Abstrak
Dalam rangka meningkatkan pengaman dan perlindungan terhadap suatu bangunan gedung, baik itu bangunan
gedung pemerintahan, perindustrian, perkantoran maupun perumahan, khususnya pada gedung Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Maka pemeliharaan sarana yang terdapat di luar dan dalam gedung
haruslah ditangani secara baik dan benar. Kerusakan pada sarana dan peralatan pada suatu bangunan banyak
diakibatkan oleh sambaran petir. Untuk itu diperlukan suatu peralatan proteksi yang handal agar dapat
melindungi dan mengamankan bangunan gedung tersebut, sehingga sarana yang terdapat didalamnya dapat
berfungsi dengan baik. Dari beberapa sistem penangkal petir (SPP) yang ada, dalam hal ini gedung
perkantoran/administrasi yang dianalisa pada penelitian ini menggunakan tipe konvensional (franklin rod),
dengan jarak perlindungan 22,8 m.
medan listrik yang diperlukan untuk memulai aliran leader berubah-ubah dimana ia mencari udara yang
(streamer) adalah EB = 10 – 40 kV/m, pada awan mempunyai kekuatan dielektrik yang paling rendah
yang mempunyai ketinggian 1 – 2 km di atas tanah untuk dilalui sehingga secara keseluruhan jalannya
dapat menghasilkan tegangan 100 MV. (Aris tidak lurus dan patah-patah. Setiap sambaran petir
Munandar, Artono :”Teknik Tegangan Tinggi”, PT. bermula dari suatu lidah petir (stepped leader) yang
Pradnya Paramita, Jakarta, 1990.). bergerak turun (down leader) dari awan bermuatan.
Panjang setiap stepped leader ini sekitar 50 m
2.2 Mengondensasi sehingga terbentuklah awan (dalam rentang 3–200 m), dalam interval waktu
seperti yang kita lihat (Proses Terjadinya antara setiap ± 50µs (30-125µs). Dari waktu ke
Petir) waktu, dalam perambatannya ini stepped leader
Awan dapat terbentuk jika udara yang mengalami percabangan sehingga terbentuk lidah
mengandung air bergerak ke atas. Pada daerah yang petir yang bercabang-cabang.
lebih tinggi, maka tekanan dan suhu atmosfir akan Ketika leader bergerak mendekati bumi, akan
lebih rendah sehingga udara yang mengandung uap terdapat beda potensial yang makin tinggi antara
air akan mengembang dan menjadi dingin. Sebagian ujung stepped leader dengan bumi sehingga
uap airnya Gambar 2.1.a) terbentuklah pelepasan muatan mula yang berasal
Awan yang dapat mengakibatkan petir adalah dari bumi atau obyek pada bumi yang bergerak ke
awan cummulonimbus. Disebut demikian karena atas menuju ujung stepped leader. Pelepasan
terjadi pemisahan muatan (polarisasi) akibat adanya muatan mula ini disebut upward streamer. Apabila
angin keras yang meniup awan lebih tinggi. upward streamer telah masuk dalam zona jarak
Polarisasi yang terjadi pada awan cummulonimbus sambaran atau striking distace, terbentuklah petir
dapat dijelaskan dengan menggunakan dasar teori penghubung (connecting leader) yang
listrik statis. Pemisahan muatan (polarisasi) terjadi menghubungkan ujung stepped leader dengan
akibat adanya angin keras dapat menyebabkan obyek yang disambar. Setelah itu timbullah
turbulensi. Angin keras ke atas (updraft) membawa sambaran balik (return strike) yang bercahaya
butiran-butiran air (small liquid water droplets) sangat terang bergerak dari bumi atau obyek menuju
yang terdapat pada awan ke daerah yang suhunya awan dan kemudian melepaskan muatan di awan.
sangat rendah (freezing level). Di lain sisi, angin Jalur yang ditempuh oleh return strike adalah sama
keras ke bawah (downdraft) membawa bongkahan- dengan jalur turunnya stepped leader, hanya
bongkahan es ke daerah yang lebih rendah. Saat arahnya saja yang berbeda. Setelah itu terjadi juga
butiranbutiran air dan bongkahan-bongkahan es tadi sambaran susulan (subsequent strike) dari awan
berbenturan, maka akan dilepaskan panas yang menuju bumi akibat belum pulihnya udara yang
dapat membuat ukuran bongkahan-bongkahan es menjadi tempat jalannya sambaran yang pertama.
menjadi lebih kecil disebut soft hail/graupels. Sambaran susulan tidak memiliki percabangan dan
Dengan adanya awan yang bermuatan akan timbul bisa disebut lidah panah (dart leader). Pergerakan
muatan induksi pada muka bumi, hingga timbul dart leader ini sekitar 10 kali lebih cepat dari leader
medan listrik. Mengingat dimensinya, bumi yang pertama. (Aris Munandar, Artono :”Teknik
dianggap rata terhadap awan. Jadi awan dan bumi Tegangan Tinggi”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
dapat dianggap sebagai kedua plat kondensator. Jika 1990.).
medan listrik yang terjadi melebihi kekuatan
dielektrik udara (kekuatan tembus udara), maka 2.4. Karakteristik Terpa Arus Petir
akan terjadi pelepasan muatan. Pada saat itulah 2.4.1. Parameter Umum Petir (6)
terjadi petir.(6)Kondisi ketidakmantapan di dalam Petir yang terjadi secara umum memiliki
atmosfer dapat saja timbul akibat pemisahan, tidak beberapa parameter, antara lain ;
seperti yang terjadi di atas. Misalnya, muatan yang a. Muatan lokal yang dipindah adalah 150 – 300
perpisahannya terjadi ke arah horizontal, yang Coulomb.
kemudian menimbulkan pelepasan muatan antara b. Puncak arus yang dicapai adalah 100 – 200 kA
dua awan. Atau pemisahan muatan vertikal tersebut c. Muatan petir 50 – 100 Coulomb.
dapat terjadi sebaliknya, hingga arah pelepasan d. Kecuraman kenaikan arus (di/dt) 100 – 200
muatan atau petir menjadi terbalik. (Hasse, P., kA/ms.
Overvoltage Protection Of Low Voltage System,
Short Run Press Ltd., England. 1988). 2.4.2. Bentuk Arus Petir (6)
Bagian penting dari sambaran petir yang
2.3 Tahapan Sambaran Petir Ke Tanah merupakan bagian utama sambaran adalah
Pada saat gradien tegangan di awan melebihi sambaran balik, dimana muatan sel dalam awan
harga tembus udara yang terionisasi, terjadilah pilot petir dilepaskan ke bumi. Bila terjadi aktifitas
streamer yang menentukan arah perambatan pengumpulan atau pembentukan muatan pada
muatan dari awan ke udara yang ionisasinya rendah, awan, maka induksi muatan dengan polaritas yang
hal ini diikuti oleh adanya titik cahaya. berlawanan terjadi di permukaan bumi. Akibat
Kemudian gerakan pilot streamer yang diikuti peristiwa tersebut timbullah medan listrik yang kuat
dengan lompatan-lompatan titik-titik cahaya yang diantara awan dan bumi. Medan listrik yang amat
dinamakan stepped leader. Arah setiap stepped kuat itu membuat obyek yang terdapat di
permukaan bumi dan biasanya di tempat yang Dari Gambar 1 dapat dilihat, walaupun kedua
tinggi, misalnya menara, gedung-gedung, pohon- obyek (A dan B) memiliki konduktifitas jenis yang
pohon dan lain-lain melepaskan muatan ion positif sama dan ukuran tinggi yang sama, namun yang
yang berasal dari bumi. Ion positif ini membuat tersambar adalah obyek A. Hal ini dikarenakan
semacam pita di udara yang bergerak ke arah pita obyek A lebih dekat dengan sumber petir (awan),
yang dibentuk oleh ion negatif awan. Apabila kedua sehingga medan listrik menjadi lebih besar.
pita ini bertemu di satu titik di udara, maka Apabila permukaan pada Gambar 2.7. dianggap
terjadilah sambaran balik (return strike). Pada saat rata, maka obyek yang cenderung tersambar adalah
inilah mengalir arus petir dari udara ke bumi obyek yang jaraknya paling dekat dengan sumber
melalui saluran yang dibentuk oleh kedua ujung pita petir karena medan listriknya lebih besar.Bukan
tersebut. Arus pada kebanyakan sambaran berasal tidak mungkin pula sebuah bangunan yang tinggi
dari sel yang bermuatan negatif dalam awan petir, tidak disambar petir pada puncaknya, melainkan
sehingga arus sambaran merupakan aliran negatif disambar pada bagian dasar ataupun tengah
dari awan ke tanah. Jarang ditemukan sambaran bangunan. Hal seperti ini dapat terjadi karena
yang berasal dari sel positif. Kedua polaritas adanya lompatan dari stepped leader. ( Reynaldo
mempunyai aliran arus yang seragam. (Peraturan Zoro; “Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada
Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan Sistem Tenaga Listrik“, ITB Bandung.).
di Indonesia.
