Anda di halaman 1dari 7

POTENSI PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN MENINGKATKAN IP

(Indek Panen) MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SALIBU

Boy Riza Juanda


Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Samudra, Langsa

Abstrak

Ketahanan pangan adalah pertahanan negara, ketika ketahanan pangan suatu negara
terancam, maka kelangsungan hidup suatu bangsa dipertaruhkan. Pandangan ini cukup
menjelaskan mengapa ketahanan pangan selalu menjadi perhatian besar di banyak negara di
dunia. Pencapaian ketahanan pangan yang kuat dan tangguh dipercaya mampu memainkan
peran sangat penting dalam pembangunan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan.
Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kebutuhan beras nasional. Sementra konversi
sawah produktif ke sektor non pertanian sulit untuk dihentikan, hal ini sangat berpengaruh
terhadap produksi beras nasional. Strategi peningkatan produksi beras nasional diantaranya:
1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, 2) peningkatan produktivitas lahan
dan 3) perluasan areal panen melalui peningkatan IP (indek panen) salah satunya adalah
budidaya padi salibu. Budidaya padi salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu
produktivitas/peningkatan produksi.

Kata Kunci : produksi, produktivitas, padi salibu

I. PENDAHULUAN Pertumbuhan populasi penduduk yang


1.1. Latar Belakang semakin meningkat dan tidak diimbangi
Padi (Oryza sativa L.) merupakan dengan bertambahnya lahan pertanian
tanaman yang sangat penting untuk meningkatkan kebutuhan akan
keberadaannya di Indonesia karena beras pangan, maka dapat dipastikan kebutuhan
yang dihasilkan merupakan sumber akan pangan untuk masyarakat khususnya
makanan pokok dan bahkan bagi sebagian beras yang berasal dari tanaman padi ini
penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa akan berbanding terbalik dengan luasnya
dari 3 milyar penduduk Asia termasuk 200 lahan yang semakin berkurang sehingga
juta penduduk Indonesia, menggantungkan dibutuhkan suatu inovasi teknologi untuk
kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara dapat menunjang akan kebutuhan pangan
di Afrika dan Amerika Latin yang yang semakin meningkat
berpenduduk sekitar 1,2 milyar, 100 juta Kontribusi peningkatan produksi beras
diantaranya pun hidup dari beras. Oleh nasional terutama pada agroekosistem
karena itu, di Negara-negara Asia beras lahan sawah lebih menonjol
memiliki nilai ekonomis sangat berarti. sumbangannya melalui optimasi
Oleh karena itu padi dapat mempengaruhi produktivitas dan stabilitas (Suryana, A.
kestabilan politik, ekonomi dan pertanian 2005 dan Dirjentan, 2007). Diantara
negara, serta mempengaruhi biaya kerja teknologi yang dihasilkan melalui
dan harga bahan lainnya (Andoko, 2010). penelitian, varietas unggul memberikan
sumbangan yang nyata terhadap

