DIRENCANAKAN
Keragaman Iklim
ADAPTASI
Dampak pada manusia
(banjir, kekeringan,
dan sistem alam
kenaikan suhu &
(Pangan, ekosistem,
muka air laut)
kesehatan lain-lain)
PERUBAHAN IKLIM
140
Jumlah bencana terkait
iklim meningkat secara Angin
100 badai
eksponensial setelah 1950s
Bencana
60 kekeringan
Bencana
20 geologi
Source: Guha-Sapir et al, 2004 1900 1950 2004
Bencana Iklim
Kebakaran
Cenderung Meningkat hutan
Number of Climate-Related.
14
12
10
Hazards
8
6
4 Banjir
2
0
1950
1955
1960
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
Angin
kecang
Robs
dan
ombak
besar Kekurangan
air
Perubahan iklim historis dan Masa Datang di
Indonesia: Tren perubahan historis
5
DJFDJF 5
JJAJJA
2 22 2 22
18 18
14 14
-1 10 -1 10
6 6
2 2
-4 -2
-4 -2
-6 -6
-7 -10 -7 -10
-14 -14
-18 -18
-10 -22 -10 -22
-26 -26
-30
95 98
Peningkatan hujan musiman DJF
101 104 107 110 113 116 119 122 125 128 131 134 137 140
-30
95
Penurunan hujan musiman JJA secara
98 101 104 107 110 113 116 119 122 125 128 131 134 137 140
secara signifikan di sebagian besar MAM signifikandi sebagian besar wilayah SON
5 wilayah Jawa, wilayah Indonesia MAM 5 Jawa, Papua, Sumatra Bagian Barat SON
2 22
18
bagian Timur dan Sulawesi 2 22
18
dan Kalimantan bagian Timur Selatan
14 14
-1 10 -1 10
6 6
2 2
-4 -2
-4
-2
-6 -6
-7 -10 -7 -10
-14 -14
-18 -18
-10 -22 -10 -22
-26 -26
-30 -30
95 98 101 104 107 110 113 116 119 122 125 128 131 134 137 140 95 98 101 104 107 110 113 116 119 122 125 128 131 134 137 140
Panjang MK
Memendek
Tetap
Memanjang
Sumber: Boer et al., 2009
Perubahan iklim historis dan Masa Datang di
Indonesia: Tren Kenaikan Muka Air Laut Historis
Source: Kerry Emanuel, MIT, http://wind.mit.edu/~emanuel/anthro2.htm. SST anomaly (deg C) with arbitrary vertical offset. PDI scaled by constant.
Sumber: Kerry Emanuel, MIT, 2006
Pemanasan global telah menganggu sistem iklim global
dan menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas
kejadian iklim ekstrim
8
6
4
2
0
1950
1955
1960
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
In Indonesia, the first climate hazards categorized as global
hazard occurred in 1953 and then the hazards occurred more
frequent after 1980s.
Source: Boer and Perdinan (2008) based on data from OFDA/CRED International Disaster Database (2007)
Jumlah bencana terkait iklim di Indonesia
antara 1950 dan 2007
120 108
KAJADIAN IKLIM
100 EKSTRIM
Frequency
80 DIPERKIRAKAN
AKAN SEMAKIN
60 SERING DI MASA
38 DEPAN
40 27
20 10 9 8
2
0
ge
ht
ds
re
es
ne
s
se
ug
ur
Fi
id
oo
lo
ea
ro
/S
sl
yc
st
Fl
is
D
re
de
nd
/C
D
Fo
Ti
m
La
ed
or
h
ig
rn
st
H
Bo
d
in
or
W
t
ec
o rV
er
at
W
Sumber: Boer dan Perdinan (2008), diolah dari data from OFDA/CRED International Disaster Database (2007)
Adaptasi perubahan iklim
Adaptasi adalah berbagai tindakan penyesuaian diri
terhadap kondisi perubahan iklim yang terjadi.
Dampak
Mitigasi Adaptasi
Respon
Tujuan adaptasi: Tipe data iklim yang
diperlukan untuk kajian
- Perencanaan yang lebih baik dengan dampak:
mempertimbangkan kondisi iklim (perubahan iklim) - Perubahan iklim rata-
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan rata jangka panjang
(contoh: pengelolaan sumberdaya air, pertanian) (exposure’s mean
change)
- Mengurangi kemungkinan bencana dikarenakan iklim
- Potensi intensitas dan
(contoh: banjir, kekeringan, kebakaran hutan,
frekuensi iklim ekstrim
longsor)
(variability of exposures)
Sumber : Santoso, 2006
Alur mainstreaming adaptasi ke dalam agenda
pembangunan nasional jangka panjang
Kelompok Kerja
Strategi Pembangunan RI
Kelompok Kerja lain... Kelompok Kerja lain...
Adaptasi
Arah
National Tim “Ad hoc”
-Kebakaran
pembangunan
Communication hutan
-Sumberdaya air
-Pangan
-Bencana
(longsor, banjir, Respon terhadap
kekeringan)
-Dll. perubahan Iklim dalam
strategi pembangunan
Peran Depkeu dan nasional
Badan Legislatif ?
Program Adaptasi: Usulan
Penentuan prioritas strategi
permasalahan adaptasi
= Konsep/ide
KEGIATAN ADAPTASI :
Pembangunan tanggul-tanggul di daerah pantai
Perlindungan terhadap pelabuhan, bangunan atau
infrastruktur lainnya yang rentan terhadap
kenaikan air laut
Konservasi air a.l . melalui kampanye publik
untuk mencegah kontaminasi oleh air laut
Penerapan teknologi untuk memperoleh air
bersih dari air yang telah tercemar
Perubahan pola penangkapan ikan oleh nelayan
KEGIATAN ADAPTASI :
Konservasi air dan tanah
Aforestasi melalui agroforestry dengan tanaman
pengikat nitrogen
Penyesuaian waktu tanam yang dilakukan oleh
petani
Penanaman jenis tanaman yang lebih tahan
terhadap perubahan iklim
KEGIATAN ADAPTASI :
Pemusnahan tempat perkembangbiakan nyamuk
Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap lokasi-lokasi
perkembangbiakan nyamuk
Peningkatan akses terhadap air bersih
Peningkatan imunisasi dan kampanye ASI
Peningkatan kebersihan diri dan sanitasi perorangan
Peningkatan system drainase dan pengelolaan banjir
Sumber : Armi Susandi
Kegiatan berskala nasional apa
saja yang dapat dilakukan?
• Pemetaan pola dan proyeksi perubahan iklim.
• Reforestasi dan Aforestasi pada lahan-lahan
kritis daerah resapan.
• Pengelolaan pengairan dan saluran irigasi.
• Penyesuai pola tanam, bibit pilihan
• Penanaman bakau (manggrove) seawall.
• Rehabilitasi karang penyerapan CO2 di laut
• Penyesuaian perencanaan infrastruktur.
• Pemahaman perubahan cuaca ekstrim dan
perubahan iklim untuk masyarakat umum.
ROCKFALL
Boulder fences
Netting/meshing
24
Sumber : Budhi Setiawan
Landslide Treatment 25
FOR ROAD
Middle Slope
Anchored wall
Forestation
Trench drainage
Drainage
28
Penanaman
bakau (manggrove) seawall
• Teknologi ramah
lingkungan (zero waste
technology)
• Green building
• Pengolahan sampah
• Penggunaan energi ramah
lingkungan
• Perluasan ruang terbuka
hijau (RTH)
• dll
Sumber : Armi Susandi
Pemahaman perubahan cuaca ekstrim
dan perubahan iklim untuk
masyarakat umum
12 Tahun
Tahun 1850 Terakhir
Total with
LUCF&Peat fire1 1,377,753.41 1,349,448.96 2,576,951.98 1,217,243.86 1,721,193.07 1,791,371.892
Total without
LUCF&Peat fire 556,499.24 594,902.96 611,457.19 625,754.53 663,769.84 665,543.89
2500000
LUCF menjadi
sumber GRK
Indonesia
[Data GRK 2000-2005]
2000000
Gg -CO2 eq .
1500000
Trend Emisi : Meningkat
1000000
LUCF: sumber emisi relatif
500000 konstan
50.5% dari Energi (without
0 LUCF)
2000 2001 2002 2003 2004 2005
47 % dari LUCF (with LUCF)
Total with LUCF Total without LUCF 80.7% total GRK : CO2
Waste Energy
Waste
Without LUCF 11% 20%
28.3%
Peat Fire
13% Industry
3%
Energy
50.5% Agricultu
Agricultu Land Use re
re Change 6%
13.6% and
Industry Forestry
47% With LUCF
7.7%
(Mt-CO2 eq.)
1600
1400 Jepang
1200 [Data GRK 1990-2005]
1000 LULUCF Tren Emisi: Meningkat
meningkatkan
800 serapan GRK
LUCF: serapan (sink)
600 konstan
400 Total (including LULUCF) 90.5% dari Energi
Total (excluding LULUCF)
200 94.7% total GRK : CO2
(89.9% = CO2 dari Energi)
0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
GHG emissions in 2008 (without LULUCF) GHG emissions in 2008 (without LULUCF)
(Mt-CO2 eq.)
90
LUCF
80 meningkatkan Selandia Baru
serapan GRK
70 [Data GRK 1990-2008]
60
50
Trend Emisi: Meningkat
Solvent and
Other Industrial CH4
Product Use Processes 34.6%
0.0% 5.7%
GHG emissions in 2008 (without LULUCF) GHG emissions in 2008 (without LULUCF)
KEBIJAKAN
PENURUNAN EMISI
GRK 26%
RPJMN 2010-2014
• “Konservasi dan
pemanfaatan lingkungan
PRIORITAS 9 - hidup
LINGKUNGAN • mendukung pertumbuhan
HIDUP ekonomi & kesejahteraan
yang berkelanjutan,
& • disertai penguasaan &
PENGELOLAAN
pengelolaan resiko
BENCANA:
bencana
• untuk mengantisipasi
perubahan iklim”
Emisi Netto Indonesia diperkirakan
bertambah dari 1.38 ( tahun 2000)
menjadi 2.95 GtCO2e (Tahun 2020)
3.5
3.0 2.95
Emission (Gt CO2e) .
Gton CO2-eq
tahun
49
Penyelenggaran
Inventarisasi GRK
Nasional
KESEPAKATAN PARA PIHAK UNFCCC
UNTUK INVENTORI GRK
• Para pihak setuju untuk “ membangun, mengupdate secara
periodik, menyediakan … inventarisasi emisi nasional
menurut sumber (source) dan rosot (sink) untuk semua
jenis gas yang tidak diatur dalam Protokol Montreal,
dengan menggunakan metodologi yang dapat
diperbandingkan yang disetujui oleh para pihak (UNFCCC,
1992).
• Metodologi yang dapat diperbandingkan: disusun
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
Membangun Inventarisasi GRK: Pembelajaran
dari Negara Maju
Adanya basis legal pada tingkat nasional untuk melaksanakan
inventarisasi GRK
Adanya mekanisme kelembagaan yang menjamin
keterwakilan dan konsistensi seri data yang dikumpulkan
Adanya sistem untuk menduga ketidaktepatan (uncertainties)
data pada berbagai kategori
Adanya prosedur untuk menilai kepastian dan kualitas data
(QA/QC) sehingga bisa dilakukan pengecekan ulang
Adanya dokumentasi dan sistem penyimpanan data dan
laporan yang baik
Penyelenggaraan
Inventarisasi GRK
Nasional
KESEPAKATAN PARA PIHAK UNFCCC
UNTUK INVENTORI GRK
• Para pihak setuju untuk “ membangun, mengupdate secara
periodik, menyediakan … inventarisasi emisi nasional
menurut sumber (source) dan rosot (sink) untuk semua
jenis gas yang tidak diatur dalam Protokol Montreal,
dengan menggunakan metodologi yang dapat
diperbandingkan yang disetujui oleh para pihak (UNFCCC,
1992).
• Metodologi yang dapat diperbandingkan ialah metode-
metode yang disusun oleh Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC)
• Ratifikasi Konvensi Perubahan Iklim melalui UU 6/1994, yang
mewajibkan Indonesia untuk melakukan pelaporan melalui
dokumen komunikasi nasional (national communication/NATCOM;
pasal 12 Konvensi) yang salah satunya berisi tentang Inventarisasi
GRK nasional.
• Pasal 65 ayat (3) huruf a, UU nomor 31/2009 tentang Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika: untuk perumusan kebijakan perubahan
iklim, dilakukan inventarisasi emisi GRK
• UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup: bahwa salah satu tugas & kewenangan Pemerintah,
Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota adalah melakukan
inventarisasi emisi GRK (pasal 63).
• Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang RAN-GRK
• Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional
Inventarisasi GRK Nasional bertujuan untuk
menyediakan:
Informasi secara berkala mengenai tingkat, status dan
kecenderungan perubahan emisi dan serapan GRK
termasuk simpanan karbon di tingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/kota.
Informasi pencapaian penurunan emisi GRK dari
kegiatan mitigasi perubahan iklim nasional.
Prinsip Dasar Inventarisasi GRK
• Transparan (Transparancy): semua dokumen dan sumber data yang
digunakan dalam penyusunan inventarisasi GRK tersedia dan
terdokumentasi dengan baik
• Akurat (Accuracy): inventori yang disusun harus diupayakan tidak
under atau over estimate
• Komplit (Completeness): mencakup semua jenis gas dari semua
sumber dan rosot, jika tidak diduga harus disertai justifikasi.
• Konsisten (Consistency): inventarisasi GRK untuk semua tahun
menggunakan metode yang sama, sehingga perbedaan emisi antar
tahun benar merefleksikan perubahan emisi dari tahun ke tahun
• Komparabel (Comparability): Inventarisasi GRK harus dilaporkan
sedemikian rupa sehingga dapat diperbandingkan dengan iventarisasi
GRK negara lain
Siklus Pengembangan
Inventarisasi GRK
R M R
M
V
R
V
V
R
M
V
V V
V
Source: IPCC, 2007
R V
Kategori Sumber Emisi/Serapan GRK
Inventori GRK
Nasional Pengadaan dan Penggunaan
Energi
Tahapan Penyelenggaraan Inventarisasi
GRK Nasional
Tahap Identifikasi & Pengumpulan Data
Tahap 1:
Tahap 2: Tahap 3:
Evaluasi Inventarisasi GRK
Identifikasi Ketersediaan Pengumpulan Data
tahun sebelumnya
Data & Gap Analysis (dilengkapi dengan Form
(termasuk identifikasi
Data Aktivitas dan Faktor
sumber-sumber GRK
Emisi)
potensial)
Tahapan Penyelenggaraan Inventarisasi
GRK Nasional
Tahap Penghitungan & Analisis
Tahap 5: Tahap 6:
Tahap 7:
Tahap 4: Penghitungan Tingkat Melakukan Analisis
Pengecekkan
Melakukan Emisi dan Serapan Key Categories dari
Konsistensi Time
Uncertainty Analysis GRK, termasuk Stok Hasil Penghitungan
Series
Karbon Tahun Berjalan
Tahapan Penyelenggaraan Inventarisasi
GRK Nasional
Tahap Penyusunan Laporan & Koreksi
Tahap 8: Tahap 9:
Penyusunan Draft "Common Penyampaian Draft CRF oleh Tahap 10:
Reporting Format" (CRF) Kementerian/ Lembaga dan
Koreksi Draft CRF
oleh Kementrian/ Lembaga Daerah (melalui Provinsi) ke
dan Daerah SIGN Center (KLH)
Tahapan Penyelenggaraan Inventarisasi
GRK Nasional
Tahap Finalisasi Laporan
top-down Pusat
approach
Propinsi
bottom-up
approach Kab/Kota
Experts
Steering Committee
Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
SIGN
Center
Kementerian
Perhubungan
Kemenko Kesra
DNPI
UNFCCC
Laporan
K/L terkait SIGN CENTER Inventarisasi
GRK
Nasional
GHG inv.
Report
(Carbon
profile)
GHG inv.
Report
(Carbon
profile)