PENDAHULUAN
3. Warna kayu
Terdapat berbagai macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-
putihan, coklat muda, cokelat tua, kehitam-hitaman, kemerahmerahan
dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam
kayu yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: tempat di dalam batang, umur pohon, dan
kelembaban udara. Sebagai pedoman pada pengenalan kayu yang di
pakai adalah warna kayu terasnya.
4. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan air atau kelembaban. Kelembaban kayu sangat sangat
dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin
lembap udara di sekitarnya akan makin tinggi pula kelembapan kayu
sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air
pada kayu semacam ini dinamakan kandungan air kesetimbangan (EMC
= Equilibrium Moiture Content).
5. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Maksud sel kayu adalah serat-
serat kayu. Jadi dapat dikatakan bahwa tekstur ialah ukuran relatif serat-
serat kayu.
6. Serat
Serat berkaitan dengan sifat kayu, yang menunjukkan arah umum sel-sel
kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat
ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu
dikatakan berserat halus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu
batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap
sumbu panjang batang, maka kayu itu dikatakan berserta mencong. Serat
mencong dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu serat berpadu, serat
berombak, serat terpilin, dan diagonal.
7. Serat Berpadu
Jika batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling,
menyimpang ke kiri dan ke kanan terhadap sumbu batang, dikatakan
berserat berpadu. Contohnya adalah kayu kulim, renghas dan kapur.
8. Serat Berombak
Serat berombak adalah serat-serat kayuyangmembentuk gambaran
berombak. Contohnya adalah kayu renghas dan merbau.
9. Serat Terpilin
Serat terpilin adalah serat-serat kayu yang membentuk gambaran terpilin
(puntiran), seolaholah batang kayu tersebut dipilin mengelilingi sumbu.
Contohnya adalah kayu bintangur, kapur dan damar.
11. Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan
berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu yang berat.
Sebaliknya kayu ringan adalah kayu lunak.
2.2.2 Sifat Mekanik Kayu
Sifat mekanik kayu yaitu sifat yang dimiliki kayu untuk menahan beban
atau gaya yang mengakibatkan kayu tersebut berubah bentuk. Sifat mekanik kayu
teridir dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, keteguhan geser, kelenturan (kekuatan
lengkung), dan kekuatan belah (hidayat;2013)
1. Kekuatan Tarik
Kuat tarik kayu yaitu reaksi dari kayu yang ditimbulkan oleh gaya-gaya
yang menarik kayu. Arah dari kekuatan tarik kayu yaitu searah serat kayu
atau tegak lurus (melintang) arah serat kayu. Besarnya kekuatan tarik
kayu dapat di cari dengan persamaan 2.1
𝒑
𝝈𝒕 = ………………………………………………….2.1
𝒃𝒉
Keterangan:
𝜎𝑡 = kuat tarik kayu (MPa)
P = beban maximum (N)
b = lebar dalam (mm)
h = tinggi dalam (mm)
2. Kekuatan Tekan
Kekuatan Tekan adalah daya tahan kayu terhadap tekanan pada searah
serat kayu atau melintang serat kayu. Kekuatan tekan kayu lebih lemah
pada arah melintang serat. Besarnya kekuatan tarik kayu dapat di cari
dengan persamaan 2.2
𝒑
𝝈𝒄 = …………………………………………………………..2.2
𝒃.𝒉
Keterangan:
𝜎𝑐 = kuat tekan (MPa)
P = beban maximum dalam N
b = lebar dalam mm
h = tinggi dalam mm
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan kayu menahan gerakan dan tekanan
yang membuat kayu bergeser (tanpa pukulan) baik itu beban mati
ataupun beban hidup. Beban mati artinya tekanan secara terus menerus
pada skala tekanan tertentu. Sedangkan beban hidup berarti tekanan yang
berulang-ulang dan bisa berubah-ubah kekuatannya. Keteguhan geser
kayu paling besar adalah pada posisi melintang serat kayu.
5. Kekuatan Belah
Keku belah paling rendah pada posisi searah serat. Walaupun demikian
untuk beberapa jenis kayu tertentu sangat baik apabila kekuatan belahnya
sangat lemah karena jenis kayu ini akan sangat cocok untuk pembuatan
atap sirap atau kayu bakar.
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 2.7 Jenis-jenis Kayu Laminasi (a) LVL (b) LSL (c) PSL (d) CLT
(e) Laminated Timber (Glulam)
Gambar 2.5 Glulam sebagai Komponen Struktur Gedung Aula Barat ITB
(Sumber : Ronny Purba)
3. Face Bonding
Face bonding merupakan proses penyatuan kayu menjadi satu
kesatuan dimana tiap lapisan harus direkatkan dengan hati-hati agar
memenuhi standart. Bahan perekat yang sering dipakai adalah phenol
resorcinol, namun tidak menutup kemungkinan penggunaan bahan perekat
lain dalam kondisi khusus tertentu. Setelah perekat di berikan, kayu
ditekan dengan metode clamping beds dimana perekat dituntut mencapai
90 persen kekuatan sambungannya.