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

75
peningkatan produksi padi, interaksi Budidaya padi salibu adalah salah satu
komponen teknologi varietas unggul, inovasi teknologi untuk memacu
pemupukan dan irigasi akan mapu produktivitas/ peningkatan produksi. Padi
memberikan sumbangan peningkatan hasil salibu merupakan sebutan oleh masyarakat
mencapai 75% (Ruskandar, 2007). Upaya Minangkabau terhadap tunas padi yang
peningkatan produksi padi mengarah pada tumbuh setelah batangnya dipotong ketika
peningkatan produktivitas lahan melalui dipanen. Di daerah lain orang
peningkatan indeks panen dari 2 sampai 3 menyebutnya padi suli, padi berlanjut,
bahkan bisa 4 kali panen dalam 1 tahun, ratun atau singgang (Jawa) atau turiang
hal ini dapat dicapai dengan budidaya padi (Sunda) dan lain-lain sesuai bahasa daerah
salibu. masing-masing. Selama ini padi salibu
Padi Salibu merupakan tanaman padi hanya dijadikan hijauan makananan
yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ternak, karena gabah yang dihasilkan tidak
ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari menguntungkan secara ekonomis (Juliadi,
buku yang ada didalam tanah tunas ini 2013).
akan mengeluarkan akar baru sehingga Budidaya padi salibu cukup
suplay hara tidak lagi tergantung pada menjanjikan, terlihat dari hasil yang telah
batang lama, tunas ini bisa membelah atau didapatkan oleh petani di Kabupaten
bertunas lagi seperti padi tanaman pindah Agam tahun 2011, yaitu sekitar 20% ini
biasa, inilah yang membuat pertumbuhan lebih tinggi dibanding dari panen pertama
dan produksinya sama atau lebih tinggi (Anonim, 2013). Komponen hasil padi
dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu dengan varietas lokal di Matur
salibu berbeda dengan padi ratun, ratun Kabupaten Agam adalah 7,2 ton per hektar
adalah padi yang tumbuh dari batang sisa dengan tinggi tanaman 102 cm, jumlah
panen tanpa dilakukan pemangkasan anakan 22 batang, panjang malai 24 cm,
batang, tunas akan muncul pada buku jumlah bulir per malai 120 buah dan bulir
paling atas, suplay hara tetap dari batang hampa hanya 17% (Erdiman, 2012).
lama. Pertumbuhan tunas setelah dipotong Beberapa keuntungan yang dapat
sangat dipengaruhi oleh ketesrsedian air diperoleh dari penerapan salibuantara lain :
tanah, dan pada saat panen sebaiknya (a) biaya produksi lebih rendah karena
kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas tidak perlu pengolahan tanahdan
lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan penanaman ulang, (b) pupuk yang
unsur hara pada masa pertumbuhan anakan dibutuhkan lebih sedikit, yaitu
padi salibu perlu pemupukan yang cukup, setengahdari dosis yang diberikan pada
terutama hara nitrogen (Surowinoto, tanaman utama, (c) umur panen lebih
1980). Unsur nitrogen merupakan pendek, dan(d) hasil yang diperoleh dapat
komponen utama dalam sintesis protein, memberikan tambahan produksi dan
sehingga sangat dibutuhkan pada fase meningkatkanproduktivitas (Susilawati,
vegetatif tanaman, khususnya dalam 2011).
proses pembelahan sel. Tanaman yang Pada budidaya padi salibu ada
cukup mendapatkan nitrogen beberapa faktor yang berpengaruh antara
memperlihatkan daun yang hijau tua dan lain; 1) tinggi pemotongan batang sisa
lebar, fotosintesis berjalan dengan baik, panen, 2) varietas, 3) kondisi air tanah
unsur nitrogen adalah faktor penting untuk setelah panen, dan 4) pemupukan
produktivitas tanaman. (Tisdale dan (Edirman, 2012).
Nelson, 1990). Kebutuhan air mulai dari mengolah
tanah, persemaian masa pertumbuhan dan
masa berbunganya, rata-rata membutuhkan

