dikatakan bahwa tingkat penghasil-
tingkat pendidikan menunjukkan pengaruh- an tidak berpengaruh terhadap pengambilan
nya yang kuat terhadap fertilitas jika keputusan dalam menentukan penggunaan
dibandingkan dengan variabel-variabel yang kontrasepsi dalam keluarga karena dari
lain. (Lucas, 1990: 69) hal ini dapat di semua kategori penghasilan yang ada
pengaruhi oleh adanya tingkat pendidikan menunjukkan bahwa istrilah yang mengambil
yang dimiliki oleh seseorang, utamanya pada keputusan dalam menentukan jenis kontra-
wanita akan membawa wanita tersebut sepsi yang dipilihnya. Hal ini dikarenakan
mempunyai keinginan atas karier yang melekatnya fungsi reproduksi seorang wanita
tinggi. Apabila sebelumnya wanita dinomor- yang mempunyai kemampuan untuk me-
satukan dengan perkawinan yang akhirnya ngandung dan melahirkan. Faktor kesiapan
mengharuskan untuk mempunyai anak diri secara mental dan fisik adalah hal
banyak sebagai aset masa depan tergeser terbesar yang disebutkan oleh responden
dengan adanya jenjeng karier mereka di masa untuk menghadapi kehamilan lagi. Kesiapan
mendatang yang tidak memusingkan anak. itu membutuhkan waktu yang berbeda antara
Sehingga dapat dikatakan bahwa telah terjadi seorang satu dengan yang lain, juga dengan
pergeseran pandangan dalam diri wanita anak yang dimiliki sebelumnya agar tak
masa kini mengenai konsep mengenai terjadi kecemburuan antara kakak dan adik.
hadirnya anak dan makna anak. Dengan Sebelumnya, ibu yang baik adalah
tingginya tingkat pendidikan, pada saat ini ibu yang dengan penuh pengabdian me-
yang dianggap penting adalah jenjang karier ngurus tugas-tugas rumah tangganya dan
yang tinggi, bukanlah jumlah anak yang sejauh mungkin tidak menyalahi kodratnya
banyak. Jumlah anak yang terlalu banyak untuk ikut-ikutan mencari nafkah di luar
dianggap dapat menghambat karier dan rumah tangga. Namun kini, ibu yang baik
pekerjaan yang dimiliki. adalah ibu atau wanita yang bekerja di luar
Sebelumnya, kepemilikan anak yang rumah tangga dan menjadi tulang punggung
banyak dianggap sebagai “barang berharga” keluarga dengan tetap memperhatikan tugas-
namun sekarang kepemilikan anak yang nya sebagai ibu rumah tangga.
banyak dianggap sebagian besar responden Bagi ibu yang bekerja, sering
ssebagai beban sehingga memunculkan menjadi pertimbangan bahwa jika terlalu
konsep jumlah anak yang ideal, didukung sering melahirkan dan terpaksa harus cuti
dengan adanya program KB yang mampu dari pekerjaannya disamping bisa berarti
merubah cara pandang masyarakat dari ancaman bagi kelangsungan kariernya di
jumlah anak yang banyak menjadi anak yang pekerjaan, dari segi ekonomi dapat menjadi
sedikit. faktor yang memberakan keuangan keluarga.
Berdasarkan status ketenagakerjaan Biaya yang harus dikeluarkan untuk
yang dimiliki oleh responden tidak ber- kesehatan anak, mekenan, pakaian adalah
60 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