2.5.2. Kepadatan Sambaran Petir
2.4.3. Pengaruh Polaritas Awan Dalam perencanaan pengaman terhadap
Bagian dasar awan kebanyakan bermuatan sambaran petir, angka kepadatannya (frekuensi)
negatif, tetapi dapat juga bermuatan positif. harus ditinjau dahulu untuk menentukan mutu
Polaritas ini berpengaruh pada besar arus dan juga pengaman yang akan dipasang. Hal tersebut dapat
arah arus petir. diketahui dengan menggunakan peta hari guruh
Di bawah awan positif, arus sambaran perintis pertahun (Isokeraunik Level), kemudian mencari
berkisar antara 1000 – 3000 A, sedangkan di bawah harga korelasinya dengan kepadatan sambaran petir
awan negative, berkisar antara 50 – 300 A. Tetapi ke tanah.
sambaran balik (return strike) berkisar 8 – 150 kA Menurut standar yang dipakai dalam tugas akhir
di bawah awan negatif dan sampai 300 kA di bawah ini yaitu SNI 03-7015-2004, maka kepadatan
awan positif. (Razevig, Prof.D.V., High Voltage sambaran petir adalah :
Engineering, Khana Publisher, Delhi. 1978.). Ng = 0.04. Td1,25 per km2/tahun dimana Td
adalah jumlah hari guruh pertahun yang diperoleh
2.5. Mekanisme Sambaran Petir (6) dari peta Isokeraunik atau tabel yang dikeluarkan
2.5.1. Pengaruh Bentuk Permukaan Bumi Dan oleh BMKG. Semakin besar harga kepadatan
Jarak Obyek Ke Sumber Petir sambaran petir pada suatu daerah, maka semakin
Petir lebih cenderung menyambar tempat- besar kebutuhan bangunan tersebut akan proteksi
tempat yang tinggi di permukaan bumi. Hal ini petir. (Vevyola Betsy, Studi mengenai perencanaan
disebabkan karena kuat medan disekitar ujung atau proteksi petir eksternal pada bangunan atau
puncak bangunan tersebut lebih rapat dan sifat dari gedung (Aplikasi pada Gedung Indosat – Medan),
muatan akan cenderung mengumpul pada puncak Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
atau ujung dari bagian yang runcing, begitu pula Universitas Sumatera Utara, 2005.).
tepian-tepian runcing bangunan. Selain itu, pada
daerah yang tinggi di permukaan bumi berarti jarak 2.6. Mekanisme Terjadinya Kerusakan Pada
antara obyek tersebut dengan leader adalah lebih Daerah Yang Dilindungi
dekat dibandingkan dengan obyek pada daerah Sambaran petir dapat mengakibatkan kerusakan
dengan permukaan yang relatif datar, sehingga kuat fisik pada bangunan dan manusia di suatu area
medan listrik yang dihasilkan pun akan lebih tinggi. karena adanya perbedaan potensial di tanah,
bangunan, peralatan dan manusia yang terjadi
dalam waktu yang relatif singkat antara 1- 10 mikro
detik dan memiliki arus discharge rata-rata 30 kA –
80 kA. Dengan arus sebesar itu dan kenaikan dalam
waktu yang singkat, maka kerusakan tidak dapat
dihindarkan. (SNI 03-7015-2004, Sistem Proteksi
Petir pada Bangunan Gedung, Stándar Nasional
A Indonesia, 2004.).
Sambaran petir juga menimbulkan tegangan
B transient yang dapat merusak dalam 3 (tiga) cara,
yaitu : (2)
2. Inductive Coupling
Merupakan kopling yang terjadi akibat
mengalirnya arus petir melalui suatu obyek
(bangunan A) sehingga timbul medan magnet
akibat arus petir tadi karena adanya induktansi pada
penghantar dari gedung A. Akibatnya gedung B
akan merasakan induksi magnetik dimana
konduktor yang terdapat pada gedung B yang
berdekatan dengan gedung A akan bertegangan.
3. Capasitive Coupling
Akibat konsentrasi muatan pada awan petir,
maka permukaan bumi akan terinduksi. Setelah arus
petir menyambar gedung A, akan terdistribusi
muatan-muatan negatif pada gedung tersebut.
Indonesia Power UJP Pangkalan Susu terhadap Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power ujp
kebutuhan proteksi petir eksternal maupun pangkalan susu
mengetahui tingkat proteksinya dengan Indeks C : 3
menggunakan PUIPP (Peraturan Umum Instalasi Indeks D : 0
Penangkal Petir) dan Standar Nasional Indonesia Indeks E : 6
(SNI 03-7015-2004).
Maka didapatkan indeks perkiraan bahaya
4.4.Jarak perlindungan batang penangkal petir sambaran petir (R) adalah :
Jarak sambaran petir mulai di perhitungkan
sebagai parameter yang menentukan ketika R = Indeks A + Indeks B + Indeks C + Indeks D +
dijumpai masalah penentuan tinggi batang Indeks E
penangkal petir untuk suatu ulasan tertentu. Dengan
demikian jika ada lidah petir yang melampaui jarak R=2+2+3+0+6
sambaran ini, maka terjadi pelepasan muatan R = 13
melalui lidah petir ini kesasaran.
Dari persamaan dibawah ini dapat ditentukan Di mana R >12, sehingga diambil kesimpulan
daerah perlindungan yang diberikan oleh batang bahwa gedung Perkantoran/administrasi PT.
penangkal petir terhadap suatu bangunan. Indonesia Power UJP Pangkalan Susu sangat
memerlukan proteksi petir.
4. Menentukan efisiensi SPP (Sistem Proteksi Susu berada dalam kerucut protektif batang
Petir) lalu kemudian menentukan tingkat terminasi udara.
proteksi. Ketinggian puncak terminasi udara dari
Dari stasiun BMG – Medan diperoleh nilai permukaan tanah diperoleh 42,4 m (22,8 m + 19,6
frekuensi sambaran petir tahunan setempat (Nc) m).
yang diperbolehkan adalah 10-1/ tahun. Nilai Nd >
Nc maka diperlukan sistem proteksi petir dan 4.5.2 Konduktor Penyalur
efisiensi SPP dapat dihitung berdasarkan rum yaitu: Konduktor penyalur merupakan konduktor yang
E = 1 – Nc / Nd menyalurkan arus petir yang diterima oleh terminasi
E = 1 – 0,1 / 0,707098 udara baik itu vertikal maupun horizontal untuk
E = 0,858 kemudian disalurkan menuju bumi. Mengingat arus
Maka berdasarkan tabel didapatkan bahwa petir sangat besar, maka konduktor penyalur yang
gedung Perkantoran/administrasi PT. Indonesia disediakan sebaiknya lebih dari satu agar arus petir
Power UJP Pangkalan Susu mempunyai tingkat tersebut dapat terbagi–bagi.
proteksi IV. Setelah ditentukan jenis bahan, maka
selanjutnya adalah menentukan luas penampang
4.5.Perencanaan Komponen Sistem Proteksi dari konduktor. Dari tabel, luas penampang
Eksternal minimum yang diperbolehkan adalah 16 mm2. Akan
4.5.1 Terminasi Udara tetapi karena konduktor penyalur dihubungkan
Telah diketahui bahwa tingkat proteksi gedung dengan terminasi bumi, dimana luas penampang
Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power UJP minimum untuk terminasi bumi adalah 50 mm2,
Pangkalan Susu adalah tingkat IV dan menurut tabel maka luas penampang dari konduktor penyalur pun
dapat dilihat bahwa untuk gedung lebih baik bila disesuaikan dengan terminasi
Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power ujp buminya. Maka luas penampang konduktor
pangkalan susu dimana tinggi (h) adalah 25 m, penyalur yang dipilih adalah 50 mm2.