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

76
air 1,2 liter/detik/ha. Pemberian air yang mengandung uap air. Curah hujan yang
cukup lama sejak fase primodia, bertujuan baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
untuk menekan pertumbuhan anakan yang dengan distribusi selama 4 bulan, curah
sudah tidak lagi diperlukan, memberikan hujan yang dikehendaki per tahun sekitar
cukup air fase berbunga berguna untuk 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk
pembentukan bunga dan pembentukan pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi
bulir padi (Mulyadi et al., 2001). tempat yang cocok untuk tanaman padi
Anakan tumbuh pada salibu umumnya berkisar antara 0 -1500 m dpl. Padi dapat
sangat tinggi. Pertumbuhan anakan yang ditanam di musim kemarau atau hujan.
sangat tinggi belum tentu diiringi dengan Pada musim kemarau produksi meningkat
anakan produktif yang tinggi sehingga asalkan air irigasi selalu tersedia. Di
persentase anakan produktif menurun, musim hujan, walaupun air melimpah
rendahnya persentase anakan produktif produksi dapat menurun karena
karena meningkatnya jumlah anakan penyerbukan kurang intensif.
dalam satu rumpun sehingga terjadinya Tanah yang baik untuk pertumbuhan
persaingan tanaman dalam rumpun dan tanaman padi adalah tanah berlempung
tidak semua anakan yang mampu menjadi yang berat dan berlumpur, keasaman tanah
anakan produktif (Marni, 2008) antara pH 4,0-7,0. Pada budidaya pada
Berdasarkan penelitian Alfandi (2006) dengan pengenangan akan mengubah pH
menyimpulkan salibu padi sawah cukup tanam menjadi netral (7,0). Penggenangan
potensial untuk meningkatkan produksi akan mengubah kondisi tanah menjadi
padi khususnya pada daerah yang anaerob, sehingga terjadi reduksi.
ketersediaan airnya terbatas dan
pemangkasan batang padi setinggi 5 cm III. TEKNIS BUDIDAYA PADI
dari permukaan tanah dapat dilakukan SALIBU
pada budidaya padi salibu akan tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut pada 3.1 Pemangkasan Tanaman Padi
musim yang berbeda dan terutama tinggi Setelah panen padi pada MT-1,
pemangkasan lebih rendah dari 5 cm, batang tanaman padi dipangkas pada
karena hubunganya masih bersifat linier. ketinggian 2-5 cm di atas permukaan
tanah. Pemotongan dilakukan 7 hari
1.2. Tujuan setelah panen. Pada saat pemotongan,
Memberikan sumbangan pengetahuan keadaan sawah dipastikan tidak tergenang.
terhadap potensi peningkatan produksi Pemotongan dilakukan seragam sama
padi dengan meningkatkan IP (Indek tinggi agar pertumbuhan ratun juga
Panen) melalui teknologi padi salibu seragam. 7 hari setelah pemotongan
batang jerami, tunas-tunas baru sudah
II. EKOLOGI TANAMAN PADI tumbuh merata menjadi anakan padi. Saat
Setiap tanaman menghendaki keadaan itu lahan sawah telah dapat diairi seperti
lingkungan yang sesuai untuk halnya pada tanaman biasa (transplanting).
pertumbuhannya. Pada kondisi lingkungan Penggenangan dimaksudkan bukan hanya
yang sesuai, tanaman padi dapat tumbuh untuk memenuhi kebutuhan air bagi
dengan baik dan berproduksi tinggi. Oleh tanaman padi, tetapi juga untuk menekan
karena itu, sebelum membudidayakan pertumbuhan gulma. Pengaturan air pada
tanaman perlu diketahui terlebih dahulu awal pertumbuhan merupakan kunci utama
syarat-syarat ekologi nya. untuk penumbuhan tunas dan anakan.
Tanaman padi dapat hidup baik Sebelum tunas tumbuh secara merata,
didaerah yang berhawa panas dan banyak tidak dianjurkan dilakukan penggenangan