5. Preservative Treatment
Dalam beberapa keadaan diperlukan pemberian pengawet pada glulam.
Hal tersebut dapat dibedakan atas :
- Creosote, cocok untuk penguunaan outdoor dimana glulam akan
nampak lebih gelap dan berminyak. Cara ini sangat efektif,
dibuktikan dengan pengguanaanya pada bantalan rel kereta.
- Oilbone treatment, yaitu penggunaan pengawet seperti
pentachlorophenol dan coppernapthanate terbagi atas beberapa tipe
seperti tipe berminyak dan ada pula yang dapat di cat.
- Waterborne treatment, yaitu menggunakan pengawet watersoluble.
Tingkat efektivitasnya watersoluble tergantung seberapa besar tingkat
penetrasi pengawet pada kayu. Keuntungannya dari cara ini adalah
perubahan permukaan kayu yang kecil.
2.6 Sambungan
Papan sambung adalah kayu hasil gergajian dengan arah melebar yang
direkatkan secara sejajajar. Menurut SNI 01-5008-1999 ada lima cara
penyambung papan sambung diantaranya
1. Sambungan Tegak (Butt Joint)
Butt joint adalah sambungan dengan kedua kayu berada pada
bidang yang sama dan disambung pada kedua ujung yang bedekatan.
Sambungan butt joint ditunjukan pada gambar 2. 7
Gambar 2.10 Sambungan Lidah dan Alur (tongue and groove joint)
5. Sambungan Bangku (desk joint)
Sambungan Bangku (desk joint) adalah sambungan dengan kedua
ujung kayu dibuat menyerupai bangku.
2.7 Perekat
Pada tahap kualifikasi perencanaan perlu ditentukan jenis perekat serta
prosedur perekatan yang sesuai agar memenuhi kekuatan geser rekat antar lapisan.
Fungsi dari perekatan yaitu untuk mengisi ruang kayu dan menghasilkan ikatan
pada masing-masing komponen yang sama kuat serta membentuk ikatan kohesi
diantara komponen. Pada struktur glulam garis rekat harus cukup kuat dan dapat
mempertahankan integritasnya sesuai dengan kelas serta umur yang diharapkan.
Sejak tahun 1960 di Eropa menggunakan perekat sintetis seperti Urea dan
Recorcinol dalam pembuatan glulam. Kemudian akhir-akhir ini digunakan
campuran Urea dengan Melamine. Menurut Riberholt (2007) dalam sepuluh tahun
terakhir banyak digunakan perekat polyurethane, yang dikenal sebagai perekat
ramah lingkungan, pernyataan yang disampaikan dapat digunakan untuk
pembuatan rangka furnitur dan bangunan-bangunan
Menurut Wijanarko (2013) perekat untuk kayu laminasi dibagi menjadi dua
berdasarkan jenisnya, yaitu bahan perekat (lem) yang berbasis air; dan bahan
perekat (lem) yang berbasis hardener. Penggunaan perekat didasarkan pada jenis
kayu yang digunakan serta aplikasi dari produk kayu yang dihasilkan. Produk
perekat yang sering digunakan untuk pembuatan kayu laminasi antara lain
1. Crossbond™ X4
Crossbond™ X4 merupakan lem kayu berbahan dasar water
based polyvinyl acetate yang telah dimodifikasi dengan bahan inner cross
linker sekaligus dalam satu komponen bahan perekat (single component
wood working adhesive). Lem ini dapat digunakan untuk kayu, bambu,
rotan, honeycomb papers dan lain lain. Crossbond™ X4 memiliki solid
content tinggi dengan viscositas rendah (encer) dan reologi yang baik
sehingga mudah diaplikasikan. Lem ini merupakan lem kayu water based
yang tidak beracun, aman dan ramah lingkungan, cepat kering (dalam
waktu 60 menit), memiliki daya rekat kuat standard B3 / D3, tahan air, dan
tahan solvent.
2. Eva Phaethon
Eva Phaethon adalah lem putih water based berbentuk milky white
yang diformulasikan khusus dari ethylene vinyl acetate (EVA) untuk
memenuhi kebutuhan perekatan dan penyambungan dua adheren yang
berbeda karakter. Lem ini sangat cocok diaplikasikan pada laminasi
(Particle Board, MDF, Plywood, Blockboard) vs (HPL, Tacoon Sheet,
PVC Sheet), yellow board (karton kuning) vs kain non woven, book
binding, dan perekatan batu alam. Keunggulan dari lem ini yaitu lem putih
serba guna, memilik solid content tinggi, daya rekat tinggi, daya sebar
luas, cepat kering, tahan air, heat resistant, dan mudah di aplikasikan.
Semua balok pada gambar 2.12 memiliki dimensi penampang 50x50 mm2.