maka didapatkan sudut proteksi yang dipakai adalah
55°. Dengan kata lain, perancangan penempatan 4.5.3 Terminasi Bumi (Grounding System)
proteksi petir eksternal ditentukan dengan Seperti yang sudah ketahui bahwa fungsi dari
menggunakan metode sudut proteksi (angle sistem terminasi bumi adalah menyalurkan arus
protectionmethod). petir secara aman kebumi. Dari beberapa jenis
Bahan yang digunakan untuk terminasi udara elektroda pembumian yang sudah dibahas
dipilih adalah tembaga, sehingga menurut tabel sebelumnya, maka susunan tipe A dipilih untuk
luas penampang minimum yang diperbolehkan terminasi bumi, tipe ini terdiri dari elektroda
adalah 35 mm2. Akan tetapi karena terminasi udara vertikal dan radial.
dihubungkan dengan konduktor penyalur, dimana Ukuran minimum bahan terminasi bumi adalah
luas penampang minimum untuk konduktor 50 mm2, maka kabel yang disambungkan pada
penyalur adalah 50 mm2, maka luas penampang dari elektroda pembumian adalah kabel tembaga 50
terminasi udara pun lebih baik jika disesuaikan mm2. Sedangkan untuk elektroda pembumian
dengan konduktor penyalurnya, yaitu 50 mm2. dipilih juga bahan yang terbuat dari tembaga.
Berdasarkan kriteria yang telah dibuat di dalam SNI Panjang minimum elektroda pembumian yang
03-7015-2004, tinggi terminasi udara tak terisolasi diperlukan adalah 5 meter.
adalah antara 2 – 3 m. Berdasarkan pengukuran tahanan tanah yang
Bila direncanakan batang terminasi udara dilakukan, pada kedalaman tanah 50 cm diperoleh
dengan metode sudut proteksi hanya menggunakan tahanan tanah sebesar 2,85 ohm.
satu batang penangkap petir, maka terminasi udara Jadi intinya tahanan tanah harus dibawah 5 ohm
ditempatkan tepat ditengah pada atap gedung. per cm, tahanan tanah dipengaruhi oleh tahanan
Dengan sudut proteksi sebesar 55°, batang jenis tanah dan kedalamannya.
terminasi udara harus ditempatkan sedemikian
sehingga dengan ketinggian puncak batang
terminasi udara, gedung Perkantoran/administrasi
PT. Indonesia Power UJP Pangkalan Susu berada
dalam kerucut protektif batang terminasi udara.
Karena batang terminasi udara dengan metode
sudut proteksi dirancang hanya menggunakan satu
batang penangkap petir, maka terminasi udara
ditempatkan tepat ditengah pada atap Lt. 4 gedung.
Dengan sudut proteksi yang diperoleh sebesar 55°,
tinggi terminasi udara minimum yang dipasang
pada atap Lt. 4 adalah 22, 8 m. Sehingga dengan
ketinggian puncak batang terminasi udara tersebut,
Gambar 4. Penempatan Terminasi Bumi
setiap sudut bangunan gedung Perkantoran/
administrasi PT. Indonesia Power UJP Pangkalan
[4] Hasse, P., 1988, Overvoltage Protection Of [9] SNI 03-7015-2004, Sistem Proteksi Petir
Low Voltage System, Short Run Press Ltd., pada Bangunan Gedung, Stándar Nasional
England. Indonesia.
[5] Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir [10] T. Rosman Pasaribu, 2007, Analisis Proteksi
Untuk Bangunan di Indonesia.1983, Eksternal dan Internal Petir Pada Bangunan
Direktorat penyelidikan masalah bangunan. Gedung PT. INDOSAT Medan terhadap
Jakarta. sambaran petir, Departemen Teknik Elektro
[6] Razevig, Prof.D.V., 1978, High Voltage Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
Engineering, Khana Publisher, Delhi. Medan.
[7] Reynaldo Zoro; Proteksi Terhadap Tegangan [11] Vevyola Betsy, 2005, Studi Mengenai
Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik, ITB Perencanaan Proteksi Petir Eksternal Pada
Bandung. Bangunan Atau Gedung (Aplikasi pada
[8] Riyatno, Agus, 2012, Studi Proteksi Gedung Indosat – Medan), Departemen
Eksternal pada Gedung Bertingkat Terhadap Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Efek Sambaran Petir,Teknik Elektro ITM. Sumatera Utara.