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

77
dikarenakan hal ini dapat menyebabkan Gulma adalah salah satu kendala
pertumbuhan tunas terlambat dan bahkan utama dalam memperoleh hasil yang tinggi
tunggul dapat menjadi busuk. dalam budidaya padi sawah. Persaingan
gulma dengan padi dalam stadia
3.2 Pemupukan Berimbang pertumbuhan hingga masa pematangan
Pada dasarnya setiap jenis tanaman sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
untuk pertumbuhannya membutuhkan penurunan hasil panen. Gulma dapat
unsur hara yang cukup. Kekurangan unsur menurunkan hasil panen karena adanya
persaingan antara gulma dengan tanaman
hara menyebabkan pertumbuhan tanaman
padi. Pengendalian gulma padi sawah,
terhambat dan pada akhirnya gabah yang umumnya dilakukan, baik dengan
dihasilkan juga rendah. Pemupukan penggunaan tenaga manusia (penyiangan
berimbang yang sesuai rekomendasi tangan) dengan peralatan khusus
adalah kunci keberhasilan dalam budidaya (landak/gasrok) ataupun cara kimiawi
tanaman padi. Pada budidaya padi Salibu dengan penggunaan herbisida.
hara utama yang dibutuhkan adalah
3.5 Pengandalian Hama Tanaman
Nitrogen. Pemberian pupuk N harus
Padi Salibu
ditingkatkan sebanyak 25 %. Pupuk urea Dalam usaha tani tanaman padi tidak
(N) diberikan dua kali. Pertama, pada terlepas dengan serangan hama dan
umur 10-12 hari setelah pemotongan penyakit, pada hakikatnya serangan hama
tunggul, atau setelah sebagian besar tunas dan penyakit selama masih dibawah
baru sudah muncul kepermukaan. Pupuk ambang batas ekonomi, maka dapat
N diberikan dengan jumlah ½ dosis. dikendalikan secara mekanis tanpa
mengendalikan secara kimiawi, namun
Pemupukan awal ini dimaksudkan untuk
bila serangan hama sudah mencapai
memacu pertumbuhan tunas-tunas baru ambang batas maka perlu dilakukan
lebih cepat dan banyak. Sisanya yang ½ pengendalian secara kimia (pestisida),
bagian diberikan pada umur tanaman 25- namun dalam penggunaan pestisida kimia
30 hari setelah pemotongan. perlu dipahami yaitu penggunaan pestisida
harus tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis,
3.3 Penjarangan Dan Penyisipan tepat waktu dan tepat cara aplikasi
Tanaman Padi Salibu pestisida. Secara umum hama dan penyakit
Penjarangan dan penyisipan utama yang perlu menjadi perhatian adalah
hama tikus sawah, hama penggerek batang
(tambal sulam) dilakukan untuk
padi (sundep maupun beluk), hama wereng
mengganti tunggul yang tidak tumbuh. batang coklat, penyakit blas padi, dan
Penyisipan dilakukan saat tanaman penyakit bakteri xantomonas.
berumur 14 hari sampai 20 hari. Untuk
menyisip, digunakan rumpun yang 3.6 Panen Padi Salibu
anakannya banyak. Sebagian dari rumpun Panen padi salibu memiki keunggulan
tersebut dipindahkan tanamkan untuk diantaranya, umur panen lebih awal 15-
20% dari tanaman pertama, dan hasil
mengganti tanaman yang tidak tumbuh.
produksi gabah meningkat dari pada
budidaya secara tanam pindah. Setelah
3.4 Pengandalian Gulma Tanaman dipanen tanaman dilakukan budidaya padi
Padi Salibu salibu lagi masih baik dan produksinya
juga masih dapat meningkat. Menurut

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

78
hasil penelitian yang dilakukan oleh pertamanya, di Lima Kaum Kabupaten
BPTP, tanam padi salibu yang baik dapat Tanah Datar hasil (6,4 t/ha) meningkat (10
dilakukan selama tiga kali salibu -15 %) dibanding tanaman pertama.
(pemangkasan) karena dalam tiga kali Budidaya padi salibu meningkatkan
salibu produksi tanaman padi terus indek penen (IP), karena waktu produksi
meningkat, setelah pada salibu ke empat menjadi lebih pendek, hanya
produksi akan mengalami penurunan hasil. membutuhkan 80- 90% waktu
Sehingga anjuran terbaik adalah satu kali dibandingkan tanaman pertamanya hal ini
tanam tiga kali salibu. akan meningkatkan IP berkisar 0,5 s/d
1/tahun, meningkatkan produktivitas : 3– 6
Hasil salibu rata-rata sesuai pengamatan ton gabah/ha/tahun setara Rp 12 s/d 24
dilapangan yaitu: juta/ha/ tahun. Secara ekonomis budidaya
1. Musim tanam pertama yaitu Taman salibu menghemat biaya 60% untuk
pindah padi dengan rata –rata hasil pekerjaan persiapan lahan dan menanam,
produksi 5,8 ton/Ha. 30% untuk biaya produksi, hal ini
2. Musim tanam kedua yaitu padi salibu menekan biaya setara Rp. 2 s/d 3 juta/ha
pertama dengan rata – rata hasil sekali panen. Budidaya padi salibu akan
produksi 6,3 ton/Ha. lebih ekonomis sekitar 45% dibanding
3. Musim tanam ketiga yaitu padi salibu budidaya tanam pindah, hal inilah yang
kedua dengan rata – rata hasil meningkatkan pendapatan petani.
produksi 6,8 ton/Ha. Secara potensi budidaya padi salibu
4. Musim tanam kedua yaitu padi salibu cukup menjanjikan hal ini terlihat dari
ketiga dengan rata – rata hasil data- data yang tersaji dibawah ini
produksi 7,3 ton/Ha.
5. Musim tanam kedua yaitu padi salibu Tabel 1. Komponen hasil dan hasil padi
ke empat dengan rata – rata hasil salibu di Matur, Kab. Agam
produksi 7,1 ton/Ha. (produksi mulai (2011)
turun)