biaya pemeliharaan langsung yang sering suami-istri dan pertimbangan psi-


dipandang berat. Ditambah dengan biaya kologis.
alternatif yang harus dikeluarkan untuk 3. Tidak dapat dipungkiri lagi, saat ini
mengasuh anak. Bila ibu tersebut me- pilihan rasional yang menjadi dasar
nginginkan pekerjaannya ia harus membayar pengambilan keputusan sangat
biaya untuk pengasuhan anak tetapi kalau ibu berperan dalam penentuan besar
melepaskan pekerjaannya sewaktu anaknya kecilnya keluarga melalui jumlah
masih kecil atau ketika mengandung, maka ia anak yang diinginkan. Sehingga,
akan kehilangan pekerjaan dan gaji yang solusi yang paling efektif untuk
didapatnya. ( David, 1990: 157). mengatasi hal ini adalah dengan
berpartisipasi sebagai akseptor
KESIMPULAN Keluarga Berencana (KB).
1. Teori-teori yang dikemukakan pada 4. Pengambilan keputusan oleh suami
uraian sebelumnya teruji telah istri dimana dominasi suami lebih
berpengaruh pada variabel tingkat besar, yang tampak dalam memilih
pendidikan dalam pengambilan tempat berobat ketika anggota
keputusan terhadap partisipasi keluarga ada yang sakit dan
keluarga muda dalam penggunaan memilihkan sekolah untuk anak.
alat kontrasepsi. Variabel status Pengambilan keputusan oleh suami
ketenagakerjaan dan tingkat peng- istri dimana dominasi istri lebih
hasilan terbukti tidak berpengaruh besar yaitu dalam mengatur jumlah
pada pengambilan keputusan ter- anak yang dimiliki dalam keluarga.
hadap partisipasi program KB yang Pengambilan keputusan oleh istri
berupa penggunaan alat kontra- saja, tampak dalam mengatur
sepsi. Kenyataan ini menumbang- jarak kelahiran anak, menentukan
kan teori terdahulu yang me- metode kontrasepsi yang dipilih
nyatakan bahwa semakin besar dan mendidik anak. Pengambilan
penghasilan istri, semakin besar keputusan yang dilakukan oleh
pula kekuasaan istri untuk pihak suami saja dan pengambilan
menentukan pengambilan keputu- keputusan oleh suami dan istri
san dalam keluarga. Juga teori dimana tidak ada dominasi antara
yang menyatakan bahwa ketika kedua belah pihak bukannya tidak
istri bekerja, atau adanya ada namun ditemukan dalam
penghasilan sampingan yang jumlah yang tidak terlampau
diberikan untuk keluarga akan besar dibandingkan pengambilan
meningkatkan kekuasaan istri keputusan yang dilakukan oleh
dalam keluarga. pihak yang lain.
2. Dalam perkembangannya, partisi- 5. Berdasarkan hasil analisis terhadap
pasi keluarga muda dalam pengambilan keputusan terhadap
keikutsertaan KB dipandang partisipasi dalam program KB
sebagai sebuah kewajiban yang pada keluarga muda menunjukkan
dikarenakan pilihan-pilihan rasi- bahwa hak istri tidak saja
onal yang ditentukan sendiri. seimbang, pada beberapa temuan
Pilihan tersebut lebih banyak data menunjukkan bahwa istri
didasarkan pada pertimbangan mampu menentukan apa yang
ekonomi, pertimbangan karier dianggap menjadi haknya secara
Anggaunitakiranantika, Pola Pengambilan Keputusan Mengenai Partisipasi ….. 61

mandiri. Istri tidak hanya berperan DAFTAR RUJUKAN


sebagai ibu rumah tangga saja Anggaunitakiranantika, 2006. Pola
melainkan dapat berperan ganda Pengambilan Keputusan Aborsi pada
juga sebagai pengambil keputusan Pasutri yang Mengalami Kegagalan
dalam keluarga. Kontrasepsi, Skripsi, Surabaya:
Universitas Airlangga.
SARAN David, Lucas (Ed). 1990. Pengantar
1. Dalam konteks ini, harus Kependudukan, Yogyakarta: Gajah
diusahakan adanya peningkatan Mada University Press.
kualitas relasi antara suami – istri. Hariadi, Sri Sanituti. 1988. Hak Pengambilan
Relasi itu antara lain dalam wujud Keputusan Wanita Indonesia untuk
adanya partisipasi dalam program Membentuk Keluarga Kecil, Tesis,
Keluarga Berencana (KB) yang Surabaya: Universitas Airlangga.
harus menjadi tanggung jawab Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga
pasangan, bukan lagi ditekankan Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta:
pada istri saja. Sselama ini relasi Pustaka Sinar Harapan.
yang ada antara suami – istri masih Ihromi, T.O, 1990. Para Ibu yang Berperan
sangatlah dangkal, sehingga adanya Tunggal dan yang Berperan Ganda,
kehamilan dan penggunaan alat Jakarta: LPFE-UI.
kontrasepsi dianggap sebagai Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi
kewajiban salah satu pihak yaitu Modern. Jakarta: Prestasi Pusaka.
istri. Ritzer, George&Douglas Goodman. 2008.
2. Sedapat mungkin suami tidak Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi
mengacuhkan terhadap fungsi Wacana.
reproduksi yang dimiliki oleh istri Sajogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita
sehingga nilai – nilai manusiawi dalam Perkembangan Masyarakat
yang ada dalam perkawinan dapat Desa,. Jakarta: Rajawali,
dipupuk menjadi suatu kebijakan Simatupang, Renni Hotma. 1998/ Perilaku
khusus. Aborsi Di Kalangan Wanita
Menikah. Skripsi, Surabaya:
Universitas Airlangga.
Singarimbun, Masri & Sofian Efendi, 1989.
Metode Penelitian Survey,. Jakarta:
LP3ES.
Singarimbun, Masri. 1994. Masalah
Penurunan Angka Kelahiran,
PRISMA, Vol. IV.
Tim LPPM Universitas Airlangga. 2009.
Urgensi Kesehatan Reproduksi
dalam Program KB, Seminar
Kependudukan Nasional, Surabaya:
Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai