Anda di halaman 1dari 8

Nama mahasiswa : HARDI RIYANTOKO

No peserta : 19100422010001

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang sempurna, dengan dibekali perangkat yang super canggih yaitu
adalah otak. Pada bagian otak ada yang dinamakan dengan lobus fontalis terletak yang disebut
dengan memori, yang memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi yang tak terbatas
jumlahnya. Otak sama dengan memori, yakni memiliki kemampuan menangani algoritma rumit
secara bersamaan dalam jumlah yang terbatas.

Berfikir adalah sebuah aktivitas kerja otak mengenai sesuatu hal. Berfikir juga merupakan
aktivitas mental sebab berfikir tidak hanya menggunakan aktivitas otak namun juga menyangkut
semua bagian tubuh dan juga perasaan atau emosi dalam psikologi. Proses berfikir merupakan
proses yang kompleks dan tidak dapat dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan
informasi diolah. Informasi yang diterima melalui alat indra akan diapersepsikan oleh bagian-bagian
yang berfungsi secara khusus.

Pengolahan informasi yang terjadi di dalam sistem koordinasi disimpan dalam memori berupa
sebuah pengalaman belajar. Informasi terus memasuki pikiran melalui panca indera kita, sebagian
ada yang di simpan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian dilupakan.
Pentingnya pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia agar mempermudah kegiatan
belajar dan tetap konsisten dalam sistem penyelesaian masalah tiap individu. Tanpa adanya
pengolahan informasi dari pengalaman yang ada maka sulit bagi setiap orang untuk melaksanakan
kegiatan belajar sebab tidak semua informasi yang kita peroleh dapat tersimpan dalam waktu lama
di dalam ingatan.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud teori pengolahan informasi ?
2. Bagaimana konsep model pengolahan informasi ?
3. Apa saja tahap-tahap Daya Ingat (Memori) ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi daya ingatan manusia ?
5. Bagaimana cara pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori pengolahan informasi


Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang
mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki sutu
perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan
informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga
melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori
seorang individu. Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang
diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian
proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan
pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi. Asumsi yang mendasari teori ini
adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Model belajar pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan
melalui skema yang dikutip berikut ini, model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut
model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu: 1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory
register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory ; 2) Working
memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung
berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan
memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak ; 3) Long-term memory, yang secara
potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang
sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang
tersimpan di dalamnya.

B. Konsep Model Pengolahan Informasi


Informasi terus memasuki pikiran kita melalui indera kita. Sebagian ada yang di simpan dalam
ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian di lupakan. Proses ini, yang biasanya disebut
model pengolahan informasi . Ada tiga komponen utama memori ialah : Rekaman indera, memori
kerja atau jangka pendek, dan memori jangka panjang.

2
Rekaman indera adalah memori yang sangat pendek yang terkait dengan indera. Informasi
yang diterima indera tetapi tidak diberi perhatian akan terlupakan dengan cepat. Begitu diterima,
informasi diolah oleh pikiran sesuai dengan pengalaman dan keadaan mental kita. Kegiatan ini
disebut persepsi. Rekaman indera menerima informasi dalam jumlah besar dan masing-masing
indera (penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa) dan menahannya dalam waktu yang
sangat singkat, tidak lebih dari beberapa detik. Jika tidak ada yang terjadi pada informasi yang di
tahan dalam rekaman indera ,informasi tersebut hilang dengan cepat. Informasi yang diterima indera
tetapi tidak diberi perhatian akan terlupakan dengan cepat. Persepsi mengenai rangsangan
bukanlah sesederhana penerimaan rangsangan, sebaliknya hal itu melibatkan penafsiran pikiran
dan di pengaruhi oleh keadaan pikiran kita, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan
factor lain.
Memori kerja atau jangka pendek adalah sistem penyimpanan yang menampung lima hingga
sembilan potongan informasi setiap saat. Informasi masuk ke memori kerja dari rekaman indera
maupun memori jangka panjang. Pengulangan adalah proses pemanggilan kembali informasi untuk
menempatkannya ke dalam memori kerja.
Memori jangka panjang adalah bagian sistem memori dimana sejumlah besar informasi
disimpan dalam kurun waktu yang tidak terhingga. Teori pembelajaran kognitif menekankan
pentingnya menghubungkan informasi yang sedang dipelajari dengan informasi yang ada dalam
memori jangka panjang. Memori jangka panjang adalah rekaman episodik, yang menyimpan ingatan
kita tentang pengalaman pribadi; memori semantik, yang menyimpan fakta dan pengetahuan
tentang cara melakukan sesuatu.

C. Tahap-tahap Daya Ingat


Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu, ada
beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk dapat muncul kembali. Atkinson (2000)
berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu:
1. Penyandian (encoding) adalah pemasukan pesan dalam ingatan, dibagi menjadi tiga
macam:
a. Penyandian akustik, informasi yang di sandikan dalam memori, memasuki penyandian
tertentu dan informasi yang diterima terdiri dari butiran-betiran verbal seperti angka, huruf
dan kata.
b. Penyandian visual, yakni informasi yang disandikan dalam memori berdasarkan apa yang
dilihat.
c. Penyandian makna, dalam penyandian ini materi verbal didasarkan pada makna disetiap
kata. Penyandian ini terjadi jika butir itu adalah kata yang terisolasi, tetapi akan lebih jelas
jika butir-butir itu adalah kalimat. Dengan begitu ingatan disimpan dalam bentuk jaringan-
jaringan diseluruh bagian otak sesuai dengan pengkodeannya.