IV. PENINGKATAN PRODUKSI


PADI DENGAN
MENINGKATKAN IP (Indek
Panen)
Budidaya salibu akan meningkatkan
indek panen karena, tidak lagi melakukan
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
pengolahan tanah, persemaian dan tanam, Pertanian Kementrian pertanian
sehingga rentang waktu produksi lebih
pendek. Budidaya ini secara tidak lansung Tabel 2. Hasil padi salibu Perlakuan
juga dapat menanggulangi keterbatasan Pemupukan di Nagari Tabek,
varietas unggul, karena pertumbuhan Kecamatan Pariangan, Kabupaten
tanaman selanjutnya terjadi secara Tanah Datar (2012)
vegetative maka mutu varietas tetap sama
dengan tanaman pertama. Hasil uji coba
padi salibu pada beberapa daerah di
Sumatera Barat cukup baik antara lain; di
Nagari Pauh, Kecamatan Matur,
Kabupaten Agam hasil (7,2 t/ha)
meningkat 20% dibanding tanaman

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

79
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian pertanian Tabel 6. Hasil padi salibu Perlakuan
kombinasi urea + ponska
Tabel 3. Hasil padi Teknologi Salibu,
beberapa varietas di Sumatera
Barat

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan


Pertanian Kementrian pertanian

Diagram 1. Hasil padi Teknologi Salibu


selama 5 MT (T/Ha)
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian pertanian
Tabel 4. Hasil padi salibu Perlakuan
Tinggi pemotongan (varietas
Kurik Kusuik) parabek,
Kabupaten Agam (2012)

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan


Pertanian Kementrian pertanian

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan V. KESIMPULAN


Pertanian Kementrian pertanian
1. Upaya peningkatan produksi padi
Tabel 5. Hasil padi salibu Perlakuan mengarah pada peningkatan
waktu pemotongan (varietas produktivitas lahan melalui peningkatan
Cisokan, tinggi pemotongan 3-5 indeks panen dari 2 sampai 3 bahkan
cm) bisa 4 kali panen dalam 1 tahun, hal ini
dapat dicapai dengan budidaya padi
salibu.
2. Budidaya padi salibu mampu
meningkatkan indek penen (IP) berkisar
0,5 s/d 1/tahun, meningkatkan
produktivitas : 3–6 ton gabah/ha/tahun.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian pertanian
Secara ekonomis budidaya salibu

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

80
menghemat biaya 60% untuk pekerjaan
persiapan lahan dan menanam, 30%
untuk biaya produksi. Budidaya padi
salibu lebih ekonomis sekitar 45%
dibanding budidaya tanam pindah.

DAFTAR PUSTAKA

Amang, B. dan M. H. Sawit, 2001.


Kebijakan dan Pangan Nasional;
Pelajran dari orde baru dan Orde
Reformasi. Edisi Press, Bogor

Anonim. 2013. Laporan Sekolah Lapang


Teknologi Padi Salibu Kec. Matur
2013. Badan Penyuluhan
Kecamatan Matur. Agam
Erdiman. 2012. Teknologi Salibu
Meningkatkan Produktivitas
Lahan dan Pendapatan Petani
(Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumtera Barat).

Gardner, F.P., R. Brent Pearce, Poger R.


Michael. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya, Penterjemah
Herawati Susilo. UI Press.
Jakarta.

Mulyadi, P.S.; I.J. Sasa, dan S.


Partohardjono. 2001. Pengaruh
intermitten drainage dan cara
tanam padi terhadap emisi gas
N2O di lahan sawah. Prosiding
Seminar Nasional Budidaya
Tanaman Pangan Berwawasan
Lingkungan. Puslitbangtan.
Bogor. 13 -25 Hal

Susilawati, B.S. Purwoko, H.


Aswidinnoor, E. Santosa. 2012.
Tingkat produksi ratun
berdasarkan tinggi pemotongan
batang padi sawah saat panen. J.
Agronomi. Indonesia 40:1-7

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Jan – Juni 2016

81

Anda mungkin juga menyukai