Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru....

Metode Terbaru Perancangan Proteksi Petir Eksternal


Pada Pembangkit Listrik
Zulkarnain Lubis1), Solly Aryza2), Selly Annisa3)
1)
Institut Teknologi Medan ; dr.zulkarnainlubis@itm.ac.id
2)
Universitas Pembangunan Pancabudi ; sollyaryzalubis@gmail.com
3)
Universitas Negeri Medan ; sellyannisalubis@gmail.com

Abstrak
Dalam rangka meningkatkan pengaman dan perlindungan terhadap suatu bangunan gedung, baik itu bangunan
gedung pemerintahan, perindustrian, perkantoran maupun perumahan, khususnya pada gedung Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Maka pemeliharaan sarana yang terdapat di luar dan dalam gedung
haruslah ditangani secara baik dan benar. Kerusakan pada sarana dan peralatan pada suatu bangunan banyak
diakibatkan oleh sambaran petir. Untuk itu diperlukan suatu peralatan proteksi yang handal agar dapat
melindungi dan mengamankan bangunan gedung tersebut, sehingga sarana yang terdapat didalamnya dapat
berfungsi dengan baik. Dari beberapa sistem penangkal petir (SPP) yang ada, dalam hal ini gedung
perkantoran/administrasi yang dianalisa pada penelitian ini menggunakan tipe konvensional (franklin rod),
dengan jarak perlindungan 22,8 m.

Kata Kunci : Penangkal Petir, Peralatan Proteksi, Efek, External.

I. PENDAHULUAN perkuliahan di Institut Teknologi Medan, maka


penulis mencoba merencanakan suatu sistem
Indonesia termasuk daerah tropis yang terletak pengaman terhadap bahaya sambaran petir pada
di daerah katulistiwa dengan jumlah hari guruh PT.Indonesia Power, Gedung perkantoran/
pertahun/petir (Thunderstormdays) yang sangat administrasi UJP (unit jasa pembangkit) PLTU
tinggi sehingga memungkinkan banyak terjadinya Pangkalan Susu.
bahaya dengan kerusakan yang ditimbulkan pada
harta benda dan kematian pada mahluk hidup yang II. TINJAUAN PUSTAKA
ada disekitarnya akibat sambaran petir. Sambaran
petir juga dapat menimbulkan gangguan pada 2.1. Tegangan Lebih Surya Petir
sistem tenaga listrik. Setiap peralatan yang Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan
menggunakan energi listrik atau elektronika dapat listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam
menjadi sasaran sambaran petir secara tidak bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan
langsung melalui radiasi, konduksi atau induksi muatan ini dapat terjadi dalam 2 (dua)
elektromagnetik dari sambaran petir tersebut. kemungkinan, yaitu :
Teknologi elektronika saat ini berkembang a. Lightning Flash yaitu pelepasan muatan
dengan sangat pesat, hampir seluruh aspek diantara awan-awan ataupun antara pusat-
kehidupan tidak terlepas dari peralatan elektronik pusat muatan di dalam awan tersebut.
dan mikroprosesor. Kecepatan prosesnya yang b. Lightning Strike yaitu pelepasan muatan
semakin tinggi, ukurannya kecil, kapasitasnya besar antara awan bermuatan dengan tanah.
dan lain-lain, namun kekuatan isolasinya rendah
sehingga komponen ini sangat rawan terhadap Lebih banyak pelepasan muatan (discharge)
pengaruh impuls elektromagnetik, terutama impuls terjadi antara awan-awan dan di dalam awan itu
elektromagnetik yang disebabkan oleh sambaran sendiri daripada pelepasan muatan yang terjadi
petir. antara awan bermuatan dengan tanah. Tetapi petir
Bangunan–bangunan bertingkat menjadi objek awan – tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
sambaran petir karena merupakan daerah yang menyebabkan kerusakan pada benda-benda di
paling tinggi, karena sifat petir menyambar sebuah permukaan tanah. Petir merupakan proses alam
bangunan yang paling tinggi permukaannya untuk yang terjadi di atmosfir bumi pada waktu hujan
menyalurkan arusnya ke bumi untuk dinetralisir. (thunderstorm). Muatan-muatan tersebut akan
Efek gangguan yang ditimbulkan akibat sambaran terkonsentrasi di dalam awan atau bagian dari awan
petir ini semakin besar sesuai dengan semakin dan muatan yang berlawanan akan timbul pada
tingginya dan semakin luasnya areal bangunan permukaan tanah di bawahnya. Jika muatan
tersebut. Kerugian yang disebabkan sambaran petir bertambah, beda potensial antara awan dan tanah
sangat fatal sekali dampaknya, karena itu untuk akan naik, maka kuat medan listrik di udara pun
menanggulangi dampak dari bahaya sambaran akan meningkat. Jika kuat medan listrik ini melebihi
langsung petir, maka sistem proteksi bangunan kekuatan dielektrik diantara awan-awan tersebut,
sangat diperlukan. Dan karena penulis mengikuti maka akan terjadi pelepasan muatan (petir). Kuat

Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019 26


Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

medan listrik yang diperlukan untuk memulai aliran leader berubah-ubah dimana ia mencari udara yang
(streamer) adalah EB = 10 – 40 kV/m, pada awan mempunyai kekuatan dielektrik yang paling rendah
yang mempunyai ketinggian 1 – 2 km di atas tanah untuk dilalui sehingga secara keseluruhan jalannya
dapat menghasilkan tegangan 100 MV. (Aris tidak lurus dan patah-patah. Setiap sambaran petir
Munandar, Artono :”Teknik Tegangan Tinggi”, PT. bermula dari suatu lidah petir (stepped leader) yang
Pradnya Paramita, Jakarta, 1990.). bergerak turun (down leader) dari awan bermuatan.
Panjang setiap stepped leader ini sekitar 50 m
2.2 Mengondensasi sehingga terbentuklah awan (dalam rentang 3–200 m), dalam interval waktu
seperti yang kita lihat (Proses Terjadinya antara setiap ± 50µs (30-125µs). Dari waktu ke
Petir) waktu, dalam perambatannya ini stepped leader
Awan dapat terbentuk jika udara yang mengalami percabangan sehingga terbentuk lidah
mengandung air bergerak ke atas. Pada daerah yang petir yang bercabang-cabang.
lebih tinggi, maka tekanan dan suhu atmosfir akan Ketika leader bergerak mendekati bumi, akan
lebih rendah sehingga udara yang mengandung uap terdapat beda potensial yang makin tinggi antara
air akan mengembang dan menjadi dingin. Sebagian ujung stepped leader dengan bumi sehingga
uap airnya Gambar 2.1.a) terbentuklah pelepasan muatan mula yang berasal
Awan yang dapat mengakibatkan petir adalah dari bumi atau obyek pada bumi yang bergerak ke
awan cummulonimbus. Disebut demikian karena atas menuju ujung stepped leader. Pelepasan
terjadi pemisahan muatan (polarisasi) akibat adanya muatan mula ini disebut upward streamer. Apabila
angin keras yang meniup awan lebih tinggi. upward streamer telah masuk dalam zona jarak
Polarisasi yang terjadi pada awan cummulonimbus sambaran atau striking distace, terbentuklah petir
dapat dijelaskan dengan menggunakan dasar teori penghubung (connecting leader) yang
listrik statis. Pemisahan muatan (polarisasi) terjadi menghubungkan ujung stepped leader dengan
akibat adanya angin keras dapat menyebabkan obyek yang disambar. Setelah itu timbullah
turbulensi. Angin keras ke atas (updraft) membawa sambaran balik (return strike) yang bercahaya
butiran-butiran air (small liquid water droplets) sangat terang bergerak dari bumi atau obyek menuju
yang terdapat pada awan ke daerah yang suhunya awan dan kemudian melepaskan muatan di awan.
sangat rendah (freezing level). Di lain sisi, angin Jalur yang ditempuh oleh return strike adalah sama
keras ke bawah (downdraft) membawa bongkahan- dengan jalur turunnya stepped leader, hanya
bongkahan es ke daerah yang lebih rendah. Saat arahnya saja yang berbeda. Setelah itu terjadi juga
butiranbutiran air dan bongkahan-bongkahan es tadi sambaran susulan (subsequent strike) dari awan
berbenturan, maka akan dilepaskan panas yang menuju bumi akibat belum pulihnya udara yang
dapat membuat ukuran bongkahan-bongkahan es menjadi tempat jalannya sambaran yang pertama.
menjadi lebih kecil disebut soft hail/graupels. Sambaran susulan tidak memiliki percabangan dan
Dengan adanya awan yang bermuatan akan timbul bisa disebut lidah panah (dart leader). Pergerakan
muatan induksi pada muka bumi, hingga timbul dart leader ini sekitar 10 kali lebih cepat dari leader
medan listrik. Mengingat dimensinya, bumi yang pertama. (Aris Munandar, Artono :”Teknik
dianggap rata terhadap awan. Jadi awan dan bumi Tegangan Tinggi”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
dapat dianggap sebagai kedua plat kondensator. Jika 1990.).
medan listrik yang terjadi melebihi kekuatan
dielektrik udara (kekuatan tembus udara), maka 2.4. Karakteristik Terpa Arus Petir
akan terjadi pelepasan muatan. Pada saat itulah 2.4.1. Parameter Umum Petir (6)
terjadi petir.(6)Kondisi ketidakmantapan di dalam Petir yang terjadi secara umum memiliki
atmosfer dapat saja timbul akibat pemisahan, tidak beberapa parameter, antara lain ;
seperti yang terjadi di atas. Misalnya, muatan yang a. Muatan lokal yang dipindah adalah 150 – 300
perpisahannya terjadi ke arah horizontal, yang Coulomb.
kemudian menimbulkan pelepasan muatan antara b. Puncak arus yang dicapai adalah 100 – 200 kA
dua awan. Atau pemisahan muatan vertikal tersebut c. Muatan petir 50 – 100 Coulomb.
dapat terjadi sebaliknya, hingga arah pelepasan d. Kecuraman kenaikan arus (di/dt) 100 – 200
muatan atau petir menjadi terbalik. (Hasse, P., kA/ms.
Overvoltage Protection Of Low Voltage System,
Short Run Press Ltd., England. 1988). 2.4.2. Bentuk Arus Petir (6)
Bagian penting dari sambaran petir yang
2.3 Tahapan Sambaran Petir Ke Tanah merupakan bagian utama sambaran adalah
Pada saat gradien tegangan di awan melebihi sambaran balik, dimana muatan sel dalam awan
harga tembus udara yang terionisasi, terjadilah pilot petir dilepaskan ke bumi. Bila terjadi aktifitas
streamer yang menentukan arah perambatan pengumpulan atau pembentukan muatan pada
muatan dari awan ke udara yang ionisasinya rendah, awan, maka induksi muatan dengan polaritas yang
hal ini diikuti oleh adanya titik cahaya. berlawanan terjadi di permukaan bumi. Akibat
Kemudian gerakan pilot streamer yang diikuti peristiwa tersebut timbullah medan listrik yang kuat
dengan lompatan-lompatan titik-titik cahaya yang diantara awan dan bumi. Medan listrik yang amat
dinamakan stepped leader. Arah setiap stepped kuat itu membuat obyek yang terdapat di