Metode pengujian pada penelitian ini menggunakan satu beban di tengah seperti
pada gambar 2.13 dengan hasil pengujian pada tabel 2.1.
(B1) (B2)
Gambar 2.14 Bentuk dan susunan lamina dari kayu mangium-sengon
(sumber : Abdurachman dan Hadjib)
(a) (b)
Gambar 2.16 Susunan Lamina (a) Glulam Vertikal (b) Glulam Horizontal
Glulam terdiri dari 4 (empat) lapis lamina dengan kelas kuat tinggi yaitu
dari kayu kempas disusun masing-masing pada sisi atas dan bawah untuk glulam
horizontal dan sisi kiri dan kanan untuk glulam vertikal, sedangkan pada bagian
tengah merupakan lamina dari kayu Borneo. Benda uji masing-masing terdiri dari
5 balok glulam horizontal dan 5 balok glulam vertikal. Lamina yang digunakan
memiliki ukuran 1,25 cm x 5 cm x 76 cm dengan kadar air antara 14-16%.
Pemberian perekat dengan berat 150 g/m2 dilakukan pada kedua pemukaan antar
lapis lamina kemudian diklem selama 24 jam.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan mesin UTM dengan satu
beban di tengah balok. Hasil dari penelitian ini diperoleh gaya maksimum rata-
rata yang dapat dipikul pada balok glulam horizontal adalah 1482 kg dan untuk
balok glulam vertikal sebesar 1683 kg. Sedangkan rata-rata nilai MOR balok
glulam horizontal adalah 882 kg/cm2 dan 1121 kg/cm2 untuk balok glulam
vertikal, sehingga dalam pembuatan balok glulam lebih baik digunakan susunan
lamina secara vertikal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Uji Ketebalan
111.Uji Delaminasi
Uji Propertis
2. 2.Uji Kuat Lentur
5. 5.Kuat Geser
Uji Eksperimental
2
3
Analisa Hasil Uji
3
Kesimpulan
SELESAI
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Bandar
Lampung.
Dimana:
Fb = Kuat Lentur (N/mm2)
a = Jarak antara beban titik dan tumpuan terdekat(mm)
W = Momen tahanan bh3/6 (mm3)
P maks = beban maksimum (N)
3. Uji Kuat Tarik Sejajar Serat
Uji kuat tarik sejajar serat bertujuan untuk mendapatkan nilai kuat
tarik sejajar serat dari kayu yang dilakukan berdasarkan SNI 03-3399-
1994. Perhitungan kuat Tarik Sejajar serat dihitung menggunakan
persamaan 3.4
P
Ft// = ……………………………………………………….... Pers 3.4
bxh
Dimana:
Ft// = Kuat Tarik sejajar serat (N/mm2)
b = Lebar benda uji (mm)
h = Tinggi benda uji (mm3)
P maks = beban maksimum (N)
F max
Ft┴ = ………………………………………………………. Pers 3.5
bxL
Dimana:
Fc┴ = Kuat Tarik tegak lurus serat (N/mm2)
b = Lebar benda uji (mm)
h = Tinggi benda uji (mm3)
F maks = beban maksimum (N)
Dimana:
Fc┴ = Kuat Tarik tegak lurus serat (N/mm2)
b = Lebar benda uji (mm)
h = Tinggi benda uji (mm3)
F maks = beban maksimum (N)
Dimana:
Fc // = Kuat Tarik tegak lurus serat (N/mm2)
b = Lebar benda uji (mm)
h = Tinggi benda uji (mm3)
F maks = beban maksimum (N)
7. Uji Kuat Geser
Uji kuat geser dilakukan untuk mengetahui kekuatan geser kayu.
Pengujian ini menggunakan standar SNI 03-3400-1994 dan dihitung
menggumakan persamaan berikut.
p
Fs// = ………………………..………………………….. Pers. 3.8
bxh
Keterangan :
P = Beban Maksimum
b = lebar (mm)
h = tinggi
3.4.6 Merencanakan Variasi Susunan
Pada penelitian ini pembuatan kolom laminasi Glulam bertujuan untuk
menganalisa kekuatan kolom tersebut. Pada penerapannya kolom dari kayu
laminasi memerlukan sambungan untuk mendapatkan dimensi yang
diinginkan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kayu bekas
yang mempunyai ukuran terbatas sehingga perlu dibuat variasi susunan
untuk mendapatkan dimensi yang diinginkan. Pada penelitian ini akan
dibuat beberapa variasi susunan glulam yang memiliki dimensi
4000x180x200 mm. glulam dengan beberapa bentuk variasi akan diuji
untuk mendapatkan susunan yang paling kuat. Variasi susunan dapat dilihat
pada gambar 3.5, 3.6, 3.7, 3,8 dan 3.9
\
Gambar 3.9 (a) Variasi Susunan Lamina Vertikal di Luar