3
2. Penyimpanan (storage), yaitu penyimpanan informasi dalam ingatan, diperkirakan proses ini
berjalan dengan sendirinya tanpa pengarahan langsung dari subjek dan biasanya sangat
sukar untuk melupakannya.
3. Pemanggilan (retrieval), memanggil kembali apa yang telah disimpan atau proses
mendapatkan informasi yang disimpan, seperti membawa kembali pengalaman masa lalu.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Ingat


Proses mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa factor (Ahmadi, 2004)
yaitu :
1. Faktor Individu.
Proses mengingat dipengaruhi dari dalam individu seperti sifat, keadaan jasmani,
keadaan rohani dan umur. Mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang
besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran,
dan memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang baik.
2. Faktor objek yang diingat.
Sesuatu yang memiliki organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti,
mempunyai keterkaitan dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup kuat
lebih mudah diingat oleh seseorang.
3. Faktor Lingkungan.
Proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang menunjang dan
terhindar dari adanya gangguan-gangguan.

Sedangkan Suharnan menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi ingatan yaitu:
1. Efek posisi serial (the serial psition effects)
Sejumlah informasi, item atau objek yang disajikan secara berurutan mempengaruhi
ingatan seseorang. Item-item atau objek yang berada pada posisi atau urutan bagian awal
(depan) dan juga akhir (belakang) akan cenderung di ingat lebih baik daripada item-item atau
objek yang berada di urutan tengah. Informasi atau item-item yang terletak dibagian awal
akan lebih dulu memasukkan ingatan jangka pendek sehingga memungkinkan dilakukan
pengulangan di dalam pikiran secara memadai untuk kemudian dipindahkan dalam ingatan
jangka panjang. Bagi informasi yang terletak di tengah, urutan ketika memasuki ingatan
jangka pendek bersamaan waktunya dengan proses pengulangan informasi dibagian depan,
sehingga hanya sedikit kapasitas bagi pengulangan kembali informasi yang terletak di
tengah, dengan demikian informasi tersebut belum sampai dipindahkan ke ingatan jangka
panjang. Dan informasi di akhir bagian masih berada pada ingatan jangka pendekpada waktu
di-recall.

4
2. Keahlian (expertise)
Orang akan lebih mudah mengingat informasi baru dengan baik apabila memiliki latar
belakang pengetahuan yang cukup baik dibidang tersebut.
3. Pemberian kode khusus (encoding specificity)
Prinsip pemberian kode khusus adalah seseorang akan mudah mengingat kembali
suatu peristiwa yang terjadi hanya jika sesuai dengan bekas yang ditemukan didalam
ingatannya.
4. Emosi dan efek
Pertama,”Pollyanna Principles” yaitu suatu informasi yang secara emosi
menyenangkan biasanya diproseslebih efesien dan tepat daripada informasi yang
mengandung kesedihan. Kedua, kesamaan suasana hati (mood congruence) yaitu ingatan
menjadi lebih baik juga bahan yang di pelajari sama dengan suasana hati yang berlangsung
pada saat itu.

E. Pengorganisasian Informasi/ Pengetahuan dalam Ingatan Manusia

Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu


mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari
lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi dapat dikatakan
sebagai bentuk respon individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.

Pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan
dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara
mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut
sebagai subsumptive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.

Kita dapat mencatat bahwa karakteristik penting dari proses belajar manusia dan
pengorganisasian memori. Pendekatan kognitif untuk belajar memberikan peran penting untuk
proses organisasi dan menekankan peran aktif dari peserta didik. Pelajar aktif dipandang sebagai
pengolahan informasi yang akan dipelajari, bukan hanya pasif mendaftarkan informasi. Pendekatan
organisasi untuk belajar dan memori mengasumsikan bahwa kita mencoba untuk mengorganisir informasi ke
dalam beberapa pola yang bermakna, dan merancang strategi, rencana dan merumuskan hipotesis
tentang informasi yang dikodekan dan strored dalam memori. Informasi yang disimpan dalam
memori jangka panjang diasumsikan sangat terorganisir untuk memanfaatkan kapasitas
penyimpanan yang tersedia dan membantu dalam pencarian dan pengambilan informasi. Akibatnya, informasi
yang masuk biasanya hati-hati mengatur kembali sehingga informasi baru yang terintegrasi dan dibuat
kompatibel dengan organisasi yang ada di memori jangka panjang.

5
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang
dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Ketika
individu belajar, berlangsung proses mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam long-term
memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).

Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori
jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam
pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengetahuan baru
dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor
stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks,
animasi, narasi, warna, musik, serta video. Studi tentang bagaimana informasi diidentifikasi,
diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori
jangka panjang mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama
dalam pendesainan multimedia instruksional. Dalam konteks ini, desain pesan multimedia berkenaan
dengan penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen pesan untuk menyampaikan
sesuatu informasi.

Antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi. Asumsi
yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh individu tersebut (peserta didik).

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori manusia itu suatu sistem
yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi
dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu
objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu penyleksian, pengorganisasian danpengubahan
terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu
dalam proses belajar yang akan dijalani dirinya.

Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat
bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini menunjukan bahwa dalam
proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang mempengaruhi terhadap hasil

6
belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku
seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di
atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan
penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen dasar tersebut,
selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah

a. Membimbing untuk menerima stimulus

b. Memperlancar pengkodean

c. Memperlancar penyimpanan dan retrival

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan -penjelasan di atas kami dapat menarik kesimpulan
diantaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan
2. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.

3. Dengan adanya pengorganisasian informasi atau pengetahuan akan memudahkan


individu untuk menjalani proses pembelajaran secara maksimal

Anda mungkin juga menyukai