27 Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru....

permukaan bumi dan biasanya di tempat yang Dari Gambar 1 dapat dilihat, walaupun kedua
tinggi, misalnya menara, gedung-gedung, pohon- obyek (A dan B) memiliki konduktifitas jenis yang
pohon dan lain-lain melepaskan muatan ion positif sama dan ukuran tinggi yang sama, namun yang
yang berasal dari bumi. Ion positif ini membuat tersambar adalah obyek A. Hal ini dikarenakan
semacam pita di udara yang bergerak ke arah pita obyek A lebih dekat dengan sumber petir (awan),
yang dibentuk oleh ion negatif awan. Apabila kedua sehingga medan listrik menjadi lebih besar.
pita ini bertemu di satu titik di udara, maka Apabila permukaan pada Gambar 2.7. dianggap
terjadilah sambaran balik (return strike). Pada saat rata, maka obyek yang cenderung tersambar adalah
inilah mengalir arus petir dari udara ke bumi obyek yang jaraknya paling dekat dengan sumber
melalui saluran yang dibentuk oleh kedua ujung pita petir karena medan listriknya lebih besar.Bukan
tersebut. Arus pada kebanyakan sambaran berasal tidak mungkin pula sebuah bangunan yang tinggi
dari sel yang bermuatan negatif dalam awan petir, tidak disambar petir pada puncaknya, melainkan
sehingga arus sambaran merupakan aliran negatif disambar pada bagian dasar ataupun tengah
dari awan ke tanah. Jarang ditemukan sambaran bangunan. Hal seperti ini dapat terjadi karena
yang berasal dari sel positif. Kedua polaritas adanya lompatan dari stepped leader. ( Reynaldo
mempunyai aliran arus yang seragam. (Peraturan Zoro; “Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada
Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan Sistem Tenaga Listrik“, ITB Bandung.).
di Indonesia.
2.5.2. Kepadatan Sambaran Petir
2.4.3. Pengaruh Polaritas Awan Dalam perencanaan pengaman terhadap
Bagian dasar awan kebanyakan bermuatan sambaran petir, angka kepadatannya (frekuensi)
negatif, tetapi dapat juga bermuatan positif. harus ditinjau dahulu untuk menentukan mutu
Polaritas ini berpengaruh pada besar arus dan juga pengaman yang akan dipasang. Hal tersebut dapat
arah arus petir. diketahui dengan menggunakan peta hari guruh
Di bawah awan positif, arus sambaran perintis pertahun (Isokeraunik Level), kemudian mencari
berkisar antara 1000 – 3000 A, sedangkan di bawah harga korelasinya dengan kepadatan sambaran petir
awan negative, berkisar antara 50 – 300 A. Tetapi ke tanah.
sambaran balik (return strike) berkisar 8 – 150 kA Menurut standar yang dipakai dalam tugas akhir
di bawah awan negatif dan sampai 300 kA di bawah ini yaitu SNI 03-7015-2004, maka kepadatan
awan positif. (Razevig, Prof.D.V., High Voltage sambaran petir adalah :
Engineering, Khana Publisher, Delhi. 1978.). Ng = 0.04. Td1,25 per km2/tahun dimana Td
adalah jumlah hari guruh pertahun yang diperoleh
2.5. Mekanisme Sambaran Petir (6) dari peta Isokeraunik atau tabel yang dikeluarkan
2.5.1. Pengaruh Bentuk Permukaan Bumi Dan oleh BMKG. Semakin besar harga kepadatan
Jarak Obyek Ke Sumber Petir sambaran petir pada suatu daerah, maka semakin
Petir lebih cenderung menyambar tempat- besar kebutuhan bangunan tersebut akan proteksi
tempat yang tinggi di permukaan bumi. Hal ini petir. (Vevyola Betsy, Studi mengenai perencanaan
disebabkan karena kuat medan disekitar ujung atau proteksi petir eksternal pada bangunan atau
puncak bangunan tersebut lebih rapat dan sifat dari gedung (Aplikasi pada Gedung Indosat – Medan),
muatan akan cenderung mengumpul pada puncak Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
atau ujung dari bagian yang runcing, begitu pula Universitas Sumatera Utara, 2005.).
tepian-tepian runcing bangunan. Selain itu, pada
daerah yang tinggi di permukaan bumi berarti jarak 2.6. Mekanisme Terjadinya Kerusakan Pada
antara obyek tersebut dengan leader adalah lebih Daerah Yang Dilindungi
dekat dibandingkan dengan obyek pada daerah Sambaran petir dapat mengakibatkan kerusakan
dengan permukaan yang relatif datar, sehingga kuat fisik pada bangunan dan manusia di suatu area
medan listrik yang dihasilkan pun akan lebih tinggi. karena adanya perbedaan potensial di tanah,
bangunan, peralatan dan manusia yang terjadi
dalam waktu yang relatif singkat antara 1- 10 mikro
detik dan memiliki arus discharge rata-rata 30 kA –
80 kA. Dengan arus sebesar itu dan kenaikan dalam
waktu yang singkat, maka kerusakan tidak dapat
dihindarkan. (SNI 03-7015-2004, Sistem Proteksi
Petir pada Bangunan Gedung, Stándar Nasional
A Indonesia, 2004.).
Sambaran petir juga menimbulkan tegangan
B transient yang dapat merusak dalam 3 (tiga) cara,
yaitu : (2)

Gambar 1. Pengaruh bentuk permukaan bumi

Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019 28


Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

1. Galvanized Coupling (Ohmic Coupling)


Merupakan kopling yang terjadi akibat adanya 2.Sistem Disipasi (Dissipation Array System)
perbedaan tegangan antara dua bangunan pada saat Pada prinsipnya, Dissipation Array System
petir menyambar. Perbedaan tegangan ini terjadi (DAS) tidak bertujuan untuk mengundang arus petir
karena perbedaan tahanan pembumian pada agar menyambar terminasi udara yang sudah
bangunan. Pada Gambar 2.8.a dapat dilihat bahwa disediakan, melainkan membuyarkan arus petir agar
saat gedung A dialiri arus petir, maka akan terdapat tidak mengalir ke daerah yang dilindungi.
tegangan pada pembumian gedung B akibat tahanan Gambar berikut (Gambar 2) menggambarkan
pembumian yang dimiliki gedung tersebut sehingga konsep dari proteksi petir sistem disipasi (DAS).
arus dapat mengalir pada gedung B.

2. Inductive Coupling
Merupakan kopling yang terjadi akibat
mengalirnya arus petir melalui suatu obyek
(bangunan A) sehingga timbul medan magnet
akibat arus petir tadi karena adanya induktansi pada
penghantar dari gedung A. Akibatnya gedung B
akan merasakan induksi magnetik dimana
konduktor yang terdapat pada gedung B yang
berdekatan dengan gedung A akan bertegangan.

3. Capasitive Coupling
Akibat konsentrasi muatan pada awan petir,
maka permukaan bumi akan terinduksi. Setelah arus
petir menyambar gedung A, akan terdistribusi
muatan-muatan negatif pada gedung tersebut.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Proteksi Gedung Bertingkat Terhadap


Bahaya Sambaran Petir
Gambar 2. Konsep dari Dissipation Array System
Sambaran petir dapat menimbulkan gangguan
pada sistem tenaga listrik. Pada bangunan atau 3.3 Hari Guruh
gedung bertingkat, efek gangguan akibat sambaran Menurut definisi WMO (World Meteorological
petir ini semakin besar sesuai dengan semakin Organization), jumlah hari guruh adalah banyaknya
tinggi dan luasnya areal bangunan atau gedung hari dimana terdengar guntur paling sedikit satu kali
tersebut. Penyebab daripada kerusakan-kerusakan dalam 1 hari / 1 tahun pada jarak sekitar 15 km dari
yang diakibatkan oleh sambaran petir, terutama stasiun pengamatan.
adalah besar (amplitudo) dari arus petir dan Hari guruh ini disebut juga hari badai guntur
kecuraman arus petir, dimana amplitudo arus petir (Thunderstorm day). Data meteorologi dari Badan
berkisar antara 5kA sampai 200 kA. Kerusakan- Meteorologi dan Geofisika menunjukkan adanya
kerusakan pada bangunan yang tersambar dapat beberapa daerah di Indonesia yang jumlah hari
berupa kerusakan thermis, misalnya bagian yang badai guntur per tahunnya cukup tinggi, antara lain
tersambar terbakar dan dapat pula berupa kerusakan : sebagian daerah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa
mekanis, misalnya bagian atap bangunan retak atau tengah, Jawa Timur, dan daerah Papua dimana hari
tembok bangunan retak atau runtuh. badai gunturnya lebih dari 100 hari per tahun.
3.2. Sistem Proteksi Petir 3.4 Besarnya Kebutuhan Bangunan Akan
1.Sistem Dengan Penangkap Petir Sistem Proteksi Petir
Prinsip kerja dari sistem ini adalah : Suatu instalasi proteksi petir harus dapat
o Harus menyediakan titik pada ujung bangunan melindungi semua bagian dari bangunan, termasuk
yang diamankan untuk sasaran sambaran petir, juga manusia dan peralatan yang berada didalamnya
dengan harapan petir akan menyambar titik itu terhadap bahaya dan kerusakan akibat sambaran
terlebih dahulu. petir. Bahaya dan kerusakan tersebut dapat
o Harus menyediakan saluran untuk menyalurkan dihindarkan bila instalasi penangkal petir
arus petir ke tanah. memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang
o Harus menyediakan sistem pembumian untuk sesuai dengan kebutuhan perlindungan.
mendistribusikan arus petir yang masuk ke Instalasi-instalasi bangunan yang berdasarkan
tanah dengan merata agar tidak menimbulkan letak, bentuk, penggunaannya dianggap mudah
kerusakan atau bahaya pada bagian dari terkena sambaran petir dan perlu diberi proteksi
bangunan atau pada manusia yang sedang petir adalah :
berada disekitarnya.

29 Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru....

a. Bangunan-bangunan tinggi, seperti gedung- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


gedung bertingkat, menara-menara, cerobong-
cerobong pabrik. 4.1. Perancagan Proteksi Petir
b. Bangunan-bangunan penyimpan bahan mudah Gedung perkantoran PLTU (PT. Indonesia
terbakar atau mudah meledak, misalnya Power) merupakan gedung Pusat Administrasi UJP
seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang-gudang Pangkalan susu yang terletak di Desa Tanjung Pasir,
penyimpanan bahan peledak, gudang-gudang Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,
penyimpanan cairan atau gas yang mudah Provinsi Sumatera Utara.
meledak, dan lain-lain. Jumlah manusia dalam gedung ini terdapat ±
c. Bangunan-bangunan untuk umum, misalnya 300 hingga 400 orang setiap harinya, dan karena
gedung-gedung pertunjukan, gedung-gedung gedung ini merupakan pusat administrasi
sekolah, stasiun dan lain-lain. PT.Indonesia Power, PLTU Pangkalan Susu maka
d. Bangunan-bangunan yang berdasarkan fungsi terdapat banyak peralatan listrik dan elektronik
khusus perlu dilindungi secara baik misalnya pendukung administrasi seperti komputer unit,
museum, gedung arsip negara. jaringan internet, jaringan telepon (PABX),dll.
Sesuai dengan ketentuan IEC yang disahkan bulan
Adapun prosedur penentu perlu/ tidaknya Agustus 1989, maka system penangkal petir yang
proteksi eksternal dapat dilihat pada Gambar 3. sempurna terdiri dari 2 bagian, yaitu :
diagram alir dibawah ini : 1. Proteksi External
2. Proteksi Internal
Mulai 4.2. Pemasangan Penangkal Petir
Dalam pemasangan penangkal petir, hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
Data : -Dimensi dari posisi
-Kerapatan sambaran Ng 4.2.1. ElektroDa Penangkal Petir
Elektroda pengaman ini terdiri dari atas pipa
besi dan elektroda runcing yang di bangun dengan
Hitung:
menggunakan drak ulir. Persambungan pipa dengan
-Area ekivalen Ae elektroda runcing harus di beri isolasi agar
-Frekuensi sambaran ke bangunan keduanya tidak tersambung secara listrik. Ini
Nd = Ng x Ae bertujuan apabila terjadi petir dan menyambar
-Tentukan Jumlah kejadian kritis Nc elektroda yang runcing kemudian arus petir tidak
dari BMG terhubung dengan pipa besi sehingga bangunan /
Gedung menjadi lebih aman , untuk itu di usahakan
arus petir tidak terhubung dengan bangunan yang
dilindunginya. Pemakaian elektroda pengaman
menurut panjang dan lebar bangunan sehingga
dapat diketahui tinggi elektroda yang digunakan.
Tidak
Apakah :
Nd < Nc 4.2.2.Ujung penangkal petir (Spitzen)
Ujung penangkal petir (Spitzen) ini dipasang
pada ujung pipa besi galvanis berukuran 1 ½ yang
Ya
diberi lubang tempat elektroda penghantar dan juga
diberi baut pengunci dari bahan tembaga, yang
Hitung
bertujuan untuk mempermudah pengendalian
E = 1 – (Nc / Nd)
penangkap petir, karena sifat petir yang selalu
menyambar bagian permukaan yang tinggi dan
runcing. Pada persambungan pipa besi diberi isolasi
Tentukan agar antara pipa besi dengan elektroda runcing tidak
Efisiensi SPP terhubung secara listrik, yang bertujuan untuk
menjaga agar petir tidak terhubung langsung
dengan pipa besi.

Rancang Tindakan Proteksi Tidak


4.3.Analisa Kebutuhan Pada Gedung
Proteksi diperlukan Perkantoran/Administrasi PT. Indonesia
Power UJP (Unit Jasa Pembangkit) PLTU
Pangkalan Susu.
Gambar 3. Diagram alir menentukan kebutuhan Hari guruh (Td) menurut data dari BMKG 136.
tingkat proteksi Frekuensi sambaran petir yang diperolehkan pada
gedung : 10-1/tahun. Maka dari data, dapat dicari
kebutuhan gedung Perkantoran/administrasi PT.

Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019 30


Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

Indonesia Power UJP Pangkalan Susu terhadap Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power ujp
kebutuhan proteksi petir eksternal maupun pangkalan susu
mengetahui tingkat proteksinya dengan Indeks C : 3
menggunakan PUIPP (Peraturan Umum Instalasi Indeks D : 0
Penangkal Petir) dan Standar Nasional Indonesia Indeks E : 6
(SNI 03-7015-2004).
Maka didapatkan indeks perkiraan bahaya
4.4.Jarak perlindungan batang penangkal petir sambaran petir (R) adalah :
Jarak sambaran petir mulai di perhitungkan
sebagai parameter yang menentukan ketika R = Indeks A + Indeks B + Indeks C + Indeks D +
dijumpai masalah penentuan tinggi batang Indeks E
penangkal petir untuk suatu ulasan tertentu. Dengan
demikian jika ada lidah petir yang melampaui jarak R=2+2+3+0+6
sambaran ini, maka terjadi pelepasan muatan R = 13
melalui lidah petir ini kesasaran.
Dari persamaan dibawah ini dapat ditentukan Di mana R >12, sehingga diambil kesimpulan
daerah perlindungan yang diberikan oleh batang bahwa gedung Perkantoran/administrasi PT.
penangkal petir terhadap suatu bangunan. Indonesia Power UJP Pangkalan Susu sangat
memerlukan proteksi petir.

( a – √2 – ) +(h- ) = 4.4.2.Penentuan Tingkat Proteksi Berdasarkan


Dimana : SNI 03-7015-2004
α = Jarak radial dari penangkal petir (m) Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3, maka
H = Tinggi batang penangkal petir diatas tanah (m) dapat dihitung nilai-nilai yang diperlukan untuk
= Jarak sambaran petir (m) menentukan tingkat proteksi gedung
ℎ = Tinggi gedung (m) Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power UJP
Pangkalan Susu.
Hasil survey yang dilakukan di Gedung
Perkantoran/administrasi PT.Indonesia Power UJP 1. Menghitung kerapatan sambaran petir ke
PLTU Pangkalan Susu, dengan ketinggian gedung tanah rata-rata tahunan (Ng).
mencapai 25 meter, panjang 70 meter, dan lebar 45
meter, maka dapat ditentukan jarak perlindungan Ng dapat dihitung berdasarkan rumus (2) yaitu :
yang diberikan oleh batang penangkal petir Ng = 0,04 x Td1,25 / km2 / tahun
terhadap gedung tersebut adalah : Ng = 0,04 x 1361,25
Ng = 18,5773 /km2 / tahun.
Diketahui : h = 25 m
H = 30 m 2. Menghitung area cakupan ekivalen gedung
Harga arus yang diambil minimum 10 KA Perkantoran/administrasi PT. Indonesia
= 9,4 X 10 2/3 = 43, 6 m Power UJP Pangkalan Susu (Ae).
Area cakupan ekivalen untuk gedung
Hitung : Jarak perlindungan yang akan diberikan Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power UJP
oleh batang penangkal petir (α ) penyelesaian, Pangkalan Susu yang mempunyai panjang (a) 70m
; lebar (b) 45 m dan tinggi (h) 25 m dapat dihitung
( α – √2 – ) +(h- ) = berdasarkan rumus (4) yaitu :
( α – √2 30 43,6 – 30 ) + ( 25 – 43,6) =
Ae = ab + 6h (a + b) + 9Πh2
43,6
Ae = (70 x 45) + {(6 x25).(70+ 45) + 9 x Π x (25)2
(α - √2616 – 900 ) + ( -18,6 ) = 1900,96 Ae = 38.062,5 m2
(α – √1716 ) + 345,96 = 1900,96
(α - 41,42) = 1900,96 – 345,96 3. Menghitung frekuensi sambaran petir
α - 82,84 α + 1715,61 = 1555 langsung (Nd) yang diperkirakan pada
, – ,
α - 82,84 α – 84,65= =-1,81 M bangunan/gedung Perkantoran/ administrasi
PT. Indonesia Power UJP Pangkalan Susu
4.4.1.Penentuan Kebutuhan Bangunan Akan Frekuensi sambaran petir langsung (Nd) yang
Proteksi Petir Berdasarkan Peraturan diperkirakan ke struktur yang diproteksi didapatkan
Umum Instalasi Penangkal Petir berdasarkan rumus (3) yaitu :
(PUIPP).
Penentuan kebutuhan bangunan akan proteksi Nd = Ng x Ae x 10-6 / tahun
petir berdasarkan PUIPP yaitu dengan Nd = 18,5773 x 38.062,5 x 10-6
menggunakan data hari guruh (thunderstorm days) Nd = 0,707098/ tahun
di Medan, maka untuk gedung

31 Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru....

4. Menentukan efisiensi SPP (Sistem Proteksi Susu berada dalam kerucut protektif batang
Petir) lalu kemudian menentukan tingkat terminasi udara.
proteksi. Ketinggian puncak terminasi udara dari
Dari stasiun BMG – Medan diperoleh nilai permukaan tanah diperoleh 42,4 m (22,8 m + 19,6
frekuensi sambaran petir tahunan setempat (Nc) m).
yang diperbolehkan adalah 10-1/ tahun. Nilai Nd >
Nc maka diperlukan sistem proteksi petir dan 4.5.2 Konduktor Penyalur
efisiensi SPP dapat dihitung berdasarkan rum yaitu: Konduktor penyalur merupakan konduktor yang
E = 1 – Nc / Nd menyalurkan arus petir yang diterima oleh terminasi
E = 1 – 0,1 / 0,707098 udara baik itu vertikal maupun horizontal untuk
E = 0,858 kemudian disalurkan menuju bumi. Mengingat arus
Maka berdasarkan tabel didapatkan bahwa petir sangat besar, maka konduktor penyalur yang
gedung Perkantoran/administrasi PT. Indonesia disediakan sebaiknya lebih dari satu agar arus petir
Power UJP Pangkalan Susu mempunyai tingkat tersebut dapat terbagi–bagi.
proteksi IV. Setelah ditentukan jenis bahan, maka
selanjutnya adalah menentukan luas penampang
4.5.Perencanaan Komponen Sistem Proteksi dari konduktor. Dari tabel, luas penampang
Eksternal minimum yang diperbolehkan adalah 16 mm2. Akan
4.5.1 Terminasi Udara tetapi karena konduktor penyalur dihubungkan
Telah diketahui bahwa tingkat proteksi gedung dengan terminasi bumi, dimana luas penampang
Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power UJP minimum untuk terminasi bumi adalah 50 mm2,
Pangkalan Susu adalah tingkat IV dan menurut tabel maka luas penampang dari konduktor penyalur pun
dapat dilihat bahwa untuk gedung lebih baik bila disesuaikan dengan terminasi
Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power ujp buminya. Maka luas penampang konduktor
pangkalan susu dimana tinggi (h) adalah 25 m, penyalur yang dipilih adalah 50 mm2.
maka didapatkan sudut proteksi yang dipakai adalah
55°. Dengan kata lain, perancangan penempatan 4.5.3 Terminasi Bumi (Grounding System)
proteksi petir eksternal ditentukan dengan Seperti yang sudah ketahui bahwa fungsi dari
menggunakan metode sudut proteksi (angle sistem terminasi bumi adalah menyalurkan arus
protectionmethod). petir secara aman kebumi. Dari beberapa jenis
Bahan yang digunakan untuk terminasi udara elektroda pembumian yang sudah dibahas
dipilih adalah tembaga, sehingga menurut tabel sebelumnya, maka susunan tipe A dipilih untuk
luas penampang minimum yang diperbolehkan terminasi bumi, tipe ini terdiri dari elektroda
adalah 35 mm2. Akan tetapi karena terminasi udara vertikal dan radial.
dihubungkan dengan konduktor penyalur, dimana Ukuran minimum bahan terminasi bumi adalah
luas penampang minimum untuk konduktor 50 mm2, maka kabel yang disambungkan pada
penyalur adalah 50 mm2, maka luas penampang dari elektroda pembumian adalah kabel tembaga 50
terminasi udara pun lebih baik jika disesuaikan mm2. Sedangkan untuk elektroda pembumian
dengan konduktor penyalurnya, yaitu 50 mm2. dipilih juga bahan yang terbuat dari tembaga.
Berdasarkan kriteria yang telah dibuat di dalam SNI Panjang minimum elektroda pembumian yang
03-7015-2004, tinggi terminasi udara tak terisolasi diperlukan adalah 5 meter.
adalah antara 2 – 3 m. Berdasarkan pengukuran tahanan tanah yang
Bila direncanakan batang terminasi udara dilakukan, pada kedalaman tanah 50 cm diperoleh
dengan metode sudut proteksi hanya menggunakan tahanan tanah sebesar 2,85 ohm.
satu batang penangkap petir, maka terminasi udara Jadi intinya tahanan tanah harus dibawah 5 ohm
ditempatkan tepat ditengah pada atap gedung. per cm, tahanan tanah dipengaruhi oleh tahanan
Dengan sudut proteksi sebesar 55°, batang jenis tanah dan kedalamannya.
terminasi udara harus ditempatkan sedemikian
sehingga dengan ketinggian puncak batang
terminasi udara, gedung Perkantoran/administrasi
PT. Indonesia Power UJP Pangkalan Susu berada
dalam kerucut protektif batang terminasi udara.
Karena batang terminasi udara dengan metode
sudut proteksi dirancang hanya menggunakan satu
batang penangkap petir, maka terminasi udara
ditempatkan tepat ditengah pada atap Lt. 4 gedung.
Dengan sudut proteksi yang diperoleh sebesar 55°,
tinggi terminasi udara minimum yang dipasang
pada atap Lt. 4 adalah 22, 8 m. Sehingga dengan
ketinggian puncak batang terminasi udara tersebut,
Gambar 4. Penempatan Terminasi Bumi
setiap sudut bangunan gedung Perkantoran/
administrasi PT. Indonesia Power UJP Pangkalan

Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019 32


Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru.... ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak)

4.6. Analisa Kondisi Sistem Proteksi Eksternal √ .


!" #
terpasang pada Gedung Perkantoran/ +=A +1
Administrasi PT.Indonesia Power log 10 234 + T)
√ ..,/
0..." .
4.6.1. Terminasi Udara + = 50 +1
Gedung PT.Indonesia Power memiliki sistem log 10 234 + 30
proteksi petir dengan terminasi udara terdiri dari 2 = 44,319 1
batang penangkap petir terpisah. Batang penangkap
petir I dengan tinggi 9 meter dari atap lantai 4
terletak tepat ditengah atap gedung, namun bila V. KESIMPULAN DAN SARAN
digunakan sudut proteksi 55° sesuai dengan tabel,
tidak seluruh bangunan gedung Perkantoran/ 5.1 Kesimpulan
administrasi PT. Indonesia Power ujp pangkalan 1. Bangunan Gedung Perkantoran/administrasi
susu berada dalam kerucut protektif batang PT. Indonesia Power UJP Pangkalan Susu
terminasi udara sehingga batang penangkap petir ini memiliki panjang 70 m dan lebar 45 m serta
belum melindungi seluruh bangunan. Batang tinggi 25 m, terletak pada daerah dengan tingkat
penangkap petir II dengan tinggi 22 meter dari atap kerawanan petir sedang yaitu 136 hari guruh
tertinggi gedung terletak pada sebelah kiri gedung, pertahun, sehingga perhitungan yang diperoleh,
dan bila digunakan sudut proteksi 55° sesuai dengan Frekuensi sambaran petir langsung (Nd) yang
tabel, tidak seluruh bangunan gedung Perkantoran/ diperkirakan terjadi adalah 0,62 pertahun.
administrasi PT. Indonesia Power ujp pangkalan 2. Berdasarkan Tingkat Proteksi IV, sudut proteksi
susu berada dalam kerucut protektif batang yang diperoleh sebesar 55° sehingga karena
terminasi udara sehingga batang penangkap petir ini dirancang hanya menggunakan satu terminasi
juga belum melindungi seluruh bangunan. udara dengan metode sudut proteksi maka tinggi
terminasi udara minimum yang dipasang pada
√ .
atap Lt. 4 adalah 22, 8 m dan dengan ketinggian
!" # ini, setiap sudut bangunan gedung
=I +1 Perkantoran/administrasi PT. Indonesia Power
log 10 234 + T)
UJP Pangkalan Susu berada dalam kerucut
Di mana: protektif batang terminasi udara.
A = Luas Penampang Konduktor (circulars mils) 3. Dari hasil perhitungan, panjang minimal untuk
I = Arus Gangguan ( Amp ) elektroda terminasi bumi diperoleh adalah 5
t = Lama Gangguan ( detik ) meter dan susunan elektroda bumi yang dipilih
Tm = Suhu Maksimum Konduktor yang diizinkan adalah tipe A (elektroda vertikasl dan radial).
(℃ )
Ta = Suhu Sekeliling tahanan maksimum (℃ ) 5.2 Saran
1. Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Bangunan
4.6.4. Kemampuan Hantar Arus Pada Gedung Perkantoran/administrasi PT. Indonesia
Konduktor Power UJP Pangkalan Susu yang terpasang saat
Kemampuan hantar arus sutu konduktor ini sudah cukup baik tapi lebih baiknya dapat
ditentukan oleh luas penampang dan jenis menggantinya dengan Sistem Proteksi Petir
konduktor, semakin besar luas penampang maka Eksternal yang memenuhi standard SNI.
semakin besar kemampuan hantar arusnya. Hal ini 2. Perlu pengecekan berkala terhadap peralatan
dapat dilihat dari persamaan berikut ini: proteksi petir agar dapat menjamin bahwa
Pada survey yang dilakukan di Gedung peralatan berfungsi dengan baik.
Perkantoran/Administrasi PT.Indonesia Power, luas
penampang konduktornya adalah 50 m* . Dengan DAFTAR PUSTAKA
luas penampang tersebut maka dapat diketahui arus
yang melewati konduktor adalah : [1] Aris Munandar, Artono, 1990, Teknik
Tegangan Tinggi, PT. Pradnya Paramita,
Diketahui : Jakarta.
A = 50 m* circulars mils [2] Departemen Pekerjaan Umum, 1987,
t = 0,75 detik Pedoman Perencanaan Penangkal Petir
Tm = 1000 ℃ Lampiran No.19 Keputusan Menteri
Ta = 30 ℃ Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987
1 circulars mils = 0,0005065 Tgl. 31 Agustus 1987.
Maka: [3] Gultom, Rapido Parasian, 2008, Analisis
√ . Perencanaan Sistem Pengaman Terhadap
!" # Sambaran Petir Eksternal Pada Gedung Biro
=I +1
log 10 234 + T) Rektor Universitas Sumatra Utara.

33 Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019


ISSN : 2598 – 1099 (Online) ISSN : 2502 – 3624 (Cetak) Zulkarnain Lubis, Solly A, Selly A., Metode Terbaru....

[4] Hasse, P., 1988, Overvoltage Protection Of [9] SNI 03-7015-2004, Sistem Proteksi Petir
Low Voltage System, Short Run Press Ltd., pada Bangunan Gedung, Stándar Nasional
England. Indonesia.
[5] Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir [10] T. Rosman Pasaribu, 2007, Analisis Proteksi
Untuk Bangunan di Indonesia.1983, Eksternal dan Internal Petir Pada Bangunan
Direktorat penyelidikan masalah bangunan. Gedung PT. INDOSAT Medan terhadap
Jakarta. sambaran petir, Departemen Teknik Elektro
[6] Razevig, Prof.D.V., 1978, High Voltage Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
Engineering, Khana Publisher, Delhi. Medan.
[7] Reynaldo Zoro; Proteksi Terhadap Tegangan [11] Vevyola Betsy, 2005, Studi Mengenai
Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik, ITB Perencanaan Proteksi Petir Eksternal Pada
Bandung. Bangunan Atau Gedung (Aplikasi pada
[8] Riyatno, Agus, 2012, Studi Proteksi Gedung Indosat – Medan), Departemen
Eksternal pada Gedung Bertingkat Terhadap Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Efek Sambaran Petir,Teknik Elektro ITM. Sumatera Utara.

Journal of Electrical Technology, Vol. 4, No.1, Februari 2019 34

Anda mungkin juga menyukai